Anda di halaman 1dari 3

Definisi farmakoekonomi tentang batasan-batasannya adalah ilmu terapan yang merupakan

peleburan (melding) dari ilmu farmasi, ilmu wabah (epidemiology), ilmu ekonomi dan
metodologi riset kesehatan dan klinik. Riset farmakoekonomi dimulai dari dampak klinik yang
kemudian dianalisis hingga dapat disusun formulasi yang mampu menjangkau jauh kedepan.
Dengan perluasan pengertian farmakoekonomi ini maka terbuka ruang luas bagi FE dalam
seluruh tahap proses pembentukkan obat, dari sejak tahap awal sampai prosese pengamatan
setelah produk dipasarkan. Menurut Lyle Bootman cakupan ilmu farmakoekonomi, selain
masalah biaya pengobatan, ternyata juga meliputi masalah sejak menemukan obat baru sampai
setelah obat tersebut dipasarkan. Dari analisis tentang penemuan obat baru, uji klinik, analisis
bisnis serta keputusan pemasaran dan studi lanjutan setelah obat dipasarkan.
farmakoekonomi tidak biasa diterjemahkan menjadi ekonomi farmasi karena jika dijadikan
ekonomi farmasi berarti ilmu yang mengurus ekonominya urusan farmasi. PE berkembang dari
semula sempit sederhana hanya cost of Therapiy berkembang luas. di Indonesia (negara miskin)
obat generik tidak laku (11%) padahal di USA (negara kaya) laku (47%) Karena orang indonesia
tidak mau yang murah, karena itu tidak bagus. Dimana masyarakat indonesia kebanyakan
membilih obat paten, dipikirnya dengan membelih obat yang lebih mahal dapat menyembuhkan
penyakitnya.
DONGENG
Di Indonesia ada fenomena yang aneh. Obat generic tidak laku melainkan obat paten lebih laku.
Hal ini ada contoh di kehidupan sehari-hari sama yaitu supir angkot dimana merek rokok supir
angkot yaitu “DJISAMSOE” sedangkan orang kaya biasa aja hal ini berarti orang miskin itu
sombong. Indonesia pabrik obatnya banyak sekitar 95% memproduksi obat sendiri namun bahan
baku obatnya 90 % diimpor, “ASPIRIN” adalah analgetik/antipiretik paling bagus untuk obat
bebas namun kalah sama “PANADOL” karena “ASPIRIN” mengiritasi lambung.

DONGENGnya:
Manusia itu keinginannya tidak terbatas tetapi kemampuannya terbatas. Seorang pensiunan
pertamina namnaya Tirta Wijaya mengemas air minum didakam botol gelas yang terpacking
rapi, hal ini dikarenakan Tirta Wijaya melihat orang baratminum air keran yang ada di Indonesia
sehingga megakibatkan mereka mengalami mencret. Air di luar negri bias diminum kapan saja
sehingga orang barat mengira hal yang sama di Indonesia. Dari sinilah bapak Tirta Wijaya
mengkemas air minum kedalam botol dan diberi merek “THIS IS AQUA” yang memiliki harga
jual. KLAKSON juga merupakan merek dari Prancis. Kecap “BANGO” produsennya turunan
cina di Jakarta namun suatu ketika hak menjual kecap cap “BANGO” dijual ke UNILEVER.
COCA COLA & PEPSI di ciptakan oleh seorang apoteker di Amerika. Kalau “THE BOTOL”
diciptakan formulanya oleh alumni ITB yaitu bapak Sudiro & istri. The botol ini diciptakan
formulanya oleh pasangan suami istri tersebut sehingga rasanya seperti nuansa asmara. Formula
the botol ini ditambahkan tannin untuk menciptakan rasa yang sedikit keset. Penemu-penemu ini
tidak pernah kaya karena menjual hak untuk menjual produknya. Masalah utama dari ilmu
ekonomi adalah mencari solusi dari keninginan manusia yang tidak terbatas namun kemampuan
masyarakat terbatas. Ilmu ekonomi adalah pelajaran bagaiman akan memproduksi, bagaimana
memproduksinya dan untuk siapa produknya.
Yang melaksanakan FE:
Provider : untuk memilih obat, baik aspek kemanjuran “effectiveness “ maupun keterjangkauan
harga “ cost “.
Patient : Menurut Kem P. Kueger ada beberapa penghambat untuk memperoleh pengobatan dan
obat baik yang langsung maupun tidak langsung. Dapat disimpulkan bahwa peran atau fungsi
farmakoekonomi bagi pasien adalah membantu pasien untuk memebuat keputusan dan
menentukan pilihan atas aklternatif-alternatif pengobatan agar menjadi lebih ekonomis dan
efisien
Society : peran penting farmakoekonomi antara lain dalam rang memperoleh obat dan
pengobatan manjur dengan biaya seringan mungkinsalah satu metodologi farmakoekonomi yang
sering diabaikan dan dilupakan adalah cost of illnes. biaya sakit sering dilihat dari kacamata
sempit. biaya sakit dihitung hanya dari biaya pengobatan dan prawatan. sakit bukan sekedar
dampak klinik semata.
Payer :Peran farmakoekonomi bagi payer ( lembaga pembiayaan) yaitu BPJS di Indonesia
adalah jaminan kesehatan bagi pekerja dicakup oleh asuransi kesehatan melalui BPJS
ketenagakerjaan.
Health Pharma Policy : Inplementasi kebijakan Negara dalam bidang kesehatan dijalankan oleh
kementrian/departemen terkait. Di Indonesia oleh Kementrian Kesehatan, di Jepang oleh
Kemeterian Kesehatan dan Kesejahteraan, di Amerika oleh Secretary of HEW (Health,
Education and Welfare).
Perusahaan dengan banyak buruh :Di negara-negara maju jaminan kesehatan bagi pekerja
oleh perusahaan selalu ada, yaitu dengan membebankan pada komponen gaji pekerja. Gaji yang
diterima pekarja sudah dipotong oleh pajak penghasilan serta premi-premi untuk jaminan
kesehatan dan hari tua, seperti TASPEN.
Industri farmasi : 4 peran /fungsi farmakoekonomi menurut Lyle Bootman dalam Konteks uji
klinik yaitu:
1. Therapeutic area targeted
2. Phase I,II,III Clinical Researcy (Uji Klinik)
3. Business Analysis And Marketing Dicision
4. Post Marketing Research
PBF : Fungsi farmakoekonomi bagi PBF tentu saja tak lepas dari kegiatan atau tugas yang
terjadi didalam PBF. Dimana tugas PBF adalah
a. Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmasi yang meliputi obat, bahan obat,
dan alat kesehatan.
b.  Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang meliputi : apotek, rumah sakit, toko obat berizin dan sarana pelayanan
kesehatan masyarakat lain serta PBF lainnya.
c. Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
perbekalan farmasi sehingga dapat di pertanggung jawabkan setiap dilakukan
pemeriksaan.
Rumah Sakit : Setiap rumah sakit yang ada di Indonesia diwajibkan memiliki formularium
rumah sakit. Formularium rumah sakit di buat dan dikekola oleh panitia farmasi dan terapi.
Sekretarik panitia farmasi dan terapi adalah apoteker, biasanya adalah kepala instalasi farmasi
rumah sakit tersebut.
Apotek/Klinik/Puskesmas : Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam masyarakat,
dimana jasa pelayanan kesehatan tidak berbeda dengan komoditas jasa lain. Perubahan
paradigma ini mengubah hubungan antara pasien, dokter, dan lembaga pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai