Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS OBAT, MAKANAN DAN KOSMETIKA


“UJI KANDUNGAN BORAKS PADA SAMPEL MAKANAN”

Dosen Pembimbing:
Apt. RIRIN WIRAWATI, S.Farm., M.Sc.

Disusun Oleh :
DENTHA LORENZA P.P 1804101013
RAHMAWATI ARIYAN C. 1804101014
MONIKA CICILIAN K. 1804101015
AFFRILINA AYUANITA 1804101016

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2021
UJI KANDUNGAN BORAKS PADA SAMPEL MAKANAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif adanya boraks yang
terkandung didalam makanan yang dijual dipasaran.
B. DASAR TEORI
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat,
berbentuk kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai
menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam
borat memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan oleh industri farmasi
sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat
oles mulut dan obat pencuci mata secara lokal boraks dikenal sebagai
bleng, berbentuk larutan atau padatan kristal dan ternyata digunakan sebagai
pengawet misalnya pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso.
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet
makanan, antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie.
Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme
toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung
di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang
terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara
kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks
dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh
akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan
kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5
gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian
akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10-20 g atau lebih
(Saparianto,dkk, 2011).
Karakteristik Boraks, antara lain:
- berbentuk kristal putih
- tidak berbau
- larut dalam air
- stabil pada suhu serta tekanan normal
Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica
Val.), adalah ialah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia
Tenggara. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis
gulai dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan atau
sebagai pengawet. Produk farmasi berbahan kunyit mampu bersaing dengan
berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-rheumatoid)
atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium diklofenak, piroksikam dan fenil
butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan dalam
bentuk kapsul (Fuad, 2014).
Dalam kunyit terkandung bahan aktif berupa kurkumin. Kurkumin
dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan, selain itu banyak kegunaan
medis yaitu melindungi saraf, mengurangi risiko radang otak vasospasma,
melindungi sel Leydig dari pengaruh alkohol dan menurunkan peradangan
pada jaringan adipose . Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi
boraks karena mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi
adanya kandungan boraks pada makanan karena kurkumin mampu
menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat dan mengikatnya
menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa
boronsiano kurkumin kompleks. Boraks bersifat basa lemah dengan pH
9,15-9,20. Sedangkan sifat kimia kurkumin berwarna kuning atau kuning
jingga pada suasana asam dan berwarna merah pada suasana basa. Bentuk
kristal berwarna kuning orange, tidak larut dalam eter dan larut dalam
minyak. Maka, ketika makanan yang mengandung boraks diteteskan pada
kertas kunyit, kertas kunyit akan mengalami perubahan warna menjadi
merah bata (Aeni, 2017).
Metode pengujian boraks pada bahan pangan dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantatif. Analisis Kualitatif boraks diantaranya adalah uji
nyala, uji warna dengan kertas turmerik, dan uji warna dengan kertas
kurkuma. Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui
apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena
sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala dibandingkan
dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan
nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna
hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur
dilakukan dengan melarutkan senyawa uji dengan metanol dalam wadah
(cawan penguap) kemudian dibakar, warna api hijau menunjukkan terdapat
senyawa boraks (Roth, 1988).
Uji Warna dengan Kertas Turmerik, uji warna kertas kunyit pada
pengujian boraks yaitu dengan cara membuat kertas tumerik dahulu yaitu:
Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang. Kemudian tumbuk dan saring
sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning. Kemudian, celupkan
kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan keringkan. Hasil dari
proses ini disebut kertas tumerik. Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi
sebagai kontrol positif dengan memasukkan satu sendok teh boraks ke
dalam gelas yang berisi air dan aduk larutan boraks. Teteskan pada kertas
tumerik yang sudah disiapkan. Amati perubahan warna pada kertas tumerik.
Warna yang dihasilkan tersebut akan dipergunakan sebagai kontrol positif.
Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air. Teteskan air larutan dari
bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik. Apabila warnanya
sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan
tersebut mengandung boraks. Dan bila diberi uap ammonia berubah menjadi
hijau-biru yang gelap maka sampel tersebut positif mengandung boraks
(Roth, 1988).
Uji Warna dengan Kertas Kurkuma Uji warna kertas kurkuma pada
pengujian boraks yaitu sampel ditimbang sebanyak 50 gram dan di oven
pada suhu 120° C, setelah itu di tambahkan dengan 10 gram kalsium
karbonat, kemudian masukkan ke dalam fumance hingga menjadi abu
selama 6 jam dan dinginkan. Abu kemudian tambahkan 3 ml asam klorida
10%, celupkan kertas kurkumin. Bila di dalam sampel terdapat boraks,
kertas kurkumin yang berwama kuning menjadi berwarna merah kecoklatan
(Rohman, 2007).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
 Mortir  Labu erlenmeyer 100 mL
 Stamper  Gelas beaker 100 mL
 Tabung Reaksi  Pipet ukur 10 mL
 Timbangan analitik  Mikropipet
 Kertas saring  Kaca arloji
 Buret  Cawan porselen
 Statif  Blender
 Labu ukur 25 mL
Bahan
 Borax  NaOH 0,1 M, HCl 0,1 M
 Sampel (bakso)  HCl 37% P
 Kunyit  Manitol
 Pijer  Indikator PP
 Aquadest  NaOH 0,1 M, HCl 0,1 M
 Borax  HCl 37% P
D. CARA KERJA
1. Tahap Persiapan
a. Membuat Tumeric Paper
Menyiapkan potongan kunyit

Menghaluskan kunyit dan disaring ekastraknya

Mencelupkan kertas saring pada ekstrak kunyit secara merata

Mengeringkan kertas kunyit dibawah terik matahari


b. Preparasi sampel
Menghaluskan 18 g sampel bakso dengan blender

Merendam sampel bakso selama 24 jam


Menyaring filtrat dari sampel bakso

c. Pembuatan larutan NaOH 0,1 M


Menimbang 2g NaOH

Melarutkan NaOh dengan 500mL akuades

d. Standarisasi Larutan NaOH dengan HCl


Membuat larutan HCl 0,1 M dengan mengambil 829 mikroliter HCl
37% pekat menggunakan mikropipet

Mesukkan ke dalam labu ukur 100mL yang berisi akuades

Kocok dan encerkan dengan akuades ad tanda batas

Pipet 10mL HCl 0,1 M dan masukkan dalam Erlenmeyer

Tambahkan 2 tetes indicator fenolftalein

Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M


Melakukan titrasi sampai warna larutan berubah dari tidak
berwarna menjadi merah muda

Catat volume titrasi dan ulangi sebanyak tiga kali kemudian hitung
rata-rata volume NaOH yang digunakan

2. Tahap Pengujian
a. Analisis Kualitatif dengan Kertas Tumerik
Pembuatan kontrol positif
Melarutkan 1 sendok boraks kedalam air

Meneteskan larutan boraks pada kertas tumerik

Mengamati perubahan warna yang terjadi (jingga dan merah


kecoklatan)

Pengujian terhadap sampel


Teteskan filtrat sampel keatas turmeric paper

Amati perubahan warna yang terjadi (menjadi jingga dan merah


kecoklatan atau kertas kunyit tetap berwarna kuning)
b. Analisis Kualitatif dengan Larutan Kurkumin
Pembuatan kontrol positif
Menimbang 1 g boraks

Dilarutkan dalam akuades 50 mL

Larutan boraks dipipet secukupnya, dimasukkan pada tabung


reaksi, dan diberi label

Pembuatan Larutan Sampel


Menimbang 1 g sampel bakso

Menghaluskan sampel bakso dalam mortar dan dilarutkan pada


akuades secukupnya

Mendidihkan larutan sampel

Menyaring dan memasukkan larutan sampel ke dalam tabung reaksi

Pembuatan Larutan Uji


Menimbang 100g kurkumin

Menghaluskan kurkumin dengan mortar

Melarutkan kurkumin dengan akuades secukupnya


Menyaring ekstrak kurkumin dengan kertas saring

Identifikasi Boraks
Menetesi tabung reaksi besiri sampel dengan ekstrak kurkumin dan
dilabeli

Jika warna berubah menjadi merah kecoklatan, maka sampel


mengandung borax atau bandingkan perubahan warna pada sample
dengan warna pada larutan standar

c. Analisis Kuantitatif dengan Titrasi Asam-Basa


Melarutkan sampel sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer

Menambahkan 2 tetes HCl 37% pekat dan 0,2 gram mannitol

Menambahkan dua tetes indicator fenolftalein

Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,16 M

Mengamati perubahan warna yang terjadi (berwarna merah muda


konstan) dan mencatat volume NaOH yang digunakan
Melakukan titrasi sebanyak 3 kali dan mengghitung rata volume
NaOH yang digunakan

Perhitungan kadar boraks dalam sampel dilakukan menggunakan rumus:


V1.M1 = V2.M2
V1 : Volume boraks
M1 : Molaritas boraks
V2 : Volume NaOH
M2 : Molaritas NaOH
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Kualitatif
1. Kertas Tumerik
Perlakuan Hasil Gambar
Baku Boraks Jingga Terang
Sampel Bakso Kuning Terang
Kurkumin Kuning Kecoklatan

2. Uji Warna Dengan Kurkumin


Sampel Warna sebelum Warna sesudah Keterangan
ditetesi kunyit ditetesi kunyit
Boraks Bening Jingga +
Bakso Putih Keruh Kuning -
Kecoklatan
Keterangan gambar :
Sebelum ditetesi kunyit Sesudah ditetesi kunyit

2. Uji Kuantitatif
No V analit V titran
1 10 mL HCl 0,1 M 9,8 Ml
2 10 mL HCl 0,1 M 9,6 mL
Rata-rata 9,7 mL
Perhitungan :
Perhitungan kadar boraks dalam sampel dilakukan menggunakan rumus :
V1 x M1 = V2 x M2

No V analit V titran
1
25 mL sampel bakso 0,3 mL

Keterangan gambar:

Pada praktikum ini dilakukan analisis boraks pada bakso yang bertujuan
menentukan adanya kandungan boraks atau tidak pada bakso yang dijual
dipasaran. Analisis dilakukan dengan 2 uji, yaitu secara kualitatif menggunakan
kertas tumerik dan uji warna dengan kurkumin, serta uji secara kuantitatif dengan
metode titrasi.
Dari praktikum ini didapatkan hasil yaitu, pada uji kertas tumerik dimana
tahap pertama dilakukan pembuatan kertas tumerik dengan cara mencelupan
kertas saring pada ekstrak kunyit (kurkumin) sampai merata kemudian
dikeringkan, setelah itu masing-masing kertas ditetesi dengan filtrat sampel bakso,
esktrak kurkumin serta bahan baku pembanding yaitu boraks. Didapatkan hasil
bahwa kertas tumerik yang ditetesi filtrat sampel bakso berwarna kuning terang,
dan kertas tumerik yang ditetesi kurkumin berwarna kuning kecoklatan,
sedangkan kertas tumerik yang ditetesi baku boraks berwarna jingga. Dari hasil
ini dapat disimpulkan bahwa sampel bakso tidak mengandung boraks karena
kertas tumerik tidak berubah warna menjadi jingga seperti pada kertas tumerik
yang ditetesi dengan baku boraks.
Selanjutnya pada uji warna dengan kurkumin dilakukan dengan
menambahkan ekstrak kurkumin pada baku boraks dan filtrat sampel bakso pada
tabung reaksi. Sebelum ditetesi dengan kurkumin warna baku boraks adalah
bening, setelah penambahan ekstrak kurkumin sebanyak 83 tetes baku boraks
berubah warna menjadi jingga. Sedangkan pada filtrat sampel bakso sebelum
ditetesi ekstrak kurkumin filtrat berwarna putih keruh, setelah ditetesi ekstrak
kurkumin sebanyak 83 filtrat sampel baksi berubah warna menjadi kuning
kecoklatan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada uji warna dengan
kurkumin menunjukkan bahwa sampel bakso juga tidak mengandung boraks.
Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif dengan metode titrasi dimana
didapatkan hasil volume analit 1 sebesar 10 mL HCl 0,1 M dengan volume titran
1 sebesar 9,8 mL. Sedangakan pada volume analit 2 sebesar 10 mL HCl 0,1 M
dengan volume titran sebesar 9,6 mL dengan hasil rata-rata volume titran adalah
9,7. Pada uji dengan sampel bakso didapatkan hasil volume analit sebesar 25 mL
dengan volume titran sebesar 0,3 mL. Pada uji ini hanya dilakukan pada satu
sampel bakso sehingga tidak ada pembanding yang dapat dihitung menggunakan
rumus. Pada uji titrasi didapatkan hasil warna pada baku standar 1 dan 2
didapatkan warna ungu terang, sedangkan pada sampel didapatkan warna ungu
yang sedikit keruh. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada uji titrasi
sampel bakso juga tidak mengandung boraks.
Pada makanan yang mengandung boraks, warna yang dihasilkan saat
bereaksi tergantung banyak atau tidaknya pemakaian boraks pada makanan
tersebut. Semakin banyak boraks yang dipakai maka reaksi tersebut akan
berwarna semakin gelap pekat (jingga hingga merah kecoklatan). Pada praktikum
ini pada uji kualitaitif hingga kuantitatif tidak didapatkan hasil perubahan warna
jingga ataupun merah kecoklatan sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
bakso yang diteliti tidak mengandung boraks, atau kandungan boraks pada sampel
bakso yang diteliti terlalu kecil sehingga pada uji kertas tumerik, uji warna dengan
kurkumin serta uji titrasi tidak menghasilkan warna yang signifikan yang
menunjukkan adanya kandungan boraks pada sampel bakso.

KESIMPULAN
Dari praktikum analisis kandungan boraks pada bakso dapat disimpulkan
1. Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat
(NaB4O7) atau natrium tetraborat dekahidrat (Na2B4O7.10H2O). Boraks
berbentuk padat dan apabila terlarut dalam air akan menjadi natrium
hidroksida (NaOH) dan asam borat (H 3BO3). Dengan demikian, bahaya
boraks identik dengan bahaya asam borat.
2. Analisis yang dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode
kualitatif dengan uji kertas tumerik dan uji warna sedangkan metode
kuantitatif yang digunakan yaitu titrasi asam basa
3. Dari uji menggunakan kertas tumerik didapatkan hasil sampel bakso
yang diuji tidak mengandung boraks dibuktikan dengan tidak
berubahnya warna kertas tumerik menjadi jingga.
4. Pada uji warna dengan kurkumin didapatkan didapatkan hasil sampel
bakso yang diuji tidak mengandung boraks dibuktikan dengan tidak
berubahnya larutan sampel menjadi jingga setelah diberi filtrat
kurkumin.
5. Untuk uji kuantitatif dengan titrasi asam basa pada sampel bakso
didapatkan hasil volume analit sebesar 25 mL dengan volume titran
sebesar 0,3 mL. Pada uji ini hanya dilakukan pada satu sampel bakso
sehingga tidak ada pembanding yang dapat dihitung menggunakan
rumus.

DAFTAR PUSTAKA
Saparinto, Cahyo dan Diana hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan.
Yogyakarta: Kanisius.
Anis Fuad, K. S. N. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Graha Ilmu.
Aeni, N., Purnama, A. A., & Afifah, N. 2017. Identifikasi Tumbuhan
Obat di Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FKIP Prodi Biologi, 3(1), 1–6.
Roth, H.J., dan G. Blaschke, 1988, Analisis Farmasi, Gajah Mada
University press, Yogyakarta, 425
Abdul Rohman dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai