Anda di halaman 1dari 6

Tabel hasil

Kelompok Sampel Boraks


A1 Bakso mas min (-)
B1 Bakso komar (-)
A2 Pempek dirga (-)
B2 Pempek 789 (-)
A3 Lontong pramuka (+) <10 mg/kg
B3 Lontong pasar tempel (+)<10 mg/kg
A4 Somay gerbang (-)
B4 Somay depan alfamart (-)
A5 Bakso pasar koga (+)
B5 Bakso bakar pkor (-)
Boraks
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso, siomay, pempek, kerupuk, dll. makanan yag
menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan makanan yang
tidak menggunakan boraks, makanan yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan
tahan lama. Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7) .
Masyarakat Jawa sering menyebut senyawa ini sebagai 'Bleng'. berbentuk padat, jika terlarut
dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya
boraks identik dengan bahaya asam borat. Boraks sebenarnya merupakan pembersih, fungisida,
herbisida, dan insektisida yang bersifat toksik atau meracun untuk manusia. Boraks juga
berfungsi untuk menghaluskan gelas dan juga sebagai pengontrol kecoa. Dalam kondisi toksik
yang kronis (karena mengalami kontak dalam jumlah sedikit demi sedikit namun dalam jangka
waktu yang panjang) akan mengakibatkan tanda-tanda merah pada kulit, seizure, dan gagal
ginjal. Boraks juga dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, mata dan saluran respirasi,
mengganggu kesuburan dan janin. Dosis letal (dosis yang dapat mengakibatkan kematian) pada
dewasa 20 gram, sedangkan pada anak-anak dan binatang kesayangan kurang dari 5 gram
(Nazilliyyah, 2012)
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso,
mie basah, pempek, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk
mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007). Ciri Boraks adalah serbuk kristal putih,
tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5.
Menurut Nazililyyah (2012), Jika sedikit boraks dicampurkan dengan 1 mL asam sulfat
pekat 5 ml methanol atau etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah menguap)
dalam sebuah cawan porselen kecil, dan alkohol ini dinyalakan: alkohol akan terbakar dengan
nyala yang pinggirannya hijau, disebabkan oleh pembentukan metilborat B(OCH3)3 atau etil
borat B(OC2H5)3. Kedua ester ini beracun. Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala
hijau yang serupa.
H3BO3 + 3 CH3OH → B(OCH3)3 ↑ + 3 H2O
Metode Pengujian Boraks

Metode pengujian boraks pada bahan pangan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantatif.

1. Uji Kualitatif

Analisis Kualitatif boraks diantaranya adalah uji nyala, uji warna dengan kertas turmerik,
dan uji warna dengan kertas kurkuma.
a. Uji Nyala
Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan
terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar, kemudian
warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar
menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna hijau
maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur dilakukan dengan melarutkan
senyawa uji dengan metanol dalam wadah (cawan penguap) kemudian dibakar, warna api hijau
menunjukkan terdapat senyawa boraks (Roth, 1988).
b. Uji Warna dengan Kertas Turmerik
Kertas turmerik adalah kertas saring yang dicelupkan ke dalam larutan turmerik (kunyit)
yang digunakan untuk mengidentifikasi asam borat.

c. Uji Warna dengan Kertas Kurkuma


Uji warna kertas kurkuma pada pengujian boraks yaitu sampel ditimbang sebanyak 50
gram dan di oven pada suhu 1200 C, setelah itu di tambahkan dengan 10 gram kalsium karbonat.
Kemudian masukkan ke dalam furnance hingga menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan. Abu
kemudian tambahkan 3 ml asam klorida 10%, celupkan kertas kurkumin. Bila di dalam sampel
terdapat boraks, kertas kurkumin yang berwarna kuning menjadi berwarna merah kecoklatan
(Rohman, 2007).
Pada praktikum identifikasi makanan yang megandung boraks, yaitu meggunakan uji
warna kertas kurkuma dimana di celupkan dengan reagent 1 yaitu reagent Curcumax, dimana
curcumax adalah nama reagen yang diformulasikan Arifin et al. (20012) terdiri dari campuran
asam klorida pekat, polyvinyl alcohol (PVA), kunyit, dan akuades. Reagen Curcumax mampu
mendeteksi boraks dalam makanan hingga konsentrasi 0,5%. Reagen ini praktis dan mudah
digunakan di lapangan (Arifin et al., 2012).
Sampel yang digunakan yaitu pempek dirga, dimana pempek dirga yang kami beli yaitu
beralamat di Jl. H. Komarudin, Rajabasa Raya, Kec. Rajabasa, Kota Bandar Lampung,
Lampung 35142,
Kemudian setelah dilakukan pegamatan tes uji kandungan boraks dalam makanan hasilnya yaitu
negatif (-) dimana pengujian dilakukan dengan uji tes kit boraks yaitu pertama dengan
meggunakan sampel 5 ml ( pempek dirga) yang telah dihaluskan dan dilarutkan degan aquades
kemudian di saring meggunakan kertas saring dan dimasukkan kedalam tambung reaksi,
kemudian sampel ditambah dengan 2-3 tetes reagent yang kemudian ditutup dan di homogenkan
dengan dikocok perlahan, setelah itu masukkan 1 lembar kertas kurkumin kedalam sampel
sampai setengah basah, setelah itu jemur kertas kurkumin tersebut selam 10 menit, setelah kering
amati ada perubahan warna atau tidak, hasil positif (+) jika kertas kurkumin tersebut mengalami
perubahan warna dimana kertas kurkumin yang telah dicelupkan ke dalam sampel pada awalnya
berwarna kuning dan berubah menjadi warna merah bata , kemudian menunjukkkan hasil negatif
(-) apabila kertas kurkumin yang telah dicelupkan kedalam sampel tidak mengalami perubahan
warna (atau tetap berwarna kuning)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 239/Menkes/Per/V/1985 tentang Zat Warna Tertentu yang
dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya;
BAB II JENIS BAHAN BERBAHAYA Pasal 2 (1) Jenis bahan berbahaya meliputi:
a. Larutan Formaldehyde / Formalin (No CAS : 50-00-0),
b. Borax (No CAS : 303-96-4),
c. Kuning Metanil (No CAS : 587-98-4),
d. Rodamin-B (No CAS : 81-88-9),
e. Paraformaldehyde (No CAS : 30525-89-4), f. Trioksan (No CAS : 110-88-3).
Dimana dalam pasal tersebut borax masuk kedalam jenis zat warna tertentu yang berbahaya.
Dikatakan sebagai bahan berbahaya karena Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi
dalam bentuk tunggal dan atau campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan
hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik,
teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks sangat berbahaya untuk tubuh manusia
karena dapat menimbulkan efek akut sampai efek kronis. Efek akutnya jika mengkonsumsi
makanan mengandung boraks berupa tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit untuk
menelan, mual, dan diare dan sebagainya. Efek kronisnya yaitu iritasi pada saluran pernafasan,
penurunan suhu badan dan rasa gatal didada bahkan bisa terkena kanker. Hal ini sesuai dengan
Hidayat (2007), yang menyatakan penggunaan boraks pada makanan dapat menimbulkan efek
akut danefek kronis/jangka panjang.
Daftar Pustaka

Daftar Pustaka Arifin, M., Wijaya, A.E., Kusumawardani, A.S., Lutfatin, R.I., Astuti, E.D.
2012. Laporan Akhir PKM-P Curcumax Reagen Praktis Penguji Kandungan Boraks pada Bakso.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Dufour, L., Sander, J.E., Wyatt, R.D.,Rowland, G.N., Page, R.K. 1992. Experimental
Exposure Of Broiler Chicken To Boric Acid To Assess Clinical Signs And Lesions Of
Toxicosis. Avian Dis. 36 (4):1007-1011.

Grynkliewicz, G., Slifiski, P. 2012. Curcumin and Curcuminoid in Quest for Medicinal
Status. ACTA ABP. 59 : 205.

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., Wood, J.H. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas edisi
keenam Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta 126-143.

Mizura, S.S, Tee, E.S., Ooi, H.E. 1991. Determination of Boric Acid in Foods:
Comparative Study of Three Meethods. J. Sci. Food Agric. 55:261-268

Anda mungkin juga menyukai