Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

“ ANALISIS KANDUNGAN BORAKS”

Dosen Pengampu : apt. Dwi Susiloningrum, M.Farm

Disusun Oleh :

1. Muhammad Umar Baktiar 202005053


2. Nurul Era Yuskiarini 202005059
3. Risda Novi Kurniawati 202005066
4. Silvia Putri Ristiyani 202005070
5. Sinta Nurvitasari 202005071
6. Siti Zulaikah 202005072
7. Tri Astutiningsih 202005076
8. Umalinda Aprilia Putri 202005077

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA


KUDUS

TAHUN AJARAN 2023/2024


BAB IV

ANALISIS KANDUNGAN BORAKS

I. Tujuan

Mahasiswa mampu menganalisis kandungan boraks pada bakso, mie,


dan ikan asin dengan menggunakan metode titrasi.
II. Dasar Teori

Boraks merupakan garam natrium atau natrium tetraborat yang banyak


digunakan di berbagai industri non pangan, khususnya industry kertas,
gelas, pengawet kayu, dan kermik. Boraks biasa berupa serbuk kristal
putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut
dalam alkohol. Boraks digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu.
Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam
borat didalamnya. Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan
dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai
obat
cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.
Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan
salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan
pada luka luar karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Dalam
pengidentifikasian boraks pada makanan jika boraks direaksikan dengan
kurkumin akan menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut
rososiania.

Boraks akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai


dengan seharusnya, tetapi bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet
makanan karena bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan
diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Pada umunya alasan para
produsen menggunakan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah
karena bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harganya
relative murah disbanding bahan pengawet lainnya yang tidak berpengaruh
bruk pada kesehatan. Selain itu, boraks merupakan senyawa yang bias
memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus,
misalnya bakso dan kerupuk. Beberpa contoh mkanan yang dalam
pembuatannya sering menggunakan boraks adalah bakso, kerupuk, ikan,
tahu, mie, dan juga daging ayam.

Boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi


manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi
tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf.

Dalam percobaan ini dilakukan penentuan kadar boraks dalam makanan


dengan menggunakan metode asidimetri dengan zat titrasi atau titran
digunakan komplekson HCl, menggunakan indikator metil merah dengan
titik akhir titrasi dicapai pada saat larutan berubah dari warna kuning
menjadi merah jingga atau merah orange.
III. Alat dan Bahan

I. Alat
 Buret
 Erlenmeyer 250 ml
 Gelas kimia 100 ml
 Gelas ukur 10 ml
 Pipet skala
 Pipet tetes
 Pipet volume 10 ml
 Sendok tanduk
 Statif dan klem
 Stirer Kertas laminating
 Timbangan analitik
 Pisau
 Cawan porselin
 Tissue
 Mortir & stemper

Bahan
 Aquadest
 Bakso
 Mie basah
 Larutan baku HCL 0,1 N 500 mL
 Indikator Metil merah 0,1%
 Kertas timbang
 Natrium Karbonat
 Kertas saring
IV. Cara Kerja
a. Pembakuan asam klorida 0,1 N
Pipet seksama ± 10,0 mL Natrium Karbonat dimasukkan ke
dalam erlenmeyer

Tambahkan 40 mL akuades bebas CO2

Tambahkan 2-3 tetes indikator MR 0,1%

Titrasi dengan larutan HCL ± 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah jingga atau merah orange

b. Penentuan kadar boraks

Timbang bakso/mie/ikan asin sebanyak 500 mg

Haluskan bakso/mie/ikan asin dengan mortir

Tambahkan aquadest sebanyak 50 ml

Saring bakso/mie/ikan asin dengan kertas saring


Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sebanyak 3 kali titrasi, menggunakan indikator metil me

Hitung kadar dari titrasi tersebut

V. Hasil

Pembakuan asam kolrida 0,1 N


Titrasi 1 = 14,5 ml
Titrasi 2 = 14,7 ml
Titrasi 3 = 14,9 ml
+
= 44,1 ml : 3
= 14,7 ml
Rata – rata = V1 x N1 = V2 x N2
10 x 0,1 = 14,7 x N2
1 = 14,7 x N2
N2 = V1 x N1
+

V2
N2 = 10 x 0,1

14,7
N2 = 0,06 N

Penentuan asam boraks


Titrasi 1 = 1 ml
Titrasi 2 = 1,1 ml
Titrasi 3 = 1,2 ml
+
= 3,3 ml : 3
= 1,1 ml

Kadar sampel = ( ml titran x N titran x BE zat)


X 100% b/b
mg sampel
= ( 1,1 x 0,06 N x 381, 37)
X 100% b/b
500
= 0,050 x 100%
= 5,03 % b/b

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan analisis kandungan boraks. Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah menganalisis kandungan boraks pada bakso,
mie, dan ikan asin dengan menggunakan metode titrasi.
Praktikum ini menggunakan metode titrasi asidimetri, dimana metode
asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan
baku basa. Titrasi asidimetri termasuk dalam titrasi netralisasi. Titrasi sendiri
merupakan proses mengukur volume larutan yang diketahui volumenya
sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur
volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Didalam
prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir
stoikometer. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian indicator asam-basa yang
membantu sehingga titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan
keadaan dimana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan
menyebabkan perubahan warna indikator.
Pada praktikum ini bahan yang digunakan yaitu Boraks (Na2B4O7)
dengan nama kimia natrium tetraborat, boraks merupakan senyawa kimia
yang berbentuk Kristal putih, bahan lain yang digunakan yaitu natrium
karbonat sebagai baku primer, asam klorida (HCL) sebagai baku sekunder
dan untuk menunjukkan titik akhir titrasi digunakan indikator metil merah,
titik akhir titrasi ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna menjadi
merah jingga. Langkah pertama yang dilakukan yaitu pembuatan asam
klorida 0,1N. Natrium karbonat dipipet seksama kurang lebih 10,0 mL
lalu dimasukkan
erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 40 mL aquades bebas CO2 dan
ditambahkan 2-3 tetes indkator MR 0,1%, lalu dititrasi dengan larutan HCL
0,1N sampai terjadi perubahan warna kuning atau orange. Percobaan
dilakukan sebanyak 3 kali, pada percobaan pertama volume titran 14,5 mL,
yang kedua 14,7 mL dan yang ketiga 14,9 mL. Terjadi perubahan warna dari
kuning pucat menjadi orange atau jingga. Rata – rata normalitas HCL yang
diperole sebesar 0,06 N.
Langkah yang kedua yaitu penetapan kadar boraks dengan menimbang
bakso/ mie sebanyak 500 mg, kemudian masing – masing bahan dihaluskan
dengan mortir. Bakso/ mie direndam dengan aquades sebanyak 50 ml, lalu
disaring dengan kertas saring. Titrasi dilakukan dengan larutan HCL 0,1 N
dan menggunakan indikator metil merah. Percobaan dilakukan sebanyak 3
kali, volume titran yang pertama yaitu 1 ml, yang kedua 1,1 ml dan yang
ketiga 1,2 ml. Terjadi perubahan warna dari kuning pucat menjadi merah
muda. Rata – rata kadar boraks yang didapat yaitu sebesar 5,03% b/b

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat di tarik
kesimpulan :
a. Penetapan yang di lakukan pada percobaan ini bertujuan untuk
menentukan kadar boraks pada sampel bakso dan mie dengam metode
titrasi.
b. Hasil pembuatan asam klorida 0,1%, terjadi perubahan warna dari kuning
pucat menjadi orange atau jingga. Rata – rata normalitas HCL yang
diperoleh sebesar 0,06 N.
c. Hasil dari penetapan kadar boraks pada sampel (Bakso & mie) positif
mengandung boraks, karena terjadi perubahan warna dari kuning pucat
menjadi merah muda dan untuk rata – rata kadar boraks yang didapat
yaitu sebesar 5,03% b/b

VIII. Daftar Pustaka


- Buku petunjuk praktikum analisis farmasi tahun 2023
- Putriasih et al,. 2012. Laporan Praktikum Penetapan Kadar Boraks
Dengan Metode Asidimetri
- Sulpia et al,. 2017. Penetapan Kadar Boraks Pada Sampel Makanan
Metode Asidimetri.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai