Anda di halaman 1dari 4

PERCOBAAN 2

TITRASI ASIDIMETRI

1.1 TUJUAN
a. Mengetahui normalitas HCl dengan baku primer NaHCO3.
b. Menetapkan kadar zat dalam sampel.

1.2 TEORI
1.2.1 Konsep Asam-Basa
Prinsip reaksi asam basa adalah terjadinya reaksi penetralan antara asam dengan basa
atau sebaliknya, dimana ion H+ dari asam akan bereaksi dengan OH- dari basanya
membentuk molekul air yang netral (memiliki pH=7). Dalam konteks titrasi asam
basa dapat dikatakan bahwa reaksi penetralan zat pentiter (titran) dan zat yang dititrasi
(titrat).
1.2.2 Reaksi Netralisasi
Dengan mengetahui pH akhir titrasi, dapat ditentukan indikator yang tepat antara lain:
a. Netralisasi asam kuat dengan basa kuat
Keasaman pada titik ekivalen ini dimana ekiven asam sama dengan ekivalen basa
yaitu 7. Dikarenakan tidak ada indikator yang tepat 7 maka ada 2 alternatif
indikator yang digunakan yaitu, jika titran yang digunakan adalah basa maka
menggunakan indikator fenolftalein (PP) karena satu tetes kelebihan akan terjadi
loncatan pH ke arah basa, namun jika titran yang digunakan adalah asam maka
digunakan indikator metil merah karena satu tetes keleihnanya akan loncat ke pH
asam.
b. Netralisasi asam kuat dengan basa lemah
Titik ekivalen berada didaerah asam maka indikator yang dapat digunakan adalah
metil merah, brom fenol biru, berok kresol hijau.
c. Netralisasi asam lemah dengan basa kuat
Titik ekivalen berada didaerah basa maka indikator yang dapat digunakan adalah
fenolftalein, timol biru, timol ftalein.
d. Netralisasi asam lemah dengan basa lemah
Dalam titrasi ini tridak terjadi lonjakan pH yang besar sehingga indikator-
indikator sederhana tidak dapat digunakan karena tidak dapat
menunjukkanperubahan warna yang tajam pada titik ekivalen, karena itu
sebaiknya dipakai indikator campuran, misalnya campuran netral merah dengan
metilen biru.
1.2.3 Indikator
Untuk menentukan titik akhir dari sebuah titrasi diperlukan suatu senyawa yang dapat
menunjukkan perubahan yang terjadi yang dikenal sebagai senyawa indikator.
indikator merupakan senyawa asam atau basa organik lemah yang akan mengalami
perubahan warna pada lilngkungan pH tertentu. Perubahan warna terjadi karena
adanya perubahan komposisi senyawa indikator dalam bentuk molekul dan terion,
yang mana bentuk molekul dan bentuk ionnya memiliki warna yang berbeda. Berikut
ini beberapa contoh indikator yang biasa digunakan dalam titrasi asam basa
No Indikator Rentang pH Perubahan Warna
1. Metil Kuning 2,9 – 4,0 Merah – kuning
2. Metil Jingga 3.0 – 4.5 Merah – jingga
3. Brom Kresol Hijau 3.8 – 5.4 Kuning – hijau
4. Metil Merah 4.2 – 6.3 Kuning – merah
5. Brom Tymol Blue 6.0 – 7.6 Kuning –biru
6. Fenol Merah 6.8 – 8.0 Kuning – merah
7. Timol Biru 9.0 – 9.6 Kuning – biru ungu
8. Fenolftalein 8.2 – 10.0 Tidak berwarna – merah
9. Alizarin Kuning 10.1 – 12.0 Kuning – merah

1.3 ALAT DAN BAHAN


1.3.1 Alat
a. Buret mikro 10 ml (skala 0,02 ml)
b. Statif dan klem buret
c. Labu Erlenmeyer 100 ml
d. Beaker glass
e. Gelas ukur 10 ml dan 25 ml
f. Pipet tetes
g. Botol semprot
h. Kertas perkamen
i. Timbangan analitik
1.3.2 Bahan
a. HCl 38%
b. Natrium karbonat
c. Aquadest bebas CO2
d. Etanol
e. Indokator Metil Merah
f. Sampel

1.4 PERSIAPAN BAHAN


1.4.1 Pembuatan air bebas CO2
Aquadest diisikan sebanyak 5/6 dari volume wadah yang dipakai lalu wadah ditutup
dengan kaca arloji. Panaskan sampai mendidih yang ditandai dari bunyi berderik dari
kaca arloji, biarkan mendidih selama kurang lebih 10 menit, kemudian biarkan
menjadi dingin. Masukkan sebagian ke dalam botol semprot yang ujungnya ditutup
dengan karet pipet.

1.4.2 Pembuatan larutan HCl 0,1 N


Masukkan 9 ml HCl ke dalam labu 1 L yang telah diisi 500 ml air suling, kemudian
tambahkan air suling hingga 1 L. kocok hingga homogen.
1.4.3 Pembuatan indikator Metil Jingga
Lihat Farmakope edisi 4

1.4.4 Pembuatan indikator Metil Merah


Lihat Farmakope edisi 4

1.5 PEMBAKUAN HCl


1.5.1 Pembakuan larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3
a. Timbang dengan seksama Na2CO3 anhidrat yang sebelumnya telah dikeringkan
selama 1 jam pada temperatur 27oC sebanyak 200 mg.
b. Masukkan kedalam Erlenmeyer 200 ml.
c. Tambahkan 50 ml aquadest dan 2 tetes indikator metil jingga.
d. Titrasi dengan HCl 0,1 N hingga timbul warna jingga atau pink pucat.
e. Reaksi:
Na2CO3 + 2HCl  2NaCl + CO2 + H2O
(1 ml HCl 0,1 N ~ 5,299 mg Na2CO3 anhidrat)

1.5.2 Pembakuan larutan HCl dengan Na2B2O7.10H2O


a. Timbang dengan seksama 200 mg natrium tetraborat (Borax).
b. Masukkan ke dalam Erlenmeyer 200 ml lalu tambahkan 50 ml aquadest dan 2
tetes indikator metil merah.
c. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi pink.
d. Reaksi:
B4O72- + 2H+ +5H2O  4H3BO3
(1 ml HCl 0,1 N ~ 19,072 mg Na2B4O7.10H2O)

1.6 PENETAPAN KADAR


1.6.1 Barbital Natrium
Timbang seksam 500 mg. Larutkan dalam 30 ml alkohol netral dan 15 ml air, titrasi
dengan asam klorida dengan menggunakan indikator febol biru.
Tiap ml HCl 0,1 N setara dengan 20,60 mg C8H11O3N2Na.

1.6.2 Kodein
Timbang seksama 300 mg, larutkan dalam 2 ml alkohol netral terhadap metil merah,
tambahkan 20 ml air, titrasi dengan asam klorida 0,1 N dengan menggunakan
indikator metil merah dampai terjadi warna merah muda.
Tiap ml HCl 0,1 N setara dengan 29,94 mg kodein.

1.6.3 Luminal Na
Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam campuran 30 ml etanol 95% netral dan 15
ml air. Titrasi dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikatorbiru bromfenol.
Tiap ml HCl 0,1 N setara dengan 25,40 mg C12H11N2NaO3.
1.6.4 Natrium bikarbonat
Larutan 1 g yangt ditimbang seksama dalam 20 ml air. Titrase dengan asam klorida
0,5 N menggunakan indikator larutan jingga metil.
Tiap ml HCl 0,5 N setara dengan 42,00 mg NaHCO3.

1.6.5 Seng Oksida


Larutkan 1,5 g yang telah dipijarkan dan ditimbang seksama dan 2,5 g amonium
klorida P dalam 50 ml asam sulfat 1 N, jika perlu dengan pemanasan perlahan-lahan.
Jika telah larut sempurna, titrasi dengan natrium sulfat 1 N dengan menggunakan
indikator larutan jingga metil.
Tiap ml asam sulfat 1 N setara dengan 40,69 mg ZnO.

Anda mungkin juga menyukai