Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PIAGAM JAKARTA DALAM LINTAS SEJARAH BANGSA INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

Dosen pengampu : Abdul Kadir Badjuber, M,pd.I

Disusun oleh :

Aisyah Humairah

Tasliatul Fuadi

Wildania

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH MOHAMMAD NATSIR

JAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohatullahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam atas segala rahmat yang
telah Allah berikan kepada kita semua berkat rahmat serta karunia-Nyalah sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pengampuh mata


kuliah Pancasila, karena berkat tugas yang diberikan ini dapat menambah wawasan
kami sebagai pemakalah dan berkaitan dengan topik yang diberikan..

Kami mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam


mempelajari sejarah piagam lJakarta sebagai bangsa Indonesia. Kami sebagai
pemakalah menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan
banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca khususnya pada Dosen Bidang Studi ini. Demi kesempurnaan dalam
membuat makalah (karya tulis) pada waktu mendatang. Untuk itu kami selaku
penulis mengucapkan terima kasih wa Jazakumullahu Khairan.

Jakarta, 22 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Makalah.............................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................2
PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Sejarah Piagam Jakarta..................................................................................2
B. Isi Piagam Jakarta..........................................................................................4
C. Perumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta..................................................6
D. Perbedaan Piagam Jakarta dan Pancasila.......................................................7
BAB III........................................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Piagam Jakarta yang terjadi pada tanggal 22 juni 1945 yang dipelopori oleh
Haji Agus Salim, KH. Wahid Hasyim, Abikusno dan Abdul Kahar Muzakir,
Soekarno, Mohammad Hatta, A.A Maramis, Achmad Subardja dan Muhamad
Yamin merupakan peristiwa pemicu awal terbentuknya identitas politik Islam
Indonesia dengan mendirikan himpunan partai Islam yang dinamakan partai
Masyumi. Masyumi yang merupakan partai besar Islam pertama yang diresmikan
oleh presiden Soekarno pada tanggal 7 sampai 8 November 1945 dalam Kongres
Umat Islam Indonesia di Yogyakarta sebagai kebulatan tekad Umat Islam
memasuki pentas politik di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Piagam Jakarta dalam Lintas Sejarah Bangsa Indonesia?


2. Apa saja Isi Piagam Jakarta?
3. Bagaiamana Rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta?
4. Apa Perbedaan Piagam Jakarta dan Pancasila?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk Mengetahui Sejarah Piagam Jakarta dalam Lintas Bangsa


Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Isi Piagam Jakarta.
3. Untuk Mengetahui Rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta.
4. Untuk Mengetahui Perbedaan Piagam Jakarta dan Pancasila.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Piagam Jakarta

Konstitusional negara Indonesia pertama kali lahir pada 18 Agustus 1945


yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). UUD
1945 pada intinya memiliki 2 unsur pokok yakni Pembukaan dan Batang Tubuh.
Sebelum menjadi sebuah konstitusi, perumusan dan penyesuaiannya melewati
sejarah yang cukup Panjang, yakni sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI).

Tanggal 22 Juni biasanya memang dikenal oleh umat Islam Indonesia sebagai
hari kelahiran Piagam Jakarta (the Jakarta Charter). Peristiwa itu memperingati
pengesahan sebuah dokumen penting, yang disebut sebagai “Piagam Jakarta”.
Sebuah naskah yang kemudian menjadi kontroversi panjang dalam sejarah

Pada tanggal itu, 22 Juni 1945, Panitia Sembilan yang dibentuk oleh Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) yang dikenal juga dengan
nama Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai menandatangani rancangan Pembukaan
Undang-Undang Dasar negara RI yang berikutnya dikenal sebagai Piagam
Jakarta tersebut.

Pasca kemerdekaan sampai terselenggaranya pemilihan umum pertama pada


tahun 1955 muncul partai-partai besar lainnya seperti, Partai Nasionalis
Indonesia (PNI), Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang menduduki sebagian besar dari kursi pemerintahan. Masyumi
memiliki misi yaitu untuk membangun politik yang sejahtera bagi masyarakat
Indonesia. Masyumi berkembang dengan pesat di kalangan masyarakat Indonesia

2
karena memiliki kesan-kesan yang baik dan dapat diterima serta dimengerti oleh
masyarakat kota maupun desa.

Hal tersebut karena, Masyumi banyak memberikan sumbangsih pemikiran


dan kemajuan bagi masyarakat muslim. Tujuan partai Masyumi adalah sebagai
partai penyatu partai umat Islam dalam bidang politik.1

 Tokoh- tokoh Perumusan Piagam Jakarta

Kesembilan orang tersebut adalah :

1) Soekarno
2) Mohammad Hatta
3) Muhammad Yamin
4) Achmad Soebarjo
5) Abikoesno Tjokrosoejoso
6) Abdul Kahar Muzakkir
7) Abdu Wahid Hasyim
8) Haji Agus Salim
9) A.A. Maramis

Para pengamat politik, biasanya membagi aspirasi politik kesembilan orang


tersebut sebagai berikut:

a) Empat pertama adalah nasionalis sekuler


b) Empat kedua adalah nasionalis Islam
c) Dan terakhir adalah Kristen yang juga lebih cenderung pada
kelompok pertama.

1
Verelladevanka Adryamarthanino, Piagam Jakarta: Sejarah, Isi, Tokoh Perumus, dan Kontroversi,
Diakses pada 06 Desember 2022,
https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/22/100000779/piagam-jakarta-sejarah-isi-tokoh-
perumus-dan-kontroversil/ (Adryamarthanino, 2022)

3
B. Isi Piagam Jakarta

Pada tanggal 10 Juli 1945, di hadapan sidang BPUPK, Soekarno


membacakan Naskah yang merupakan hasil kerja keras kesembilan tokoh pendiri
bangsa Indonesia tersebut:

“Pembukaan: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala


bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampaikan


kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia, yang merdeka, berdaulat,
adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia


Merdeka yang melindungi segenap tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu hukum dasar negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan
kepada Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.”2

Itulah naskah yang kemudian dikenal dengan nama “Piagam Jakarta”, karena
ditandatangani di Jakarta. Usai menyampaikan naskah Piagam Jakarta tersebut,
kepada para pemimpin dan anggota BPUPK, Soekarno mengatakan:
2
Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, Jakarta (Gema Insani Press, 1997) hal 29.

4
“Di dalam preambule itu ternyatalah, seperti saya katakana tempo hari,
segenap pokok-pokok pikian yang mengisi dada Sebagian besar daripada
anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyosakai. Masuk di dalamnya ke-
Tuhanan, dan terutama sekali kewajiban umat Islam untuk menjalankan
syariat Islam masuk di dalamnya; kebulatan nasionalisme Indonesia,
persatuan bangsa Indonesia masuk didalamnya; kemanusiaan atau Indonesia
merdeka masuk di dalamnya; perwakilan permufakatan kedaulatan rakyat
masuk di dalamnya; keadilan sosial, sociale rechtvaardigheit, masuk di
dalamnya. Maka oleh karena itu, Panitia kecil penyelidik usul-usul
berkeyakinan bahwa inilah preambule yang bisa menghubungkan,
mempersatukan segenap aliran yang ada di kalangan anggota-anggota
Dokuritsu Zyunbi Tyosakai.”3

Sore hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,


terjadi perubahan terhadap isi dari Piagam Jakarta. Kala itu, Mohammad Hatta
didatangi oleh perwakilan dari rakyat Indonesia bagian timur. Mereka
menyampaikan bahwa ada beberapa wakil Protestan dan Katolik yang merasa
keberatan dengan salah satu kalimat dalam Piagam Jakarta, yang berbunyi
"Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya" Menanggapi protes tersebut, Hatta mengajak beberapa tokoh, seperti Ki
Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr. Teuku
Mohammad Hasan, melaksanakan rapat sebelum sidang PPKI dimulai. Hasilnya,
mereka sepakat untuk menghilangkan kalimat yang dipermasalahkan dan
menggantinya dengan "Ketuhanan Yang Maha Esa." Setelah ada perubahan isi,
Piagam Jakarta diubah namanya menjadi Pembukaan UUD 1945, yang diresmikan
oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.

Meski Piagam Jakarta dijadikan sebagai Pembukaan UUD 1945, rupanya


muncul beragam kontroversi terhadap naskah ini. Setelah kalimat "Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti
menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa", sebagian kelompok masih berusaha untuk
mengembalikannya seperti semula. Bahkan, ada beberapa kelompok yang sampai

3
DR. Adian Husaini, Pancasila untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam, Jakarta : (Gema
Insani, 2009), hal 37. (Husaini, 2009)

5
melakukan pemberontakan bersenjata, seperti yang dilakukan kelompok DI/TII.
Usaha mengembalikan kalimat tersebut juga dilakukan lewat jalur politik, di
mana dalam sidang-sidang konstituante di Bandung masa 1956-1959, sejumlah
partai yang berasaskan Islam memperjuangkan berlakunya Kembali syariat Islam
sebagai dasar negara Indonesia.

Perumusan Piagam Jakarta menunjukkan sedemikian rupa bahwa umat Islam


Indonesia perlu dijamin identitasnya. Kewajiban mereka melaksanakan syariat
Islam perlu dijamin secara konstitusional. Menurut Anwar Harjono, hal ini bukan
berarti umat Islam menghendaki pemisahan, melainkan karena posisinya yang
mayoritas sehingga memerlukan jaminan konstitusional dalam menyelesaikan
syariat agamanya, dan melaksanakan syariat itu merupakan kewajiban umat
Islam. Lagi pula, dengan memberikan jaminan konstitusional kepada penduduk
mayoritas, stabilitas negara yang akan dilahirkan pasti menjadi sangat lebih
terjamin.4

C. Perumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta

Sidang BPUPKI yang dilaksanakan pada kurun waktu 29 Mei 1945 hingga 1
Juni 1945 belum menetapkan ketiga usulan rumusan dasar negara tersebut
menjadi sebuah dasar dalam negara Indonesia. Pada saat itu pula dibentuk panitia
yang beranggota sembilan orang yang dikenal dengan sebutan ‘Panitia Sembilan’
Panitia sembilan yang diketuai oleh Ir. Soekarno pada tanggal22 Juni 1945
berhasil merumuskan naskah Rancangan Pembukaan UUD yang kemudian
dikenal dengan Piagam Jakarta (Djakarta Center) yang berisi, sebagai berikut:

1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
4
(Harjono, 1997) hal. 39

6
Selanjutnya, dengan berbagai pertimbangan yang mencakupi, keragaman
suku bangsa, agama, budaya yang terdapat di Indonesia, dikeluarkan Peratuan
Presiden atau PP No. 12 tahun 1968 tertanggal 13 April 1968 mengenai Rumusan
Dasar Negara dalam negara Indonesia, dikemukakan Rumusan Pancasila yang
benar dan sah adalah rumusan yang tercantum di dalam pembukaan UUD
1945yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 dengan rumusan sebagai
berikut:

1) Ketuhanan yang Maha Esa


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia5

D. Perbedaan Piagam Jakarta dan Pancasila

Dasar negara yang dipilih bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pancasila


dijadikan pedoman pokok dalam mengatur kehidupan penyelenggaraan negara
yang mencakup bidang kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya serta
pertahanan keamanan negara. Dasar negara Republik Indonesia termasuk di
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea IV, yakni Pancasila. Hal
ini ditegaskan kembali pada era reformasi ini, yaitu di dalam ketetapan MPR-RI
No XVIII/MPR/1998.Pancasila merupakan landasan yuridis konstitsional dan
dapat disebut jugasebagai ideologi negara atau filsafat negara.6

Sedangkan Jakarta Charter (Piagam Jakarta) ialah cikal bakal dari rumusan
pancasila tersebut. Perbedaan Pancasila dan Piagam Jakarta adalah terletak pada
isinya yakni sila pertama apabila Piagam Jakarta pada sila pertamanya ialah

5
Jurnal Darsita, Sejarah Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan Proklamasi, hlm. 10-11.
(Darsita)
6
Matroji. Sejarah. (Jakarta: Erlangga, 2009) , hal 22-25).

7
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya Sedangkan pada pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB III
PENUTUP

8
A. Kesimpulan
Piagam Jakarta adalah naskah pembukaan (preambule) UUD 1945 yang
disiapkan untuk konstitusi Negara Indonesia merdeka. Setelah Bung Karno
menyampaikan usulannya, maka berakhir pula sidang pleno pertama BPUPKI.
Setelah itu, 38 orang melanjutkan pertemuan untuk membentuk panitia kecil
untuk merumuskan usulan Bung Karno dengan tetap memperhatikan semua
usulan yang berkembang dalam siding.

Kemudian tim perumus dibentuk sebanyak 9 orang, terdiri dari Bung Karno
(Ketua) dan 8 orang anggota, yakni Moh. Hatta, Moh. Yamin, Soebarjo ,AA
Maramis, Agus Salim, Abi Kusuno Tjopkrosujoso, Kahar Muzakir, dan Wahid
Hasyim. Dan membagi aspirasi kedalam tiga golongan:

 Golongan nasionalis
 Golongan netral agama
 Golongan nasionalis muslim

Maka muncullah kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah Piagam, yang


oleh Muh. Yamin di namakan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 (Jakarta Charter).

B. Saran
Pada makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari
segi penulisan maupun isi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan pembuatan makalah yang akan datang.
Demikian penulisan makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis,
khususnya bagi pembaca

9
DAFTAR PUSTAKA

Adryamarthanino, V. (2022, 06 22). Piagam Jakarta: Sejarah, Isi, Tokoh Perumus,


dan Kontroversi.
Anshari, E. S. (1997). Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Jakarta: Gema Insani Press.
Azza, A. R., & Rohmah, F. N. (2022, 11 28). Makalah Piagam Jakarta. Retrieved
from SCRIBD: https://www.scribd.com/document/498251096/Makalah-
Piagam-Jakarta
Darsita. (n.d.). Sejarah Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan
Proklamasi. Jurnal Darsita, 10-11.
Harjono, A. (1997). Perjalanan Politik Bangsa, Menoleh Ke Belakang Menatap
Masa Depan. Jakarta: Gema Insani Press.
Husaini, D. A. (2009). Pancasila untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam.
Jakarta: Gema Insani.
Matroji. (2009). Sejarah. Jakarta: Erlangga.

iii

Anda mungkin juga menyukai