Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

"Hubungan Industrial Dan Serikat Pekerja"

Dosen Pembimbing :

Hj. Juju Zuhriatusobah HS., SE., MM

Oleh :

Dita Nursofwa 41033402211188

Asep Ganjar 41033402211222

Viana lifianti 41033402211229

Anggi Dwi Yuliana 41033402211246

Muhammad Faisal 41033402211179

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang
diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan –
bahan materi makalah ini dari beberapa sumber.

Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai


macam bahan tentang Serikat Pekerja Di Indonesia. Kami sadar bahwa
makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan
dari para pembaca.

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam


penulisan, kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami
mengucapkan terima kasih.

Hormat Kami

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Serikat Pekerja 3
2.1.1 Pengertian Serikat Pekerja 3
2.1.2 Asas, Sifat dan Tujuan 4
2.1.3 Fungsi Serikat Pekerja 5
2.2 Pembentukan Serikat Pekerja 5
2.2.1 Dasar Pembentukan Serikat Pekerja 5
2.2.2 Prosedur Mendirikan Serikat Pekerja 6
2.3.3 Tujuan Didirikannya Serikat Pekerja 10
2.3 Keanggotaan Serikat Kerja 11
2.3.1 Hak-Hak Anggota : 12
2.3.2 Kewajiban Anggota : 12
2.4 Perkembangan Serikat Pekerja Di Indonesia 13
2.4.1 Perkembangan Sebelum Kemerdekaan 13
2.4.2 Perkembangan Setelah Kemerdekaan. 13
2.4.3 Perkembangan Dalam Era Demokrasi Terpimpin. 13
2.4.4 Perkembangan Setelah Pemerintah Orde Baru. 14
2.5 Kebijakan Publik Dan Organisasi Industri, Mengatasi Hambatan Dalam
Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis 14
BAB III PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serikat pekerja di indonesia erat hubunganya dengan Sejarah


Pergerakan Buruh Indonesia. Dan semua ini juga hasil dari kemerdekaan
negara Republik Indonesia.
Pada 15 September 1945 lahir sebuah organisasi massa buruh yang
bernama BBI (Barisan Buruh Indonesia). BBI mengutamakan barisan buruh
untuk memudahkan mobilisasi oleh serikat sekerja dan Partai Buruh.
Dalam kongresnya pada bulan September 1945 yang dihadiri oleh kaum
buruh dan tani, tercetuslah Partai Buruh Indonesia. BBI juga sepakat untuk
menuntaskan revolusi nasional. Untuk mempertahankan tanah air dari
serangan musuh, BBI membentuk Laskar Buruh bersenjata di pabrik pabrik.
Untuk kaum perempuan dibentuk Barisan Buruh Wanita (BBW).
BBI dilebur menjadi GASBI (Gabungan Serikat Buruh Indonesia) pada
1946. Serikat buruh yang tidak sepakat dengan struktur GASBI keluar dan
membentuk GASBV (Gabungan Serikat Buruh Vertikal). Tetapi pada bulan
November, tahun yang sama, atas usaha Alimin dan Harjono, GASBI dan
GASBV berhasil dilebur menjadi SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia).
SOBSI sempat mengalami perpecahan akibat perbedaan sikap dalam
menanggapi perjanjian Renville pada 1948. Tetapi tidak lama kemudian
SOBSI berhasil kembali mengkonsolidasikan pecahan-pecahannya.
Bahkan dalam pernyataan politiknya tahun 1948, SOBSI kemudian
menegaskan menolak perjanjian Renville. SOBSI kemudian menyatakan
keluar dari HISSBI (Himpunan Serikat-serikat buruh Indonesia) karena
perbedaan garis politik.
Soekarno mengeluarkan dua konsepsi mengenai kabinet karya dan
dewan nasional pada tahun 1957. Kabinet karya ini adalah kabinet
eksekutif yang menampung orang-orang di parlemen dan partai politik.

2
Buruh sebagai golongan fungsional mendapatkan tempat di Dewan
Perancang Nasional. Anggota Dewan ini 77 orang, dan dari 77 itu ada lima
wakil angkatan buruh/pegawai yaitu dari SOBSI, SOBRI, RKS dan dua orang
dari KBKI. Sementara di Dewan Pertimbangan Agung, duduk dua orang
wakil dari buruh yaitu dari SOBSI dan KBKI.
Dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) didirikan sebagai satu-
satunya serikat buruh yang diakui pemerintah pada 1973.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari serikat kerja?


2. Bagaimana pembentukan serikat kerja?
3. Bagaimana keanggotaan serikat kerja?
4. Bagaimana perkembangan serikat kerja di Indonesia?
5. Bagaimana public dan organisasi industri?

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

1. Mengetahui pengertian dari serikat kerja.


2. Mengetahui bagaimana pembentukan serikat kerja.
3. Mengetahui keanggotaan serikat kerja.
4. Mengetahui perkembangan serikat kerja di Indonesia.
5. Mengetahui public dan organisasi industri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Serikat Pekerja

2.1.1 Pengertian Serikat Pekerja


Henry Simamora (1999: 678) menyatakan bahwa “Serikat Pekerja
adalah sebuah organisasi yang berunding bagi karyawan tentang upah-
upah, jam-jam kerja, dan syarat-syarat dan kondisi-kondisi pekerjaan
lainnya”. Dari pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa serikat
pekerja merupakan organisasi berunding bagi para pekerja. Dengan
kehadiran Serikat Pekerja para pekerja dapat melakukan negosiasi dengan
pengusaha dalam hal kebijakan perusahaan, sebab ketika ada serikat
pekerja maka menjadi sebuah kewajiban bagi pengusaha untuk
menegosiasikan segala sesuatu dengan serikat pekerja
Pengertian Serikat Pekerja menurut Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 tentang serikat pekerja adalah adalah sebagai berikut: Serikat
pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja baik
di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri,demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta
meningkatkan kesejahteraan, pekerja/buruh dan keluarganya.
Serikat pekerja merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin
dihindari oleh perusahaan. Serikat pekerja dapat digunakan oleh pekerja
sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Suatu kenyataan penetapan
besarnya upah dan syarat-syarat kerja yang lain diserahkan kepada
perusahaan dan pekerja sebagai pribadi. Kedudukan pekerja adalah
sangat lemah. Menyadari akan kelemahannya dalam menghadapi
perusahaan itu, mereka merasa perlu adanya persatuan. Dengan adanya
persatuan mereka akan mempunyai kekuatan dalam menghadapi
perusahaan.
Salah satu fungsi Serikat Pekerja menurut Undang-Undang No 21
Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja adalah sebagai sarana menciptakan

3
hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu
Serikat Pekerja harus menjalankan perannya dengan baik agar tercipta
hubungan industrial yang harmonis sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai.
Kehadiran serikat kerja mengubah secara signifikan beberapa
aktivitas sumber daya manusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi,
tingkat upah, kenaikan gaji, paket tunjangan, system keluhan, dan prosedur
disiplin dapat berubah secara drastis disebabkan oleh ketentuan
perjanjian perundingan kerja bersama (collective bargaining agreement).
Tanpa kehadiran serikat pekerja, perusahaan leluasa mengambil
keputusan unilateral menyangkut gaji, jam kerja, dan kondisi kerja.
Keputusan ini dilakukan oleh perusahaan tanpa masukan atau persetujuan
dari kalangan pekerja. Pekerja-pekerja yang tidak menjadi anggota serikat
pekerja harus menerima persyaratan manajemen, menegosiasikannya
dengan serikat pekerja dalam hal pengambilan keputusan bilateral
(bilateral decision making) mengenai tingkat gaji, jam kerja, kondisi kerja,
dan masalah keamanan kerja lainnya. Alih-alih menghadapi setiap pekerja
secara satu per satu, perusahaan harus berunding dengan serikat pekerja
yang mewakili kalangan pekerja.
Serikat pekerja biasanya mencoba memperluas pengaruhnya ke
dalam wilayah lain manajemen seperti penjadwalan kerja, penyusunan
standar kerja, desain ulang pekerjaan, dan pengenalan peralatan dan
metode baru. Perusahaan umumnya juga menolak pelanggaran batas ke
dalam wilayah pengambilan keputusan ini dengan mengklaim bahwa
persoalan tersebut merupakan hak prerogatif manajemen.

2.1.2 Asas, Sifat dan Tujuan


1. Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat
pekerja mempunyai asas yang tidak bertentangan dengan Pancasila
dan UUD 1945.
2. Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat

4
pekerja mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab.
3. Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat
pekerja bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi
pekerja dan keluarganya.

2.1.3 Fungsi Serikat Pekerja


 Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan pekerja.
 Lembaga perunding mewakili pekerja.
 Melindungi dan membela hak – hak dan kepentingan kerja.
 Wadah pembinaan dan wahana peningkatan pengetahuan pekerja.
 Wahana peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
 Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan.
 Wakil pekerja dalam lembaga – lembaga ketenagakerjaan
 Wakil untuk dan atas nama anggota baik di dalam maupun di luar
pengadilan.

2.2 Pembentukan Serikat Pekerja

Para pekerja bebas membentuk Serikat Pekerja, karena berserikat


merupakan hak pekerja. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000
Tentang Serikat Pekerja yang tertuang dalam Pasal 5, setiap pekerja/buruh
berhak membentuk Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Serikat Pekerja dapat
dibentuk oleh sekurang-kurangnya sepuluh orang pekerja.
Serikat Pekerja yang teleh terbentuk harus mencatatkan ke Lembaga
yang terkait, kemudian lembaga yang terkait tersebut memberikan nomor
bukti pencatatan.

2.2.1 Dasar Pembentukan Serikat Pekerja


Dan serikat pekerja atau buruh itu sendiri dibentuk berdasarkan:

5
 Undang-undang Dasar Negara RI Th. 1945
 Piagam PBB tentang Hak-hak asasi manusia Pasal 20 (ayat 1) dan
pasal 23 (ayat 4)
 UU No. 18 th. 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98 mengenai
Hak berorganisasi dan Berunding bersama
 KePres No. 23 th. 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO NO. 87
tentang kebabasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi
 KeMenaker No. PER-201/MEN/1999 tentang Pendaftaran Serikat
Pekerja
 KepMenaker No. PER-16/MEN/2000 tentang tata cara Pendaftaran
Serikat Pekerja
 UU No. 21 th. 2000 tentang Serikat Pekerja (SP)
 UU No. 13 th. 2003 tentang Ketenagakerjaan
 UU No. 2 th. 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial (PPHI)
 Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Serikat Pekerja yg
bersangkutan

2.2.2 Prosedur Mendirikan Serikat Pekerja


Berdasarkan Pasal 104 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 jo Pasal 5 ayat (1)
UU No. 21 Tahun 2000 maka setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan
menjadi anggota serikat pekerja. Serikat pekerja ini dibentuk oleh
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh.
Pada saat pembentukannya, suatu serikat pekerja/serikat buruh (SP)
harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Hal ini
berdasarkan Pasal 11 Serikat Kerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:
(1) Setiap serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja harus
memiliki ad/art.
(2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-
kurangnya harus memuat:
a. nama dan lambang;

6
b. dasar negara, asas, dan tujuan;
c. tanggal pendirian;
d. tempat kedudukan;
e. keanggotaan dan kepengurusan;
f. sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dan
g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah
tangga.
Setelah proses pembentukannya selesai, maka tahapan yang harus
dilakukan berikutnya adalah memberitahukan secara tertulis kepada
instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
(Dinas Tenaga Kerja dari pemerintah Kabupaten atau wali kotamadya di
mana perusahaan berdomisili) untuk dilakukan pencatatan atas
pembentukan SP tersebut. Hal ini diatur di dalam Pasal 18 UU Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:
(1) Serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi
pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat untuk dicatat.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan
dilampiri:
a. daftar nama anggota pembentuk;
b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
c. susunan dan nama pengurus.
Selain itu, ditentukan pula bahwa nama dan lambang serikat pekerja tidak
boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja yang telah tercatat
terlebih dahulu berdasarkan Pasal 19 UU Serikat Pekerja.
Dalam proses pembentukannya, tidak boleh ada pihak yang menghalang-
halangi atau memaksa pekerja untuk membentuk serikat pekerja dengan
cara melakukan pemutusan hubungan kerja. Barangsiapa menghalang-
halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk SP, dikenakan
sanksi pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan atau denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp500 juta

7
berdasarkan Pasal 28 jo. Pasal 43 ayat (1) UU Serikat Pekerja.
Setelah seluruh proses pembentukan SP ini selesai, pengurus serikat
pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan
harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada pihak
perusahaan (manajemen perusahaan). Hal ini diatur dalam Pasal 23 UU
Serikat Pekerja/yang berbunyi: “Pengurus serikat pekerja, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor
bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya
kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya.” Hal ini sesuai dengan
penjelasan umum UU Serikat Pekerja yang menyebutkan bahwa pekerja
merupakan mitra kerja pengusaha. Jadi, disimpulkan bahwa syarat dan
prosedur pendirian SP adalah:
Bila Anda ingin membentuk serikat pekerja /serikat buruh di perusahaan,
langkah-langkah berikut bisa Anda terapkan.
Pertama, baca dan pelajarilah UU No. 21/2000 dan UU No. 13/ 2003,
pasal 104 sebelum Anda mendirikan SP/SB.
Usahakanlah memahami hal-hal penting tentang serikat pekerja /serikat
buruh. Dengan membaca undang-undang tersebut, Anda punya
pemahaman tentang SP/SB, tujuannya dan keuntungan dengan hadirnya
SP/SB di perusahaan.

Kedua, tidak perlu takut mendirikan SP/SB.


Banyak orang takut membentuk SP/SB, apalagi menjadi pengurus; takut
kalau perusahaan akan memecat atau menekan pekerja/buruh. Itu tidak
sepatutnya terjadi. Undang-undang melindungi pekerja dari ancaman-
ancaman pimpinan perusahaan.
Pasal 28, UU No. 21/2000 berbunyi, "Siapapun dilarang menghalang-
halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak
membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi
anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak
menjalankan kegiatan serikat pekerja /serikat buruh dengan cara:
a. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan

8
sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;
b. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;
c. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;
d. melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat
buruh."
Jadi, Anda tidak perlu takut. Perusahaan Anda akan didenda cukup besar
bila Anda sampai dipecat karena Anda menjadi anggota atau menjadi
pengurus serikat pekerja/serikat buruh.
Pasal 43, UU No. 21/2000 menyebutkan,
1. Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan
sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
tindak pidana kejahatan.
Ketiga, dibutuhkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang untuk
membentuk serikat pekerja / serikat buruh.
Anda tidak harus menunggu banyak anggota untuk membentuk SP/SB;
sepuluh orang cukup. Undanglah sepuluh orang untuk rapat dan ambillah
kesepakatan untuk membentuk SP/SB dan tentukan pengurusnya.
Catatlah nama-nama yang hadir dalam rapat pendirian SP/SB tersebut,
keputusan yang diambil, dan pengurusnya dalam notulen rapat. Ini Anda
perlukan ketika mau mendaftarkan SP/SB ke instansi terkait.

Keempat, daftarkanlah SP/SB Anda ke instansi terkait untuk


mendapatkan bukti nomor pencatatan.
SP/SB baru disebut resmi kalau sudah mendapat nomor bukti pencatatan
dari instansi terkait (Dinas Tenaga Kerja dari pemerintah Kabupaten atau
walikotamadya di mana perusahaan berdomisili.)
Buatlah surat permohonan kepada instansi terkait agar SP/SB Anda

9
dicatat di instansi pemerintah.
Pasal 18, UU No. 21/2000, menyebutkan,
1. Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara
tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat.
2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan
dilampiri :
a. daftar nama anggota pembentuk;
b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
c. susunan dan nama pengurus.
Instansi pemerintah akan memberikan nomor bukti pencatatan kepada
serikat pekerja Anda paling lambat 21 hari sejak Anda
memberitahukannya kepada instansi terkait kecuali ada masalah hukum
dengan pengurus SP/SB Anda. Misalnya, pengurus dilarang membentuk
serikat pekerja / serikat buruh karena ada kasus yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan.

Kelima, informasikanlah kehadiran SP/SB ke menejemen perusahaan


Anda.
Anda perlu memberitahukan kepada menejemen perusahaan bahwa
karyawan telah membentuk serikat pekerja / serikat buruh. Berikanlah
satu salinan anggaran dasar dan anggaran tumah tangga dan juga nomor
bukti pencatatan SP/SB sebagai informasi buat menejemen perusahaan.

Keenam, komunikasikanlah kehadiran SP/SB kepada karyawan.


Berikanlah informasi tentang kehadiran, tujuan dan keuntungan dari
kehadiran SP/SB di perusahaan. Informasikanlah bahwa SP/SB adalah
mitra menejemen untuk mengelola perusahaan dan ajaklah karyawan
untuk ikut menjadi anggota SP/SB.

10
Ketujuh, catatlah daftar anggota SP/SB dalam buku anggota.
Sesuai undang-undang, hanya anggota yang tercatat di Buku Anggota
yang resmi jadi anggota SP/SB. Jadi, usahakanlah agar karyawan mengisi
formulir pendaftaran anggota dan tulislah nama-nama anggota yang telah
mendaftar di Buku Anggota.

2.3.3 Tujuan Didirikannya Serikat Pekerja


Anda bisa juga membuat Kartu Anggota SP/SB sebaga bukti anggota
SP/SB. Adapun tujuan pendirian serikat pekerja/buruh, federasi maupun
konfederasi tidak lain adalah sebagai berikut :
a. Pihak dalam pembuatan perjanjian kerja
b. Wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja
c. Sarana menciptakan hubungan industri
d. Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan anggotanya
e. Perencana, pelaksana dan penanggungjawab pemogokan pekerja/
buruh.
f. Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan.

2.3 Keanggotaan Serikat Kerja


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh, bab IV tentang keanggotaan,
terdapat enam pasal yang menjelaskan secara ringkas kebijakan-
kebijakan yang telah di susun dalam perundang-undangan, antara lain:
Pasal 12
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa
membedakan aliran politik, agama, suku bangsa,dan jenis kelamin.
Pasal 13
Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi

11
serikat pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangganya.
Pasal 14
1. Seorang pekerja /buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu
serikat pekerja/serikat Buruh disatu perusahaan.
2. Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata
tercatat pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang
bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat
pekerja/serikat buruh yang dipilihnya.
Pasal 15
Pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan
dan jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak
pengusaha dan pekerja/buruh, tidak boleh menjadi pengurus serikat
pekerja/serikat buruh di perusahaan yang bersangkutan.
Pasal 16
1. Setiap serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari
satu federasi serikat pekerja/serikat buruh.
2. Setiap federasi serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi
anggota dari satu konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.
Pasal 17
1. Pekerja/buruh dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh dengan pernyataan tertulis.
2. Pekerja/buruh dapat diberhentikan dari serikat pekerja/serikat buruh
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah
tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan.
3. Pekerja/buruh, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota
serikat pekerja/serikat buruh yang berhenti atau diberhentikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tetap
bertanggungjawab atas kewajiban yang belum di penuhinya terhadap
serikat pekerja/serikatburuh.

12
2.3.1 Hak-Hak Anggota :
 Hak berbicara dan berpendapat atau mengeluarkan pendapat.
 Hak mencalonkan, memilih dan dipilih.
 Hak usul dan menyokong usul perubahan terhadap kebijaksanaan
organisasi didalam forum musyawarah atau rapat.
 Hak memperoleh informasi, bimbingan, pendidikan, perlindungan dan
pembelaan dari organisasi (Serikat Pekerja).
 Hak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi (Serikat Pekerja).
 Hak membela diri.
 Hak-hak lain yang ditentukan dalam peraturan atau keputusan-
keputusan oraganisasi (Serikat Pekerja).

2.3.2 Kewajiban Anggota :


 Mentaati Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART),
peraturan-peraturan dan keputusan organisasi (Serikat Pekerja).
 Membela dan menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan
organisasi (Serikat Pekerja).
 Mengamankan dan melaksanakan keputusan-keputusan dalam
program-program organisasi serta membantu pimpinan dan pengurus
dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi (Serikat Pekerja).
 Mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi (Serikat Pekerja).

2.4 Perkembangan Serikat Pekerja Di Indonesia

2.4.1 Perkembangan Sebelum Kemerdekaan 


• Sebenarnya di Indonesia serikat pekerja sudah dikenal sejak akhir
abad ke 19 dimna guru – guru Belanda di sekolah Belanda mendirikan
organisasi yang bertindak sebagai serikat pekerja.
• Organisasi pekerja yang pertama terbentuk bersamaan dengan
lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 yaitu berdirnya Persatuan

13
Pekerja Kereta Ap dan Term (Vereniging Van Spoor en Tramweg
Personeel).
• Pada tahun 1912 dari serikat – serikat pekerja yang ada, Serikat Islam
mendirikan Gabungan Serikat Pekerja maka lahirlah Gabungan Serikat
Islam yang pertama di Indonesia.

2.4.2 Perkembangan Setelah Kemerdekaan.


a. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, belanda dengan
membonceng tentara sekutu ingin kembali ke indonesia untuk
melanjutkan penjajahannya, maka sejak itu mulailah perjuangan
mempertahankan kemerdekaan.
b. Karena dalam barisan buruh indonesia ini semua aliran tergabung
didalamnya maka akhirnya timbul (golongan) didalam barisan buruh
indonesia.
c. Dalam rangka perjuangan merebut iriran barat dan diputuskannya
secara pihak perjanjian KMB oleh indonesia maka banyak
perusahaan-perusahaan belanda diambil alih oleh indonesia.

2.4.3 Perkembangan Dalam Era Demokrasi Terpimpin.


a. Pada tamggal 5 juli 1959 presiden mengeluarkan dekrit tentang
kembali digunakannya UUD’45 dan sejak itu mulailah dikembangkan
demokrasi terpimpin.
b. Untuk mendorong keberhasilan perjuangan pengembalian irian barat
yang di kenal dengan perjuangan trikora maka pada tahun
1961pembentukan sekretariat bersama ini sebenarnya juga dalam
rangka upaya menyatukan gerakan pekerja dalam satu wadah.

2.4.4 Perkembangan Setelah Pemerintah Orde Baru.


a. Sebagaimana diketahui pemerintah orde baru bertekad untuk
melaksanakan pancasila secara murni dan konsekuen dan disamping
itu juga bertekad untuk mengembangkan program pembangunan yang
berencana dan berkelanjutan.
b. Dalam rangka penyatuan dan penyederhanaan organisasi pekerja
maka pada tanggal 1 november 1969 terbentuklah MPBI.Pada bulan

14
mei tahum 1972 sebagai tindak lanjut dari seminar yang lalu MPBI
mengadakan rapat pleno yang membahas secara mendalam tentang
pembaharuan dan penyederhanaan eksistensi SPSI. Dari sidang itu
terbentuklah “ikrar bersama” yang intinya adalah sebagai berikut: -
Melakukan pembaharuan struktur gerakan buruh sehingga serikat
buruh tetap berfungsi sosial ekonomis dan berorientasi kepada
pembangunan.
c. Dari ikrar MPBI ini pada 20-02-1973 lahirlah “deklarasi persatuan buruh
seluruh indonesia”
d. Ada dua hal yang sangat bersejarah dengan lahirnya FBSI tersebut
yaitu, : Pertama, serikat pekerja telah berhasil disatukan dalam satu
wadah yang selama ini telah menjadi obsesi setiap pimpinan serikat
pekerja. Kedua, serikat pekerja telah berhasil melepaskan diri dari
kegiatan politik dan menjadi serikat pekerja yang profesional dan
mandiri.

2.5 Kebijakan Publik Dan Organisasi Industri, Mengatasi Hambatan


Dalam Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis

Dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis tentunya


tidak luput dari hambatan. Indonesia masih menghadapi berbagai
hambatan untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis.
Kendala itu masih muncul karena perilaku pemilik modal yang kurang
menerima kehadiran Serikat Pekerja di perusahaan sebab dianggap
momok, dan mayoritas keterampilan dan penidikan pekerja rendah,
membuat posisi tawar menawar lemah serta kecenderungan
pembentukan Serikat Pekerja oleh manajemen, bukan pekerja.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam menciptakan hubungan
industrial yang harmonis diperlukan upaya dari masing-masing pihak.
Diantaranya adalah:
1) Upaya pengusaha, meliputi:
a) Memulai atau meningkatkan sikap keterbukaan pengusaha kepada
serikat pekerja/buruh tentang kondisi perusahaan

15
b) Memberikan jaminan penuh kepada pekerja/buruh untuk
menggunakan hak berorganisasi dan berunding bersama
c) Melaksanakan hak-hak normatif pekerja/buruh
d) Menghindari sikap-sikap diskriminasi terhadap pekerja/buruh
e) Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/buruh untuk
meningkatkan karier dan prestasi
f) Memberikan kesempatan kepada pekerja/buruh untuk melakukan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing

2) Upaya pekerja/buruh, yaitu:


a) Melaksanakan dengan penuh tanggung jawab peleksanaan HI yang
harmonis dan dinamis dengan mempertahankan dan menghormati
asas musyawarah dan mufakat
b) Mengoptimalkan kinerja, menjaga dan selalu meningkatkan
produktivitas dan motivasi kerja
c) Menjaga dan meningkatkan tanggung jawab, disiplin dan etos kerja,
serta manghormati hak pengusaha
d) Melaksanakan kewajiban sebagai pekerja/buruh dan sebagai
pemimpin ataupun sebagai anggota SP/SB dengan penuh tanggung
jawab
e) Memegang prinsip bahwa mogok kerja atau unjuk rasa merupakan
upaya terakhir dalam penyelesaian perselisihan industrial
f) Bila terpaksa mogok kerja atau unjuk rasa tidak merusak aset
perusahaan dan tidak mengganggu ketertiban umum

3) Upaya pemerintah, antara lain:


a) Melaksanakan pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan
dengan penuh tanggung jawab, cepat, obyektif, adil dan tidak memihak
b) Melaksanakan pembaharuan peraturan perundangan yang sudah tidak
sesuai dengan era reformasi
c) Mencegah campur tangan pihak lain dalam masalah hubungan
industrial Perjuangan serikat pekerja di Indonesia harus didasarkan

16
pada persamaan kepentingan pengusaha dan pekerja, kemitraan dan
komitmen bersama menciptakan hubungan industrial yang aman dan
harmonis. Selain itu untuk mengatasi hambatan dalam menciptakan
hubungan industrial yang harmonis adalah dengan pendidikan dan
pelatihan bagi anggota serikat pekerja.

BAB III
PENUTUP

17
3.1 Kesimpulan
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan ketenagakerjaan itu sendiri
adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Jadi hukum ketenagakerjaan
dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan yang mengatur tenaga kerja
pada waktu sebelum selama dan sesudah masa kerja. Setiap tenaga kerja
mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan,
atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam
atau di luar negeri.
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa serikat pekerja
adalah organisasi yang dibentuk oleh pekerja dan mempunyai sifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab. Adapun tujuan dari
serikat pekerja adalah memperjuangkan, membela serta melindungi hak
dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.

3.2 Saran
1. Untuk peningkatan relevansi, kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan
kerja maka pemerintah dapat melakukan pembinaan dan pelatihan
kerja.
2. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,
bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi..
3. Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan
kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja..
4. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja..
5. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai
fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan
pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Serikat Pekerjahttp://allopowae.blogspot.com/2009/12/serikat-peker-ja-
bab-i-pendahuluan.html
Definisi Serikat Pekerjahttps://wikisopo.files.wordpress.com/2011/08/1-
definisi-serikat-pekerja.doc.
Peran Serikat Pekerja Dalam Suatu Perusahaan
https://ulielambry.wordpress.com/selayang-pandang/peran-serikat-
pekerja-dalam-suatu-perusahaan/
Langkah-Langkah Membentuk Serikat Pekerja /Serikat Buruh
http://www.putra-putri-indonesia.com/membentuk-serikat-pekerja.html
BAB V Serikat Pekerjahttp://riniayu.blogspot.com/2010/04/bab-v-serikat
-pekerja.html
Dasar Hukum dan Tata Cara Pembentukan Serikat Pekerja/Serikat Buruh
http://isnaldiutih.blogspot.com/2013/04/dasar-hukum-dan-tata-cara-
pembentukan.html
Serikat Pekerja PSI_IND_14
http://widhadyah.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/PSI_IND_14.pdf

-------

19

Anda mungkin juga menyukai