Dosen Pembimbing :
Oleh :
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
BANDUNG
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang
diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan –
bahan materi makalah ini dari beberapa sumber.
Hormat Kami
PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Serikat Pekerja 3
2.1.1 Pengertian Serikat Pekerja 3
2.1.2 Asas, Sifat dan Tujuan 4
2.1.3 Fungsi Serikat Pekerja 5
2.2 Pembentukan Serikat Pekerja 5
2.2.1 Dasar Pembentukan Serikat Pekerja 5
2.2.2 Prosedur Mendirikan Serikat Pekerja 6
2.3.3 Tujuan Didirikannya Serikat Pekerja 10
2.3 Keanggotaan Serikat Kerja 11
2.3.1 Hak-Hak Anggota : 12
2.3.2 Kewajiban Anggota : 12
2.4 Perkembangan Serikat Pekerja Di Indonesia 13
2.4.1 Perkembangan Sebelum Kemerdekaan 13
2.4.2 Perkembangan Setelah Kemerdekaan. 13
2.4.3 Perkembangan Dalam Era Demokrasi Terpimpin. 13
2.4.4 Perkembangan Setelah Pemerintah Orde Baru. 14
2.5 Kebijakan Publik Dan Organisasi Industri, Mengatasi Hambatan Dalam
Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis 14
BAB III PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Buruh sebagai golongan fungsional mendapatkan tempat di Dewan
Perancang Nasional. Anggota Dewan ini 77 orang, dan dari 77 itu ada lima
wakil angkatan buruh/pegawai yaitu dari SOBSI, SOBRI, RKS dan dua orang
dari KBKI. Sementara di Dewan Pertimbangan Agung, duduk dua orang
wakil dari buruh yaitu dari SOBSI dan KBKI.
Dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) didirikan sebagai satu-
satunya serikat buruh yang diakui pemerintah pada 1973.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu
Serikat Pekerja harus menjalankan perannya dengan baik agar tercipta
hubungan industrial yang harmonis sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai.
Kehadiran serikat kerja mengubah secara signifikan beberapa
aktivitas sumber daya manusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi,
tingkat upah, kenaikan gaji, paket tunjangan, system keluhan, dan prosedur
disiplin dapat berubah secara drastis disebabkan oleh ketentuan
perjanjian perundingan kerja bersama (collective bargaining agreement).
Tanpa kehadiran serikat pekerja, perusahaan leluasa mengambil
keputusan unilateral menyangkut gaji, jam kerja, dan kondisi kerja.
Keputusan ini dilakukan oleh perusahaan tanpa masukan atau persetujuan
dari kalangan pekerja. Pekerja-pekerja yang tidak menjadi anggota serikat
pekerja harus menerima persyaratan manajemen, menegosiasikannya
dengan serikat pekerja dalam hal pengambilan keputusan bilateral
(bilateral decision making) mengenai tingkat gaji, jam kerja, kondisi kerja,
dan masalah keamanan kerja lainnya. Alih-alih menghadapi setiap pekerja
secara satu per satu, perusahaan harus berunding dengan serikat pekerja
yang mewakili kalangan pekerja.
Serikat pekerja biasanya mencoba memperluas pengaruhnya ke
dalam wilayah lain manajemen seperti penjadwalan kerja, penyusunan
standar kerja, desain ulang pekerjaan, dan pengenalan peralatan dan
metode baru. Perusahaan umumnya juga menolak pelanggaran batas ke
dalam wilayah pengambilan keputusan ini dengan mengklaim bahwa
persoalan tersebut merupakan hak prerogatif manajemen.
4
pekerja mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab.
3. Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat
pekerja bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi
pekerja dan keluarganya.
5
Undang-undang Dasar Negara RI Th. 1945
Piagam PBB tentang Hak-hak asasi manusia Pasal 20 (ayat 1) dan
pasal 23 (ayat 4)
UU No. 18 th. 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98 mengenai
Hak berorganisasi dan Berunding bersama
KePres No. 23 th. 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO NO. 87
tentang kebabasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi
KeMenaker No. PER-201/MEN/1999 tentang Pendaftaran Serikat
Pekerja
KepMenaker No. PER-16/MEN/2000 tentang tata cara Pendaftaran
Serikat Pekerja
UU No. 21 th. 2000 tentang Serikat Pekerja (SP)
UU No. 13 th. 2003 tentang Ketenagakerjaan
UU No. 2 th. 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial (PPHI)
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Serikat Pekerja yg
bersangkutan
6
b. dasar negara, asas, dan tujuan;
c. tanggal pendirian;
d. tempat kedudukan;
e. keanggotaan dan kepengurusan;
f. sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dan
g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah
tangga.
Setelah proses pembentukannya selesai, maka tahapan yang harus
dilakukan berikutnya adalah memberitahukan secara tertulis kepada
instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
(Dinas Tenaga Kerja dari pemerintah Kabupaten atau wali kotamadya di
mana perusahaan berdomisili) untuk dilakukan pencatatan atas
pembentukan SP tersebut. Hal ini diatur di dalam Pasal 18 UU Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:
(1) Serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi
pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat untuk dicatat.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan
dilampiri:
a. daftar nama anggota pembentuk;
b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
c. susunan dan nama pengurus.
Selain itu, ditentukan pula bahwa nama dan lambang serikat pekerja tidak
boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja yang telah tercatat
terlebih dahulu berdasarkan Pasal 19 UU Serikat Pekerja.
Dalam proses pembentukannya, tidak boleh ada pihak yang menghalang-
halangi atau memaksa pekerja untuk membentuk serikat pekerja dengan
cara melakukan pemutusan hubungan kerja. Barangsiapa menghalang-
halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk SP, dikenakan
sanksi pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan atau denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp500 juta
7
berdasarkan Pasal 28 jo. Pasal 43 ayat (1) UU Serikat Pekerja.
Setelah seluruh proses pembentukan SP ini selesai, pengurus serikat
pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan
harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada pihak
perusahaan (manajemen perusahaan). Hal ini diatur dalam Pasal 23 UU
Serikat Pekerja/yang berbunyi: “Pengurus serikat pekerja, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor
bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya
kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya.” Hal ini sesuai dengan
penjelasan umum UU Serikat Pekerja yang menyebutkan bahwa pekerja
merupakan mitra kerja pengusaha. Jadi, disimpulkan bahwa syarat dan
prosedur pendirian SP adalah:
Bila Anda ingin membentuk serikat pekerja /serikat buruh di perusahaan,
langkah-langkah berikut bisa Anda terapkan.
Pertama, baca dan pelajarilah UU No. 21/2000 dan UU No. 13/ 2003,
pasal 104 sebelum Anda mendirikan SP/SB.
Usahakanlah memahami hal-hal penting tentang serikat pekerja /serikat
buruh. Dengan membaca undang-undang tersebut, Anda punya
pemahaman tentang SP/SB, tujuannya dan keuntungan dengan hadirnya
SP/SB di perusahaan.
8
sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;
b. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;
c. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;
d. melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat
buruh."
Jadi, Anda tidak perlu takut. Perusahaan Anda akan didenda cukup besar
bila Anda sampai dipecat karena Anda menjadi anggota atau menjadi
pengurus serikat pekerja/serikat buruh.
Pasal 43, UU No. 21/2000 menyebutkan,
1. Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan
sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
tindak pidana kejahatan.
Ketiga, dibutuhkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang untuk
membentuk serikat pekerja / serikat buruh.
Anda tidak harus menunggu banyak anggota untuk membentuk SP/SB;
sepuluh orang cukup. Undanglah sepuluh orang untuk rapat dan ambillah
kesepakatan untuk membentuk SP/SB dan tentukan pengurusnya.
Catatlah nama-nama yang hadir dalam rapat pendirian SP/SB tersebut,
keputusan yang diambil, dan pengurusnya dalam notulen rapat. Ini Anda
perlukan ketika mau mendaftarkan SP/SB ke instansi terkait.
9
dicatat di instansi pemerintah.
Pasal 18, UU No. 21/2000, menyebutkan,
1. Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara
tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat.
2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan
dilampiri :
a. daftar nama anggota pembentuk;
b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
c. susunan dan nama pengurus.
Instansi pemerintah akan memberikan nomor bukti pencatatan kepada
serikat pekerja Anda paling lambat 21 hari sejak Anda
memberitahukannya kepada instansi terkait kecuali ada masalah hukum
dengan pengurus SP/SB Anda. Misalnya, pengurus dilarang membentuk
serikat pekerja / serikat buruh karena ada kasus yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan.
10
Ketujuh, catatlah daftar anggota SP/SB dalam buku anggota.
Sesuai undang-undang, hanya anggota yang tercatat di Buku Anggota
yang resmi jadi anggota SP/SB. Jadi, usahakanlah agar karyawan mengisi
formulir pendaftaran anggota dan tulislah nama-nama anggota yang telah
mendaftar di Buku Anggota.
11
serikat pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangganya.
Pasal 14
1. Seorang pekerja /buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu
serikat pekerja/serikat Buruh disatu perusahaan.
2. Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata
tercatat pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang
bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat
pekerja/serikat buruh yang dipilihnya.
Pasal 15
Pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan
dan jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak
pengusaha dan pekerja/buruh, tidak boleh menjadi pengurus serikat
pekerja/serikat buruh di perusahaan yang bersangkutan.
Pasal 16
1. Setiap serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari
satu federasi serikat pekerja/serikat buruh.
2. Setiap federasi serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi
anggota dari satu konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.
Pasal 17
1. Pekerja/buruh dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh dengan pernyataan tertulis.
2. Pekerja/buruh dapat diberhentikan dari serikat pekerja/serikat buruh
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah
tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan.
3. Pekerja/buruh, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota
serikat pekerja/serikat buruh yang berhenti atau diberhentikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tetap
bertanggungjawab atas kewajiban yang belum di penuhinya terhadap
serikat pekerja/serikatburuh.
12
2.3.1 Hak-Hak Anggota :
Hak berbicara dan berpendapat atau mengeluarkan pendapat.
Hak mencalonkan, memilih dan dipilih.
Hak usul dan menyokong usul perubahan terhadap kebijaksanaan
organisasi didalam forum musyawarah atau rapat.
Hak memperoleh informasi, bimbingan, pendidikan, perlindungan dan
pembelaan dari organisasi (Serikat Pekerja).
Hak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi (Serikat Pekerja).
Hak membela diri.
Hak-hak lain yang ditentukan dalam peraturan atau keputusan-
keputusan oraganisasi (Serikat Pekerja).
13
Pekerja Kereta Ap dan Term (Vereniging Van Spoor en Tramweg
Personeel).
• Pada tahun 1912 dari serikat – serikat pekerja yang ada, Serikat Islam
mendirikan Gabungan Serikat Pekerja maka lahirlah Gabungan Serikat
Islam yang pertama di Indonesia.
14
mei tahum 1972 sebagai tindak lanjut dari seminar yang lalu MPBI
mengadakan rapat pleno yang membahas secara mendalam tentang
pembaharuan dan penyederhanaan eksistensi SPSI. Dari sidang itu
terbentuklah “ikrar bersama” yang intinya adalah sebagai berikut: -
Melakukan pembaharuan struktur gerakan buruh sehingga serikat
buruh tetap berfungsi sosial ekonomis dan berorientasi kepada
pembangunan.
c. Dari ikrar MPBI ini pada 20-02-1973 lahirlah “deklarasi persatuan buruh
seluruh indonesia”
d. Ada dua hal yang sangat bersejarah dengan lahirnya FBSI tersebut
yaitu, : Pertama, serikat pekerja telah berhasil disatukan dalam satu
wadah yang selama ini telah menjadi obsesi setiap pimpinan serikat
pekerja. Kedua, serikat pekerja telah berhasil melepaskan diri dari
kegiatan politik dan menjadi serikat pekerja yang profesional dan
mandiri.
15
b) Memberikan jaminan penuh kepada pekerja/buruh untuk
menggunakan hak berorganisasi dan berunding bersama
c) Melaksanakan hak-hak normatif pekerja/buruh
d) Menghindari sikap-sikap diskriminasi terhadap pekerja/buruh
e) Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/buruh untuk
meningkatkan karier dan prestasi
f) Memberikan kesempatan kepada pekerja/buruh untuk melakukan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
16
pada persamaan kepentingan pengusaha dan pekerja, kemitraan dan
komitmen bersama menciptakan hubungan industrial yang aman dan
harmonis. Selain itu untuk mengatasi hambatan dalam menciptakan
hubungan industrial yang harmonis adalah dengan pendidikan dan
pelatihan bagi anggota serikat pekerja.
BAB III
PENUTUP
17
3.1 Kesimpulan
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan ketenagakerjaan itu sendiri
adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Jadi hukum ketenagakerjaan
dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan yang mengatur tenaga kerja
pada waktu sebelum selama dan sesudah masa kerja. Setiap tenaga kerja
mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan,
atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam
atau di luar negeri.
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa serikat pekerja
adalah organisasi yang dibentuk oleh pekerja dan mempunyai sifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab. Adapun tujuan dari
serikat pekerja adalah memperjuangkan, membela serta melindungi hak
dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.
3.2 Saran
1. Untuk peningkatan relevansi, kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan
kerja maka pemerintah dapat melakukan pembinaan dan pelatihan
kerja.
2. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,
bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi..
3. Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan
kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja..
4. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja..
5. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai
fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan
pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Serikat Pekerjahttp://allopowae.blogspot.com/2009/12/serikat-peker-ja-
bab-i-pendahuluan.html
Definisi Serikat Pekerjahttps://wikisopo.files.wordpress.com/2011/08/1-
definisi-serikat-pekerja.doc.
Peran Serikat Pekerja Dalam Suatu Perusahaan
https://ulielambry.wordpress.com/selayang-pandang/peran-serikat-
pekerja-dalam-suatu-perusahaan/
Langkah-Langkah Membentuk Serikat Pekerja /Serikat Buruh
http://www.putra-putri-indonesia.com/membentuk-serikat-pekerja.html
BAB V Serikat Pekerjahttp://riniayu.blogspot.com/2010/04/bab-v-serikat
-pekerja.html
Dasar Hukum dan Tata Cara Pembentukan Serikat Pekerja/Serikat Buruh
http://isnaldiutih.blogspot.com/2013/04/dasar-hukum-dan-tata-cara-
pembentukan.html
Serikat Pekerja PSI_IND_14
http://widhadyah.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/PSI_IND_14.pdf
-------
19