Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

PENGEMBANGAN SISTEM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Sistem Informasi Manajemen

Dosen Pengampu:
Alfin Nur Fahmi Mufreni., S.E., M.T.

Disusun Oleh:

Rahmi Dzihni Arifah 203402233


Wulandari Mahesa M 203402223
Rani Anggraeni 203402225
Abdul Gani 203402177
Amelia Zahra 203402249

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
2022
KATA PENGANTAR

‫ﺒﺳﻢﷲﺍﻠﺮﺍﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺍﺤﻴﻢ‬...
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
rahmat dan inayah-NYA jualah sehingga makalah yang berjudul “Pengembangan
Sistem” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad
SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam yang penuh kegelapan menuju
alam yang terang-benderang.

Tidak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada bapak dosen Alfin Nur Fahmi Mufreni., S.E., M.T. Selaku pembimbing
matakuliah Sistem Informasi Manajemen ini.

Penulis merasa masih terdapat banyak kekurangan di dalam pembuatan


makalah ini baik pada teknis penulisan maupun dari segi materi untuk itu kritik
dan saran senantiasa penulis harapkan dalam perbaikan makalah ini serta
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua. Amin.

Tasikmalaya, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Pendekatan Sistem..............................................................................................3
2.2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem..................................................................7
2.3 Prototyping...........................................................................................................8
2.4 Pengembangan Aplikasi Cepat..........................................................................13
2.5 Pengembangan Berfase......................................................................................15
2.6 Desain Ulang Proses Bisnis................................................................................19
2.7 Permodelan Proses.............................................................................................24
2.8 Manajemen Proyek............................................................................................27
2.9 Mengestimasi Biaya Proyek...............................................................................29
2.10 Perkembangan Sistem Aplikasi Gojek yang Merger dengan Tokopedia.......31
BAB III...........................................................................................................................34
KESIMPULAN..............................................................................................................34
3.1 Kesimpulan........................................................................................................34
3.2 Saran..................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era yang dinamis dan modern ini Sistem Informasi merupakan salah
satu hal vital dalam membatu perkembangan suatu organisasi. Sistem
Informasi Manajemen merupakan sebuah sistem informasi berbasis komputer
yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk memberikan
informasi-informasi yang dibutuhkan guna membaru manajer maupun non-
manajer dalam pembuatan keputusan untuk organisasi tersebut. Namun
sampai saat ini masih banyak penggunan Sistem Informasi yang belum
maksimal dikarenakan banyak faktor penghalangnya yakni berupa masih
banyaknya perencanaan sisitem yang belum memadai, sumber daya manusia
yang memanfaatkan masih belum maksimal, serta masih banyaknya
organisasi-organisasi yang masih tidak wajar. Hal inilah yang membuat
manfaat SIM belum dapat dimaksimalkan dalam membatu pengembangan
perusahaan. Untuk mencapai sebuah keselarsan antara sebuah sistem
informasi dan organisasi maka diperlukan beberapa pendekatan-pendekatan
baru untuk mendesain ulang sistem dalam suatu organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan sistem?
2. Bagaimana penjelasan mengenai Prototyping?
3. Bagaimana pengembangan aplikasi cepat?
4. Bagaimana langkah-langkah pendekatan sistem?
5. Bagaimana proses siklus pengembangan sistem?
6. Apa saja potensi kesulitan dari prototyping?
7. Apa saja unsur-unsur penting RAD?
8. Bagaimana tahap-tahap pemgembangan berfrase?
9. Bagaimana penjelasan mengenai manajemen proyek?
1.3 Tujuan
1. Mampu untuk memahami apa saja yang dimaksud dengan pendekatan
sistem.
2. Mengetahui bagaimana penjelasan prototyping.
3. Mengetahui pengembangan aplikasi cepat.
4. Mengetahui langkah-langkah pendekatan sistem.
5. Mengetahui proses siklus pengembangan sistem.
6. Mengetahui potensi kesulitan dari prototyping.
7. Mengetahui unsur-unsur penting RAD.
8. Mengetahui bagaimana tahap-tahap dalam pengembangan berfrase.
9. Mampu mengetahui penjelasan mengenai manajemen proyek.
BAB II
PEMBAHASAN
9.1 Pendekatan Sistem
Pencarian asal muasal proses pemecahan masalah secara sistematis
mengarah pada John Dewey yang mengidentifikasikan 3 rangkaian
pertimbangan yang terlibat dalam pemecahan sebuah kontroversi secara
memadai, yaitu:

1. Mengenali kontroversi
2. Mempertimbangkan klaim-klaim alternatif
3. Membentuk satu pertimbangan

Ilmuan manajemen dan spesialis informasi mencari cara yang efisien dan
efektif untuk memecahkan masalah, dan kerangka kerja yang
direkomendasikan menjadi apa yang dikenal sebagai pendekatan system,
dimana serangkaian langkah – langkah pemecah masalah yang
memastikan bahwasuatu masalah telah dipahami, solusi alternatif telah
dipertimbangkan, dan bahwa solusi yang dipilih berhasil.

Urutan Langkah

Meskipun banyak uraian mengenai pendekatan system mengikuti


pola dasar yang sama, namun jumlah langkahnya dapat bervariasi. Ada 10
langkah yang dapat dikelompokan meenjadi 3 tahapan:

1. Upaya Persiapan
Upaya ini tidak perlu dikerjakan secara berurutan dan langkah ini
dapat terjadi selama jangka waktu yang lama. Adapun langkah-
langkahnya adalah:
Langkah 1 – Melihat Perusahaan Sebagai Suatu Sistem
Hal ini dapat terlaksana dengan mempergunakan model system umum
dari bab sebelumnya sebagai pola. Kita seharusnya dapat melihat
bagaimana perusahaan atau unit organisasi sesuai dengan model.
Langkah 2 – Mengenal Sistem Lingkungan
Hubungan antara perusahaan dengan lingkungan merupakan hal yang
penting. Unsur lingkungfan memberi suatu cara yang efektif
memposisikan perusahaan sebagai suatu system dalam lingkungannya.
Langkah 3 – Mengidentifikasi Subsistem Perusahaan
Bentuk subsistem yang termudah dan dapat dilihat oleh manajer
adalah area-area bisnis. Masing – masing area bisa dianggap sebagai
suatu system yang terpisah. Manajer juga dapat melihat tingkatan
manajemen sebagai subsistem. Subsistem memiliki hubungan atasan-
bawahan dan terhubung oleh arus informasi maupun keputusan.
Ketika sorang manajer bisa melihat perusahaan sebagai system dan
subsystem yang berada di suatu lingkungan, maka suatu orientasi
system telah tecapai. Manajer telah menyelesaikan upaya persiapan
dan siap menggunakan pendekatan system serta memecahkan
masalah.
2. Upaya Definisi
Upaya definisi biasanya dirangsang oleh suatu pemicu masalah
(problem trigger)- Sinyal yang menandakan bahwa keadaan berjalan
lebih baik atau lebih buruk dari yang telah direncanakan Sinyal ini
dapat berasal dari dalam perusahaan atau lingkungannya dan akan
mengawali suatu proses pemecahan masalah. Pada kebanyakan kasus,
pemicun adalah respons terhadap gejala suatu masalah dan biasanya
lebih jelas daripada akar permasalahan itu sendiri. Gejala (symptom)
adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh masalah dan biasanya
lebih jelas daripada akar masalah tersebut. Sebagai contoh satu gejala
dapat berupa penjualan yang rendah yang tecermin di dalam suatu
sistem pelaporan penjualan. Menemukan akar permasalahan dari
penjualan yang rendah dapat mengharuskan dilakukannya penggalian
terhadap beberapa lapisan gejala sebelum dapat
mengidentifikasikannya sebagai pelatihan tenaga penjualan yang
buruk.
Manajer atau seseorang di dalam unit manajer mengidentifikasikan
masalah atau gejalanya. Setelah masalah teridentifikasi, manajer dapat
menghubungi seorang analis sistem untuk membantunya dalam
memahami masalah. Upaya definisi terdiri atas dua langkah: (1)
melanjutkan dari satu sistem ke tingkat subsistem dan (2)
menganalisis bagian – bagian sistem dalam suatu urut-urutan tertentu.
Langkah 4 – Melanjukan dari Tingkat Sistem ke Tingkat
Subsustem
Ketika manajer mencoba untuk memahami masalah, analis akan
memulai pada sistem yang menjadi tanggung jawab manajer tersebut.
Sistem ini dapat berupa perusahaan atau salah satu unitnya. Analisi
kemudian dilanjutkan menuju ke bawah hierarki sistem, tingkat demi
tingkat. Tujuannya untuk mengidentifikasi tingkat system dimana
terdapat penyebab terjadinya masalah.
Langkah 5 – Menganalisis Bagian-Bagian Sistem dalam Urutan
Tertentu
Seiring dengan manajer yang mempelajari masing-masing tingkat
sistem, unsur-unsur system juga dia dianalisis secara berurutan. Urut-
urutan ini ditampilkan yang mencerminkan prioritas dari masing-
masing unsur di dalam proses pemecahan masalah. Terdapat beberapa
unsur diantaranya :
a) Mengevaluasi standar. Manajemen menentukan standar dan harus
memastikan bahwa standar tersebut realistis, dapat dipahami, dapat
diukur, dan valid.
b) Membandingkan output system dengan standar. Setelah manajer
merasa puas dengan standar-standarnya, mereka lalu mengevaluasi
output sistem dengan membandingkannya pada standar.
c) Mengevaluasi manajemen. Diberikan satu penilaian kritis atas
manajemen dan struktur organisasi sistem. Apakah terdapat tim
manajemen sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diminta?
Dalam beberapa kasus, mungkin dibutuhkan pembuatan satu unit
baru.
d) Mengevaluasi prosesor informasi. Ada kemungkinan terdapat tim
manajemen yang baik, namun tim tersebut tidak mendapatkan
informasi yang ia butuhkan. Jika kasusnya seperti ini, kebutuhan
harus diidentiikasi.
e) Mengevaluasi input dan sumber daya input. Analisis akan
dilakukan oleh sumber daya fisik dalam unsur input dari sistem
(seperti dok penerima, bagian kendali mutu, dan gudang bahan
mentah )
f) Mengevaluasi proses trasnformasi. Otomatisasi, robot, desain dan
produksi yang dibantu oleh komputer serta produksi yang
diintegrasikan oleb komputer adalah contoh dari upaya untub
memecahkan masalah transformasi.
g) Mengevaluasi sumber daya output. Di sini kita akan
mempertimbangkan sumber daya fisik dalam unsur output suatu
Sistem. Contoh dari sumber daya seperti ini adalah gudang barang
jadi, personel dan mesin-mesin dokumen pengiriman, serta armada
truk pengirim.
3. Upaya Solusi
Upava solusi melibatkan suatu pertimbangan atas alternatif-
alternatif yang layak, pemilihan alternatif terbaik, dan
implementasinya. Jangan lupa untuk menindaklanjuti implementasi
untuk memastikan bahwa solusi tersebut efektif.
Langkah 6 – Mengidentifikasi Solusi – Solusi Alternatif
Manaier mengidentifikasi dengan cara – cara yang berbeda untuk
memecahkan masalah yang sama.
Langkah 7 – Mengevaluasi Solusi – Solusi Alternatif
Semua alternatif dievalui dengan menggunakan kriteria evaluasi yang
sama, yang mengukur seberapa baik satu memecahkan masalah dan
sejauh mana satu alternatif memungkinkan sistem mencapai
tujuannya.
Langkah 8 – Memilih Solusi yang Terbaik
Henry Mintzberg, seorang teoretikus manajemen mengidentifikasikan
tiga cara yang dilakukan manajer dalam memilih alternatif yang
terbaik yaitu analisis, pertimbangan, dan tawar menawar.
Langkah 9 – Mengimplementasikan Solusi
Masalah tidak akan terpecahkan hanya dengan memilih solusi yang
terbaik. Dalam contoh, perlu dilakukan pemasangan peralatan
komputasi yang dibutuhkan.
Langkah 10 – Menindaklanjuti untuk memastikan keefektifan
solusi manajer
Manajer dan para pengembang hendaknya tetap mengawasi situasi
untuk memastikan bahwa solusi yang dipilih telah men capai hasil
yang direncanakan. Ketika solusi tidak mampu mencapai harapan, kita
perlu melaksanakan kembali langkah-langkah pemecahan masalah
untuk mengetahui di mana letak kesalahan. Selanjutnya dilakukan uji
coba kembali.

2.2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem


Pendekatan sistem merupakan sebuah metodologi. Metodologi
adalah satu cara yang direkomendasikan dalam melakukan sesuatu.
Pendekatan sistem adalah metodologi dasar dalam memecahkan segala
jenis masalah. Siklus hidup pengembangan sistem (Systems development
life cycle-SDLC) adalah aplikasi dari pendekatan sistem bagi
pengembangan suatu sistem informasi. Adapun tahapan-tahapan dalam
metode SDLC adalah:
1. Analisis sistem (system analysis)
Adalah orang yang dididik khusus untuk mengembangkan sistem
secara professional. Penggunaan analis sistem di metode SDLC
memiliki alasan bahwa metode ini digunakan untuk mengembangkan
sistem teknologi informasi yang kompleks. Sistem yang kompleks
perlu oleh orang yang ahli dibidangnya sehingga permasalahan dapat
dipecahkan dan kebutuhan pemakai sistem dapat diidentifikasi dengan
benar.
2. Perancangan sistem (system design)
Tahap perancangan sistem mempunyai mempunyai dua tujuan utama,
yaitu (1) memberikan gambaran secara umum tentang kebutuhan
informasi kepada pemakai sistem secara logika serta (2) memberikan
gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada
pemrogram komputer dan ahli-ahli Teknik lainnya.
3. Implementasi sistem (system implementation)
Adalah tahap meletakan sistem supaya siap dioperasikan.
implementasi sistem juga merupakan proses mengganti atau
meninggalkan sistem yang lama dengan sistem yang baru. Untuk
mengganti sistem yang lama dengan sistem baru, diperlukan suatu
pendekatan atau strategi supaya berhasil. Pendekatan atau strategi
konversi yang ada adalah (1) konversi parallel, (2) konversi pilot atau
konversi lokasi, (3) konversi bertahap yang dilakukan dengan
menerapkan masing-masing modul dari sistem secara bertahap dan
urut, (4) konversi langsung
4. Operasi dan perawatan sistem (system operation and maintenance).
Sistem perlu dirawat karena beberapa hal, yaitu (1) sistem
mengandung kesalahan yang perlu diperbaiki, (2) sistem mengalami
perubahan-perubahan karena permintaan baru dari pemakai sistem, (3)
sistem mengalami perubahan karena perubahan lingkungan luar, dan
(4) sistem perlu ditingkatkan. Metode SDLC mempunyai beberapa
kelebihan. Di samping kelebihan-kelebihannya, metode SDLC juga
mempunyai beberapa kekurangan.

Siklus hidup system masih digunakan untuk pengembangan system


yang besar dan rumit yang membutuhkan keperluan analisis yang
tepat dan formal, spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya, dan
kendali yang ketat atas proses-prosesnya. Tetapi, pendekatan siklus
hidup system membutuhkan biaya besar, memakan banyak waktu dan
tidak fleksibel.

2.3 Prototyping
Meskipun sulit untuk membantah SDLC tradisional dengan
diungkapkannya tahapan- tahapan di atas secara logis, metode ini masih
memiliki kelemahan. Seiring dengan bertambahnya ukuran dan
kompleksitas suatu sistem, melewati tahapan-tahapan dengan sekali jalan
menjadi suatu hal yang semakin tidak mungkin untuk dilakukan. Para
pengembang selalu melakukan looping kembali dan mengerjakan ulang
untuk mendapatkan sebuah sistem yang dapat memuaskan para
penggunanya. Proyek-proyek juga cenderung berlanjut hingga waktu
berbulan-bulan dan bertahun-tahun, dan hampir selalu melebihi
anggarannya. Sebagai tanggapan atas keterbatasan-keterbatasan ini, para
pengembang sistem memutuskan untuk menerapkan suatu teknik yang
telah terbukti efektif dalam pekerjaan-pekerjaan lain, misalnya desain
mobil yaitu penggunaan prototipe (prototype). Dalam penerapannya pada
pengembangan sistem, prototipe adalah satu versi dari sebuah sistem
potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon
pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah
selesai. Proses pembuatan prototipe ini disebut prototyping. Dasar
pemikirannya adalah membuat prototipe secepat mungkin, bahkan dalam
waktu semalam, lalu memperoleh umpan balik dari pengguna yang akan
memungkinkan prototipe tersebut diperbaiki kembali dengan sangat
cepat.

Jenis-jenis Prototipe
Satu pertanyaan umum yang sering kali ditanyakan masyarakat ketika
pertama kali mendengar tentang prototipe komputer adalah, "Apakah
prototype akan menjadi sistem aktual nantinya? Jawabannya adalah,
"tergantung.”
Terdapat dua jenis prototipe: evolusioner dan persyaratan. Prototipe
evolusioner (evolutionary prototype) terus-menerus disempurnakan
sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari
sistem yang baru. Prototipe ini kemudian dilanjutkan produksi. Jadi, satu
prototipe evolusioner akan menjadi sistem aktual. Akan tetapi, prototipe
persyaratan (requirements prototype) dikembangkan sebagai satu cara
untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru
ketika pengguna tidak mampu mengungkapkan dengan jelas apa yang
mereka inginkan. Dengan meninjau prototipe persyaratan seiring dengan
ditambahkannya fitur-fitur, pengguna akan mampu mendefinisikan
pemrosesan yang dibutuhkan dari sistem yang baru. Ketika persyaratan
ditentukan, prototipe persyaratan telah mencapai tujuannya dan proyek
lain akan dimulai untuk pengembangan sistem baru. Oleh karena itu, suatu
prototipe persyaratan tidak selalu menjadi sistem aktual.
Ada empat langkah dalam pembuatan suatu prototipe evolusioner. Empat
langkah tersebut adalah:
1. Mengidentifikasi kebutuhan pengsuna. Pengembang mewawancarai
pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari
sistem.
2. Membuat satu prototipe. Pengembang mempergunakan satu alat
prototyping atau lebih untuk membuat prototipe. Contoh dari alat-alat
prototyping adalah generator aplikasi terintegrasi dan toolkit
prototyping. Generator aplikasi terintegrasi (integrated application
generator) adalah sistem perangkat lunak siap pakai yang mampu
membuat seluruh fitur yang diinginkan dari sistem baru-menu, laporan,
tampilan, basis data dan seterusnya. Toolkit prototyping meliputi
sistem-sistem perangkat lunak seperti spreadsheet elektronik atau
sistem manajemen basis data, yang maisng-masing mampu membuat
sebagian dari fitur-fitur sistem yang diinginkan.
3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima. Pengembang
mendemonstrasika prototipe kepada para pengguna untuk mengetahui
apakah telah memberikan hasil yang memuaskan. Jika ya, Langkah 4
akan diambil; jika tidak, prototipe direvisi dengan mengulang kembali
Langkah 1,2, dan 3 dengan pemahaman yang lebih baik mengenai
kebutuhan pengguna.
4. Menggunakan prototipe. Prototipe menjadi sistem produksi.

Pendekatan ini mungkin untuk dilakukan hanya ketika alat-alat


prototyping memungkinkan prototipe untuk memiliki seluruh unsur yang
penting dari sistem yang baru.

Tiga langkah pertama sama dengan langkah yang diambil dalam


membuat sebuah prototipe evolusIoner. Langkah-langkah berikutnya
adalah sebagai berikut:

4. Membuat kode sistem baru. Pengembang menggunakan prototipe


sebagai dasar untuk pengkodean sistem yang baru.
5. Menguji sistem baru. Pengembang menguji sistem.
6. Menentukan apakah sistem yang baru dapat diterima. Pengguna
memberitahukan kepada pengembang apakah sistem dapat diterima.
Jika ya, Langkah 7 akan diambil. jika tidak, Langkah 4 dan 5 diulang
kembali.
7. Membuat sistem baru menjadi sistem produksi.
Gambar 1.1 Prototyping
Daya Tarik Prototyping
Pengguna maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan-
alasan di bawah ini:
 Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna.
 Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam
menentukan kebutuhan pengguna.
 Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam
pengembangan sistem.
 Pengembang dan pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang
lebih sedikit dalam mengembangkan sistem.
 Implementasi menjadi jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa
yang diharapkannya.

Keuntungan-keuntungan di atas memungkinkan prototyping memangkas


biaya pengembangan dan meningkatkan kepuasan pengguna atas sistem
yang diserahkan.

Potensi Kesulitan dari Prototyping


Prototyping bukannya tidak memiliki potensi kesulitan. Kesulitan-
kesulitan tersebut antara lain:
 Terburu-buru dalam menyerahkan prototipe dapat menyebabkan
diambilnya jalan pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternatif,
dan dokumentasi. Jalan pintas ini akan menciptakan usaha-usaha
yang "cepat dan kotor.”
 Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototipe yang diberikan,
yang mengarah pada ekspektasi yang tidak realistis sehubungan
dengan sistem produksi nantinya.
 Prototipe evolusioner bisa jadi tidak terlalu efisien.
 Antarmuka komputer-manusia yang diberikan oleh beberapa alat
prototyping tertentu kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik
desain yang baik.

Baik pengguna maupun pengembang hendaknya mewaspadai potensi


kesulitan-kesulitan di atas ketika mereka memilih untuk melaksanakan
pendekatan prototyping. Namun, jika Seimbang, prototyping telah
terbukti menjadi salah satu metodologi SDLC yang paling berhasil. Sulit
untuk menemukan satu proyek pengembangan yang tidak menerapkan
sedikit prototyping di dalamnya.

2.4 Pengembangan Aplikasi Cepat


Satu metodologi yang memiliki tujuan yang sama dengan prototyping,
yaitu memberikan respons yang cepat atas kebutuhan pengguna, namun
dengan lingkup yang lebih luas adalah RAD. Istilah RAD, dari rapid
application development atau pengembangan aplikasi cepat
diperkenalkan oleh konsultan komputer dan penulis James Martin, dan
istilah ini mengacu pada suatu pengembangan siklus hidup yang
dimaksudkan untuk memproduksi sistem dengan cepat tanpa
mengorbankan mutunya.
RAD adalah kumpulan strategi, metodologi, dan alat terintegrasi
yang terdapat di dalam suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa
informasi. Rekayasa informasi (information engineering-IE) adalah
nama yang diberikan Martin kepada keseluruhan pendekatan
pengembangan sistemnya, yang ia perlakukan sebagai suatu aktivitas
perusahaan secara menyeluruh. Istilah perusahaan (enterprise) digunakan
untuk menjabarkan keseluruhan perusahaan.
Gambar 1.2 mengilustrasikan siklus hidup RAD menurut Martin,
yang menunjukan banyaknya upaya yang dikeluarkan oleh baik pengguna
maupun spesialis informasi. Nama-nama tahapan siklus hidup Martin
sedikit berbeda dari yang telah kita pergunakan untuk SDLC tradisional,
namun melibatkan urutan-urutan pekerjaan yang sama. Dalam siklus
tradisional, perwakilan-perwakilan dari departemen sistem informasi
melakukan mayoritas pekerjaan, dengan pengguna hanya mendapatkan
momentum selama serah terima.

Gambar 1.2 Siklus RAD


Hal yang sebaliknya berlaku dalam siklus hidup RAD seperti yang
dilustrasikan dalam Gambar 1.2 dimana pengguna memainkan peran
penting kecuali dalam tahap konstruksi. Logika yang mendasari Martin
adalah bahwa semakin banyak keterlibatan pengguna, khususnya selama
tahap-tahap awal, maka hal tersebut akan memungkinkan sistem
dikembangkan dengan lebih cepat. Serah terima terjadi lebih cepat dalam
RAD dibandingkan dengan dalam siklus hidup tradisional.

Unsur-unsur Penting RAD


RAD membutuhkan empat unsur penting: manajemen, orang, metodologi,
dan alat:

 Manajemen. Manajemen, khususnya manajemen puncak, hendaknya


menjadi penguji coba (experimenter) yang suka melakukan hal-hal
dengan cara baru atau pengadaptasi (awal (early adapter) yang
dengan cepat mempelajari bagaimana cara menggunakan metodologi-
metodologi baru.
 Orang. Daripada hanya memanfaatkan satu tim untuk melakukan
seluruh aktivitas DDLC, RAD menyadari adanya efisiensi yang dapat
dicapai melalui penggunaan tim-tim khusus. Anggota dari tim ini
adalah para ahli dalam metodologi dan alat yang dubutuhkan untuk
melakukan tugas-tugas khusus mereka masing-masing. Martin
menggunakan istilah tim SWAT, di mana SWAT merupakan
singkatan dari “skilled with advanced tools" (ahli dengan alat-alat
canggih).
 Metodologi. Metodologi dasar RAD adalah siklus hidup RAD.
 Alat-alat. Alat-alat RAD terutama terdiri atas bahasa-bahasa generasi
keempat dan alat-alat rekayasa peranti lunak dengan bantuan
komputer (computer-aided software engineering-CASE) yang
memfasilitasi prototyping dan penciptaan kode. Alat-alat CASE
menggunakan komputer untuk membuat dokumentasi yang dapat
diubah menjadi peranti lunak dan basis data operasional.

Dari semua komponen rekayasa informasi, RAD mungkin telah mendapat


dukungan yang terbesar. Meskipun metodologi ini mungkin tidak
diterapkan persis sama dengan dibayangkan oleh Martin, penekanan yang
diberikannya pada keterlibatan pengguna dan kecepatan membuatnya
menjadi sangat menarik. Jika Anda bertanya kepada para CIO mengenai
SDLC apa yang mereka gunakan, mereka kemungkinan besar akan
menjawab "Oh, kami menggunakan RAD”.
2.5 Pengembangan Berfase
Metodologi pengembangan sistem yang dewasa ini digunakan oleh
banyak perusahaan adalah kombinasi dari SDLC tradisional, prototyping,
dan RAD-dengan mengambil fitur fitur yang terbaik dari masing-masing
metodologi. SDLC tradisional menyumbangkan urut-urutan tahapan yang
logis, prototyping menyumbangkan pengumpulan iteratif dari umpan balik
para pengguna, dan RAD menyumbangkan pemikiran bahwa keterlibatan
penguna meliputi partisipasi di dalam pengembangan. Nama yang
diberikan untuk metodologi kontemporer ini adalah pengembangan
berfase. Pengembangan berfase (phased development) adalah suatu
pendekatan bagi pengembangan sistem informasi yang terdiri atas enam
tahap-investigasi awal, analisis, desain, konstruksi awal, konstruksi akhir,
serta pengujian dan pemasangan sistem. Tahap-tahap analisis, desain, dan
konstruksi awal dilaksanakan untuk setiap modul sistem.

Tahap-tahap Pengembangan Berfase


Enam tahap pengembangan berfase diilustrasikan dalam Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Tahap-tahap pengembangan berfase
1. Investigasi Awal
Para pengembang, termasuk pengguna dan juga spesialis informasi,
melakukan analisis usaha dengan tujuan untuk mempelajari tentang
organisasi dengan masalah sistemnya; mendefinisikan tujuan,
hambatan, risiko, dan ruang lingkup sistem baru; mengevaluasi proyek
maupun kelayakan sistem; melakukan subdivisi sistem menjadi
komponen-komponen besar; dan mendapatkan umpan balik pengguna.
2. Analisis
Pengembang menganalisis persyaratan fungsional pengguna untuk
masing masing modul sistem dengan menggunakan berbagai macam
teknik pengumpulan informasi dan kemudian mendokumentasikan
temuan-temuannya dalam bentuk model model proses, data, dan objek.
3. Desain
Pengembang merancang komponen dan antarmuka dengan sistem-
sistem lain untuk setiap modul sistem yang baru dan kemudian
mendokumentasikan desain dengan menggunakan berbagai jenis teknik
pemodelan.
4. Kontruksi Awal
Pengembang membuat dan menguji peranti lunak dan data untuk setiap
modul sistem dan mendapatkan umpan balik dari pengguna. Untuk
setiap modul yang tidak menerima persetujuan dari pengguna, tahap-
tahap analisis, desain, dan konstruksi awal akan diulang kembali.
5. Kontruksi Akhir
Peranti lunak modul diintegrasikan untuk membentuk sistem yang
lengkap, yang diuji bersama-sama dengan datanya. Selain itu, setiap
peranti keras yang dibutuhkan dibeli dan diuji, fasilitas-fasilitas dibuat,
dan para pengguna dilatih. Pelatihan meliputi prosedur-prosedur yang
harus diikuti oleh para pengguna dalam menggunakan sistem dan sering
kali prosedur yang harus diikuti dalam pemasangan sistem pada stasiun
stasiun kerja mereka.
6. Pengujian dan Pemasangan Sistem
Pengembang merancang dan melaksanakan uji sistem yang tidak hanya
mencakup peranti lunak dan data, melainkan juga sumber daya
informasi lainnya-peranti keras, fasilitas, personel, dan prosedur.
Komponen-komponen sistem dipasang, dan dilakukan uji penerimaan
pengguna. Penerimaan oleh pengguna akan menjadi tanda persetujuan
untuk melanjutkan ke tahap serah terima. Setelah sistem digunakan
selama beberapa waktu, mungkin selama beberapa minggu atau
beberapa bulan, suatu tinjauan pascaimplementasi dilakukan untuk
memastikan bahwa sistem telah memenuhi persyaratan fungsionalnya.

Urut-urutan tahapan ini tidaklah berbeda dengan SDLC tradisional.


Hal yang membedakan metodologi pengembangan berfase adalah cara
bagaimana analisis, desain, dan konstruksi awal diulang kembali untuk
setiap modul sistem secara terpisah, daripada untuk keseluruhan sistem.
Ketika tahap-tahap tersebut diulang untuk setiap modul, mereka akan
disebut fase-fase; itulah mengapa metodologi ini bernama pengembangan
berfas

Fase-Fase Modul

Gambar 1.4 Fase-fase modul


Gambar 1.4 mengilustrasikan bagaimana fase-fase modul
terintegrasi ke dalam pengembangan sistem. Dalam contoh ini, sistem
telah dibagi menjadi tiga modul utama; pembuat laporan, basis data, dan
antarmuka Web. Jumlah modul akan bervariasi untuk masing-masing
sistem, mulai dari satu hingga sekitar selusin. Anda dapat melihat dalam
figur tersebut bahwa analisis, desain, konstruksi awal, dan tinjauan
pengguna dilaksanakan secara terpisah untuk masing-masing modul. Lebih
jauh lagi, ketiga fase ini dapat diulang kembali jika diminta oleh tinjauan
pengguna-yang mencerminkan pengaruh dari prototyping.

Jika prototyping paling sesuai digunakan untuk sistem kecil,


metodologi RAD paling sesuai untuk sistem besar, maka pengembangan
berfase dapat digunakan untuk pengembangan segala jenis ukuran sistem.
Kuncinya adalah cara bagaimana sistem dibagi menjadi modul-modul
yang masing-masing akan dianalisis, dirancang, dan dibuat secara terpisah.

2.6 Desain Ulang Proses Bisnis


Teknologi informasi mengalami kemajuan dengan sangat cepat, dan
organisasi perlu mengambil keuntungan dari kemajuan-kemajuan ini.
Sistem meliputi sistem-sistem memproses data perusahaan maupun
sistem-sistem yang melakukan fungsi-fungsi seperti mengebor untuk
mencari minyak dan memproduksi satu bagian manu Manajemen sering
kali menyimpulkan bahwa pendekatan-pendekatan baru hendak dilakukan
untuk sistem-sistem seperti ini, dengan memanfaatkan secara penuh
kemajuan bidang teknologi komputer modern. Proses pengerjaan ulang
sistem disebut dengan istilah rekayasa ulang (reengineering) atau disebut
juga dengan istilah desain ulang proses desain ulang proses bisnis
(business process redesign-BPR). BPR memengaruhi operasi TI
perusahaan dalam dua hal.

 Pertama, 11 dapat menerapkan BPR untuk mendesain ulang sistem-


sistem informasi yang hidupnya tidak dapat dipertahankan lagi dengan
pemeliharaan biasa. Sistem seperti ini disebut sistem warisan (legacy
systems), karena mereka terlalu berharga dihapuskan namun
menghisap sumber-sumber daya yang dimiliki oleh IS.
 Kedua, ketika sebuah perusahaan menerapkan BPR pada operasi-
operasi utamanya, usaha ini akan selalu memberikan efek gelombang
yang menyebabkan perancangan ulang sistem informasi

Inisiasi Strategis Proyek-proyek BPR


BPR memiliki potensi pengaruh dramatis pada perusahaan dan operasinya
hingga projek-proyek seperti ini biasanya dicetuskan di tingkat manajemen
strategis Gambar 1.5 menunjukkan bahwa proyek-proyek seperti ini dipicu
oleh suatu masalah atau peluang Manajemen strategis memutuskan bahwa
BPR layak untuk dilakukan dan menyetujui proses proses fisik didesain
ulang. Proses-proses fisik itu meliputi logistik sumber daya fisik yang
masuk, operasi-operasi yang menghasilkan produk atau jasa perusahaan,
dan logistik keluar. BPR juga dapat ditujukan pada aktivitas aktivitas yang
mendukung proses fisik-sumber daya manusia, pembelian, pemasaran, dan
semacamnya.

Manajemen strategi juga dapat mengizinkan sistem informasi dirancang


ulang guna mengambil manfaat dari teknologi modern. Sebagai contoh,
sistem dapat dirancang ulang sehingga menjadi berbasis web.

Ketika proses proses fisik dirancang ulang, sering kali akan terjadi efek
domins yang akhirnya akan menyebabkan terjadinya perancangan ulang
sistem informasi yang terkuat. Karena alasan ini, BPR biasanya akan
melibatkan layanan informasi.

IS menciptakan dua teknik dalam menerapkan BPR yaitu rekayasa terbalik


dan rekayasa ulang. Komponen komponen ini dapat diciptakan secara
terpisah atau gabungan.
Gambar 1.5
Rekayasa Terbalik

Rekayasa terbalik (reverse engineering) berasal dari intelijen hitnis.


Perusahaan sejak delu selalu mengikuti produk-produk para pesaingnya
dengan cars membeli sampel dan membongkarnya untuk melihat
bagaimana produk tersebut bekerja. Spesifikasi dimain produk pesaing
diturunkan dari produk-produk itu sendiri, sehingga menihalik pola normal
di mana desainlah yang dibuat terlebih dahulu.

Sebagaimana penggunaannya di dalam komputasi, rekayasa terbalik


adalah proses menganalisis aistem yang sudah ada untuk mengidentifikasi
unsur-unsur dan saling bubungan di antara unsur-unsur tersebut sekaligus
untuk membuat dokumentari pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi
daripada yang telah ada saat ini, Kebutuhan ini timbul ketika perusahaan
ingin mengembangkan kembali sistem yang sudah ada di mana sistem
tersebut hanya sedikit atau tidak memiliki dokumentasi.

Titik awal dalam rekayasa terbalik sebuah sistem adalah kode


komputernya, yang dubah menjadi dokumentasi. Dokumentasi ini
kemudian dapat diubah ke dalam uraian alan yang lebih abstrak, seperti
diagram arus data, kasus-kasus penggunaan, dan diagram rela entitan.
Pengubahan ini dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan
peranti lunak BPR

Oleh sebab itu, rekayasa terbalik akan mengikuti suatu jalur mundur ke
belakang sepanjang siklus hidup sistem, merekonstruksi desain dan
perencanaan sistem yang dilakukan dalam usaha pengembangan awal.
Hasilnya adalah suatu sistem yang terdokumentasi secara menyeluruh.
Namun, sistem ini masih melakukan hal yang sama persis dengan
bagaimana tem tersebut didesain sejak awal. Rekayasa terbalik tidak
mengubah fungsionalitas dari sebuah sistem pekerjaan yang dilakukannya.
Tujuan rekayasa terbalik sebenarnya adalah untuk dapat lebih memahami
sebuah sistem agar dapat melakukan perubahan dengan cara ata lain,
seperti rekayasa ulang.

Gambar 1.6
Rekayasa Ulang

Rekayasa ulang (reengineering) adalah merancang ulang sebuah sistem


selur tujuan mengubah fungsionalitasnya. Akan tetapi, ini bukanlah
pendekatan yang “bersih” karena pengetahuan dari sistem yang ada saat ini
tidak sepenuhnya diabaikan pengetahuan tersebut diperoleh pertama kali
dengan melakukan rekayasa terbalik. Lalu sistem yang baru kemudian
dikembangkan dengan cara yang normal, Nama rekayasa ke depan
(forward engineering) diberikan untuk proses mengikuti SDLC dengan
cara yang normal sambil sekaligus menjalankan BPR.

Pemilihan Komponen-komponen BPR

Komponen-komponen BPR dapat diterapkan secara terpisah atau


digabung pada tingkat kemungkinan yang dicari. Kombinasi yang tepat
akan tergantung pada sistem yang ada saat ini jika dilihat dari segi
fungsionalitas dan sifat teknisnya. Figur 7.11 menunjukkan kedua
pengaruh ini. Mutu fungsionalitas adalah ukuran dari apa dikerjakan oleh
sistem. Mutu teknis adalah ukuran dari seberapa baik sistem
melaksanakannya.

Ketika mutu fungsional maupun teknis sama-sama buruk, maka akan


dibutuhkan proyek rekayasa ke depan. Keadaan menjadi begitu buruknya
sehingga baik jika kita mengulang semuanya, menjalankan langkah-
langkah dari siklus hidup sistem dengan cara yang normal. Ketika
fungsionalitas baik tetapi mutu teknis buruk maka rekayasa terbalik
hendaknya dicoba untuk dilakukan. Ketika fungsionalitas buruk tetapi
mutu teknis baik, maka dibutuhkan rekayasa terbalik. Dalam kasus seperti
ini, telah mencerminkan teknik-teknik yang modern tetapi memang tidak
dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Ketika mutu fungsionalitas
maupun teknis sama-sama baik, hal paling baik adalah membiarkan sistem
tersebut apa adanya.
2.7 Permodelan Proses
Pemodelan secara umum, dimengerti sebagai proses
merepresentasikan objek nyata atau realita sebagai seperangkat
persamaan matematika, grafis ataupun bagan agar mudah dipahami oleh
pihak yang berkepentingan. Lebih khusus lagi, istilah ini sering
digunakan untuk proses menggambarkan konsep yang mewakili obyek-
obyek dalam pengembangan sistem informasi. Pemodelan dalam
pengembangan sistem informasi, berevolusi selaras perkembangan
teknologi dan metodologi pengembangannya. Kesamaan pandang
diperlukan dalam pemodelan, yang akhirnya menuntut adanya
keseragaman atau standar.
Teknologi obyek, membutuhkan pemodelan yang relevan, telah
mendorong Jacobson dkk., menciptakan standar pemodelan untuk
pengembangan sistem, dengan pendekatan obyek yang dikenal dengan
UML (Unified Modeling Language). UML memiliki keuntungan
yang menghasilkan representasi yang dapat diverifikasi melalui
penalaran logis, pengujian, atau bahkan simulasi. Sebagai contoh,
diagram proses bisnis dapat diuji dengan mental melewati kasus
imajinasi, melalui pemikiran logis yang mungkin berbeda untuk melihat
apakah itu merupakan upaya menghasilkan output yang diperlukan. Ada
tiga jenis pemodelan, seperti yang digambarkan di bawah ini

Pemodelan bisnis, pemodelan yang lebih menekankan pada proses


apa yang dilakukan dan apa yang tidak dalam bisnis. Ini
dilakukan sebelum menggunakan sistem informasi untuk
mengotomatisasi aspek bisnis, atau untuk meningkatkan kinerja bisnis
dari yang sudah ada. Jangan lupa bahwa sistem informasi
hanyalah sarana untuk melayani bisnis (yaitu, untuk mendukung proses
bisnis mereka). Jika tidak jelas proses bisnis seperti apa, maka akan
sama-sama tidak jelas bagaimana sistem mungkin dapat mendukungnya.
Model bisnis ini dijelaskan dalam istilah bisnis murni. Salah satu tujuan
utamanya adalah untuk membangun pengertian secara umum, antara
pengguna bisnis dan teknologi yang pada akhirnya akan membangun
solusi sistem yang tepat untuk itu. Kualitas dan kelengkapan akan model
akan mempengaruhi keberhasilan solusi akhir.
Pemodelan Bisnis menghasilkan artefak berikut:
 End-to-end Business Processes
 Business Process Diagram
   Activity Diagram
 Action Narratives
Pemodelan aplikasi, ini berkaitan dengan bagaimana sistem
mendukung bisnis. Setelah menetapkan model bisnis yang
menggambarkan alur proses bisnis apa, kita kemudian mengajukan solusi
aplikasi yang dibutuhkan bisnis. Ini pada dasarnya adalah pandangan
eksternal solusi dan menunjukkan bagaimana pengguna berinteraksi
dengan aplikasi tersebut, tampilan dan nuansa, dan bisnis abstraksi
(benda) yang diwakili oleh aplikasi. Pemodelan aplikasi membahas
persyaratan fungsional maupun non fungsional.
Model aplikasi tidak bergantung pada teknologi implementasi nya
dan terutama dijelaskan dalam istilah non-teknologi. Karenanya menjadi
cukup mudah dimengerti oleh pengguna bisnis.
Pemodelan Aplikasi menghasilkan artefak berikut:
 Business Objects (domain class diagram)
 Use-cases diagram
 Scenarios (collaboration/sequence diagrams)
 User Interface Models:
 Dialog
 Prototype
Pemodelan sistem ini berkaitan dengan bagaimana sistem yang
diwujudkan dengan menggunakan teknologi. Pemodelan sistem sebagian
besar merupakan kegiatan teknologi yang mencoba untuk
menerjemahkan model aplikasi ke dalam bangunan sistem operasional.
Pemodelan sistem harus berurusan dengan rincian spesifikasi yang
menjelaskan bagaimana bagian-bagian sitem akan diwujudkan. Misalnya,
model harus berurusan dengan konstruksi khusus pemrograman, layanan
middleware, model data, dan sebagainya. Model sistem, menghasilkan
pandangan internal solusi, menunjukkan bagaimana bagian-bagian yang
berbeda berinteraksi dalam rangka mendukung eksternal, tampilan
aplikasi. Pemodelan sistem adalah di mana persyaratan non-fungsional
(misalnya, platform, kinerja, throughput, skalabilitas, kemampuan
pemeliharaan) dibahas. Model sistem dinyatakan dalam istilah-istilah
teknis dan untuk penggunaan internal teknologi yang bekerja di
dalamnya.  
Pemodelan Sistem menghasilkan artefak berikut:
User Interface Models:
 Screen Specifications
 Data
 Data Entry Validation Rules
 Navigation
 Front-end Components
 Application Server Components
 Business Object Server Components
 Data Access Components
 Data Models
Perlu ditekankan bahwa keputusan desain yang dibuat dalam tiga
jenis pemodelan. Dalam pemodelan bisnis kita tidak hanya merekam cara
bisnis beroperasi sekarang (proses apa adanya), perlu dipertimbangkan
bagaimana itu bisa beroperasi dengan potensi manfaat memperkenalkan
sistem informasi yang dapat merampingkan kegiatan usaha. Dalam
pemodelan aplikasi, kita menciptakan metafora, layar, dan abstraksi yang
memungkinkan pengguna akhir untuk menggunakan aplikasi ini sebagai
alat yang efektif dan intuitif yang menyatu dengan proses kerja mereka,
daripada menjadi hambatan bagi pekerjaan mereka. Dalam pemodelan
sistem, kita menemukan artefak perangkat lunak yang secara kolektif
tidak hanya menyadari kebutuhan fungsional untuk aplikasi, tetapi juga
memenuhi persyaratan non-fungsional.
2.8 Manajemen Proyek
a. Manajemen proyek adalah aktivitas-aktivitas yang mencakup
perencanaan pekerjaan, penilaian risiko, estimasi dan pengadaan
sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan,
pengorganisasian pekerjaan, pengarahan pelaksanaan, serta analisis
hasil pekerjaan. Manajemen proyek yang baik sangat penting dalam
pengembangan sistem. 
b. Tujuan manajemen proyek adalah untuk memastikan sistem
informasi diselesaikan tepat waktu, sesuai anggaran, dan benar-benar
bermanfaat bagi perusahaan. Manajemen proyek harus
mempertimbangkan lima variabel utama: lingkup, waktu, biaya,
kualitas, dan risiko.
c. Metode-metode yang bisa digunakan untuk memilih
dan mengevaluasi proyek-proyek pengembangan sistem
informasi. Organisasi memerlukan rencana pengembangan sistem
informasi yang mencakup deskripsi mengenai bagaimana teknologi
informasi mendukung pencapaian tujuan-tujuan bisnis. Rencana
pengembangan sistem informasi juga harus menyatakan secara
eksplisit semua aplikasi sistem informasi dan komponen-
komponen infrastruktur teknologi informasi yang direncanakan.
Perusahaan besar bahkan harus memiliki satu struktur manajemen
untuk memastikan proyek pengembangan sistem yang paling penting
mendapatkan prioritas. Indikator kinerja kunci (key performance
indicators), analisis portofolio (portfolio analysis), dan scoring bisa
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif-
alternatif proyek pengembangan sistem informasi.
Untuk menentukan apakah suatu proyek pengembangan sistem
informasi merupakan investasi yang bagus, manfaat dan biaya proyek
pengembangan sistem informasi itu harus diperhitungkan. Manfaat-
manfaat yang berwujud juga biasanya terukur, sedangkan manfaat-
manfaat tak berwujud yang tidak bisa segera diukur mungkin akan
memberikan manfaat yang bisa diukur di masa depan. Proyek yang
manfaatnya tampak lebih besar daripada biayanya harus dianalisis
menggunakan metode-metode penganggaran modal untuk memastikan
proyek pengembangan sistem informasi memberikan imbal hasil
investasi yang baik bagi perusahaan. Real options pricing
models menerapkan teknik untuk menilai opsi keuangan terhadap
investasi sistem informasi. Real options pricing models akan
bermanaat ketika perusahaan mempertimbangkan investasi sistem
informasi dengan ketidakpastian yang tinggi.
d. Faktor-faktor risiko utama dalam proyek pengembangan sistem
informasi. Tingkatan risiko dalam suatu proyek pengembangan sistem
informasi ditentukan oleh (1) besaran proyek, (2) struktur proyek, dan
(3) pengalaman dengan teknologi. Proyek pengembangan sistem
informasi lebih memiliki peluang gagal ketika partisipasi pengguna
tidak memadai atau tidak tepat dalam proses pengembangan sistem
informasi, tidak ada dukungan dari manajemen, serta manajemen
implementasi yang buruk. Proyek-proyek yang memiliki tingkat
kegagalan sangat tinggi adalah perekayasaan ulang proses bisnis
(business process reengineering), enterprise applications, serta merger
dan akuisisi karena proyek-proyek tersebut menuntut perubahan
organisasi secara besar-besaran.
e. Implementasi berarti proses perubahan organisasi secara menyeluruh
dengan diperkenalkannya sistem informasi baru. Dukungan dan
keterlibatan pengguna serta dukungan dan pengendalian manajemen
dalam proses implementasi sangat penting, demikian juga mekanisme
penanganan risiko pada tiap-tiap proyek pengembangan sistem
informasi baru. Faktor-faktor risiko proyek pengembangan sistem
informasi sebagian bisa dikendalikan dengan pendekatan kontingensi
(contingency approach) terhadap manajemen proyek. Tingkatan risiko
tiap-tiap proyek pengembangan sistem informasi menentukan bauran
yang tepat external integration tools, internal integration tools, formal
planning tools, serta formal control tools yang harus diterapkan.
2.9 Mengestimasi Biaya Proyek
Mengestimasikan waktu dan uang yang dibutuhkan untuk
mengembangkan sebuat stetem telah lama menjadi satu tugas yang
menantang. Akan tetapi, lambat laun telah diciptakan banyak metode yang
dapat digunakan untuk mengestimasi biaya dan jadwal proyek. Semua
metode ini kurang lebih mengandalkan pada tiga komponen:

1. Informasi mengenai sistem tertentu yang sedang dibuat dan orang yang
akan melakukan pengembangan
2. Pengalaman historis
3. Pengetahuan mengenai proses pengembangan peranti lunak dan alat-
alat serta teknik estimasi

Proses pengestimasian biaya terditi atas sekumpulan input, alat-alat dan


teknik, serta output. Berikut beberapa komponen:

INPUT ALAT DAN TEKNIK OUTPUT


Work breakdown Estimasi analogis Estimasi biaya
structure
Kebutuhan sumber daya Estimasi dari bawah ke Detail-detail pendukung
atas
Tarif sumber daya Alat-alat terkomputerisasi Rencana manajemen
biaya
Estimasi durasi aktivitas
Estimasi historis
Tabel 1.1 Proses Pengestimasian Biaya
Input Pengestimasian Biaya

Sebuah work breakdown structure (WBS) mengidentifikasikan aktivitas-


aktivitas proyek yang akan membutuhkan sumber daya. Contoh WBS
adalah grafik Gantt dan diagram jaringan. Kebutuhan sumber daya
(resource requirement) mencantumkan sumber daya tertentu yang akan
dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Tarif sumber daya (resource rates)
adalah biaya per unit untuk setiap jenis sumber daya. Estimasi durasi
aktivitas (activity duration estimates) menyebutkan periode pekerjaan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas. Informasi historis
(historical information) terdiri atas file-file dari data proyek masa lalu,
basis data pengestimasian biaya komersial, dan pengetahuan tim proyek.

Alat-alat dan Teknik Estimasi Biaya

Estimasi analogis (analogous estimating) menggunakan biaya aktual


proyek-proyek serupa yang telah dilakukan di masa lalu sebagai dasar
untuk memproyeksikan biaya dari proyek yang sedang dipertimbangkan.
Teknik ini digunakan ketika hanya terdapat sedikit informasi lain yang
tersedia. Teknik ini lebih murah daripada teknik-teknik yang lain, tetapi
pada umumnya kurang akurat.

Estimasi dari bawah ke atas (bottom-up estimating) dimulai dengan detail,


seperti altivitas di dalam grafik Gantt, lalu mengalikannya dengan data
biaya, seperti tarif per jam untuk karyawan, untuk menghasilkan estimasi
biaya proyek, Semakin banyak detail awal, maka akan semakin akurat
hasil yang diperkirakan.

Alat-alat terkomputerisasi (computerized tools) dapat digunakan secara


terpisail atau untuk menyederhanakan alat-alat yang baru saja diuralkan.
Satu sumber bagi alat ale terkomputerisasi adalah
WWW.CONSTRUX.COM.
Model-model matematis (mathematical modal) dapar digunakan untuk
menguantifikasi karakteristik proyek dan membuat simulasi dari berbagai
macam skenario. Hasil output teknik ini akan paling akurat ketika data
historisnya akurat, karakteristiknya depar dikuantifikasi dengan mudah,
dan model tersebut dapat diatur skalanya sehingga dapa menangani ukuran
proyek dalam rentang yang lebar.

Output Pengestimasian Biaya

Estimasi biaya dibuat untuk seluruh sumber daya yang dibebankan ke


proyek dan biasanya dinyatakan dalam unit-unit keuangan yang berlaku,
seperti Dolar atau Euro. Estimasi seperti ini dapat disempurnakan kembali
selama proyek berlangsung untuk mencerminkan tambahan informasi
seiring dengan semakin jelasnya proyek tersebut. Detail-detail pendukung
mendokumentasikan bagaimana estimasi tersebut dihitung dan setiap
asumsi-asumsi yang diambil. Rencana manajemen biaya (cost-
management plan) menjelaskan bagaimana varians biaya akan dikelola.

2.10 Perkembangan Sistem Aplikasi Gojek yang Merger dengan


Tokopedia
GOJEK adalah merupakan layanan transfortasi online yang
memimpin revolusi industri transportasi Ojek. GoJek Indonesia berdiri
sebagai social enterpreneurship inovatif untuk mendorong perubahan
sektor transportasi informal agar dapat beroperasi secara profesional.
Manajemen GoJek menerapkan sistem bagi hasil dengan sekitar 1000
pengemudi ojek yang saat ini berada di bawah naungan GoJek dan
tersebar di Jabodetabek. Pembagiannya adalah, 80% penghasilan untuk
pengemudi ojek dan 20%-nya untuk GoJek. Adapun TOKOPEDIA
merupakan salah satu perusahaan elektronik terbesar di Indonesia. PT
Tokopedia bergerak dalam menciptakan suatu marketplace perdagangan
elektronik. Dalam hal ini Tokopedia memungkinkan setiap individu dan
pemilik bisnis di Indonesia untuk mengembangkan dan mengelola bisnis
online mereka secara mudah dan gratis, sekaligus memungkinkan
pengalaman berbelanja online yang lebih aman dan nyaman.

Secara garis besar, kedua perusahaan ini mengeluti bisnis yang


berbeda jenisnya. Dalam sistemnya, salah satu teknologi yang diterapkan
oleh Gojek dalam sistem informasi yaitu sistem e-commerce. Walaupun
sistem e-commerce biasa digunakan oleh aplikasi toko online, tetapi
Gojek juga membutuhkannya karena terdapat beberapa layanan di
aplikasi Gojek yang memerlukan bantuan sistem e-commerce ini agar
bisa berjalan. Contohnya dalam hal shopping, yang dimana Gojek
mengembangkan sistemnya, yaitu Business to Customer yang dilakukan
dengan personal online booking. Fitur e-commerce pada Gojek sangat
lengkap jika dibandingkan dengan fitur e-commerce dari model
transportasi lain.

Adapun mergernya Gojek dan Tokopedia berakibat pada


pengembangan system yang harus dikembangkan lebih baik lagi oleh
perusahaan tersebut. Secara singkat, perjalanan mergernya Gojek dan
Tokopedia adalah sebagai berikut:

- Pada tahun 2009 Tokopedia memulai transaksi antar konsumen


(C2C). Adapun Gojek pada 2010 memulai sebagai call center untuk
memesan ojek. Pada 2015, Tokopedia memelopori pengiriman instan
dengan perusahaan ride-hailing. Sementara itu, pada 2015, Gojek
meluncurkan aplikasi di smartphone dengan 4 layanan utama yaitu
GoRide, GoSend, GoFood, dan GoMart.
- Pada 2016, Tokopedia kemudian merambah ke bisnis barang-barang
digital dan teknologi finansial. Terobosan juga dilakukan Gojek pada
2016 dengan meluncurkan GoPay dan GoCar
- Selanjutnya, pada 2018, Tokopedia meluncurkan Mitra Tokopedia,
sedangkan Gojek melebarkan sayap ke Vietnam dan Singapura
dengan meluncurkan GoPay open loop. Pada 2019, Tokopedia
meluncurkan Toko Cabang (Fasilitas Gudang Tokopedia) dan
memperkenalkan Tokopedia Salam. Gojek menjadi Decacorn
pertama di Indonesia dan membuka layanan di Thailand pada tahun
2019.
- Kemudian, pada 2020, Tokopedia meluncurkan Layanan Lokal
(Tokopedia Wedding, Tokopedia Parents, Tokopedia Print, dan
Tokopedia Clean). Pada tahun 2020, Gojek menyatukan aplikasi dan
brand di seluruh kawasan Asia Tenggara. Kini pada 2021 sampai
sekarang Gojek dan Tokopedia merger dalam satu payung GoTo.

GoTo adalah perusahaan Indonesia hasil merger atau gabungan dari


startup besar Gojek dan Tokopedia. Keduanya resmi bergabung dan
mengumumkannya ke khalayak ramai pada 17 Mei 2021 di Jakarta.
Bergabungnya unicorn terbesar di Indonesia ini memang menghebohkan
banyak pihak. GoTo menyatukan kekuatan dua perusahaan kebanggan
Indonesia, dan mengombinasikan kebanggaan Indonesia, dan
mengkombinasikan e-Commerce, layanan on-demand dan layanan
keuangan untuk menciptakan ekosistem yang unik di panggung dunia.

Gojek membutuhkan sistem informasi manajemen ini karena sistem


ini dapat menjamin kalau seluruh kegiatan perusahaan dapat berjalan
dengan lancar, seperti: Proses bisnis dan operasional, pengambilan
keputusan, dan keunggulan strategi dalam persaingan. Sistem informasi
manajemen berbeda dengan sistem informasi biasa karena sistem ini
hanya bertugas dalam pemrosesan suatu data dan mengubah data itu
menjadi informasi yang bermanfaat seperti pemanfaatan SDM, dokumen,
teknologi, prosedur, dan manajemen akuntansi untuk pemecahan masalah
strategi dan biaya layanan.

Dari hal tersebut dapat kita lihat, kedua perusahaan ini berkembang
dengan baik dari berbagai aspek yang salah satunya dalam perkembangan
sistem informasi manajemen yang tak kalah penting berperan dalam
setiap perkembangannya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pendekatan sistem umum dapat dikalsifikasikan menjadi tiga yaitu:
Filsafat sistem, Manajemen sistem, dan Analisis sistem. Semua aspek
dari sistem ke dalam klasifikasi umum dari pendekatan sistem dan
memasukkannya ke dalam kerangka ini menggunakan berbagai sistem
yang cocok seperti teori sistem sebagai kumpulan konsep yang
digabungkan atau tubuh ilmu pengetahuan yang menggarisbawahi
penerapan filsafat sistem (cara berfikir), manajemen sistem (desain dan
pelaksanaan organisasi sebagai sistem) dan analisis sistem (teknik
pemecahan masalah).
Terdapat emapat karakteristik yang berlaku dalam manajemen
sistem, anatar lain : (1) berorientasi pada tujuan, dimana dilakukan secara
terus menerus pada pencapaian tujuan (efektivitas), (2) berorientasi pada
sistem secara total, sebagai stretegi kebijakan yang menekankan pada
optimalisasi secara total, (3) berorientasi pada tanggung jawab, setiap
manager seharusnya memberikan tugas tertentu dimana input dan
outputnya dapat diukur, (4) berorientasi pada perseorangan, para pegawai
yang diberi tugas diidentifikasi dengan output (prestasinya diakui dan
dihargai). Analisis sistem seharusnya (1) menetukan, pertama batas-batas
dari definisi sistem, (2) menggambarkan sistem secara rinci dan (3) harus
benar-benar objektif, yaitu tidak membuat penilaian atau solusi bahaya
pada awal penelitian.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat
mengetahui Pendekatan sistems. Pembuatan makalah ini tentu masih
banyak kekurangan dalam pembahasan materi, diharapkan dapat
menambah materi yang belum diketaui ataupun menjadi tambahan
materi yang sebelumnya belum diketahui.

DAFTAR PUSTAKA
McLeod, Raymond dan George P.Schell. (2008). Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta: Salemba Empat

Jogiyanto. 2019. Sistem Informasi Manajemen Edisi 3. Jakarta

Maitsa Anggiani Haris. 2017. Analisis Perkembangan Sistem Informasi pada


PT.GOJEK. Sumber : https://www.slideshare.net/MaitsaAnggraini/analisis-
penerapan-sistem-informasi-pada-pt-gojek-indonesia ( Diakses pada 22 Oktober
2022 )

Anda mungkin juga menyukai