PENGEMBANGAN SISTEM
Dosen Pengampu:
Alfin Nur Fahmi Mufreni., S.E., M.T.
Disusun Oleh:
ﺒﺳﻢﷲﺍﻠﺮﺍﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺍﺤﻴﻢ...
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
rahmat dan inayah-NYA jualah sehingga makalah yang berjudul “Pengembangan
Sistem” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad
SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam yang penuh kegelapan menuju
alam yang terang-benderang.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada bapak dosen Alfin Nur Fahmi Mufreni., S.E., M.T. Selaku pembimbing
matakuliah Sistem Informasi Manajemen ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Pendekatan Sistem..............................................................................................3
2.2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem..................................................................7
2.3 Prototyping...........................................................................................................8
2.4 Pengembangan Aplikasi Cepat..........................................................................13
2.5 Pengembangan Berfase......................................................................................15
2.6 Desain Ulang Proses Bisnis................................................................................19
2.7 Permodelan Proses.............................................................................................24
2.8 Manajemen Proyek............................................................................................27
2.9 Mengestimasi Biaya Proyek...............................................................................29
2.10 Perkembangan Sistem Aplikasi Gojek yang Merger dengan Tokopedia.......31
BAB III...........................................................................................................................34
KESIMPULAN..............................................................................................................34
3.1 Kesimpulan........................................................................................................34
3.2 Saran..................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era yang dinamis dan modern ini Sistem Informasi merupakan salah
satu hal vital dalam membatu perkembangan suatu organisasi. Sistem
Informasi Manajemen merupakan sebuah sistem informasi berbasis komputer
yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk memberikan
informasi-informasi yang dibutuhkan guna membaru manajer maupun non-
manajer dalam pembuatan keputusan untuk organisasi tersebut. Namun
sampai saat ini masih banyak penggunan Sistem Informasi yang belum
maksimal dikarenakan banyak faktor penghalangnya yakni berupa masih
banyaknya perencanaan sisitem yang belum memadai, sumber daya manusia
yang memanfaatkan masih belum maksimal, serta masih banyaknya
organisasi-organisasi yang masih tidak wajar. Hal inilah yang membuat
manfaat SIM belum dapat dimaksimalkan dalam membatu pengembangan
perusahaan. Untuk mencapai sebuah keselarsan antara sebuah sistem
informasi dan organisasi maka diperlukan beberapa pendekatan-pendekatan
baru untuk mendesain ulang sistem dalam suatu organisasi.
1. Mengenali kontroversi
2. Mempertimbangkan klaim-klaim alternatif
3. Membentuk satu pertimbangan
Ilmuan manajemen dan spesialis informasi mencari cara yang efisien dan
efektif untuk memecahkan masalah, dan kerangka kerja yang
direkomendasikan menjadi apa yang dikenal sebagai pendekatan system,
dimana serangkaian langkah – langkah pemecah masalah yang
memastikan bahwasuatu masalah telah dipahami, solusi alternatif telah
dipertimbangkan, dan bahwa solusi yang dipilih berhasil.
Urutan Langkah
1. Upaya Persiapan
Upaya ini tidak perlu dikerjakan secara berurutan dan langkah ini
dapat terjadi selama jangka waktu yang lama. Adapun langkah-
langkahnya adalah:
Langkah 1 – Melihat Perusahaan Sebagai Suatu Sistem
Hal ini dapat terlaksana dengan mempergunakan model system umum
dari bab sebelumnya sebagai pola. Kita seharusnya dapat melihat
bagaimana perusahaan atau unit organisasi sesuai dengan model.
Langkah 2 – Mengenal Sistem Lingkungan
Hubungan antara perusahaan dengan lingkungan merupakan hal yang
penting. Unsur lingkungfan memberi suatu cara yang efektif
memposisikan perusahaan sebagai suatu system dalam lingkungannya.
Langkah 3 – Mengidentifikasi Subsistem Perusahaan
Bentuk subsistem yang termudah dan dapat dilihat oleh manajer
adalah area-area bisnis. Masing – masing area bisa dianggap sebagai
suatu system yang terpisah. Manajer juga dapat melihat tingkatan
manajemen sebagai subsistem. Subsistem memiliki hubungan atasan-
bawahan dan terhubung oleh arus informasi maupun keputusan.
Ketika sorang manajer bisa melihat perusahaan sebagai system dan
subsystem yang berada di suatu lingkungan, maka suatu orientasi
system telah tecapai. Manajer telah menyelesaikan upaya persiapan
dan siap menggunakan pendekatan system serta memecahkan
masalah.
2. Upaya Definisi
Upaya definisi biasanya dirangsang oleh suatu pemicu masalah
(problem trigger)- Sinyal yang menandakan bahwa keadaan berjalan
lebih baik atau lebih buruk dari yang telah direncanakan Sinyal ini
dapat berasal dari dalam perusahaan atau lingkungannya dan akan
mengawali suatu proses pemecahan masalah. Pada kebanyakan kasus,
pemicun adalah respons terhadap gejala suatu masalah dan biasanya
lebih jelas daripada akar permasalahan itu sendiri. Gejala (symptom)
adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh masalah dan biasanya
lebih jelas daripada akar masalah tersebut. Sebagai contoh satu gejala
dapat berupa penjualan yang rendah yang tecermin di dalam suatu
sistem pelaporan penjualan. Menemukan akar permasalahan dari
penjualan yang rendah dapat mengharuskan dilakukannya penggalian
terhadap beberapa lapisan gejala sebelum dapat
mengidentifikasikannya sebagai pelatihan tenaga penjualan yang
buruk.
Manajer atau seseorang di dalam unit manajer mengidentifikasikan
masalah atau gejalanya. Setelah masalah teridentifikasi, manajer dapat
menghubungi seorang analis sistem untuk membantunya dalam
memahami masalah. Upaya definisi terdiri atas dua langkah: (1)
melanjutkan dari satu sistem ke tingkat subsistem dan (2)
menganalisis bagian – bagian sistem dalam suatu urut-urutan tertentu.
Langkah 4 – Melanjukan dari Tingkat Sistem ke Tingkat
Subsustem
Ketika manajer mencoba untuk memahami masalah, analis akan
memulai pada sistem yang menjadi tanggung jawab manajer tersebut.
Sistem ini dapat berupa perusahaan atau salah satu unitnya. Analisi
kemudian dilanjutkan menuju ke bawah hierarki sistem, tingkat demi
tingkat. Tujuannya untuk mengidentifikasi tingkat system dimana
terdapat penyebab terjadinya masalah.
Langkah 5 – Menganalisis Bagian-Bagian Sistem dalam Urutan
Tertentu
Seiring dengan manajer yang mempelajari masing-masing tingkat
sistem, unsur-unsur system juga dia dianalisis secara berurutan. Urut-
urutan ini ditampilkan yang mencerminkan prioritas dari masing-
masing unsur di dalam proses pemecahan masalah. Terdapat beberapa
unsur diantaranya :
a) Mengevaluasi standar. Manajemen menentukan standar dan harus
memastikan bahwa standar tersebut realistis, dapat dipahami, dapat
diukur, dan valid.
b) Membandingkan output system dengan standar. Setelah manajer
merasa puas dengan standar-standarnya, mereka lalu mengevaluasi
output sistem dengan membandingkannya pada standar.
c) Mengevaluasi manajemen. Diberikan satu penilaian kritis atas
manajemen dan struktur organisasi sistem. Apakah terdapat tim
manajemen sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diminta?
Dalam beberapa kasus, mungkin dibutuhkan pembuatan satu unit
baru.
d) Mengevaluasi prosesor informasi. Ada kemungkinan terdapat tim
manajemen yang baik, namun tim tersebut tidak mendapatkan
informasi yang ia butuhkan. Jika kasusnya seperti ini, kebutuhan
harus diidentiikasi.
e) Mengevaluasi input dan sumber daya input. Analisis akan
dilakukan oleh sumber daya fisik dalam unsur input dari sistem
(seperti dok penerima, bagian kendali mutu, dan gudang bahan
mentah )
f) Mengevaluasi proses trasnformasi. Otomatisasi, robot, desain dan
produksi yang dibantu oleh komputer serta produksi yang
diintegrasikan oleb komputer adalah contoh dari upaya untub
memecahkan masalah transformasi.
g) Mengevaluasi sumber daya output. Di sini kita akan
mempertimbangkan sumber daya fisik dalam unsur output suatu
Sistem. Contoh dari sumber daya seperti ini adalah gudang barang
jadi, personel dan mesin-mesin dokumen pengiriman, serta armada
truk pengirim.
3. Upaya Solusi
Upava solusi melibatkan suatu pertimbangan atas alternatif-
alternatif yang layak, pemilihan alternatif terbaik, dan
implementasinya. Jangan lupa untuk menindaklanjuti implementasi
untuk memastikan bahwa solusi tersebut efektif.
Langkah 6 – Mengidentifikasi Solusi – Solusi Alternatif
Manaier mengidentifikasi dengan cara – cara yang berbeda untuk
memecahkan masalah yang sama.
Langkah 7 – Mengevaluasi Solusi – Solusi Alternatif
Semua alternatif dievalui dengan menggunakan kriteria evaluasi yang
sama, yang mengukur seberapa baik satu memecahkan masalah dan
sejauh mana satu alternatif memungkinkan sistem mencapai
tujuannya.
Langkah 8 – Memilih Solusi yang Terbaik
Henry Mintzberg, seorang teoretikus manajemen mengidentifikasikan
tiga cara yang dilakukan manajer dalam memilih alternatif yang
terbaik yaitu analisis, pertimbangan, dan tawar menawar.
Langkah 9 – Mengimplementasikan Solusi
Masalah tidak akan terpecahkan hanya dengan memilih solusi yang
terbaik. Dalam contoh, perlu dilakukan pemasangan peralatan
komputasi yang dibutuhkan.
Langkah 10 – Menindaklanjuti untuk memastikan keefektifan
solusi manajer
Manajer dan para pengembang hendaknya tetap mengawasi situasi
untuk memastikan bahwa solusi yang dipilih telah men capai hasil
yang direncanakan. Ketika solusi tidak mampu mencapai harapan, kita
perlu melaksanakan kembali langkah-langkah pemecahan masalah
untuk mengetahui di mana letak kesalahan. Selanjutnya dilakukan uji
coba kembali.
2.3 Prototyping
Meskipun sulit untuk membantah SDLC tradisional dengan
diungkapkannya tahapan- tahapan di atas secara logis, metode ini masih
memiliki kelemahan. Seiring dengan bertambahnya ukuran dan
kompleksitas suatu sistem, melewati tahapan-tahapan dengan sekali jalan
menjadi suatu hal yang semakin tidak mungkin untuk dilakukan. Para
pengembang selalu melakukan looping kembali dan mengerjakan ulang
untuk mendapatkan sebuah sistem yang dapat memuaskan para
penggunanya. Proyek-proyek juga cenderung berlanjut hingga waktu
berbulan-bulan dan bertahun-tahun, dan hampir selalu melebihi
anggarannya. Sebagai tanggapan atas keterbatasan-keterbatasan ini, para
pengembang sistem memutuskan untuk menerapkan suatu teknik yang
telah terbukti efektif dalam pekerjaan-pekerjaan lain, misalnya desain
mobil yaitu penggunaan prototipe (prototype). Dalam penerapannya pada
pengembangan sistem, prototipe adalah satu versi dari sebuah sistem
potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon
pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah
selesai. Proses pembuatan prototipe ini disebut prototyping. Dasar
pemikirannya adalah membuat prototipe secepat mungkin, bahkan dalam
waktu semalam, lalu memperoleh umpan balik dari pengguna yang akan
memungkinkan prototipe tersebut diperbaiki kembali dengan sangat
cepat.
Jenis-jenis Prototipe
Satu pertanyaan umum yang sering kali ditanyakan masyarakat ketika
pertama kali mendengar tentang prototipe komputer adalah, "Apakah
prototype akan menjadi sistem aktual nantinya? Jawabannya adalah,
"tergantung.”
Terdapat dua jenis prototipe: evolusioner dan persyaratan. Prototipe
evolusioner (evolutionary prototype) terus-menerus disempurnakan
sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari
sistem yang baru. Prototipe ini kemudian dilanjutkan produksi. Jadi, satu
prototipe evolusioner akan menjadi sistem aktual. Akan tetapi, prototipe
persyaratan (requirements prototype) dikembangkan sebagai satu cara
untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru
ketika pengguna tidak mampu mengungkapkan dengan jelas apa yang
mereka inginkan. Dengan meninjau prototipe persyaratan seiring dengan
ditambahkannya fitur-fitur, pengguna akan mampu mendefinisikan
pemrosesan yang dibutuhkan dari sistem yang baru. Ketika persyaratan
ditentukan, prototipe persyaratan telah mencapai tujuannya dan proyek
lain akan dimulai untuk pengembangan sistem baru. Oleh karena itu, suatu
prototipe persyaratan tidak selalu menjadi sistem aktual.
Ada empat langkah dalam pembuatan suatu prototipe evolusioner. Empat
langkah tersebut adalah:
1. Mengidentifikasi kebutuhan pengsuna. Pengembang mewawancarai
pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari
sistem.
2. Membuat satu prototipe. Pengembang mempergunakan satu alat
prototyping atau lebih untuk membuat prototipe. Contoh dari alat-alat
prototyping adalah generator aplikasi terintegrasi dan toolkit
prototyping. Generator aplikasi terintegrasi (integrated application
generator) adalah sistem perangkat lunak siap pakai yang mampu
membuat seluruh fitur yang diinginkan dari sistem baru-menu, laporan,
tampilan, basis data dan seterusnya. Toolkit prototyping meliputi
sistem-sistem perangkat lunak seperti spreadsheet elektronik atau
sistem manajemen basis data, yang maisng-masing mampu membuat
sebagian dari fitur-fitur sistem yang diinginkan.
3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima. Pengembang
mendemonstrasika prototipe kepada para pengguna untuk mengetahui
apakah telah memberikan hasil yang memuaskan. Jika ya, Langkah 4
akan diambil; jika tidak, prototipe direvisi dengan mengulang kembali
Langkah 1,2, dan 3 dengan pemahaman yang lebih baik mengenai
kebutuhan pengguna.
4. Menggunakan prototipe. Prototipe menjadi sistem produksi.
Fase-Fase Modul
Ketika proses proses fisik dirancang ulang, sering kali akan terjadi efek
domins yang akhirnya akan menyebabkan terjadinya perancangan ulang
sistem informasi yang terkuat. Karena alasan ini, BPR biasanya akan
melibatkan layanan informasi.
Oleh sebab itu, rekayasa terbalik akan mengikuti suatu jalur mundur ke
belakang sepanjang siklus hidup sistem, merekonstruksi desain dan
perencanaan sistem yang dilakukan dalam usaha pengembangan awal.
Hasilnya adalah suatu sistem yang terdokumentasi secara menyeluruh.
Namun, sistem ini masih melakukan hal yang sama persis dengan
bagaimana tem tersebut didesain sejak awal. Rekayasa terbalik tidak
mengubah fungsionalitas dari sebuah sistem pekerjaan yang dilakukannya.
Tujuan rekayasa terbalik sebenarnya adalah untuk dapat lebih memahami
sebuah sistem agar dapat melakukan perubahan dengan cara ata lain,
seperti rekayasa ulang.
Gambar 1.6
Rekayasa Ulang
1. Informasi mengenai sistem tertentu yang sedang dibuat dan orang yang
akan melakukan pengembangan
2. Pengalaman historis
3. Pengetahuan mengenai proses pengembangan peranti lunak dan alat-
alat serta teknik estimasi
Dari hal tersebut dapat kita lihat, kedua perusahaan ini berkembang
dengan baik dari berbagai aspek yang salah satunya dalam perkembangan
sistem informasi manajemen yang tak kalah penting berperan dalam
setiap perkembangannya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pendekatan sistem umum dapat dikalsifikasikan menjadi tiga yaitu:
Filsafat sistem, Manajemen sistem, dan Analisis sistem. Semua aspek
dari sistem ke dalam klasifikasi umum dari pendekatan sistem dan
memasukkannya ke dalam kerangka ini menggunakan berbagai sistem
yang cocok seperti teori sistem sebagai kumpulan konsep yang
digabungkan atau tubuh ilmu pengetahuan yang menggarisbawahi
penerapan filsafat sistem (cara berfikir), manajemen sistem (desain dan
pelaksanaan organisasi sebagai sistem) dan analisis sistem (teknik
pemecahan masalah).
Terdapat emapat karakteristik yang berlaku dalam manajemen
sistem, anatar lain : (1) berorientasi pada tujuan, dimana dilakukan secara
terus menerus pada pencapaian tujuan (efektivitas), (2) berorientasi pada
sistem secara total, sebagai stretegi kebijakan yang menekankan pada
optimalisasi secara total, (3) berorientasi pada tanggung jawab, setiap
manager seharusnya memberikan tugas tertentu dimana input dan
outputnya dapat diukur, (4) berorientasi pada perseorangan, para pegawai
yang diberi tugas diidentifikasi dengan output (prestasinya diakui dan
dihargai). Analisis sistem seharusnya (1) menetukan, pertama batas-batas
dari definisi sistem, (2) menggambarkan sistem secara rinci dan (3) harus
benar-benar objektif, yaitu tidak membuat penilaian atau solusi bahaya
pada awal penelitian.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat
mengetahui Pendekatan sistems. Pembuatan makalah ini tentu masih
banyak kekurangan dalam pembahasan materi, diharapkan dapat
menambah materi yang belum diketaui ataupun menjadi tambahan
materi yang sebelumnya belum diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
McLeod, Raymond dan George P.Schell. (2008). Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta: Salemba Empat