Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ANALISIS KASUS

“Gaya Manajemen Konflik pada Mahasiswa Aktivis Organisasi

HMI Komisariat Kedokteran Universitas Malikussaleh”

Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Organisasi

Disusun oleh :

Raisa Fitria 200620168

Kelas : VI-C

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji beserta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta petunjuk-Nya pada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Individu ini yang berjudul “ Gaya
Manajemen Konflik pada Mahasiswa Aktivis Organisasi HMI Komisariat
Kedokteran Universitas Malikussaleh”tepat pada waktunya. Shalawat
beriringan salam senantiasa penulis panjatkan kepangkuan baginda Nabi Besar
Muhammad SAW yang berjasa dalam melandaskan ilmu pengetahuan. Dalam
menyelesaikan tugas ini kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam
penyusunannya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan dalam penyusunan tugas pada
masa yang akan datang. Selama menyelesaikan Tugas individu ini penulis banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Bapak M.Fikri Jaka
Pratama S.Psi.,M.Psi. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Organisasi
yang telah memberikan arahan serta masukan dalam penyusunan tugas ini
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Reuleut, 25 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5

1.3 Tujuan............................................................................................................6

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

2.1 Studi Kasus dan Penyelesaiannya..................................................................6

1) Konflik yang muncul dalam organisasi........................................................7

2) Pemilihan gaya manajemen konflik.............................................................8

3) Dampak pemilihan gaya manajemen konflik.............................................10

2.2. Dokumentasi Wawancara............................................................................11

BAB III..................................................................................................................12

KESIMPULAN......................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi adalah salah satu wadah untuk seseorang dapat
mengembangkan kemampuannya. Seiring dengan berjalannya waktu, organisasi
secara terus-menerus mengalami perkembangan dan perubahan. Hal ini dilakukan
dalam upaya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bila berkemampuan
mengubah lingkungan yang ada menyatakan bahwa organisasi sebagai suatu
perkumpulan orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Universitas Malikussaleh memiliki organisasi mahasiswa yang beragam
baik internal maupun eksternal. Di internal terdapat tingkat universitas yakni
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Majelis Permusyawaratan Mahsiswa (MPM)
dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Ormawa di tingkat fakultas adalah
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas, sedangkan di tingkat jurusan/prodi terdapat
Himpunan Mahasiswa (HIMA) Jurusan/Prodi. Sementara itu, untuk di eksternal
sendiri ada banyak baik Organisasi daerah (PAGUYUBAN) , Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) serta yang paling tidak asing di telinga kita
adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah salah satu organisasi
mahasiswa di Indonesia yang berkiprah dalam memberikan pendidikan politik
terhadap mahasiswa yang menjadi anggotanya. HMI yang dimaksud dalam kasus
ini adalah HMI Komisariat Kedokteran Universitas Malikussaleh yang
kebaradaan organisasinya memberikan pendidikan politik kepada mahasiswa
melalui diskusi-diskusi supaya mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang
berpolitik yang benar dan bersih sesuai dengan ajaran islam.
Adanya keragaman dalam tubuh organisasi tidak menutup kemungkinan
bahwa dalam pelaksanaannya muncul beragam konflik, baik antar orang-orang
yang menjalankan roda kepengurusan di dalamnya maupun dengan pihak luar
organisasi tersebut. Keberadaan konflik dapat berakibat destruktif dan atau

4
menguntungkan bagi kelangsungan organisasi. Pada kondisi tertentu, konfik tidak
hanya merugikan tetapi mampu mengidentifikasi sebuah proses pengelolaan
lingkungan dan sumber daya yang tidak berjalan secara efektif, mempertajam
gagasan, bahkan dapat menjelaskan kesalahpahaman. Fenomena ini seperti sudah
menjadi hal yang lumrah sebab konflik merupakan hal yang tidak dapat dihindari
dan memberikan warna tersendiri dalam perjalanan suatu organisasi.
Banyaknya konflik yang dihadapi dalam organisasi secara tidak langsung
menuntut setiap anggota untuk memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan
konflik. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang narasumber berinisial SN
yang merupakan Ketua bidang pemberdayaan perempuan HMI Komisariat
Kedokteran Universitas Malikussaleh, konflik-konflik yang bermunculan selama
perputaran roda organisasi melatih anggota untuk bersikap lebih sabar, ikhlas,
lebih memahami diri, dan pandai dalam mengelola emosi walaupun terkadang
memberikan tekanan tersendiri jika terlalu banyak dipikirkan. Masing-masing
anggota berusaha mengontrol diri agar tidak terjadi perselisihan.
Manajemen konflik bertujuan untuk mengendalikan konflik agar tidak
berkembang menjadi konflik yang dapat merusak potensi produktivitas anggota
organisasi serta menurunkan produktivitas sistem sosial. Produktivitas sistem
sosial yang dimaksud di sini adalah produktivitas yang diperoleh bukan dengan
jalan merusak atau bahkan saling menghancurkan lawan konflik. Upaya-upaya
tersebut dilakukan untuk menekan munculnya masalah yang lebih besar. Apabila
di dalam suatu organisasi muncul masalah besar hingga menjadi sorotan publik,
maka nama baik organisasi yang bersangkutan bahkan anggota-anggotanya dapat
tercoreng.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja konflik yang terjadi di dalam tubuh organisasi HMI Kedokteran
UNIMAL?

5
2. Seperti apakah gaya manajemen konflik yang diterapkan oleh mahasiswa
aktivis HMI Kedokteran UNIMAL?
3. Bagaimana dampak pemilihan gaya manajemen konflik terhadap
hubungan antar pengurus organisasi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konflik yang terjadi di dalam tubuh organisasi HMI


Kedokteran UNIMAL
2. Untuk mengetahui gaya manajemen konflik yang diterapkan oleh
mahasiswa aktivis HMI Kedokteran UNIMAL
3. Untuk mengetahui gaya manajemen konflik terhadap hubungan antar
pengurus organisasi

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Studi Kasus dan Penyelesaiannya


Kasus ini terkait dengan salah satu kader HMI yang ada di jurusan
psikologi, dimana dirinya adalah seorang yang sangat aktif organisasi. Subjek
menjabat sebagai ketua bidang pemberdayaan perempuan komisariat kedokteran
Universitas Malikussaleh. kasus ini terkait dengan gaya manajemen konflik yang
terjadi.
Konflik yang terjadi di dalam himpunan disebabkan oleh faktor internal
maupun eksternal. Gaya manajemen konflik subjek dipengaruhi oleh kultur di
dalam himpunan yang kemudian berdampak terhadap hubungan antar pengurus
organisasi. Semua data tersebut diperoleh melalui proses wawancara terhadap
subjek.
Konflik organisasi dapat dipandang dari sisi pihak yang turut terlibat di
dalamnya. Konflik tersebut bagi dalam lima jenis yaitu perorangan, konflik antar
individu, konflik antar individu dengan kelompok, konflik antar kelompok dalam
organisasi, serta konflik antar organisasi. Kemudian gaya manajemen konflik
yang menjadi acuan dalam penelitian ini dikelompokkan daam lima kategori,
yaitu kompetisi (competiting), kolaborasi (collaborating), kompromi
(compromising), menghindar (avoiding), dan mengakomodasi (accomodating).

Berikut merupakan hasil wawancata data dari subjek:

1) Konflik yang muncul dalam organisasi

a) Jenis konflik yang mendominasi


SN adalah salah satu kader yang diamanahkan menjadi ketua bidang
pemberdayaan perempuan komisariat kedokteran. SN sudah menjabat di posisi
yang sekarang selama lima bulan terhitung dari November 2021 dan sudah

7
menjabat 2 periode. SN memandang bahwa selama ini konflik yang terjadi di
dalam rata-rata dipicu oleh hubungan SN dan JN yang belum saling memahami
peran satu sama lain karena JN merupakan Ketua Umum namun acuh dan tidak
peduli terhadap jalannya himpunan. SN berpikir bahwa sebenarnya pengurus tidak
mengharapkan munculnya konflik selama perjalanan himpunan, namun selama ini
faktanya konflik-konflik yang ada memiliki peran dalam kepengurusan periode
2021- sekarang dan justru memberi warna tersendiri.
Konflik yang sejauh ini ada di himpunan banyak diliputi oleh konflik
perorangan karena belum mampu menerima tanggung jawab yang sedang
diemban serta belum bisa memprioritaskan himpunan karena memiliki kesibukan
di luar organisasi ini. SN menyadari adanya konflik mengakibat negatif yaitu pada
kehadiran beberapa pengurus yang tidak maksimal. Hal ini menandakan bahwa
belum adanya rasa tanggung jawab dari dalam diri pengurus. Hubungan pengurus
yang sebelum tau ada penyebab konflik masih biasa saja mulai sedikit ada
perubahan setelah tau bahwa konflik itu muncul dari ketua sendiri dan mulai
bermunculan lah malas aktif dan saling menggunjing karena ketidaksukaan pada
ketua tersebut.
b) Faktor penyebab dari dalam organisasi
Konflik yang terjadi di dalam HMI Komisariat Kedokteran UNIMAL
dipantik oleh faktor dari dalam maupun dari luar organisasi. Faktor internal
himpunan terdiri dari sumber daya manusia, dana dan fasilitas. Kemudian dari
sekian faktor internal tersebut yang dianggap turut memicu konflik adalah sulitnya
bagi sebagian pengurus untuk memprioritaskan kegiatan yang diikuti. Belum
munculnya rasa saling memiliki himpunan dan bersikap semaunya juga SN
anggap sebagai poin tambahan dari faktor internal.
c) Faktor penyebab dari luar organisasi
Selain faktor internal seperti yang telah dibahas sebelumnya, terdapat
faktor eksternal yang turut memiliki andil dalam kemunculan konflik di dalam
tubuh himpunan. SN menegaskan bahwa keterlibatan pengurus cabang yang
dianggap terlalu memberikan intervensi merupakan contoh dari faktor eksternal
yang menyebabkan konflik himpunan. Orientasi yang dibangun oleh masing-

8
masing kubu, yaitu cabang dan komisariat, tidaklah sama. Cabang terlalu
menuntut banyak kegiatan, sedangkan komisariat sendiri ingin melakukan
kegiatan terkendala dengan dana, dan sumber daya manusia dikarenakan pengurus
yang aktif itu sedikit.
d) Kendala dalam menangani konflik
Penanganan konflik yang beragam di dalam himpunan sudah tentu
dibersamain dengan kemudahan dan kendala. SN mengaku bahwa selama ini yang
menjadi kendalanya adalah kurang berempati. SN hanya berpikir semua masalah
di sekitar harus cepat di selesaikan, sehingga tidak tahu apakah tindakannya
berkenan di hati pengurus lain atau tidak.
Subjek tidak pernah menceritakan kendala tersebut kepada cabang maupun
komisariat yang lain. Selama ini SN hanya menjalin komunikasi kepada dua pihak
tersebut sebatas penentuan dan pemberitahuan LK-2 yang sedang berjalan dan
sekedar menjadi perwakilan komisariat untuk kegiatan area cabang. SN lebih
memilih merangkul pengurus yang mau aktif sekitar 7 orang untuk membantu
menyelesaikan kendalanya dan tetap bahu-membahu membangun komisariat
tanpa adanya ketua.

2) Pemilihan gaya manajemen konflik

a) Gaya manajemen konflik yang digunakan


Pada wawancara, SN mengaku bahwa dirinya bukanlah tipe aktivis yang
mudah menghindar ketika ada konflik di dalam himpunan ataupun memanfaatkan
jabatan untuk menekan lawan konflik. SN hanya menghindari konflik beberapa
kali ketika menganggap bahwa masalah tersebut pasti akan selesai tanpa harus
menggunakan bantuannya. Sebagai seseorang dengan jabatan yang berpengaruh di
dalam himpunan, SN dituntut untuk mengorbakan waktu lebih banyak
dibandingkan pengurus lainnya. Meski demikian SN berusaha untuk berbagi tugas
secara adil dengan wakil sekretaris umum dan bendahara umum komisariat agar
tidak terjadi ketimpangan tanggung jawab.
SN selalu menganalisis terlebih dahulu apakah konflik yang terjadi perlu
mendapatkan penanganan lebih serius atau tidak. SN biasanya menuliskan catatan

9
konflik di note handphone miliknya. Meskipun sudah memetakan alternatif cara
penyelesaian konflik versi pemikirannya, SN adalah sosok pengurus yang
berusaha menghargai dan mendengarkan masukan dari orang lain dalam
menyelesaikan konflik. Namun di balik usahanya tersebut, SN tetap menempatkan
dirinya untuk memiliki porsi dalam memutuskan mana yang terbaik bagi
himpunan walaupun SN tidak tahu apakah cara tersebut diterima baik oleh
pengurus atau tidak.
b) Gaya manajemen konflik yang mendominasi
HMI Kedokteran UNIMAL berlatar belakang kekeluargaan sehingga
apapun konflik yang terjadi di dalam organisasi ini diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat. Hanya saja cara ini tidak selalu berjalan dengan baik
ketika beberapa pengurus sekedar mampu melemparkan pertanyaan namun tidak
mampu menyimpulkan kesepakatan sehingga diambil alih oleh SN untuk
dikondisikan.
c) Alasan memilih gaya manajemen konflik tersebut
SN memilih menggunakan gaya manajemen seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya karena meyakini bahwa setiap masalah berakar dari diri pengurus
sendiri sehingga menyikapinya tidak boleh gegabah. Perlu ada usaha untuk
menengok terlebih dahulu apakah yang dimaksud tersebut merupakan masalah
yang membutuhkan penyelesaian segera atau hanya hal kecil yang tidak perlu
dibesar-besarkan.
Apabila hal tersebut memanglah sebuah konflik yang membutuhkan
penyelesaian segera, SN akan segera menganalisis solusi apa yang tepat kemudian
mengkomunikasikan bersama pengurus lain walaupun terkadang hanya dengan
beberapa pengurus. Sebelum menghubungi untuk mengajak berdiskusi, SN selalu
mempertimbangkan penerimaan pengurus lain terhadap upayanya kala itu. Ada
perasaan tidak tenang apabila pengurus lain sampai tidak menyukainya dan justru
menimbulkan konflik baru.
SN lebih mengutamakan kepentingan himpunan dari pada kepentingan
pribadi seperti merelakan waktunya untuk lebih diberikan kepada himpunan. SN
selalu memberi tenaga dan pikirannya demi himpunannya nampak di cabang.

10
Menyadari bahwa jabatan yang ditempati saat ini membutuhkan tanggung jawab
besar, SN meletakkan harapan besar untuk bisa membawa pengurus himpunan
tetap solid dan setiap program yang diusung selalu mencapai sukses.

3) Dampak pemilihan gaya manajemen konflik

a) Keharmonisan hubungan antar pengurus


Adanya perbedaan gaya manajemen konflik antar pengurus tidak begitu
mempengaruhi hubungan di dalam himpunan. Terbukti melalui keterangan SN
yang menyatakan bahwa kepengurusan periode ini lebih menonjolkan kerja dan
semua itu dirangkul oleh SN.
SN memantau hubungan antar pengurus sejauh ini belum mencapai titik
harmonis karena ketidaknyamanan terhadap ketua umum dan pengurus yang
belum memiliki hubungan dekat dan tidak bisa mengontrol perilakunya dalam
pergaulan sehari-hari. Suasana ini diperkeruh dengan komentar-komentar miring
yang berdatangan dari pihak luar seperti cabang. Kesenjangan yang ada awal-awal
muncul mulai terurai satu per satu diimbangi dengan SN yang terus merangkul
pengurus untuk aktif dalam berbagai kegiatan serta kesadaran pengurus yang
semakin meningkat seiring dengan proses pendewasaan di dalam himpunan.
Hanya saja masih terdapat pengurus yang tidak bisa menempatkan diri dengan
baik sebagai ketua bidang yang bertindak semaunya di dalam kepengurusan. Hal
ini secara spontan menimbulkan sorotan negatif dari pengurus cabang.
b) Komunikasi antarpengurus
Pengurus HMI kedokteran UNIMAL yang terdiri dari jurusan dan
angkatan berbeda, yaitu ada yang kedokteran dan psikologi serta didominasi oleh
angkatan 2020 meskipun ada beberapa yang 2021 namun hal itu menunjukkan
bahwa mereka mampu menjalin komunikasi yang baik satu sama lain. SN pun
menilai komunikasi yang terjalin antara dirinya dengan pengururs lain biasa saja.
Hanya saja beberapa kali SN dan pengurus lain sulit untuk mengarahkan ketua
umum karena beliau kurang mampu menjalankan tupoksinya sebagai pemimpin.
c) Sikap terhadap perbedaan gaya manajemen konflik

11
Gaya manajemen konflik yang digunakan masing-masing pengurus tentu
beragam dan didasari oleh alasan yang diyakini tepat oleh setiap penggunanya.
SN menyikapi keberagaman ini secara terbuka dan menganggap bahwa hal
tersebut memang seharusnya berbeda sesuai tipe masing-masing pengurus.
Berbeda dengan beberapa pengurus yang masih mengeluh karena kurang bisa
menerima gaya manajemen konflik yang ditampilkan pengurus lain. Ada pula
yang merasa iri karena belum mampu bersikap lebih bijak seperti yang
diharapkan.

2.2. Dokumentasi Wawancara

12
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Konflik merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam
pergerakan suatu organisasi. Subjek dalam wawancara ini memandang konflik
sebagai hal yang penting untuk himpunan. Selain memberikan pengaruh negatif,
konflik juga memberikan pengaruh positif karena mampu membuat himpunan
berdinamika, melatih problem solving, menjadi bahan evaluasi untuk berkembang
lebih baik, serta membuat pengurus lebih mengenal sisi lain divisi maupun
individu dalam himpunan. Konflik di dalam himpunan dipicu oleh ketua ataupun
pengurus lain yang belum mampu memprioritaskan himpunan di antara kegiatan
pribadi lainnya serta kurangnya kedekatan emosional antara pengurus dan ketua
yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Subjek penelitian memiliki cara-cara tersendiri dalam menghadapi konflik.
Subjek merupakan orang-orang yang menduduki jabatan strategis di dalam
himpunan dan memiliki wewenang lebih dalam penentuan kebijakan. Subjek
mampu menganalisis setiap masukan dan mengevaluasi hal-hal yang
menguntungkan maupun merugikan himpunan. Subjek memiliki inisiatif untuk
menemukan jalan tengah dan rela megurangi tuntutan terhadap lawan konfliknya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sekti, S. (2014). Gaya manajemen konflik pada mahasiswa yang tergabung dalam
lembaga kemahasiswaan UKSW (Doctoral dissertation, Program Studi Psikologi
FPSI-UKSW).

Dewi, N. N., SE, S. P., & Rodli, A. F. (2021). Perilaku organisasi. SCOPINDO
MEDIA PUSTAKA.

14

Anda mungkin juga menyukai