Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI

Dosen : Ir. Kerut Sumada,MT

Nama : Siti Widayana


Npm: 18031010028
Paralel : A

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai
kepemimpinan dan komunikasi . Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
manajemen kepemimpinan yang diberikan pada semester IV. Makalah ini disusun
dan dilengkapi dengan teori. Makalah ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS selaku dosen pengampu mata kuliah manajemen
kepemimpinan
2. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-masukan
dalam mata kuliah ini.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan
saran. Akhirnya penyusun mengharapkan semua makalah yang telah disusun ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 25 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5

I.1 Latar Belakang................................................................................................5

I.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

I.3 Tujuan.............................................................................................................6

I.4 Manfaat...........................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

II.1 Pengertian Kepemimpinan.............................................................................7

II.2 Fungsi Kepemimpinan...................................................................................8

II.3 Jenis Kepemimpinan......................................................................................9

II.4 Pengertian Komunikasi................................................................................12

II.5 Proses Komunikasi......................................................................................13

II.6 Teknik Komunikasi.....................................................................................16

II.7 Rintangan dalam Komunikasi......................................................................16

II.8 Pemimpin sebagai Komunikator..................................................................21

II.9 Pemimpin sebagai Negosiator.....................................................................24

II.10 Pemimpin sebagai monitor........................................................................27

II.11 Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan.............................................28

3
BAB III PENUTUP...............................................................................................29

III.1 Kesimpulan.................................................................................................29

III.2 Saran ..........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..…….31

4
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

“Effective leadership means effective communication” kata Henry Clay


Lindgren dalam bukunya “Effective Leadership in Human Communication” dalam
Drs. Onong Uchjana Effendy, MA yang berjudul Kepemimpinan dan Komunikasi
(1977).Banyak pemimpin yang gagal dalam kepemimpinannya tidak menyadari,
bahwa kegagalannya itu disebabkan mereka tidak bisa berkomunikasi.
Alhamdulillah, ditanah-air pun dewasa ini semakin tampak kesadaran para
pemimpin dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya komunikasi. Memang,
bagaimanapun bagusnya sebuah rencana yang dibuat oleh seorang pemimpin, kalau
tidak dilaksanakan, tidak akan menghasilkan apa-apa. Para pelaksana perlu diberi
pengertian dan digerakkan. Dan ini semua adalah komunikasi. Berhasil tidaknya
pelaksanaan itu banyak tergantung dari komunikasi yang dilakukan para pemimpin,
baik pemimpin ditingkat atas, tingkat tengah, maupun tingkat bawah.
Dengan demikian sangat penting komunikasi dalam kepemimpinan, maka
ditulislah makalah ini untuk menjelaskan tentang kepemimpinan dan komunikasi,
agar dapat membantu memahami definisi dan hubungan dari masing-masingnya.
Bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, kami menyadarinya. Karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari siapapun. Semoga penulisan ini
menjadi sumbangan yang berharga bagi pembaca secara umum dan kami sebagai
penyusun khususnya. 

I.2 Rumusan Masalah


 Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu kepemimpinan?

5
2. Apa saja sifat kepemimpinan?
3. Apa saja jenis-jenikepemimpinan?
4. Apa saja gaya kepemimpinan??
5. Apa itu komunikasi kesehatan?
6. Bagaimana proses komunikasi dalam kepemimpinan ?
7. Apa saja hambatan dalam komunikasi?
8. Apa saja peran pemimpin dalam komunikasi?
9. Bagaimana pentingnya komunikasi dalam kepemimpinan

I.3 Tujuan Penulisan


 Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan


2. Untuk mengetahui sifat kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kepemimpinan.
4. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan.
5. Untuk mengetahui pengertian komunikasi
6. Untuk mengetahui proses dalam komunikasi
7. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi
8. Untuk mengetahui peran pemimpin dalam komunikasi
9. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam kepemimpinan

I.4 Manfaat

 Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat membantu


mahasiswa dalam memahami tentang kepemimpinan dan komunikasi secara
umum serta sifat, jenis, gaya, proses, hambatan, dan peran kepemimpinan dalam
komunikasi secara khusus.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arti Kepemimpinan

Istilah “kepemimpinan” sebagai terjemahan dari “leadership” seringkali


dijumpai dalam kehidupan sehari-hari; terdengar dalam percakapan, dalam
pertemuan, dari televisi, radio, atau bacaan dalam surat kabar, buku dan sebagainya.
Dalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukkan proses kegiatan
seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran,
perasaan, atau tingkahlaku orang lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui
suatu karya, seperti buku, tulisan, dsb., atau melalui kontak pribadi antara seseorang
dengan orang lain secara tatap-muka (face-to-face). Kepemimpinan melalui karangan
atau ciptaan yang dituangkan dalam bentuk buku atau lukisan dapat dikatakan
kepemimpinan yang tidak langsung, karena sang pemimpin dalam usaha
mempengaruhinya tidak seketika pada saat ia bergiat. Pemimpin-pemimpin jenis ini
adalah para ilmuwan, seniman, atau sastrawan yang hasil karyanya atau ide-idenya
dapat mempengaruhi orang lain.
Kepemimpinan yang bersifat tatap-muka berlangsung melalui kata-kata secara
lisan. Kepemimpinan jenis ini bersifat langsung, karena sang pemimpin dalam
usahanya mempengaruhi orang lain, bergiat langsung kepada sasarannya. Oleh karena
berhadapan muka, ia mengetahui seketika hasil kegiatannya itu. Berkenaan dengan
berkembangnya teknologi seperti radio, televisi dan handphone, kegiatan
kepemimpinan melalui kata-kata lisan ini dapat lebih efektif dengan memperoleh
sasaran yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada kalau berhadapan muka. Jika
Socrates dahulu melakukan kegiatan kepemimpinannya dengan komunikasi antar
pribadi (interpersonal communication), kemudian Demosthenes dengan komunikasi
kelompok (group communication), maka sekarang ini para pemimpin bergiat dengan
komunikasi massa (mass communication).

7
Faktor penting dalam kepemimpinan, yakni dalam mempengaruhi atau
mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkah-laku orang lain itu, ialah tujuan. Tujuan
ini adalah tujuan pihak si pemimpin. Kepemimpinan adalah kegiatan si pemimpin
untuk mengarahkan tingkah-laku orang lain ke suatu tujuan tertentu. Jadi tindakan
seorang pengemudi bis yang karena jam-tangannya pecah menyebabkan puluhan
pegawai yang dibawanya terlambat datang dikantornya, tidak bisa dikatakan
kepemimpinan, meskipun apa yang ia lakukan mempengaruhi tingkah-laku orang
lain. Si pengemudi bis tidak bermaksud mengontrol tingkah-laku para
penumpangnya; juga apa yang terjadi tidak terarahkan kepada tujuan tertentu.
Andaikata ia dengan sengaja memecahkan jam-tangannya dan merusak jadwal
perjalanannya dengan tujuan agar para penumpangnya marah kepada pemilik
perusahaan bis, ini baru bisa dikatakan kepemimpinan.
Tetapi itu tidak berarti, bahwa kepemimpinan selalu merupakan kegiatan yang
direncanakan dan dilakukan dengan sengaja. Seringkali kepemimpinan berlangsung
juga secara spontan. Meskipun demikian, direncakan atau tidak direncanakan,
maksud dan tujuan selalu ada. (Onong Uchjana Effendy)

2.2.  Fungsi Kepemimpinan


Fungsi seorang pemimpin beserta teknik kepemimpinannya berbeda menurut
situasi dimana sang pemimpin melakukan kegiatannya. Kelompok-kelompok yang
satu sama lain berbeda macamnya, berbeda dasarnya, berbeda sifat pemilihannya,
serta berbeda fungsi dan tujuannya, menghendaki cara kepemimpinan yang berbeda
pula. Sifat sang pemimpin beserta proses kepemimpinannya dalam suatu rapat dewan,
dalam suatu bencana kebakaran, atau dalam suatu konperensi politik, jelas sekali
berbeda satu sama lain. Jenis kepemimpinan dan jenis kepribadian dari orang yang
dipilih nyata-nyata berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya,
dan antara periode yang satu dengan periode lainnya. Dalam kepemimpinan tidak ada
asas-asas yang universal; yang tampak ialah, bahwa proses-proses kepemimpinan dan

8
pola-pola hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin mempunyai ciri-ciri khas
dalam setiap jenis kelompoknya.
Fungsi utama kepemimpinan terletak dalam jenis khusus dari perwakilan
kelompoknya (group representation). Seorang pemimpin harus mewakili
kelompoknya melalui saluran-saluran yang khusus direncanakan dan dibuat oleh
kelompoknya sendiri. Mewakili kepentingan kelompoknya mengandung arti, bahwa
si pemimpin mewakili fungsi administrasi secara eksekutif. Ini meliputi koordinasi
dan integrasi berbagai aktivitas, kristalisasi kebijaksanaan kelompok, dan penilaian
terhadap macam-macam peristiwa yang beru terjadi, yang membawakan fungsi
kelompok. Lain daripada itu seorang pemimpin juga merupakan perantara dari orang-
orang dalam kelompoknya dengan orang-orang diluar kelompoknya. (Onong Uchjana
Effendy)

2.3.  Jenis Kepemimpinan


Berikut ini beberapa jenis kepemimpinan dalam perspektif komunikasi menurut
Onong Uchjana Effendy:
a.      Pemimpin sebagai Eksekutif
Pemimpin eksekutif (executive leader) seringkali disebut pula administrator.
Fungsinya adalah “menterjemahkan” kebijaksanaan yang bersifat lisan menjadi suatu
kegiatan. Dia memimpin dan mengawasi tingkah-laku orang-orang yang menjadi
bahwahannya. Dia membuat keputusan-keputusan dan memerintahkannya untuk
dilaksanakan.
Kepemimpinan eksekutif atau kepemimpinan administratif tersebut merupakan
kepemimpinan yang banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat, karena memang
merupakan kebutuhan berbagai bidang dalam masyarakat. Kepemimpinan dalam
ketentaraan dapat dikatakan sebagai jenis kepemimpinan eksekutif. Demikian pula
kepemimpinan dalam cabang-cabang yang bersifat administratif dalam suatu
pemerintahan, mulai dari pusat sampai kedaerah-daerah, memerlukan fungsi
eksekutif tersebut.

9

b.      Pemimpin sebagai Hakim
Pemimpin sebagai hakim atau penimbang atau pelerai sudah dikenal sejak
dahulu kala. Dari berbagai sumber dapat diketahui cerita-cerita atau kisah-kisah
dimana seorang pemimpin bertindak sebagai hakim atau penengah, yang setiap
keputusannya dilaksanakan dengan taat.
Dalam masyarakat modern tanggung-jawab keadilan terletak ditangan para
pemimpin dengan keahliannya yang khusus dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal
sebagai pengadilan. Dalam bidang lainnya, umpamanya dalam bidang olahraga,
terdapat korps wasit yang mempunyai fungsi sebagai hakim.
Pemimpin sebagai hakim adalah seorang otokrat, karena setiap keputusannya
adalah bersifat mutlak.
c.      Pemimpin sebagai Penganjur
Pemimpin sebagai penganjur, sebagai propagandis, sebagai juru-bicara, atau
sebagai “pengarah opini publik (mobilizer of opinion) merupakan orang-orang
penting dalam masyarakat. Mereka ini bergerak dalam bidang komunikasi atau
publisistik yang perlu menguasai ilmu komunikasi.
Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang lain.
Seringkali ia merupakan orang yang pandai bergaul dan fasih berbicara. Acapkali ia
adalah pioner dalam bidang sosial dan berjuang untuk perubahan-perubahan. Jika ia
dalam kedudukannya sebagai penganjur itu berada jauh di depan kelompoknya, dia
bisa menjadi lambang penjelmaan ide-ide yang dibawakannya. Pemimpin seperti itu
ialah umpamanya: Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad, Gajah Mada, Mahatma
Gandhi, Abraham Lincoln, Martin Luther, dan lain-lain.
Akan tetapi pemimpin-penganjur atau advocate-leader itu tidak hanya dijumpai
dalam kehidupan nasional. Seorang anggota DPRD yang menampilkan ide untuk
mengatasi masalah kesulitan perumahan bagi pegawai negeri, juga dapat dikatakan
pemimpin-penganjur; atau seorang kiai yang menyerukan kepada khalayak untuk
hidup damai dengan tetangga.

10
d.      Pemimpin sebagai Ahli
Pemimpin sebagai ahli, umpamanya seorang instruktur atau seorang juru-
penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit sosial
dimana ia bekerja. Dia lebih terpelajar daripada orang-orang lainnya.
Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta, dan hanya pada bidang dimana terdapat
fakta. Termasuk dalam kategori ini ialah, guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli
hukum, dan yang lainnya lagi, yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena
mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikan kepada orang lain. Hal yang
membuat seseorang menjadi instructor leader ialah kenyataan, bahwa ia lebih banyak
memiliki pengetahuan berbanding dengan anggota-anggota kelompok lainnya dan
bahwa fungsinya yang penting ialah memberikan penerangan kepada kelompoknya.
Alasan utama bagi eksistensinya ialah, bahwa “ia tahu dan orang lain tidak tahu.” dan
ia mempunyai wewenang.
e.      Pemimpin sebagai Pemimpin-Diskusi
Pemimpin jenis ini dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan demokratis
dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang yang secara
lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima
peranannya sebagai pemimpin diskusi. Jika seorang pejabat melaksanakan metode
demokratis, dia bukan lagi seorang eksekutif, melainkan seorang pemimpin diskusi
(discussion leader). Bila seorang guru melaksanakan metode-metode demokratis, dia
bukan lagi seorang pemimpin diskusi. Diskusi yang bebas adalah satu-satunya proses
dimana kelompok secara keseluruhan ikut berperan dan dimana semua anggota
kelompok sama-sama diwakili dalam membuat suatu keputusan. Adalah melalui
diskusi, bahwa seorang pemimpin dapat menampilkan bakat-bakat kreatif dari
anggota-anggota kelompok, membantu mereka memecahkan persoalan, dan mencapai
keputusan yang mereka buat.
(Onong,2014)

11
2.4 Pengertian Komunikasi

Seorang pemimpin – apakah ia pemimpin sebagai eksekutif, sebagai hakim atau


penengah, sebagai penganjur, sebagai ahli, ataupun sebagai pemimpin diskusi – pasti
terlibat dalam kegiatan komunikasi. Terlebih kalau ia bergiat dalam kepemimpinan
demokratis, ia akan banyak melakukan komunikasi.
Hakekat kepemimpinan ialah apa yang si pemimpin komunikasikan dan
bagaimana ia mengkomunikasikannya. Karena itulah, maka Lindgren mengatakan,
bahwa kepemimpinan yang efektif berarti komunikasi yang efektif. Ini berarti pula,
bahwa seseorang yang ingin menjadi pemimpin harus belajar untuk amb
berkomunikasi dengan efektif. Dan seseorang yang kini sedang berada dalam tampuk
kepemimpinan dan ingin meningkatkan efektivitasnya harus meningkatkan
kemampuannya dalam berkomunikasi.
Apa sebenarnya komunikasi itu?
Komunikasi sudah lama menjadi objek penelitian para ahli disebabkan
pentingnya hal itu, baik bagi kepentingan masyarakat sendiri, maupun untuk
hubungan antar bangsa. Charles Cooley, umpamanya, pada tahun 1909 menampilkan
definisi komunikasi yang hingga kini masih sering disebut-sebut dan acapkali masih
dikutip oleh para ahli komunikasi. Cooley dalam Drs. Onong Uchjana Effendy, MA
mendefinisikan komunikasi adalah:
Mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang
memperkembangkan semua ambing pikiran, bersama-sama dengan alat-alat untuk
menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah,
sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta-api, telegrap,
telephon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasai ruang
dan waktu.
Komunikasi membawa hubungan manusia dari hakekat ke eksistensi, dari non-
temporal ke sejarah. Tanpa komunikasi hubungan manusia adalah bagaikan image
yang mencari bentuk. Bagi hubungan manusia, komunikasi adalah seperti plot dalam

12
drama yang menjadi action, atau perkembangan menjadi dinamika. Jadi komunikasi
dan hubungan manusia tidak amb dipisahkan. Dengan demikian, karena
kepemimpinan adalah hubungan manusia, maka komunikasi dan kepemimpinan tidak
amb dipisahkan. Komunikasi dan kepemimpinan merupakan suatu kesatuan.
Komunikasi dari tahun ke tahun tetap menjadi objek penelitian yang intensif.
Setiap penelitian pada umumnya melakukan kegiatannya berdasarkan rumus Lasswell
yang terkenal. Harold D. Laswell dalam Drs. Onong Uchjana Effendy, MA
menyatakan, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan-pertanyaan:
-     Siapa (Who)
-     Mengatakan apa (Says what)
-     Melalui saluran apa (In which channel)
-     Kepada siapa (To whom)
-     Dengan efek yang bagaimana (With what effect).
Studi ilmiah mengenai komunikasi cenderung untuk konsentrasi pada satu atau
beberapa pertanyaan tersebut di atas. Para cedekiawan yang mempelajari unsur
“siapa”, yakni komunikator meneropong ambin yang memprakarsai dan
membimbing kegiatan komunikasi. Sub-bagian dari bidang penelitian ini dinamakan
analisa pengawasan (control analysis).

2.5 Proses Komunikasi


Berdasarkan definisi Cooley dan rumus Lasswell dapat diambil kesimpulan,
bahwa komunikasi adalah suatu proses operan ambing-lambang yang mengandung
pengertian tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dan proses komunikasi tersebut
meliputi unsur-unsur:
-     Komunikator, yakni orang yang menyampaikan atau mengatakan atau menyiarkan
pesan (message).
-     Pesan (message), yaitu ide, informasi, opini, dsb.

13
-     Saluran (channel, media), ialah alat yang dipergunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan.
-     Komunikan (communicant, audience), yaitu orang yang menerima pesan.
-     Efek (effect), yakni efek atau pengaruh kegiatan komunikasi yang dilakukan
komunikator kepada komunikan.
Bagi seorang pemimpin, unsur terakhir dari proses komunikasi tersebut di atas,
yakni “efek”, harus merupakan ambin yang selalu mendapat perhatian. Ia senantiasa
harus bertanya apakah ada efeknya dan sejauh mana efek dari kegiatan
komunikasinya itu. Sukses tidaknya komunikasinya tergantung dari efek dari
kegiatan komunikasinya. Sudah tentu ini tergantung pula dari apa yang ia
komunikasikan dan bagaimana ia mengkomunikasikannya.
Apa yang dikomunikasikan oleh seorang pemimpin kepada pengikutnya atau
anak-buahnya, dalam proses komunikasi adalah pesan yang disampaikan
komunikator kepada komunikan. Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi,
menampilkan istilah “informasi” untuk pesan komunikasi tersebut.
Informasi dalam pengertian tersebut di atas harus diartikan secara luas.
Jelasnya: tidak terbatas pada berita atau “fakta” atau apa yang terdapat dalam buku
atau yang diajarkan dalam kelas. Informasi adalah setiap isi komunikasi yang
mengurangi ketidakpastian atau kemungkinan-kemungkinan ambing ate dalam
suatu situasi. Ini dapat mencakup emosi. Dapat pula meliputi fakta atau opini,
bimbingan atau persuasi. Ia tidak harus berbentuk kata-kata; pengertian yang
tersembunyipun atau bahasa bisu (the silent language) adalah informasi yang penting.
Ia tidak harus benar-benar sama pada komunikator dan komunikan.
Karena itu, menurut Schramm, komunikasi didasarkan atas kesangkutpautan
(relationship). Kesangkutpautan ini dapat terjadi antara dua orang, atau antara
seseorang dengan sejumlah orang. Hakekat kesangkutpautan ini adalah “setala” (“in
tune”) antara satu sama lainnya, terfokuskan kepada informasi yang sama. Unsur
sentral kesangkutpautan komunikasi tersebut biasanya dipancangkan dalam

14
kesangkutpautan ambin tertentu yang menunjang penggunaan dan interpretasi
terhadap informasi.
Kesangkutpautan tersebut tidak harus berada dalam komunikasi tatap muka
(face to face communication). Demikian juga, isyarat-isyarat dan ambing-lambang
dari zaman dahulu kala dapat dikomunikasikan, seperti apa yang dikenal sebagai
karya orang-orang ternama yang sudah tidak ada. Akan tetapi tampak jelas bahwa
disitu terdapat perbedaan/dalam kualitas antara kesangkutpautan komunikasi yang
dekat dan langsung dengan yang dijauhkan dalam ruang dan waktu. Tak mungkinlah
terdapat komunikasi dua-arah dengan pengarang yang sudah tiada. Akan tetapi
komunikasi jarak jauh ini dapat menimbulkan akibat yang mengandung suatu
kekuatan; salah satu sebab mengapa buku-buku termashur tetap abadi dan media
massa tetap hidup ialah karena adanya kekuatan untuk “mentala” (“tune in”) dengan
massa komunikan di tempat yang jauh.
Dalam bab sebelumnya mengenai arti kepemimpinan ditandaskan, bahwa
kepemimpinan adalah suatu usaha untuk mengarahkan tingkah laku orang lain ke
suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu bagi seorang pemimpin kurang sempurnalah
definisi Cooley, yang menyatakan, bahwa komunikasi adalah mekanisme yang
menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua
ambing pikiran, bersama-sama dengan alat-alat untuk menyiarkannnya dalam ruang
dan merekamnya dalam waktu. Demikian pula kurang sempurnalah definisi William
Albig yang menyatakan, bahwa komunikasi adalah proses pengoperan ambing-
lambang yang mengandung pengertian antara individu-individu (communication is
the process of transmitting meaningful symbols between individuals).
Sebagai proses dimana seseorang (komunikator) mengoperkan perangsang-
perangsang (biasanya ambing-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah
tingkah laku orang lain (komunikan). (As the process by which an individual (the
communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of
other individuals ( ambing ates).
2.6.  Teknik Berkomunikasi

15
Menurut Dr. Asmawi Rewansyah, M.Sc dalam perkuliahan Ilmu Administrasi
Publik (2015), tekhnik berkomunikasi adalah cara atau seni menyampaikan pesan
sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan atau
penerima pesan.
Pada umumnya bahasa yang digunakan untuk menyalurkan pernyataan/pesan
tersebut ambing juga ambing yang digunakan antara lain gerakan anggota tubuh,
gambar, warna dan sebagainya. Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana
caranya agar sesuatu pesan menimbulkan suatu dampak/efek tertentu pada si
penerima pesan/komunikan. Dampak yang ditimbulkan menurut kadarnya yakni:
c. Dampak kognitif
Yaitu penerima pesan menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya atau mengubah
pikiran diri komunikan.
b.   Dampak afektif
Yaitu penerima pesan tidak hanya tahu, tetapi tergerak hatinya atau menimbulkan
perasaan tertentu, seperti: iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
c.   Dampak behavioral/perilaku
Yaitu dampak yang timbul pada perubahan perilaku, tindakan, kegiatan dan ucapan
penerima pesan.
(Abudullah,2008)
2.7.  Rintangan-Rintangan Komunikasi
1. Gangguan Mekanik dan Semantik
Pada bab sebelumnya telah dikutip keyakinan Hendy Clay Lindgren, bahwa
kepemimpinan yang efektif adalah komunikasi yang efektif. Dalam bab tersebut dan
bab berikutnya telah dibahas berbagai hal sehubungan dengan komunikasi, mulai dari
pengertiannya dan prosesnya sampai kepada bentuknya dan modelnya. Telah
disetujui pendapat para ahli, bahwa komunikasi efektif adalah komunikasi yang
berhasil membina pengertian, yang berhasil menyampaikan pesan yang membuat
komunikan memberikan tanggapan yang dikehendaki komunikator. Dalam
komunikasi efektif suatu pesan dapat berlaku kepada komunikan dan pengertian yang

16
ada padanya benar-benar sama dengan pengertian yang terdapat pada komunikator.
Tetapi telah ditegaskan pula bahwa bagi seorang pemimpin, komunikasi efektif bukan
hanya keberhasilan dalam membina pengertian yang sama antara komunikator dan
komunikan, tetapi berhasil mengubah tingkah laku komunikan enotat yang
dikehendaki komunikator.
Untuk mendapatkan komunikasi yang efektif memang tidaklah mudah. Ada
banyak rintangan yang eno merusak komunikasi. Yang paling penting diantaranya
ada dua yang dalam bahasa asing biasa disebut “noises”, yang diterjemahkan menjadi
“gangguan”, yaitu “mechanical noise” (gangguan mekanik) dan “semantic noise”
(gangguan enotati).
3. Gangguan Mekanik
Yang dimaksudkan dengan gangguan mekanik ialah gangguan disebabkan
saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Ini erat hubungannya dengan
media-media atau saluran komunikasi antar-pribadi secara lisan. Sebagai contoh ialah
gangguan mekanik seperti suara dobel dari pesawat radio disebabkan dua pemancar
yang berdempetan, gambar berliuk-liuk atau maju berubah-ubah pada layar enotati,
bunyi menggaung pada pengeras suara atau riuh hadirin pada pidato dalam suatu
pertemuan. Dalam media tercetak, contoh untuk gangguan mekanik ialah huruf yang
tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik, halaman yang sobek, enotativ atau
sambungan kisah-berita yang hilang, atau halaman yang kotor atau basah.
b.      Gangguan Semantik
Gangguan enotati seperti disebutkan di atas adalah terjemahan dari “semantic
noise”. Istilah “noise” di sini tidak berarti “suara”. Gangguan ini bersangkutan
dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan enotati
tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan
mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan
lebih banyak gangguan enotati dalam pesannya. Gangguan enotati terjadi dalam
kesalahpengertian. Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam komunikasi
menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan suatu pesan dengan berbagai cara;

17
karena itu mereka mempunyai pengertian yang berbeda dalam benaknya. Seorang
komunikan mungkin menerima suatu pesan dengan jelas sekali, baik secara mekanik
maupun secara enotati – secara fisik berlalu dengan keras dan jelas – tetapi
disebabkan kesukaran pengertian (gangguan enotati) komunikasinya menjadi gagal.
Rintangan-rintangan apa lagi yang cenderung untuk mengganggu atau
merusak komunikasi efektif? Merril dan Lowenstein dalam Drs. Onong Uchjana
Effendy, MA menyajikan suatu daftar sebagai berikut:
-    Latar belakang pelaku komunikasi yang berbeda.
-    Perbedaan pendidikan, formal atau tidak formal.
-    Perbedaan kepentingan dalam pesan yang disampaikan.
-    Perbedaan IQ.
-    Perbedaan taraf dan penggunaan bahasa.
-    Kekurangan rasa saling hormat-menghormati di antara pelaku komunikasi.
-    Perbedaan enota-faktor seperti umur, kelamin, ras dan kelas.
-    Tekanan mental dan/atau fisik pada waktu berkomunikasi.
-    Kondisi lingkungan pada waktu berkomunikasi.
-    Kekurangan keahlian pada pihak komunikator (penulis atau pembicara yang kurang
mahir).
-    Kekurangan keahlian pada piihak komunikan (pembaca atau pendengar yang kurang
mahir).
-    Kekurangan informasi dalam pesan (pesan yang “kosong”).
-    Kecil atau tidak ada kesamaan dalam pengalaman.
-    Kecil atau tidak ada umpan-balik atau interaksi.
2.      Umpan-Balik
a.   Pengertian Umpan-Balik
Di atas disebutkan, bahwa “kecil atau tidak ada umpan-balik” merupakan
rintangan bagi komunikasi efektif. Umpan balik atau “feedback” ini perlu mendapat
pembahasan tersendiri mengingat pentingnya hal ini dalam proses komunikasi. Suatu

18
umpan balik selain eno positif, juga eno enotati yang perlu diatasi oleh
komunikator dalam rangka melakukan komunikasinya yang efektif.
Istilah feedback yang diterjemahkan menjadi umpan balik berasal dari
cybernetic, suatu cabang dari ilmu bangunan (engineering science) yang berhubungan
dengan enota enotat. Sistem ini mengontrol suatu operasi dengan menggunakan
informasi mengenai efek. Sebuah contoh untuk enota cybernetic yang sederhana
ialah enotative (alat peng-imbang panas) pada sebuah dapur-api. Jika suhu di dalam
kamar menurun sampai derajat terendah, enotative menutup sebuah alat, mengirim
isyarat yang menghidupkan tungku-api tadi. Termostat senantiasa mengontrol suhu
kamar; jika maksimum suhu yang diinginkan tercapai, enotative tersebut membuka
alat yang disebutkan tadi, yang mengirimkan isyarat yang mematikan dapur-api tadi.
b.   Umpan-Balik Positif dan Negatif
Jika, umpamanya, anggukan hormat seseorang kepada orang asing (tidak saling
kenal) mendapat tanggapan yang menyenangkan, maka mungkin ia meneruskan
percakapannya dengan menyampaikan pesan yang lebih banyak. Ini adalah umpan
balik positif. Tetapi jika pesan pertama menemui perbedaan atau bernada tidak enak,
maka percakapan hanya sampai disitu; ini adalah umpan balik enotati.
Saat ini, oleh karena perkataan “positif” dan “ enotati” mempunyai pengertian
yang memiliki nilai tertentu, kedua perkataan itu akan mudah membingungkan
apabila dalam pembicaraan mengenai umpan-balik. Dalam contoh di atas bukan
tanggapan komunikan yang menyenangkan yang membuat umpan balik positif; juga
bukan tanggapan yang menunjukkan keengganan yang membuat umpan balik
enotati. Untuk mudahnya adalah suatu pertanyaan apakah tanggapannya tadi
menyebabkan peningkatan atau penurunan dalam beberapa aspek tingkah laku
komunikator. Dengan lain perkataan, pertanyaannya ialah apakah tanggapan
komunikan menyebabkan komunikator memperluas atau mengakhiri percakapan?
Dengan keterangan di atas jelaskan, bahwa istilah umpan balik tidak menunjuk
kepada setiap tingkah-laku komunikan, melainkan kepada kesangkutpautan
(relationship) antara tingkah laku komunikator, tanggapan komunikan, dan efek

19
tanggapan tersebut kepada tingkah laku komunikator selanjutnya. Jadi tanggapan
komunikan bukanlah umpan balik, kalau tanggapan tersebut tidak menimbulkan efek
pada tingkah laku komunikator selanjutnya.
c.   Umpan-Balik Langsung dan Tertunda
Umpan balik langsung terjadi dalam komunikasi tatap muka antar pribadi (face
to face communication; person to person communication) atau komunikasi dalam
kelompok kecil. Ini eno terjadi dalam setiap situasi komunikasi dimana si
komunikator dalam proses komunikasinya dapat diinterupsi oleh suatu pertanyaan
dari komunikan.
Umpan balik tertunda terjadi dalam berbagai jenis situasi komunikasi, tetapi
seringkali dalam hal yang erat hubungannya dengan komunikasi massa. Sebagai
contoh ialah surat pembaca yang dikirimkan kepada redaksi surat kabar mengenai
salah satu hal dari isi surat kabar, atau telepon yang disampaikan kepada studio
enotati oleh penonton mengenai programa yang telah dilihatnya. Umpan balik
tertunda dalam komunikasi massa bersifat selektif, dan komunikator hanya
memperoleh wawasan mengenai bagaimana sebagian kecil dari komunikannya
merasakan tentang pesan yang disampaikannya.
4. Umpan-Balik Ditentukan dan Dinyatakan
Benjemin Singer dalam bukunya “Feedback and Society” dalam Drs. Onong
Uchjana Effendy, MA mengetengahkan dua jenis umpan balik yang erat
hubungannya dengan politik. Jenis yang pertama ialah umpan balik yang ditentukan
(determinative feedback), yang ia artikan sebagai proses pengikut sertaan politik
dengan tujuan yang ditetapkan dalam pikiran seperti memilih partai, mendapatkan
peraturan daerah yang baru, dan sebagainya.
Umpan balik tersebut oleh Singer dipertentangkan dengan jenis yang kedua,
yakni umpan balik yang dinyatakan (expressive feedback); ini mencakup opini
terhadap isu-isu. Jadi poll dan survey, bahkan surat-surat merupakan umpan balik
yang dinyatakan, dimana untuk suatu tujuan tertentu tidak dipergunakan alat-alat
dalam bentuk perkakas.

20
Public opinion poll merupakan metode yang dapat diterima dewasa ini dengan
mana lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya dalam masyarakat
di enota yang sudah maju menerima berbagai informasi mengenai opini penduduk.
Jadi poll seperti itu menyatakan sikap yang terdapat pada penduduk.
Tetapi poll, disebabkan beberapa enotat tidak merupakan jawaban yang cukup
untuk keperluan mekanisme umpan balik; pada kenyataannya jawaban-jawaban
tersebut terbatas sekali  dalam kemampuannya umpan balik yang benar-benar
relevan.

2.8.  Pemimpin Sebagai Komunikator


Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, keberhasilan seorang
pemimpin banyak tergantung dari keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi.
Seseorang tidak mungkin menjadi pemimpin tanpa punya pengikut. Lebih tinggi
kedudukannya sebagai pemimpin, akan lebih banyak pengikutnya. Akan tetapi tidak
mungkin ia dapat menaiki anak tangga kepemimpinannya tanpa kemampuan
membina hubungan komunikatif dengan pengikut-pengikutnya dan bakal pengikut-
pengikutnya.
Telah disinggung di awal bahwa yang sangat penting bagi seorang pemimpin
dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah adanya enota “daya tarik
komunikator” (source enotative al ) dan enota “kepercayaan pada komunikator”
(source credibility).
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikan melalui mekanisme daya
tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya; dengan
kata lain pihak komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya,
sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada isi pesan yang
dipersuasikan komunikator.
Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini
akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.

21
Faktor kedua ialah “kepercayaan pada komunikator” (source credibility).
Kepercayaan komunikan pada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator
dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Seorang ahli enot
akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara mengenai masalah enot. Demikian
pula seorang dokter akan memperoleh kepercayaan kalau yang ia bahas adalah soal
kesehatan.
Kepercayaan pada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang
disampaikan kepada komunikan dianggap olehnya sebagai benar dan sesuai dengan
kenyataan empiris.
Dalam pada itu secara umum diakui pula bahwa keahlian seorang
komunikator – apakah keahliannya itu khas atau bersifat umum seperti timbul dari
pendidikan yang lebih baik atau status enota yang lebih tinggi atau jabatan profesi
yang lebih tinggi – akan membuat pesan yang dikomunikasikannya mempunyai daya
pengaruh yang besar. Akan tetapi hal ini terjadi apabila si komunikator mahir dalam
mengkomunikasikan pesannya.
Sehubungan dengan itu, maka berikut ini adalah beberapa enota yang perlu
diperhatikan apabila seorang pemimpin tampil sebagai komunikator:
5. Kerangka Referensi
Seorang pemimpin akan berhasil dalam komunikasinya apabila pesan yang ia
sampaikan cocok dengan kerangka referensi (frame of reference) komunikan.
Kerangka referensi seseorang dibentuk sebagai hasil dari pengalaman,
pendidikan dan pengertian-pengertian yang diperoleh dari kelompoknya atau dari
orang lain. Kereangka referensi seorang anak murid SD tidak sama dengan murid
SMP, apalagi dengan murid SMA, lebih-lebih lagi dengan seorang mahasiswa. Jelas
bahwa meskipun umurnya sama, tetapi kalau pendidikan dan pengalamannya
berlainan, kerangka referensi orang yang satu dengan orang lainnya tidak akan sama.
Kerangka referensi seorang petani tidak sama dengan seorang dokter, juga dengan
seorang perwira tentara.

22
Seorang manajer perusahaan dapat saja menyampaikan pesan yang sama
kepada wakilnya dan kepada sopirnya, tetapi formulasinya harus sesuai dengan
kerangka referensi kedua orang tersebut. Kerangka referensi wakil manajer tidak akan
sama dengan kerangka referensi seorang sopir.
6. Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi sangat berpengaruh pada berhasilnya kelangsungan komunikasi.
Yang dimaksudkan dengan situasi di sini ialah suasana pada saat suatu pesan
komunikasi akan disampaikan kepada seseorang. Pesan politik yang akan dilancarkan
sudah tentu harus diperhitungkan dengan situasi politik. Akan tetapi pesan
komunikasi tidak selalu bersangkutan dengan masalah politik. Hari Minggu, bulan
Puasa (Ramadhan) atau hari Tahun Baru mungkin merupakan situasi yang kurang
menyenangkan bagi orang-orang tertentu untuk diajak berkomunikasi, untuk diberi
pesan komunikasi apapun, sekalipun mereka berada dalam keadaan bahagia sehat
walafiat.
Yang dimaksud dengan kondisi dalam hubungannya dengan komunikasi,
ialah “state of personality” dari komunikan. Dia mungkin berada dalm kondisi yang
tidak atau kurang menyenagkan untuk menerima suatu pesan, umpamanya sedang
sakit, sedih, marah, lapar, bingung, dan lain sebagainya, baik kondisi jasmaniah
maupun kondisi rokhaniah.
Komunikasi yang dilancarkan dalam situasi dan kondisi yang tidak
menyenangkan komunikan, tidak akan fungsional (functional), melainkan akan
disfungsional ( enotative al), bahkan mungkin akan menjadi enotativ kepada
komunikator, artinya bukan saja komunikasi tidak berhasil, malahan komunikan
menjadi benci kepada komunikator.

7. Konotasi
Konotasi menyangkut kata-kata sebagai alat untuk mengekspresikan “isi
kesadaran” (Bewusstseinsinhalte; istilah Dr. Walter Hagemann) atau “gambaran

23
dalam benak” (picture in our head; istilah Walter Lippmann), yakni pikiran dan
perasaan. Jadi pesan komunikasi, apakah itu merupakan ide, informasi, motivasi atau
opini, adalah pikiran atau perasaan komunikator yang dengan menggunakan
“kendaraan” bahasa sampai kepada benak komunikan.
Dalam memilih kata-kata untuk menyatakan pikiran atau perasaan perlu
disadari bahwa enotat kata yang sama mungkin mengandung pengertian yang
berbeda bagi setiap orang.
Kata-kata mempunyai dua jenis pengertian, yakni pengertian enotative dan
pengertian konotatif. Pengertian enotative adalah pengertian biasa sebagaimana
diartikan dalam kamus (dictionary meaning) yang diterima secara umum oleh
kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Pengertian konotatif
adalah pengertian emosional atau mengandung penilaian tertentu (emotional or
evaluative meaning) disebabkan latar belakang dan pengalaman seseorang.
Dengan demikian, jelaslah bahwa bagi seorang pemimpin – lebih-lebih tokoh
politik – pemakaian bahasa dan pemilihan kata-kata untuk menyampaikan pesan
komunikasinya perlu dilakukan dengan seksama untuk menghindarkan terjadinya
salah pengertian dan salah tafsir. Terutama hal ini sangat penting bagi seorang
diplopat, karena erat sekali hubungannya dengan nuansa-nuansa (nuances). Justru
nuansalah yang menjadi darah daging profesi diplomasi.
(Asmawi,2012)
2.9.  Pemimpin Sebagai Negosiator
Sebagai negosiator dalam situasi perundingan, seorang pemimpin bertindak
bukan saja sebagai komunikator tetapi sekaligus sebagai komunikan. Dalam situasi
itu ia menyampaikan pesan persuasinya tetapi pada saat itu pula ia pada gilirannya
menerima pesan persuasi dari lawannya, apakah lawannya itu sendirian ataupun lebih
dari satu orang. Berikut ini adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan bagi
pemimpin sebagai negosiator:
1.   Ethos

24
Dalam suatu perundingan penting, seorang pemimpin akan sukses apabila ia
berhasil menunjukkan “source credibility”, artinya ia mendapat kepercayaan dari
lawannya. Timbulnya kepercayaan disebabkan adanya “ethos” pada dirinya, yaitu apa
yang pernah dikatakan oleh Aristoteles dan yang hingga kini tetap dijadikan
pedoman, yakni “good sense, good moral character and good will” dan oleh para
cendikiawan modern diterjemahkan menjadi “itikad baik (good intentions), dapat
dipercaya (trustworthiness) dan kecakapan atau kemampuan (competence or
expertness).
Jadi selagi menjadi negosiator, seorang pemimpin perlu menunjukkan bahwa
dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan memang mempunyai kecakapan
atau keahlian.
Freeley selanjutnya menyarankan agar seorang negosiator memperhatikan apa
yang ia sebut “ethical standards” sebagai berikut:
1)   Hendaknya menguasai subjeknya; hendaknya melakukan persiapan secara matang;
dan hendaknya mendasarkan kasusnya pada bukti dan argumen yang sebaik-baiknya.
2)   Hendaknya menyajikan fakta dan opini secara seksama.
3)   Hendaknya menyebutkan sumber informasi.
4)   Hendaknya menyambut setiap perbedaan paham dengan baik, dan kendaknya
memelihara dan membina perdebatan sebagai sarana pengambilan keputusan yang
rasional.
Demikianlah hendaknya seorang pemimpin manakalah ia dalam suatu perundingan
mengemban misi untuk membawakan suatu pesan dengan harapan dapat
menghasilkan keputusan yang menyenangkan kedua belah pihak.
2.   Peranan Mendengarkan
Dalam suatu perundingan, terutama perundingan politik yang hasil
keputusannya menyangkut kepentingan negara dan rakyat, peranan seorang
pemimpin bukan saja membawakan pesan dan mempersuasikannya kepada lawan,
tetapi juga sebagai pendengar. Mungkin misinya gagal disebabkan ia tidak

25
memperhatikan peranannya sebagai pendengar, sehingga bukannya ia mampu
mempersuasikan pesannya, melainkan ia sendiri menjadi sasaran persuasi lawan.
Dalam hubungan dengan peranan mendengarkan ini, Harold P. Zelko dalam
artikelnya yang berjudul “An Outline of the Role of Listening in Communication”,
diantaranya memberikan saran sebagai berikut:
1)   Dengarkan semua peserta, jangan yang hanya anda sukai saja.
2)   Konsentrasikan perhatian ada pada pembicaraan orang. Tataplah dia.
3)   Pikirkan mengapa dia mengetengahkan suatu point khusus.
4)   Dalam menjawab atau menyangkal, hormatilah pendapatnya.
5)   Hubungkanlah dan nilailah jalannya perundingan.
6)   Hindarkanlah prasangka pribadi.
7)   Bersikaplah objektif. Hindarkanlah argumen yang panas.
Sebagai pendengar yang baik dalam suatu perundingan menurut Zelko, seorang
negosiator akan dapat:
a)   membedakan fakta dari opini
b)   mengerti, menilai kesimpulan dan melakukan pertimbangan
c)   meneliti prasangka dan propaganda
d)   merekonstruksi pembahasan yang samar sehingga menjadi jelas.
Tetapi dalam suatu perundingan – juga termasuk jumpa pers atau dengar
pendapat – bukan tidak mungkin seorang pembicara terpojokkan sehingga kehilangan
akal. Kalau ini terjadi, maka ethosnya akan menurun. Dalam situasi seperti ini,
hendaknya dipergunakan “metode red-heering” yaitu mengelakkan argumentasi dari
bagian-bagian yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke
bagian yang kuat dan dikuasai. Cara ini disebut juga “mengkanalisasikan argumentasi
(canalizing of argumentation)”.
Yang dimaksudkan dengan “more abstract” oleh Bettinghause dalam contoh
yang dikemukakannya, mempunyai makna “lebih luas”. Demikianlah, maka
berdasarkan pendapat Bettinghause itu, buah lebih luas dari pada mangga, tubuh lebih

26
luas daripada hidung, manusia lebih luas daripada orang, karyawan lebih luas
daripada jurutulis, politik lebih luas daripada demokrasi, dan sebagainya.

2.10.  Pemimpin Sebagai Monitor


Yang dimaksud dengan pemimpin sebagai monitor di sini ialah fungsi seorang
pemimpin mengobservasi dan meneliti gejala-gejala yang muncul di masyarakat yang
mungkin menimbulkan pengaruh pada dirinya, pada kelompoknya atau organisasi
yang diwakilinya; kalau ia seorang diplomat, maka pengaruh ini adalah terhadap
negara dan rakyat yang diwakilinya.
Gejala tersebut bisa timbul akibat kegiatan komunikasi yang pernah
dilancarkannya atau muncul tanpa diduga dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Di sini
sang pemimpin bersikap dan bertindak sebagai komunikan.
Berdasarkan hal itu, ditinjau dari segi komunikasi, seorang pemimpin sebagai
monitor dalam kegiatannya tidak jauh berbeda dengan “inteligen terbuka” (open
intelligence), yakni inteligen yang dilakukan secara terang-terangan, misalnya:
-     membaca dan mempelajari berita-berita dalam surat kabar harian atau majalah
berkala seperti mingguan dan bulanan.
-     mendengarkan, mencatat dan mempelajari siaran-siaran radio/televisi luar negeri dan
dalam negeri, pemerintah maupun swasta, juga radio gelap.
-     membaca, mempelajari dan mengikuti secara terus-menerus pengumuman-
pengumuman resmi pemerintah negara-negara lain.
-     membaca dan mempelajari dokumen-dokumen, statistik-statistik, dan lain
sebagainya.
-     membaca dan mempelajari buku-buku dan kesusasteraan mengenai soal-soal
tersebut.
-     melihat, memperhatikan dan mempelajari dengan tajam segala sesuatu yang dialami
pada waktu mengadakan peninjauan di suatu tempat atau daerah.

27
2.11.Peranan Komunikasi Dalam Kepemimpinan

Komunikasi merupakan salah satu cara penting dalam berinteraksi satu


sama lain dengan team atau atasan dalam suatu perusahaan dan orginasasi, karena
komunikasi adalah proses interaksi dalam suatu ruanglingkup internal maupun
eksternal yang akan sangat berdampak bagi lingkungan tersebut.

Tanpa adanya komunikasi yang benar dan baik dapat mempersulit proses
yang ada dalam ruanglingkup perusahaan atau organisasi yang nantinya akan
menghambat rencana atau tujuan perusahaan, maka dari itu pentingnya
berkomunikasi dengan baik dan benar sangat diperlukan dalam membantu perusahaan
mencapai tujuannya tersebut.

Di dalam sebuah perusahaan atau orginasasi seorang pemimpin ialah


sebagai komunikator antar sesama rekan dan bawahan disuatu perusahaan, karena
sebagai pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik dan benar kepada
bawahannya. Seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi bawahannya untuk
membuat perubahan dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan serta mencapai
tujuan perusahaan. Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya tiga unsur yaitu sumber
(source), berita atau pesan (message), dan sasaran (destination).

(Sudirman,2012)

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diketahui kesimpulan bahwa:
1.  Kepemimpinan merupakan kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing,
mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkahlaku orang lain.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu karya, seperti buku, tulisan, dsb.,
atau melalui kontak pribadi antara seseorang dengan orang lain secara tatap-muka
(face-to-face).
2.  Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar
manusia dan yang memperkembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama
dengan alat-alat untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu.
Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan,
kereta-api, telegrap, telephon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir
untuk menguasai ruang dan waktu.
3.  Komunikasi merupakan bagian terpenting yang perlu mendapat perhatian ekstra bagi
pemimpin ketika ingin mempengaruhi orang lain untuk mau mengerjakan perintahnya
ataupun dalam proses pengambilan keputusan. Keberhasilan pemimpin sangatlah
ditentukan dalam keterampilan berkomunikasi. Meskipun komunikasi bukan sebagai
panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena
persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Namun
paling tidak, dengan adanya komunikasi kepemimpinan yang baik dan yang
menyenangkan, diharapkan benturan-benturan psikologis dan konflik-konflik antara
kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi yang sering terjadi, baik antara
manajer atau pemimpin dengan karyawan, karyawan dengan karyawan, yang
mengganggu jalannya roda organisasi dalam mencapai tujuannya bisa dihindari.
4.  Komunikasi kepemimpinan merupakan aktifitas penyampaian pesan, informasi, dan
tugas (secara verbal ataupun non verbal) melalui media tertentu yang dilakukan oleh

29
seorang pemimpin kepada bawahannya, dengan tujuan tertentu. Inti komunikasi
kepemimpinan sesungguhnya adalah bagaimana memberikan instruksi atau tugas
yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan, bagaimana mengkomunikasikan
kebijakan organisasi atau perusahaan kepada semua unsur di dalamnya, bagaimana
frekuensi komunikasi pemimpin dengan bawahan dan bagaimana memotivasi pada
bawahan, membangkitkan motif bawahan atau karyawan, menggugah daya gerak
mereka untuk bekerja lebih giat.

3.2 Saran

Sebaiknya kita memahami dengan baik teori kepemimpinan dan komunikasi


karena dua hal tersebut saling berkaitan dalam menciptakan dan menginspirasi
bawahannya agar tergerak melakukan perubahan yang lebih baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Onong, Uchjana Effendy, Drs. MA. 2014. Kepemimpinan Dan Komunikasi. Bandung:
Penerbit Alumni.
Abdullah Masmuh, Drs. M.Si. 2008. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan
Praktek. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Asmawi, Rewansyah, Dr. MSc. 2012. Kepemimpinan Dalam Pelayanan Publik. Jakarta
Timur: PT. Rizky Grafis.
Sudirman,Yogi.2015. “ Kepemimpinan dan Komunikasi “( http://yogisudirman22.blogspot.
com/2015/05/kepemimpinan-dan-komunikasi.html). Diakses pada tanggal 25 Maret
2020 pukul 12.00 WIB.

31

Anda mungkin juga menyukai