Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI

Dosen pemgampu: Nurul Hasanah,S.pd,MM

OLEH

KELOMPOK 5

NAMA NPM

Amrullah 202163411166
Dewi Susanti. 20216341173
Khairunnida 202163411180
Rahmad Hidayat 20263411194

PROGRM STUDI ADMINIDTRASI BISNIS

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah mata kuliah Kepemimpinan dan
Berfikir Kritis dengan judul "Kepemimpinan dan Komunikasi ” tepat pada waktunya.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga
dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Wassalamualaikum wr.wb

Amuntai,Oktober 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2

2.1 Pengartian Kepemimpinan................................................................................2

2.2 Fungsi Kepemimpinan.......................................................................................3

2.3 Jenis Kepemimpinan..........................................................................................4

2.4 Pengertian Komunikasi......................................................................................7

2.5 Proses Komunikasi............................................................................................9

2.6 Hambatan Dalam Komunikasi ( Menurut Dr. AsmawinRewansyah, M .Sc)....13

2.7 Peran Pemimpin Dalam Komunakasi ...............................................................15

BAB III PENUTUP.............................................................................................................22

3.1 Kesimpulan........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu hal yang penting. Banyak pemimpin


yang gagal dalam kepemimpinannya tidak menyadari, bahwa kegagalan
itu disebabkan mereka tidak panfai dalam berkomunikasi. Di negara maju
seperti Amerika Serikat, Ilmu komunikasi (publistik) semakin
dikembangkan disertai penelitian yang mendalam dalam segala aspek,
emngingat pentingnya ilmu tersebut bukan saja untuk masyarakat Amerika
sendiri, tetapi untuk hubungan antar bangsa dan antar kebudayaan.
Alhamdulillah, di tanah-air pun dewasa ini semakin tampak kesadaran
para pemimpinan dan masyarakat pada umumny akan pentingnya
komunikasi.

Memang, bagaimanapun bagusnya sebuah rencana yang dibuat


oleh seorang pemimpin, kalau tidak dilaksanakan, tidak akan meghasilkan
apa-apa . Para pelaksana perlu diber pengertian dan digerakan. Dann ini
semua adalah komunikasi. Berhasi tidaknya pelaksanaan itu banyak
tergantung dari komunikasi yang dilakukan para pemimpin, baik
pemimpin tingkat atas, tingkat tengah, maupun tingkat bawah. Dengan
demikian sangat penting komunikasi dalam kepemimpinan, maka
ditulislahmakalah ini untuk mejelaskan tentang kepemimpinan dan
komunikasi, agar dapat memahami definisi dan hubungandari masing-
masingnya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian Kepemimpinan

b. Apa Pengertian Komunikasi

c. Apa Saja Hambatan Dalam Komunikasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Arti KepemimpinanIstilah “kepemimpinan” sebagai terjemahan


dari “leadership” seringkali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari;
terdengar dalam percakapan, dalam pertemuan, dari televisi, radio, atau
bacaan dalam surat kabar, buku dan sebagainya. Apa arti kepemimpinan
sebenarnya? Dalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukan proses
kegiatan sesorang dalam memimpin , membimbing, mempengaruhi atau
mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain.

Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu karya, seperti


buku, tulisan, dan sebagainya. Atau juga melalui kontak pribadi antara
sesorang dengan orang lain secara tatap muka.kepemimpinan melalui
ciptaan atau karangan yang diciptakan yang dituangkan dalam bentuk
buku tau lukisan dapat dikatakan kepemimpinan yang tidaklangsung,
karena sang pemimpin dalam usaha mempengaruhinya tidak seketika pada
saat ia bergiat. Pemimpin- pemimpin jenis ini adalah para ilmuan,
seniman, atau sastrawan yang hasil karyanya atau ide-ide nya dapat
mempengaruhi orang lain. Kepeimpinan yang bersifat tatap muka
berlangsung melalui kata-kata secara lisan. Kepemimpinan jenis ini
bersifat langsung, kerena sang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi
orang lain, bergiat langsung kepada sasarannya. Oelh karean itu
berhadapan muka, ia mengetahui seketika hasil kegiatannya itu.

Berkenaan dengan berkembangnya teknologi seperti radio,


televisi, handpone, kegiatan kepemimpinan melalui kat-kata lisan ini dapat
lebih efektif dengan memperoleh sasaran yang jumlahnya jauh lebih
banyak daripada kalau harus bertatapan muka. Faktor penting dalam
kepemimpinan yakni dalam mepengaruhi atau mengontrol pikiran,
perasaan atau tingkah laku orang lain itu, ialah tujuan. Tujuan ini adalah

2
tujuan pihak si pemimpin atau mengarahkan tingkah laku orang lain ke
suatu tujuantertentu Jadi tindakan seorang pengemudi bis yang karena
jam-tangannya pecah menyebabkan puluhan pegawai yang dibawanya
terlambat datang dikantornya, tidak bisa dikatakan kepemimpinan,
meskipun apa yang ia lakukan mempengaruhi tingkah-laku orang lain. Si
pengemudi bis tidak bermaksud mengontrol tingkah-laku para
penumpangnya; juga apa yang terjadi tidak terarahkan kepada tujuan
tertentu. Andaikata ia dengan sengaja memecahkan jam-tangannya dan
merusak jadwal perjalanannya dengan tujuan agar para penumpangnya
marah kepada pemilik perusahaan bis, ini baru bisa dikatakan
kepemimpinan.

Tetapi itu tidak berarti, bahwa kepemimpinan selalu merupakan


kegiatan yang direncanakan dan dilakukan dengan sengaja. Seringkali
kepemimpinan berlangsung juga secara spontan. Meskipun demikian,
direncakan atau tidak direncanakan, maksud dan tujuan selalu ada.

2.2. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi seorang pemimpin beserta teknik kepemimpinannya


berbeda menurut situasi dimana sang pemimpin melakukan kegiatannya.
Kelompok-kelompok yang satu sama lain berbeda macamnya, berbeda
dasarnya, berbeda sifat pemilihannya, serta berbeda fungsi dan tujuannya,
menghendaki cara kepemimpinan yang berbeda pula. Sifat sang pemimpin
beserta proses kepemimpinannya dalam suatu rapat dewan, dalam suatu
bencana kebakaran, atau dalam suatu konperensi politik, jelas sekali
berbeda satu sama lain.

Jenis kepemimpinan dan jenis kepribadian dari orang yang dipilih


nyata-nyata berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan
lainnya, dan antara periode yang satu dengan periode lainnya. Dalam
kepemimpinan tidak ada asas-asas yang universal; yang tampak ialah,
bahwa proses-proses kepemimpinan dan pola-pola hubungan antara

3
pemimpin dan yang dipimpin mempunyai ciri-ciri khas dalam setiap jenis
kelompoknya.

Fungsi utama kepemimpinan terletak dalam jenis khusus dari


perwakilan kelompoknya (group representation). Seorang pemimpin harus
mewakili kelompoknya melalui saluran-saluran yang khusus direncanakan
dan dibuat oleh kelompoknya sendiri. Mewakili kepentingan kelompoknya
mengandung arti, bahwa si pemimpin mewakili fungsi administrasi secara
eksekutif. Ini meliputi koordinasi dan integrasi berbagai aktivitas,
kristalisasi kebijaksanaan kelompok, dan penilaian terhadap macam-
macam peristiwa yang beru terjadi, yang membawakan fungsi kelompok.
Lain daripada itu seorang pemimpin juga merupakan perantara dari orang-
orang dalam kelompoknya dengan orang-orang diluar kelompoknya.
(Onong Uchjana Effendy)

2.3 Jenis Kepemimpinan

Berikut ini beberapa jenis kepemimpinan dalam perspektif


komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:

a. Pemimpin sebagai Eksekutif

Pemimpin eksekutif (executive leader) seringkali disebut pula


administrator. Fungsinya adalah “menterjemahkan” kebijaksanaan yang
bersifat lisan menjadi suatu kegiatan. Dia memimpin dan mengawasi
tingkah-laku orang-orang yang menjadi bahwahannya. Dia membuat
keputusan-keputusan dan memerintahkannya untuk dilaksanakan.

Kepemimpinan eksekutif atau kepemimpinan administratif tersebut


merupakan kepemimpinan yang banyak dijumpai dalam kehidupan
masyarakat, karena memang merupakan kebutuhan berbagai bidang dalam
masyarakat. Kepemimpinan dalam ketentaraan dapat dikatakan sebagai
jenis kepemimpinan eksekutif. Demikian pula kepemimpinan dalam
cabang-cabang yang bersifat administratif dalam suatu pemerintahan,

4
mulai dari pusat sampai kedaerah-daerah, memerlukan fungsi eksekutif
tersebut.

b. Pemimpin sebagai Hakim

Pemimpin sebagai hakim atau penimbang atau pelerai sudah


dikenal sejak dahulu kala. Dari berbagai sumber dapat diketahui cerita-
cerita atau kisah-kisah dimana seorang pemimpin bertindak sebagai hakim
atau penengah, yang setiap keputusannya dilaksanakan dengan taat.

Dalam masyarakat modern tanggung-jawab keadilan terletak


ditangan para pemimpin dengan keahliannya yang khusus dan ditunjuk
secara khusus. Ini dikenal sebagai pengadilan. Dalam bidang lainnya,
umpamanya dalam bidang olahraga, terdapat korps wasit yang mempunyai
fungsi sebagai hakim. Pemimpin sebagai hakim adalah seorang otokrat,
karena setiap keputusannya adalah bersifat mutlak.

c. Pemimpin sebagai Penganjur

Pemimpin sebagai penganjur, sebagai propagandis, sebagai juru-


bicara, atau sebagai “pengarah opini publik (mobilizer of opinion)
merupakan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka ini bergerak
dalam bidang komunikasi atau publisistik yang perlu menguasai ilmu
komunikasi.

Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada


orang lain. Seringkali ia merupakan orang yang pandai bergaul dan fasih
berbicara. Acapkali ia adalah pioner dalam bidang sosial dan berjuang
untuk perubahan-perubahan. Jika ia dalam kedudukannya sebagai
penganjur itu berada jauh di depan kelompoknya, dia bisa menjadi
lambang penjelmaan ide-ide yang dibawakannya. Pemimpin seperti itu
ialah umpamanya: Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad, Gajah Mada,
Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, Martin Luther, dan lain-lain.

5
Akan tetapi pemimpin-penganjur atau advocate-leader itu tidak
hanya dijumpai dalam kehidupan nasional. Seorang anggota DPRD yang
menampilkan ide untuk mengatasi masalah kesulitan perumahan bagi
pegawai negeri, juga dapat dikatakan pemimpin-penganjur; atau seorang
kiai yang menyerukan kepada khalayak untuk hidup damai dengan
tetangga.

d. Pemimpin sebagai Ahli

Pemimpin sebagai ahli, umpamanya seorang instruktur atau


seorang juru-penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam
hubungannya dengan unit sosial dimana ia bekerja. Dia lebih terpelajar
daripada orang-orang lainnya. Kepemimpinannya hanya berdasarkan
fakta, dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk dalam
kategori ini ialah, guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan
yang lainnya lagi, yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena
mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikan kepada orang lain. Hal
yang membuat seseorang menjadi instructor leader ialah kenyataan, bahwa
ia lebih banyak memiliki pengetahuan berbanding dengan anggota-
anggota kelompok lainnya dan bahwa fungsinya yang penting ialah
memberikan penerangan kepada kelompoknya. Alasan utama bagi
eksistensinya ialah, bahwa “ia tahu dan orang lain tidak tahu.” dan ia
mempunyai wewenang.

e. Pemimpin sebagai Pemimpin-Diskusi

Pemimpin jenis ini dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan


demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting.
Seseorang yang secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan
demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin
diskusi. Jika seorang penjabat melaksanakan metode demokratis,dia bukan
lagi seorang eksekutif, melainkan seorang pemimpin diskusi (discussion
leader).

6
2.4 Pengertian Komunikasi

“Effective leadership means effective communication”, kata Henry


Clay Lindgren dalam Drs. Onong Uchjana Effendy, MA. Bab sebelumnya
telah dikemukakan, bahwa kepemimpinan ialah proses kegiatan seseorang
dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran,
perasaan, atau tingkah-laku orang lain dalam rangka mencapai suatu
tujuan tertentu. Antara sang pemimpin dan si pengikut terdapat suatu
kesangkut-pautan (relationship) dan kesangkut-pautan ini bersifat
komunikatif. Seorang pemimpin – apakah ia pemimpin sebagai eksekutif,
sebagai hakim atau penengah, sebagai penganjur, sebagai ahli, ataupun
sebagai pemimpin diskusi – pasti terlibat dalam kegiatan komunikasi.
Terlebih kalau ia bergiat dalam kepemimpinan demokratis, ia akan banyak
melakukan komunikasi.

Hakekat kepemimpinan ialah apa yang si pemimpin


komunikasikan dan bagaimana ia mengkomunikasikannya. Karena itulah,
maka Lindgren mengatakan, bahwa kepemimpinan yang efektif berarti
komunikasi yang efektif. Ini berarti pula, bahwa seseorang yang ingin
menjadi pemimpin harus belajar untuk bisa berkomunikasi dengan efektif.
Dan seseorang yang kini sedang berada dalam tampuk kepemimpinan dan
ingin meningkatkan efektivitasnya harus meningkatkan kemampuannya
dalam berkomunikasi.

Apa sebenarnya komunikasi itu?Komunikasi sudah lama menjadi


objek penelitian para ahli disebabkan pentingnya hal itu, baik bagi
kepentingan masyarakat sendiri, maupun untuk hubungan antar bangsa.
Charles Cooley, umpamanya, pada tahun 1909 menampilkan definisi
komunikasi yang hingga kini masih sering disebut-sebut dan acapkali
masih dikutip oleh para ahli komunikasi. Cooley dalam Drs. Onong
Uchjana Effendy, MA mendefinisikan komunikasi adalah:

7
Mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia
dan yang memperkembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama
dengan alat-alat untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya
dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata
tertulis, percetakan, kereta-api, telegrap, telephon, dan apa saja yang
merupakan penemuan mutakhir untuk menguasai ruang dan waktu.

Jika dibandingkan dengan definisi-definisi lainnya, definisi Cooley


ini merupakan definisi yang paling lengkap dan paling menarik di antara
sekian banyak definisi. Definisi tersebut meliputi beberapa unsur. Pertama,
ide dari komunikasi sebagai dasar yang hakiki bagi hubungan manusia.
Kedua, komunikasi sebagai proses yang menyebabkan hubungan tersebut
menjadi suatu kegiatan. Akhirnya, dia melihat dalam mekanisme tersebut
simbolisasi (kata-kata, gambar, dsb.) dan alat-alat bagi pengoperan objek-
objek dari hubungan tersebut (informasi, ide, pengalaman, dan
sebagainya).

Komunikasi membawa hubungan manusia dari hakekat ke


eksistensi, dari non-temporal ke sejarah. Tanpa komunikasi hubungan
manusia adalah bagaikan image yang mencari bentuk. Bagi hubungan
manusia, komunikasi adalah seperti plot dalam drama yang menjadi
action, atau perkembangan menjadi dinamika. Jadi komunikasi dan
hubungan manusia tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian, karena
kepemimpinan adalah hubungan manusia, maka komunikasi dan
kepemimpinan tidak bisa dipisahkan. Komunikasi dan kepemimpinan
merupakan suatu kesatuan.

Komunikasi dari tahun ke tahun tetap menjadi objek penelitian yang


intensif. Setiap penelitian pada umumnya melakukan kegiatannya berdasarkan
rumus Lasswell yang terkenal. Harold D. Laswell dalam Drs. Onong Uchjana
Effendy, MA menyatakan, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan-pertanyaan:

8
a. Siapa (Who)

b. Mengatakan apa (Says what)

c. Melalui saluran apa (In which channel)

d. Kepada siapa (To whom)

e. Dengan efek yang bagaimana (With what effect).

Studi ilmiah mengenai komunikasi cenderung untuk konsentrasi pada


satu atau beberapa pertanyaan tersebut di atas. Para cedekiawan yang
mempelajari unsur “siapa”, yakni komunikator meneropong faktor yang
memprakarsai dan membimbing kegiatan

komunikasi. Sub-bagian dari bidang penelitian ini dinamakan analisa


pengawasan (control analysis). Para peneliti yang memfokuskan diri pada
“mengatakan apa” bercecimpung dalam analisa isi (content analysis). Mereka
yang terutama menaruh perhatian kepada pers, radio, televisi, film, dan
saluran-saluran komunikasi lainnya melakukan analisa media (media
analysis). Apabila sangkut-paut yang utama adalah orang-orang yang dicapai
oleh media, maka ini sedang berbicara mengenai analisa sasaran komunikasi
(audience analysis). Jika pertanyaannya adalah efek atau pengaruh kepada
sasaran komunikasi, masalahnya adalah analisa efek (effect analysis).

2.5 Proses Komunikasi

Berdasarkan definisi Cooley dan rumus Lasswell dapat diambil


kesimpulan, bahwa komunikasi adalah suatu proses operan lambang-lambang
yang mengandung pengertian tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dan
proses komunikasi tersebut meliputi unsur-unsur:

a. Komunikator, yakni orang yang menyampaikan atau mengatakan atau


menyiarkan pesan (message).

b. Pesan (message), yaitu ide, informasi, opini, dsb.

9
c. Saluran (channel, media), ialah alat yang dipergunakan oleh
komunikator untuk menyampaikan pesan.

d. Komunikan (communicant, audience), yaitu orang yang menerima


pesan.

e. Efek (effect), yakni efek atau pengaruh kegiatan komunikasi yang


dilakukan komunikator kepada komunikan.

Bagi seorang pemimpin, unsur terakhir dari proses komunikasi


tersebut di atas, yakni “efek”, harus merupakan faktor yang selalu mendapat
perhatian. Ia senantiasa harus bertanya apakah ada efeknya dan sejauh mana
efek dari kegiatan komunikasinya itu. Sukses tidaknya komunikasinya
tergantung dari efek dari kegiatan komunikasinya. Sudah tentu ini tergantung
pula dari apa yang ia komunikasikan dan bagaimana ia
mengkomunikasikannya.

Apa yang dikomunikasikan oleh seorang pemimpin kepada


pengikutnya atau anak-buahnya, dalam proses komunikasi adalah pesan yang
disampaikan komunikator kepada komunikan. Wilbur Schramm, seorang ahli
komunikasi, menampilkan istilah “informasi” untuk pesan komunikasi
tersebut. Ia menyajikan batasan mengenai komunikasi sebagai
“pengikutsertaan suatu orientasi ke dalam isyarat-isyarat yang bersifat
informasi” (the sharing of an orientation toward a set of informational signs).

Informasi dalam pengertian tersebut di atas harus diartikan secara luas.


Jelasnya: tidak terbatas pada berita atau “fakta” atau apa yang terdapat dalam
buku atau yang diajarkan dalam kelas. Informasi adalah setiap isi komunikasi
yang mengurangi ketidakpastian atau kemungkinan-kemungkinan alternatif
dalam suatu situasi. Ini dapat mencakup emosi. Dapat pula meliputi fakta atau
opini, bimbingan atau persuasi. Ia tidak harus berbentuk kata-kata; pengertian
yang tersembunyipun atau bahasa bisu (the silent language) adalah informasi
yang penting. Ia tidak harus benar-benar sama pada komunikator dan
komunikan.

10
Pendapat Wilbur Schramm tersebut di atas merupakan perbaikan –
untuk tidak mengatakan sanggahan – bagi teorinya yang ia tuangkan dalam
bukunya terdahulu. Ia selanjutnya menegaskan, bahwa hal ini perasaan ragu-
ragu, bahwa pesan komunikasi pernah sama pada komunikator dan komunikan
dan tidak mungkin untuk mengukur kesesuaian tersebut secara lengkap sekali.
Ide yang sudah kuno, yakni ide pengoperan fakta-fakta dari benak yang satu
ke benak yang lain tidak lagi merupakan cara yang sempurna untuk
memikirkan komunikasi manusia. Akan lebih bermanfaat jika memikirkan
seseorang atau sejumlah orang bersangkutan dengan sejemput informasi,
masing-masing dengan kebutuhan dan tujuannya sendiri, masing-masing
memahami dan menggunakan informasi dengan caranya sendiri.

Karena itu, menurut Schramm, komunikasi didasarkan atas


kesangkutpautan (relationship). Kesangkutpautan ini dapat terjadi antara
dua orang, atau antara seseorang dengan sejumlah orang. Hakekat
kesangkutpautan ini adalah “setala” (“in tune”) antara satu sama lainnya,
terfokuskan kepada informasi yang sama. Unsur sentral kesangkutpautan
komunikasitatap muka (face to face communication). Definisi Cooley
menampilkan alat-alat untuk menyiarkan lambang-lambang melalui ruang
dan merekamnya dalam waktu. Jadi media massa memungkinkan
komunikasi dalam jarak yang sangat jauh; alat-alat tersebut ialah mesin-
mesin yang dipergunakan dalam proses komunikasi untuk melipatkan
tulisan orang (mesin cetak) atau untuk memperluas indera penglihatan dan
pendengaran (televisi, film, radio).

Demikian juga, isyarat-isyarat dan lambang-lambang dari zaman


dahulu kala dapat dikomunikasikan, seperti apa yang dikenal sebagai
karya orang-orang ternama yang sudah tidak ada. Akan tetapi tampak jelas
bahwa disitu terdapat perbedaan/dalam kualitas antara kesangkutpautan
komunikasi yang dekat dan langsung dengan yang dijauhkan dalam ruang
dan waktu. Tak mungkinlah terdapat komunikasi dua-arah dengan
pengarang yang sudah tiada. Akan tetapi komunikasi jarak jauh ini dapat

11
menimbulkan akibat yang mengandung suatu kekuatan; salah satu sebab
mengapa buku-buku termashur tetap abadi dan media massa tetap hidup
ialah karena adanya kekuatan untuk “mentala” (“tune in”) dengan massa
komunikan di tempat yang jauh.

Demikian mengenai apa yang dikomunikasikan. Sekarang


mengenai bagaimana komunikasi dilangsungkan. Seperti telah disinggung
di muka, dalam proses komunikasi terdapat unsur-unsur komunikator dan
komunikan. Komunikator berfungsi sebagai “encoder”, yakni sebagai
orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya
kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini adalah komunikan
yang berfungsi sebagai “decoder”, yakni menterjemahkan lambang-
lambang pesan kedalam konteks pengertiannya sendiri. Lalu komunikan
ini mereaksi atau memberi tanggapan; dan jika melakukan secara terbuka
(overtly), ia menjadi encoder (komunikator) yang menyampaikan pesan
kepada komunikator yang semula; atau bisa juga kepada orang lain.

Dengan perkataan lain, decoder menjadi encoder bagi pesan yang


baru, biasanya pesan balik. Pesan balik ini, yang disampaikan oleh
penerima kembali ke pengirim, biasanya disebut “umpan balik” atau
“feed-back”. Sampainya umpan balik ini kembali ke pengirim pesan yang
semula, bisa berlalu secara langsung atau tertunda.

Umpan-balik langsung terjadi dalam percakapan antar pribadi


(interpersonal conversation) atau percakapan dalam kelompok kecil. Ini
bisa terjadi dalam setiap situasi komunikasi dimana seorang pembicara
dapat diinterupsi oleh sebuah pertanyaan.

Umpan-balik yang tertunda terjadi dalam berbagai situasi, tetapi


yang sering terjadi ialah dalam situasi yang bersangkutan dengan
komunikasi massa, dimana-umpamanya, pembaca surat kabar mengirim
surat keredaksi mengenai suatu hal yang ia baca, atau penonton televisi

12
yang menelepon studio mengenai beberapa hal yang ia lihat dalam
programa televisi tersebut.

Dalam bab sebelumnya mengenai arti kepemimpinan ditandaskan,


bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha untuk mengarahkan tingkah laku
orang lain ke suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu bagi seorang pemimpin
kurang sempurnalah definisi Cooley, yang menyatakan, bahwa
komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar
manusia dan yang memperkembangkan semua lambang pikiran, bersama-
sama dengan alat-alat untuk menyiarkannnya dalam ruang dan
merekamnya dalam waktu. Demikian pula kurang sempurnalah definisi
William Albig yang menyatakan, bahwa komunikasi adalah proses
pengoperan lambang-lambang yang mengandung pengertian antara
individu-individu (communication is the process of transmitting
meaningful symbols between individuals).

Cooley dan Abig hanya mengatakan, bahwa komunikasi adalah


proses penyampaikan pesan oleh seseorang kepada orang lain. Bagi
seorang pemimpin barangkali definisi yang dikemukakan oleh Carl I.
Hovland yang paling tepat untuk dijadikan pegangan dalam kegiatan
komunikasinya. Hovland dalam Drs. Onong Uchjana Effendy, MA
mendefinisikan komunikasi:

2.6 Hambatan Dalam Komunikasi (Menurut Dr. Asmawi Rewansyah, M.Sc)

Adapun hambatan, rintangan atau gangguan dalam komunikasi


yang lebih ringkas dan praktis menurut Dr. Asmawi Rewansyah, M.Sc
adalah sebagai berikut:

a. Hambatan sosio-antro-spikologis

Hambatan ini adalah hambatan yang dilihat pada pemerima


pesan/komunikan yang memiliki latar belakang yang berbeda-
beda, yakni:

13
 Sosiologis Yaitu hambatan yang terdiri dari pergaulan hidup
yang bersifat pribadi seperti dalam kehidupan rumah tangga;
dan pergaulan hidup yang tidak pribadi, dinamis dan rasional
seperti di kantor atau dalam organisasi.

 Antropologis Yaitu manusia yang dilahirkan dan ditakdir


berbeda-beda: postur, warna kulit, ras, agama dan kebudayaan
termasuk berbeda dalam gaya hidup, norma, kebiasaan dan
bahasanya. Misalnya, lewat media televisi, masakan daging
babi lezat sekali. Sebagian pemirsa (komunikan) hanya
menerimanya secara accepted/rohani dan tidak secara
received/inderawi.

 Psikologis Yaitu hambatan yang disebabkan komunikator tidak


mengkaji keadaan diri komunikan. Biasanya sulit berhasil
apabila si penerima/komunikan sedang sedih, bingung, marah,
merasa kecewa, iri hati dan kondisi psikologis lainnya.
Komunikan/penerima pesan bisa saja menaruh prasangka
(prejudice) kepada komunikator.

b. Hambatan semantik

Hambatan sosio-antro-psikologis terdapat pada


komunikan/penerima pesan, sedangkan hambatan semantik
terdapat pada komunikator. Yaitu bahasa yang digunakan
komunikator tidak tepat/pas/jelas, karena mungkin terlalu cepat
berbicara/penyampaiannya sehingga menimbulkan salah
pengertian yang berakibat salah pengertian (miscommunication).
Misalnya: maksudnya mengatakan kedelai terucap keledai;
maksudnya demokrasi terlontar demonstrasi; maksudnya
partisipasi terlontar/terdengar partisisapi.

14
Gangguan semantik disebabkan pula oleh aspek
antropologis: kata-kata yang sama tulisan maupun ucapannya
tetapi berbeda artinya, misalnya: rampung (bagi orang sunda dan
orang jawa memiliki arti yang berbeda masing-masingnya); atos
(antara orang jawa dan sunda); bujang (antara orang sunda dan
sumatra).

c. Hambatan mekanis/teknis

Hambatan yang pada umumnya terdapat pada media yang


diguanakan, seperti telepon, televisi, radio, surat kabar yang tidak
mungkin dapat diatasi oleh komunikator maupun komunikan.

d. Hambatan ekologis

Hambatan yang terjadi disebabkan oleh gangguan


lingkungan pada saat proses berlangsungnya komunikasi, seperti:
suara bising, hujan, petir, suara pesawat dan sebagainya.

2.7 Peran Pemimpin Dalam Komunikasi

A. Pemimpin Sebagai Komunikator

Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, keberhasilan


seorang pemimpin banyak tergantung dari keberhasilannya dalam kegiatan
komunikasi. Seseorang tidak mungkin menjadi pemimpin tanpa punya
pengikut. Lebih tinggi kedudukannya sebagai pemimpin, akan lebih
banyak pengikutnya. Akan tetapi tidak mungkin ia dapat menaiki anak
tangga kepemimpinannya tanpa kemampuan membina hubungan
komunikatif dengan pengikut-pengikutnya dan bakal pengikut-
pengikutnya.

Telah disinggung di awal bahwa yang sangat penting bagi seorang


pemimpin dalam kegiatannya sebagai komunikator ialah adanya faktor

15
“daya tarik komunikator” (source attractivenes) dan faktor “kepercayaan
pada komunikator” (source credibility).

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk


melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikan
melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa
komunikator ikut serta dengannya; dengan kata lain pihak komunikan
merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan
demikian komunikan bersedia untuk taat pada isi pesan yang
dipersuasikan komunikator.Sikap komunikator yang berusaha
menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati
komunikan pada komunikator.

Hubungan pentingnya usaha membangkitkan perhatian dalam


rangka melaksanakan persuasi. Dalam hubungan ini perlu diingat agar
dalam rangka menumbuhkan perhatian itu (attention arousing) dihindarkan
munculnya appeal yang negatif. Appeal yang negatif bukan attention
arousing, melainkan anxiety atousing, atau menumbuhkan kegelisahan.
William J. McGuire, seorang ahli komunikasi ternama, menegaskan
bahwa “anxiety arousing communication” menimbulkan efek ganda. Di
satu pihak ia membangkitkan rasa takut akan bahaya sehingga
mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan preventif. Di lain pihak
rasa takut tersebut juga menimbulkan tanggapan-tanggapan yang umum
disebut “flight and fight”, yang dalam kasus komunikasi persuasi dapat
berbentuk permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh perhatian
sama sekali.

Faktor kedua ialah “kepercayaan pada komunikator” (source


credibility). Kepercayaan komunikan pada komunikator ditentukan oleh
keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat
tidaknya ia dipercaya. Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan
apabila ia berbicara mengenai masalah hukum. Demikian pula seorang

16
dokter akan memperoleh kepercayaan kalau yang ia bahas adalah soal
kesehatan.

Kepercayaan pada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang


disampaikan kepada komunikan dianggap olehnya sebagai benar dan
sesuai dengan kenyataan empiris.

Dalam pada itu secara umum diakui pula bahwa keahlian seorang
komunikator – apakah keahliannya itu khas atau bersifat umum seperti
timbul dari pendidikan yang lebih baik atau status sosial yang lebih tinggi
atau jabatan profesi yang lebih tinggi – akan membuat pesan yang
dikomunikasikannya mempunyai daya pengaruh yang besar. Akan tetapi
hal ini terjadi apabila si komunikator mahir dalam mengkomunikasikan
pesannya.

Sehubungan dengan itu, maka berikut ini adalah beberapa faktor


yang perlu diperhatikan apabila seorang pemimpin tampil sebagai
komunikator:

1. Kerangka Referensi

Seorang pemimpin akan berhasil dalam komunikasinya apabila pesan


yang ia sampaikan cocok dengan kerangka referensi (frame of reference)
komunikan. Kerangka referensi seseorang dibentuk sebagai hasil dari
pengalaman, pendidikan dan pengertian-pengertian yang diperoleh dari
kelompoknya atau dari orang lain. Kereangka referensi seorang anak murid
SD tidak sama dengan murid SMP, apalagi dengan murid SMA, lebih-lebih
lagi dengan seorang mahasiswa. Jelas bahwa meskipun umurnya sama, tetapi
kalau pendidikan dan pengalamannya berlainan, kerangka referensi orang
yang satu dengan orang lainnya tidak akan sama. Kerangka referensi seorang
petani tidak sama dengan seorang dokter, juga dengan seorang perwira tentara.

Seorang manajer perusahaan dapat saja menyampaikan pesan yang


sama kepada wakilnya dan kepada sopirnya, tetapi formulasinya harus sesuai

17
dengan kerangka referensi kedua orang tersebut. Kerangka referensi wakil
manajer tidak akan sama dengan kerangka referensi seorang sopir.

Dengan memahami kerangka referensi orang yang menjadi lawan


bicara, setidak-tidaknya akan dapat diduga sikap dan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan.

Dalam situasi komunikasi antar pribadi mudah untuk menjajaki


kerangka referensi komunikan, juga dalam situasi komunikasi kelompok
dengan komunikan yang sedikit jumlahnya dan homogen sifatnya. Yang sulit
ialah menjajaki kerangka referensi komunikan dalam kelompok besar (macro
group) atau kalau komunikasi dilakukan melalui media massa. Dalam situasi
komunikasi seperti itu, komunikator biasanya mengambil ukuran kerangka
referensi secara rata-rata dalam derajat pendidikan. Maka bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang umum dimengerti, dengan kata-kata yang lazim
dan sederhana, sedang pesannya sendiri dikaitkan dengan kepentingan umum.

2. Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi sangat berpengaruh pada berhasilnya


kelangsungan komunikasi.Yang dimaksudkan dengan situasi di sini ialah
suasana pada saat suatu pesan komunikasi akan disampaikan kepada
seseorang. Pesan politik yang akan dilancarkan sudah tentu harus
diperhitungkan dengan situasi politik. Akan tetapi pesan komunikasi tidak
selalu bersangkutan dengan masalah politik. Hari Minggu, bulan Puasa
(Ramadhan) atau hari Tahun Baru mungkin merupakan situasi yang
kurang menyenangkan bagi orang-orang tertentu untuk diajak
berkomunikasi, untuk diberi pesan komunikasi apapun, sekalipun mereka
berada dalam keadaan bahagia sehat walafiat.

Yang dimaksud dengan kondisi dalam hubungannya dengan


komunikasi, ialah “state of personality” dari komunikan. Dia mungkin
berada dalm kondisi yang tidak atau kurang menyenagkan untuk
menerima suatu pesan, umpamanya sedang sakit, sedih, marah, lapar,

18
bingung, dan lain sebagainya, baik kondisi jasmaniah maupun kondisi
rokhaniah.

Komunikasi yang dilancarkan dalam situasi dan kondisi yang tidak


menyenangkan komunikan, tidak akan fungsional (functional), melainkan
akan disfungsional (disfunctional), bahkan mungkin akan menjadi
bumerang kepada komunikator, artinya bukan saja komunikasi tidak
berhasil, malahan komunikan menjadi benci kepada komunikator.

3. Konotasi

Konotasi menyangkut kata-kata sebagai alat untuk


mengekspresikan “isi kesadaran” (Bewusstseinsinhalte; istilah Dr. Walter
Hagemann) atau “gambaran dalam benak” (picture in our head; istilah
Walter Lippmann), yakni pikiran dan perasaan. Jadi pesan komunikasi,
apakah itu merupakan ide, informasi, motivasi atau opini, adalah pikiran
atau perasaan komunikator yang dengan menggunakan “kendaraan”
bahasa sampai kepada benak komunikan.

Dalam memilih kata-kata untuk menyatakan pikiran atau perasaan


perlu disadari bahwa lambang kata yang sama mungkin mengandung
pengertian yang berbeda bagi setiap orang.

Kata-kata mempunyai dua jenis pengertian, yakni pengertian


denotatif dan pengertian konotatif. Pengertian denotatif adalapengertian
biasa sebagaimana diartikan dalam kamus (dictionary meaning) yang
diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan
kebudayaan yang sama. Pengertian konotatif adalah pengertian emosional
atau mengandung penilaian tertentu (emotional or evaluative meaning)
disebabkan latar belakang dan pengalaman seseorang.

Perkataan “anjing” dalam pengertian denotatif sama saja bagi setiap


orang, yakni binatang berkaki empat, berbulu dan mempunyai daya cium yang
tajam. Dalam pengertian konotatif anjing bagi seorang kiai yang fanatik

19
mungkin merupakan binatang yang harus dihindari untuk bersentuh, bagi
seorang polisi merupakan kawan penyusur lacak pencuri, dan bagi seorang
bintang film Amerika menjadi kawan tidur di saat kesepian; mereka ini
berbeda pandangannya terhadap seekor anjing. Perkataan “demokrasi” dalam
pengertian denotatif adalah pemerintahan rakyat; dalam pengertian konotatif,
demokrasi tidak sama artinya bagi seorang Amerika, bagi seorang Rusia dan
bagi seorang Indonesia.

“Kata-kata dapat merupakan dinamit” kata Cutlip dan Center


dalam bukunya “Effective Public Relations”. Dikatakannya, terdapat bukti
bahwa kesalahan dalam menterjemahkan sebuah pesan oleh pemerintah
Jepang dalam Perang Dunia II, telah menggetarkan Hirosima dengan
dihancurkannya dengan bom atom.

Perkataan “mokusatsu” yang dipergunakan Jepang sebagai


tanggapan terhadap ultimatum Amerika agar menyerah, telah
diterjemahkan oleh Domei menjadi “ignore”, padahal arti sebenarnya
dalam bahasa Inggris adalah “withholding comment until a decision has
been made.” Demikian pula krisis yang pernah terjadi antara Amerika dan
Panama adalah disebabkan kesulitan semantik antara bahasa Inggris
“negotiate” dengan bahasa Spanyol “negociar”. Orang-orang Panama
mengartikan “negotiate” dalam bahasa Inggris sebagai “commitment to
negotiate a new treaty”, sedang bagi Departemen Luar Negeri Amerika
Serikat tidak mengandung pengertian “to discuss”.

Dengan demikian, jelaslah bahwa bagi seorang pemimpin – lebih-


lebih tokoh politik – pemakaian bahasa dan pemilihan kata-kata untuk
menyampaikan pesan komunikasinya perlu dilakukan dengan seksama
untuk menghindarkan terjadinya salah pengertian dan salah tafsir.
Terutama hal ini sangat penting bagi seorang diplopat, karena erat sekali
hubungannya dengan nuansa-nuansa (nuances). Justru nuansalah yang
menjadi darah daging profesi diplomasi.

20
B. Pemimpin Sebagai Monitor

Yang dimaksud dengan pemimpin sebagai monitor di sini ialah


fungsi seorang pemimpin mengobservasi dan meneliti gejala-gejala yang
muncul di masyarakat yang mungkin menimbulkan pengaruh pada dirinya,
pada kelompoknya atau organisasi yang diwakilinya; kalau ia seorang
diplomat, maka pengaruh ini adalah terhadap negara dan rakyat yang
diwakilinya.

Gejala tersebut bisa timbul akibat kegiatan komunikasi yang


pernah dilancarkannya atau muncul tanpa diduga dan tidak diketahui
sebab-sebabnya. Di sini sang pemimpin bersikap dan bertindak sebagai
komunikan.Berdasarkan hal itu, ditinjau dari segi komunikasi, seorang
pemimpin sebagai monitor dalam kegiatannya tidak jauh berbeda dengan
“inteligen terbuka” (open intelligence), yakni inteligen yang dilakukan
secara terang-terangan, misalnya:

a. membaca dan mempelajari berita-berita dalam surat kabar harian atau


majalah berkala seperti mingguan dan bulanan.

b. mendengarkan, mencatat dan mempelajari siaran-siaran radio/televisi


luar negeri dan dalam negeri, pemerintah maupun swasta, juga radio
gelap.

c. membaca, mempelajari dan mengikuti secara terus-menerus


pengumuman-pengumuman resmi pemerintah negara-negara lain.

d. .membaca dan mempelajari dokumen-dokumen, statistik-statistik, dan


lain sebagainya.

e. .membaca dan mempelajari buku-buku dan kesusasteraan mengenai


soal-soal tersebut.

21
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Kepemimpinan merupakan kegiatan seseorang dalam memimpin,


membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau
tingkahlaku orang lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu karya,
seperti buku, tulisan, dsb., atau melalui kontak pribadi antara seseorang
dengan orang lain secara tatap-muka (face-to-face). Fungsi seorang pemimpin
beserta teknik kepemimpinannya berbeda menurut situasi dimana sang
pemimpin melakukan kegiatannya. Kelompok-kelompok yang satu sama lain
berbeda macamnya, berbeda dasarnya, berbeda sifat pemilihannya, serta
berbeda fungsi dan tujuannya, menghendaki cara kepemimpinan yang berbeda
pula. Dengan demikian fungsi kepemimpinan diklasifikasikan dalam 4 macam
yaitu pemimpin sebagai eksekutif, pemimpin sebagai hakim, pemimpin
sebagai penganjur, pemimpin sebagai ahli, dan pemimpin sebagai pemimpin-
diskusi.

Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya


hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua lambang
pikiran, bersama-sama dengan alat-alat untuk menyiarkannya dalam ruang dan
merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara,
kata-kata tertulis, percetakan, kereta-api, telegrap, telephon, dan apa saja yang
merupakan penemuan mutakhir untuk menguasai ruang dan waktu. Kemudian
komunikasi terdiri atas unsur, siapa (who), mengatakan apa (says what),
melalui saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom) dan dengan
efek yang bagaimana (with what effect).

22
Komunikasi merupakan bagian terpenting yang perlu mendapat
perhatian ekstra bagi pemimpin ketika ingin mempengaruhi orang lain untuk
mau mengerjakan perintahnya ataupun dalam proses pengambilan keputusan.
Keberhasilan pemimpin sangatlah ditentukan dalam keterampilan
berkomunikasi. Meskipun komunikasi bukan sebagai panasea (obat mujarab)
untuk menyelesaikan

persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut


mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Namun paling tidak, dengan
adanya komunikasi kepemimpinan yang baik dan yang menyenangkan,
diharapkan benturan-benturan psikologis dan konflik-konflik antara
kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi yang sering terjadi, baik
antara manajer atau pemimpin dengan karyawan, karyawan dengan karyawan,
yang mengganggu jalannya roda organisasi dalam mencapai tujuannya bisa
dihindari.

Komunikasi kepemimpinan merupakan aktifitas penyampaian pesan,


informasi, dan tugas (secara verbal ataupun non verbal) melalui media tertentu
yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya, dengan tujuan
tertentu. Inti komunikasi kepemimpinan sesungguhnya adalah bagaimana
memberikan instruksi atau tugas yang jelas dan mudah dipahami oleh
bawahan, bagaimana mengkomunikasikan kebijakan organisasi atau
perusahaan kepada semua unsur di dalamnya, bagaimana frekuensi
komunikasi pemimpin dengan bawahan dan bagaimana memotivasi pada
bawahan, membangkitkan motif bawahan atau karyawan, menggugah daya
gerak mereka untuk bekerja lebih giat.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/url?q=http://
yogisudirman22.blogspot.com/2015/05/kepemimpinan-dan-
komunikasi.html%3Fm
%3D1&sa=U&ved=2ahUKEwjMqMOGidKBAxWvxDgGHVitMhsQFno
ECAcQAg&usg=AOvVaw2gCrsjyxOt5S-DPYyBzADz

https://www.google.co.id/url?q=https://id.scribd.com/document/
433636997/Makalah-Kepemimpinan-Dan-
Komunikasi&sa=U&ved=2ahUKEwiY1sTCitKBAxU0UGwGHTa0Al0Q
FnoECAQQAg&usg=AOvVaw2nKv7l9QYiMQpA-3swz-dt

24

Anda mungkin juga menyukai