Anda di halaman 1dari 27

PENGANTAR MANAJEMEN

MAKALAH TENTANG MOTIVASI, KOMUNIKASI, DAN


KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pengantar Manajemen

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Ine Aulia M. A. Benge (2310020072)
Febi Kristina Damma Padjo (2310020082)
Garry Alvareno Pasqual Ndoen (2310020084)
Meylisa Imanuella Tadoe (2310020087)
Grace Vania Heo Ully (2310020090)
Andhika Samudra Hae (2310020092)
Edelweis Putri Savanalia Talli (2310020098)
Ares Nasoka Putra Krisando (23100200112)
Shatrya Pratama Dhimar (2310020115)
Yudha Aron Imanuel Adoe (2310020122)
Marsha Deatri Kale (2310020124)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Manajemen dengan
materi Motivasi, Komunikasi, dan Kepemimpinan Dalam Organisasi.
Kami, kelompok 2, dengan senang hati menyampaikan penghargaan dan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan hasil kolaborasi dari anggota
kelompok kami yang terdiri dari Ine Aulia M. A. Benge, Febi Kristina Damma
Padjo, Garry Alvareno Pasqual Ndoen, Meylisa Imanuella Tadoe, Grace Vania Heo
Ully, Andhika Samudra Hae, Edelweis Putri Savanalia Talli, Ares Nasoka Putra
Krisando, Shatrya Pratama Dhimar, Yudha Aron Imanuel Adoe dan Marsha Deatri
Kale.
Dalam penyusunan makalah ini, kami memiliki tujuan untuk menjelaskan
materi tentang motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan dalam organisasi. Kami
juga ingin menjelaskan bahwa makalah ini mencakup berbagai pandangan tentang
motivasi dalam organisasi model internasional dan hubungan manusiawi, metode
SDM, teori motivasi, proses penghargaan, dan pembentukan perilaku, teori
keadilan.
Akhir kata, kami sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, baik dari segi struktur, isi maupun kebahasaan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membina dari pembaca sebagai bahan
perbaikan untuk kedepannya.

Kupang, 24 November 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

2.1 Motivasi dalam Organisasi ..........................................................4

2.1.1 Pengertian Motivasi .....................................................................4

2.1.2 Proses Motivasi .............................................................................4

2.1.3 Pendekatan terhadap Motivasi ...................................................5

2.1.4 Teori Motivasi...............................................................................6

2.2 Komunikasi dalam Organisasi ....................................................7

2.2.1 Pengertian Komunikasi ...............................................................7

2.2.2 Proses Komunikasi .......................................................................8

2.2.3 Saluran Komunikasi Organisasi ...............................................10

2.2.4 Peranan Komunikasi Informal .................................................10

2.2.5 Hambatan-Hambatan terhadap Komunikasi Efektif .............11

2.2.6 Peningkatan Efektivitas Komunikasi .......................................12

2.3 Kepemimpinan dalam Organisasi ............................................14

2.3.1 Pengertian Kepemimpinan........................................................14

2.3.2 Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan ......................14

2.3.3 Pendekatan Sifat-Sifat Kepemimpinan ....................................15

2.3.4 Pendekatan Perilaku Kepemimpinan ......................................16

2.3.5 Teori X dan Teori Y dari McGREGOR ..................................17

iii
2.3.6 Adakah Gaya Kepemimpinan Ideal .........................................19

2.3.7 Pendekatan Situasional-Contingency .......................................19

BAB III PENUTUP ..............................................................................................19

3.1 Kesimpulan .................................................................................19

3.2 Saran ............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat, organisasi
memainkan peran penting dalam menghadapi berbagai tantangan. Motivasi,
komunikasi, dan kepemimpinan merupakan elemen kunci yang memengaruhi
kinerja dan keberlanjutan suatu organisasi. Melibatkan karyawan,
membangun komunikasi yang efektif, dan memiliki kepemimpinan yang kuat
merupakan faktor-faktor utama yang membedakan organisasi yang sukses
dari yang lain.
Namun, banyak organisasi dihadapkan pada tantangan dalam
mengelola motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan secara efektif.
Perbedaan budaya, perbedaan generasi di tempat kerja, dan dinamika tim
yang kompleks seringkali menjadi hambatan. Oleh karena itu, penting untuk
memahami bagaimana motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan dapat
diintegrasikan dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang
motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan dalam konteks organisasi, kita
dapat merujuk pada karya-karya para ahli seperti Frederick Herzberg,
Douglas McGregor, dan Peter Drucker untuk motivasi. Untuk komunikasi,
teori-teori dari Deborah Tannen dan Marshall McLuhan dapat memberikan
wawasan yang berharga. Sementara itu, kepemimpinan dapat dipelajari dari
karya-karya John C. Maxwell, Stephen R. Covey, dan James Kouzes.
Topik ini sangat relevan dalam industri saat ini karena dinamika pasar
yang cepat dan perubahan teknologi yang terus-menerus. Organisasi yang
dapat memotivasi karyawan, membangun komunikasi yang efektif, dan
memiliki kepemimpinan yang adaptif akan memiliki keunggulan kompetitif.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan panduan praktis bagi pemimpin
dan manajer organisasi dalam mengelola motivasi, komunikasi, dan

1
kepemimpinan untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka di tengah
kompleksitas dunia bisnis modern.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami tertarik untuk menyusun
makalah terkait motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan dalam organisasi.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penulisan
makalah adalah:
1. Bagaimana motivasi dalam organisasi?
2. Bagaimana komunikasi dalam organisasi?
3. Bagaimana kepemimpinan dalam organisasi?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah adalah:
1. Untuk mengetahui motivasi dalam organisasi.
2. Untuk mengetahui komunikasi dalam organisasi.
3. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam organisasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Motivasi dalam Organisasi


2.1.1 Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu Movere yang
berarti “menggerakkan” atau to move. Motivasi adalah proses
menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk
mencapai tujuannya. Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam
hati seseorang untuk melakukan atau mencapai suatu tujuan. motivasi
juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju
kesuksesan dan menghindari kegagalan. Dengan kata lain motivasi
adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan seseorang yang
mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk
memperoleh kesuksesan dalam hidup.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat
seseorang termotivasi, orang itu mendapat kepuasan dalam melakukan
pekerjaan tersebut layaknya ia sedang melakukan hobinya. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen-elemen diluar pekerjaan
yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat
seseorang termotivasi status ataupun kompensasi.
2.1.2 Proses Motivasi
Kebutuhan, Dorongan, Tujuan, dan Ganjaran. Proses motivasi
muncul dari adanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang
menyebabkan adanya ketidakseimbangan dalam diri seseorang dan
berupa untuk menguranginya dengan perilaku tertentu. Kemudian
seseorang mencari cara untuk memuaskan keinginan itu dengan
mengarahkan perilakunya ke arah pencapaian tujuan atau prestasi
dengan cara-cara yang telah di pilihnya yang di dukung dengan
kemampuan, ketrampilan, maupun pengalamannya. Penilaian prestasi

4
dilakukan dirinya sendiri atau orang lain yang dalam hal ini dapat saja
di lakukan, oleh orang lain atau atasan. Atas keberhasilan dalam
mencapai tujuan dan perilaku yang di tujukkan untuk memuaskan
kebutuhan itu akan dinilai sendiri oleh individu bersangkutan.
Sedangkan perilaku yang di tujukkannya untuk pemenuhan kebutuhan
finansial atau jabatan. Pada umumnya, penilainnya dilakukan atasan
atau pimpinan organisasi atau perusahaaan. Ganjaran ataupun hukuman
yang di terima atau dirasakan tergantung pada evaluasi atas prestasi
yang di lakukan individu itu sendiri, yang pada akhirnya individu
tersebut menilai sejauhmana perilaku dan ganjaran telah memuaskan
kebutuhannya. Jika siklus motivasi itu telah memuaskan maka suatu
keseimbangan dan kepuasan atas kebutuhan tersebut dapat di rasakan,
tetapi jika masih ada kebutuhan yang belum terpenuhi, maka akan
terjadi lagi proses pengulangan siklus motivasi dengan perilaku yang
berbeda.
2.1.3 Pendekatan terhadap Motivasi
Terdapat beberapa pendekatan-pendekatan terhadap motivasi
antara lain:
1. Ada pendekatan tradisional
Menurut pendekatan ini motivasi seseorang didorong oleh
keinginannya untuk memperoleh gaji atau uang. Manejer
melakukan cara yang paling efesien untuk melakukan pekerjaan
berulang dan memotivasi karyawan dengan sistem intensif upah.
2. Pendekatan hubungan manusiawi (human relation)
Pada pendekatan ini mengatakan bahwa motivasi seseorang di
dorong oleh keinginannya untuk berinteraksi dengan orang lain.
Jadi seseorang akan termotivasi dari orang-orang sekitarnya yang
berinteraksi dengannya.
3. Pendekatan manajemen sdm (human resource management)
Pendekatan ini mengatakan kepentingan karyawan harus
diperhitungkan. Dengan kata lain tanggung jawab pada

5
pekerjaan, penyelesaian pekerjaan, dan prestasi kerja merupakan
sumber motivasi penting yang harus di perhitungkan untuk
mendorong karyawan.
2.1.4 Teori Motivasi
1. Teori Hierarki Maslow ~ Abraham Maslow (1943)
Mengemukakan 5 kebutuhan manusia berdasarkan hirarki dari
kebutuhan mendasar hingga paling tinggi. Hierarki 5 kebutuhan :
a. Kebutuhan fisiologis (untuk bertahan hidup)
b. Kebutuhan keamanan (untuk rasa aman dari kekerasan baik
fisik maupun psikis)
c. Kebutuhan sosial (untuk mencintai dan dicintai, karena
manusia merupakan makhluk sosial)
d. Kebutuhan penghargaan (berharap diakui, memiliki
reputasi, dan dihargai setiap orang)
e. Kebutuhan aktualisasi diri (untuk memenuhi ambisi
pribadinya)
2. Teori ERG Alderfer ~ Clayton Alderfer (1965)
Singkatan dari Exsistance, Relatedness, and Grow. Tiga
kebutuhan manusia :
a. Kebutuhan eksistensi (pemenuhan faktor fisiologis dan
matrealistis)
b. kebutuhan hubungan (kebutuhan memiliki hubungan
dengan orang lain)
c. kebutuhan pertumbuhan (keinginan bertumbuh untuk
mencapai potensi diri secara maksimal)
3. Teori McClelland ~ David McClelland
a. Kebutuhan akan pencapaian (kebutuhan seseorang
mencapai pencapaian yg signifikan)
b. Kebutuhan akan afiliasi (kebutuhan untuk mendapat
hubungan baik dengan orang lain)

6
c. Kebutuhan akan kekuasaan (untuk mengatur atau
memimpin orang lain)
4. Teori Motivator-Hygiene Herzberg ~ Frederick Herzberg
Dikenal dengan teori 2 faktor.
a. Kepuasan bekerja/faktor motivator. Berkaitan dengan
pengakuan, prestasi, tanggung jawab, yang memberi
kepuasan positif
b. Ketidakpuasan bekerja/higinic. Berkaitan dengan gaji,
keamanan bekerja, dan lingkungan kerja yang sering kali
memberi ketidakpuasan.
5. Teori Harapan Vroom ~ Victor Vroom (1964)
Beranggapan bahwa orang orang termotivasi untuk melakukan
sesuatu karena menginginkan suatu hasil yang diharapkan. Tiga
konsep teori :
a. Harapan (kepercayaan seseorang bahwa suatu usaha akan
menghasilkan kinerja)
b. Instrumentally (kepercayaan seseorang bahwa suatu kinerja
akan mendapatkan hasil tertentu)
c. Valensi (mengarah pada nilai positif dan negatif yang
dirujuk oleh orang orang terhadap sebuah hasil)

2.2 Komunikasi dalam Organisasi


2.2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian sesuatu yang mana
seseorang bermaksud memberikan pengertian melalui pengiriman
simbol-simbol yang memiliki makna, sehingga membuat orang lain
mengerti apa yang disampaikan.

7
2.2.2 Proses Komunikasi
1. Model Komunikasi Antar-Pribadi
Model proses komunikasi yang paling sederhana adalah:
Pengirim -> Berita -> Penerima
Model komunikasi ini sangat sederhana, namun proses
komunikasinya yang kompleks dan jika satu unsur hilang
komunikasi tidak dapat dilakukan. Prosesnya sebagai berikut:
a. Sumber (source)
Sumber merupakan pihak yang memiliki suatu gagasan,
pikiran, informasi dan sebgainya untuk dikomunikasikan
kepada orang lain.
b. Perubahan berita ke dalam sandi/kode (enconding)
Mampu mengubah sumber/berita yang disampaikan
kedalam bentuk simbol-simbol baik verbal maupun
nonverbal yang bisa memindahkan perngertian seperti kata-
kata percakapan atau tulisan, angka, gerakan, ataupun
kegitan. Disini pengirim berita harus memberikan
informasi dengan baik agar tidak menimbulkan salah
komunikasi yang membuat kegagalan dalam penyampaian
berita.
c. Pengirim berita (transmitting the message)
Pengiriman berita bisa dilakukan dengan komuniksi lisan
dan komunikasi tertulis. Komunikasi lisan memungkinkan
berita disampaikan secara cepat dan mendapatkan umpan
balik, karena komunikasi dilakukan langsung interaksi
antara sumber dan penerima. Sedangkan komunikasi
tertulis dilakukan untuk menyediakan laporan atau
dokumen penting dalam bentuk memo, surat, laporan,
catatan dan sebagainya.

8
d. Penerimaan berita
Langkah berikutnya adalah penerimaan berita oleh pihak
penerima. Penerima berita harus memahami berita yang di
sampaikan agar mencapai tujuan yang diinginkan.
e. Peneterjemahan kembali berita (decoding)
Penerjemahan kembali berita ini dipengaruhi oleh latar
belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga,
dan lain-lain yang memungkinkan pengertian yang
dihasilkan berbeda dengan yang di maksudkan pengirim.
Jadi penerima memiliki tanggung jawab besar untuk
efektivitas komunikasi agar tidak terjadi kegagalan dalam
komunikasi.
f. Umpan balik (feedback)
Agar penerima mengerti apa yang dimaksudkan pengirim
berita, penerima dapat memberikan tanggapan atau umpan
balik seperti pertanyaan agar berita yang di sampaikan
sesuai dengan yang ingin di sampaikan pengirim.
2. Komunikasi Organisasi
Proses yang dijelaskan tadi juga diterapkan dalam komunikasi
organisasi. Namun untuk menjadikannya efektiv terdapat
beberapa faktor menurut Raymond V Lesikar:
a. Saluran komunikasi formal
b. Struktur wewenang organisasi
c. Spesialisasi jabatan
d. Pemilikan informasi
Jaringan komunikasi dalam organisasi:
a. lingkaran
b. rantai
c. huruf Y
d. Bintang

9
2.2.3 Saluran Komunikasi Organisasi
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah komunikasi sesuai rantai perintah.
Bisa berisi pengarahan, informasi, instruksi, saran, atau penilaian
jika komunikasi mengarah ke bawah (downward
communication). Dan bisa berisi informasi, laporan, dan gagasan
jika komunikasi mengarah ke atas (upward communication).
2. Komunikasi Lateral
Komunikasi ini terjadi diantara anggota tim yang sama atau antar
departement, yang biasa berisi hasil dari konsep spesialisai
organisasi .
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi ini biasanya memotong rantai perintah. Contohnya
komunikasi yang terjadi antara divisi kreatif dan divisi teknis.
2.2.4 Peranan Komunikasi Informal
Pembahasan aliran-aliran komunikasi di atas adalah berkenaan
dengan yang disebut komunikasi "formal", sebagai saluran
penyampaian berita yang dirancang manajer organisasi untuk
memudahkan juga bagian penting aliran komunikasi organisasi. Tipe
komunikasi informal yang paling terkenal adalah "grapevine"
(mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari desas-desus,
kabar angin atau "slentingan"), Sistem komunikasi "grapevine"
cenderung dianggap merusak atau merugikan, karena tidak jarang
terjadi penyebaran informasinya tidak tepat, tidak lengkap dan
menyimpang. Manajer dapat mempergunakan komunikasi ini dengan
informasi yang sengaja "dibocorkan". Manajer harus menyadari bahwa
komunikasi informal dan terutama "grapevine" tidak dapat dihilangkan.
Peran salah komunikasi ini dapat diminimalkan dengan merancang
saluran komunikasi formal yang baik, dan menyebarkan informasi
dengan cepat dan tepat.

10
2.2.5 Hambatan-Hambatan terhadap Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah vital, tetapi komunikasi sering tidak efektif
dengan adanya kekuatan-kekuatan dari luar yang menghambatnya.
Setiap tingkatan dalam rantai komunikasi dapat menambah,
mengurangi, mengubah, atau sama sekali berbeda dengan berita aslinya
Wewenang Manajerial. Tanpa wewenang untuk membuat keputusan
tidak mungkin manajer dapat mencapai tujuan dengan efektif. Tetapi di
lain pihak, pada kenyataannya bahwa seseorang yang mengendalikan
Banyak atasan merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima
orang lain juga menimbulkan hambatan-hambatan terhadap
komunikasi.
Berbagai masalah, kondisi, atau hasil yang dapat membuat
mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan menghindari
situasi di mana mereka harus mengungkapkan informasi yang dapat
membuat mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan.
Hambatan-hambatan Antar-Pribadi Manajer masih akan menghadapi
kemungkinan bahwa berita-berita yang mereka kirim akan berubah atau
menyimpang, bahkan bila hambatan-hambatan komunikasi
organisasional tidak ada.
Dengan kata lain, pengharapan yang mengarahkan seseorang
untuk melihat atau mendengar kejadian, orang, objek atau situasi adalah
sesuatu yang dia ingin lihat atau dengar.Berita yang bertentangan
dengan keyakinan seseorang cenderung untuk ditolak. Pelajaran bagi
manajer untuk memahami sebanyak mungkin tentang kerangka
kesukaan, kebutuhan, motif, tujuan, tingkat bahasan, dan stereotip
(proses penyusunan berita menjadi seperti sesuatu yang diharapkan)
dari penerima, agar dapat mengkomunikasikan pengertian secara
efektif.
Manajer harus dipandang bawahan mereka sebagai orang yang
terpercaya dan dapat dipercaya. Kalau tidak, usaha untuk memotivasi,
mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan bawahan akan

11
sangat terhambat dari permulaan. Keadaan ini membuat pendengar
lebih berkonsentrasi pada apa yang akan dikatakan dan bukan pada apa
yang sedang didengar. Sebagai contoh, bila seseorang karyawan
terancam akan kehilangan kedudukannya maka dapat kehilangan
kemampuan untuk mengartikan berita secara tepat dengan memberi
reaksi defersif atau agresif. Di samping itu, bahasa-bahasa "non-
verbal" yang tidak konsisten, seperti nada suara, ekspresi wajah, dan
sebagainya dapat menghambat komunikasi.
2.2.6 Peningkatan Efektivitas Komunikasi
Berbagai penyebab timbulnya masalah-masalah komunikasi dan
betapa sulitnya mencapai komunikasi efektif telah dibahas di atas
Sekarang akan dibicarakan berbagai cara dengan mana para manajer
dapat meningkatkan efektivitas komunikasi. Kesadaran akan kebutuhan
komunikasi efektif karena berbagai hambatan organisasional dan
antarpribadi, komunikasi efektif tidak dapat dibiarkan terjadi begitu
saja.
Manajer harus memainkan peranan penting dalam proses
komunikasi, di mungkinkan dalam langkah-langkah untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi. Menggunakan para "ahli
komunikasi". Oleh karena itu, latihan-latihan dalam penulisan dan
penyampaian berita secara lisan perlu di lakukanuntuk meningkatkan
pemahaman akan simbol-simbol, penggunaan bahasa, pengutaraan
yang tepat dan kepekaan terhadap latar belakang penerima berita.
Tepat salah satu peralatan yang digunakan secara efektif oleh para
psikolog, pembimbing, dan orang-orang yang profesinya memerlukan
pemahaman yang mendalam tentang klien mereka, yaitu active
listening, dapat dipergunakan untuk mengembangkan dimensi baru
ketrampilan manajemen para manajer.
Prinsip dasar peralatan ini adalah penggunaan reflective
statements (pernyataan balik) oleh pendengar. Bagaimanapun juga,
posisi kunci para manajer dalam proses komunikasi, membuat

12
kebutuhan mendesak bagi pengembangan diri untuk menjadi
komunikator yang lebih efektif.
Pedoman Komunikasi yang Baik
American Management Associations (AMA) telah menyusun
sejumlah prinsip-prinsip komunikasi yang disebut "The Ten Command-
ments of Good Communication" (sepuluh pedoman komunikasi yang
baik). Pedoman-pedoman ini disusun untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi organisasi, yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum
dikomunikasikan.
2. Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.
3. Pertimbangkan keadaan fisik dan manusia keseluruhan kapan saja
komunikasi akan dilakukan.
4. Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu, dalam peren-
canaan komunikasi.
5. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar
berita selama berkomunikasi.
6. Ambil kesempatan, bila timbul, untuk mendapatkan segala
sesuatu yang membantu atau balik.
7. Ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.
8. Perhatikan konsistensi komunikasi.
9. Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
10. Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk
dimengerti tetapi untuk mengerti.

13
2.3 Kepemimpinan dalam Organisasi
Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan
adalah faktor penting efektivitas manager. Bila organisasi dapat
mengidentifikasi kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan,
kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat.
2.3.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak
sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan
yang di punya seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar
berkerja mencapai tujuan dan sasaran.
2.3.2 Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat
diklasifikasikan dalam tiga pendekatan. Pendekatan pertama
memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits)
yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan
perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan dengan
kepemimpinan efektif.
Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang
individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memeperagakan
perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi
kelompok apapun dimana dia berada. Selanjutnya pendekatan ketiga
yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan.
Pandangan ketiga ini menganggap bahwa kondisi yang
menentukan efektivitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi tugas-
tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan,
lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan,
dan sebagainya.
Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan "contingency"
pada kepemimpinan, siang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor
situasional yang menentukan seberapa besar efektivitas situasi gaya
kepemimpinan tertentu.

14
Sifat-sifat -> Perilaku -> Situasional -> Contingency
2.3.3 Pendekatan Sifat-Sifat Kepemimpinan
Para teoritis kecepatan adalah kelompok pertama bermaksud
menjelaskan tentang aspek kepemimpinan. Mereka percaya bawa para
pemimpin memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
mereka dapat memimpin para pengikutnya . Daftar sifat ini mencakup
energi, pandangan, pengetahuan dan kecerdasan, imajinasi,
kepercayaan diri, integritas, kepandaian berbicara dan sebagainya.
1. Penelitian awal tentamg sifat-sifat kepemimpinan
Sebagian besar penelitian-penelitian awal tentang kepemimpinan
ini bermaksud untuk:
a. Membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin
dengan sifat-sifat yang menjadi pengikut (tidak menjadi
pemimpin).
b. Mengidentifikasikan ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki
oleh para pemimpin efektif.
2. Penemuan-penemuan lanjutan
Keith Davis mengikhtisarkan 4 ciri atau sifat utama yang
mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan
organisasi:
a. Kecerdasan
b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
d. Sikap-sikap hubungan manusiawi
3. Keterbatasan pendekatan kesifatan
Ada banyak keterbatasan dalam pendekatan yang melihat sifat-
sifat kepemimpinan. Contohnya para tokoh-tokoh yang kita kenal
seperti Napoleon, Abraham Lincoln, Soekarno, Wiston, Adolf
Hitler, dan sebagainya, yang dalam berbagai alat berbeda satu
dengan yang lain. Namun, tidak tampak sifat-sifat kepemimpinan
yang ditemukan secara umum pada semua tokoh-tokoh tersebut.

15
Ada juga berbagai kasus dimana seorang pemimpin sukses dalam
suatu situasi tetapi tidak dalam di situasi lain. Akhirnya,
walaupun semua sifat yang dikemukakan para peneliti dapat
menjadi yang diinginkan ada dalam diri pemimpin, tetapi tidak
satupun sifat yang secara absolut esensial.
2.3.4 Pendekatan Perilaku Kepemimpinan
Pendekatan-pendekatan kesifatan dalam kenyataannya tidak
dapat menjelaskan apa yang menyebabkan kepemimpinan efektif. Oleh
sebat itu pendekatan perilaku tidak lagi mencoba untuk mencari jawab
sifat-sifat pemimpin, tetapi mencoba untuk menentukan apa yang
dilakukan oleh para perimpin efektif bagaimana mereka
mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dengan dan
memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka menjalankan tugas-
tugas, dan sebagainya. Tidak seperti sifat-sifat, bagaimanapun juga,
perilaku-perilaku dapat dipelajari atau dikembangkan. Sehingga
individu-individu dapat dilatih dengan perilaku-perilaku
kepemimpinan yang tepat agar mampu memimpin.
1. Fungsi-fungsi kepemimpinan
Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifilkasi
pemimpin. Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan
menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam
kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang
harus melaksanakan dua fungsi utama:
a. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan ugas, (ask-
related) atau pemecahan masalah
b. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group-
maintenance) atau sosial
Fungi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian,
informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu
yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar -

16
persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan
pendapat, dan sebagainya.
2. Gaya-gaya kepemimpinan
Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya
kepemimpinan: gaya dengan orientasi tugas (task-oriented) dan
gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented). Manajer
berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara
tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang
dinginkannya. Manajer dengan gaya kepemimpinan ini lebih
memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan
dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan
mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi
mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok untuk
melaksanakan tugas-tugas dengan memberi-kan kesempatan
bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan,
menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan
saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota
kelompok.
2.3.5 Teori X dan Teori Y dari McGREGOR
1. Anggapan-anggapan Teori X
a. Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai
pekerjaan: dan akan menghindarinya bila mungkin.
b. Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa,
diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar
mereka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi.
c. Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin
menghindari tanggung jawab; mempunyai ambisi relatif
kecil, dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas
segalanya.

17
2. Anggapan-anggapan Teori Y
a. Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah
kodrat manusia, seperti bermain atau istirahat.
b. Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah
satu-satunya cara untuk mengarahlan usaha pencapaian
tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri
dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah
disetujuinya.
c. Keterkaitan pada tujuan merupakan fungsi dari
penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka.
d. Rata-rata manusia dalam kondisi yang layak, belajar tidak
hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab.
e. Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan
dan kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah
organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
f. Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan
sebagian suja dalam kondisi kehidupan industri modern.
3. 4 Sistem Manajemen dari Likert
a. Sistem 1, manajer membuat semua keputusan yang
berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan
untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan
juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
b. Sistem 2, manajer tetap menentukan perintah-perintah,
tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan
komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan
juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-
prosedur yang telah ditetapkan.
c. Sistem 3, manajer menetapkan tujuan-tujuan dan
memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu
didiskusikan terlebih dahulu dengan bawahan bawahan

18
dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri
dengan cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih
digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman
hukuman.
d. Sistem 4, adalah sistem yang paling ideal menurut Likert
tentang cara bagaimana organisasi seharusya berjalan.
Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja
dibuat oleh kelompok.
2.3.6 Adakah Gaya Kepemimpinan Ideal
Perdebatan ini biasanya terpusat pada gagasan bahwa gaya ideal
itu ada: yaitu gaya yang secara aktif melibatkan bawahan dalam
penetapan tujuan dengan menggunakan teknik-teknik manajemen
partisipasif dan memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan
tugas.
2.3.7 Pendekatan Situasional-Contingency
Pendekatan situasional-contingency manggambarkan bahwa
gaya yang digunakan adalah bergantung pada faktor-faktor seperti
situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel-variabel lingkungan
lainnya. Teori-teori situasional yang terkenal dan akan dibahas adalah:
1. Rangkaian kesatuan kepemimpinan dari Tannembeum dan
Schmidt
2. Teori "contingency" dari Fiedler
3. Teori siklus-kehidupan dari Hersey dan Blanchard

19
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan
Mary parker follett, yang mengembangkan hukum situasi,
mengatakan bahwa ada tiga variabel kritis yang mempengaruhi gaya
pemimpin, yaitu: 1) pemimpin, 2) pengikut atau bawahan, 3) situasi.
Rangkaian kesatuan kepemimpinan Tannenbaum dan Schmidt
Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt mereka
mengemukakan bahwa manajer harus mempertimbangkan tiga
kumpulan "kekuatan" sebelum melakukan pemilihan gaya
kepemimpinan, yaitu:
1. Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer
2. Kekuatan-kekuatan dalam diri bawahan
3. Kekuatan-kekuatan dari situasi
Teori "Contingency" dari fiedler
Suatu teori kepemimpinan yang kompleks dan menarik adalah
contingency model of leadership effectiveness dari fred fiedler. Pada
dasarnya teori ini menyatakan bahwa efektivitas suatu kelompok atau
organisasi tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan
situasi.
Teori siklus-kehidupan dari Hersey dan Blanchard
Konsep dasar teori siklus-kehidupan adalah bahwa strategi dan
perilaku pemimpin harus situasional dan terutama didasarkan pada
kedewasaan atau ketidakdewasaan para pengikut.
Pentingnya Fleksibilitas
Dalam organisasi,seperti juga dalam kehidupan lainnya,
dibutuhkan fleksibilitas. Ini membantu untuk menanggapi terhadap
orang-orang dan situasi-situasi secara tepat dan membuat penyesuaian
bila terjadi penyimpangan dari antisipasi.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mengelola organisasi bukanlah hal yang mudah, sehingga
membutuhkan banyak elemen dalam pelaksanaannya. Di antara begitu
banyak elemen dalam organisasi ada 3 elemen yang dapat menyatukan
seluruh aspek untuk bersinergi mencapai satu tujuan organisasi, yaitu elemen
motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan.
Motivasi, komunikasi dan kepemimpinan dalam organisasi merupakan
topik penting dalam manajemen. Komunikasi yang efektif, motivasi
karyawan, dan kepemimpinan yang baik sangat berperan dalam kesuksesan
suatu organisasi. Komunikasi yang baik dapat meningkatkan kerjasama dan
kinerja tim, sementara motivasi dapat meningkatkan produktivitas karyawan.
Kepemimpinan yang efektif juga dapat memengaruhi budaya organisasi dan
kinerja karyawan. Dengan pemahaman yang baik tentang topik ini, manajer
dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan memotivasi
karyawan untuk mencapai tujuan bersama.
Komunikasi yang efektif dalam organisasi membantu dalam
menyampaikan informasi, membangun hubungan yang baik, dan mengatasi
konflik. Motivasi karyawan, seperti yang dijelaskan oleh, dapat
meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja. Sementara itu, kepemimpinan
yang efektif, seperti yang disebutkan oleh, dapat memengaruhi budaya
organisasi dan kinerja karyawan.
Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang komunikasi,
motivasi, dan kepemimpinan dalam konteks organisasi sangat penting bagi
manajer dalam mencapai tujuan organisasi

3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah yang berjudul motivasi, komunikasi, dan
kepemimpinan dalam organisasi, diharapkan pembaca memahami tentang

19
motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan dalam organisasi ini sehingga
dapat menambah wawasan pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bekal
bagi seorang calon pendidik di masa mendatang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T, Hani. 2019. Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai