Anda di halaman 1dari 13

Dampak Kekerasan Orang ....

(Pembayun Wresti Woro Ardhani) 603

DAMPAK KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK


THE IMPACT OF PARENTAL VIOLENCE ON CHILD SOCIAL BEHAVIOR

Oleh: pembayun wresti woro ardhani, bimbingan dan konseling universitas negeri yogyakarta
12104241030@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dampak terhadap perilaku sosial anak rentang usia 9-12 tahun.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data
dilakukan dengan metode wawancara dan observasi langsung di lapangan. Subjek penelitian ini adalah anak dan
orang tua di sebagian kecil wilayah Sleman dan kota Yogyakarta yang ditargetkan 4 (empat) anak dan 4 (empat)
orang tua. Subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel atau subjek berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak yang
ditimbulkan pada perilaku sosial anak akibat dari kekerasan orang tua yang dilakukan yaitu anak menjadi rendah
diri, pemalu, tidak mudah bergaul, takut, agresif, hingga ada yang berani membentak orang tuanya.

Kata kunci: kekerasan orang tua, dampak kekerasan, perilaku sosial anak

Abstract
This research aims to uncover the impact on social behavior of children aged 9-12 years. This research
uses qualitative descriptive methods with a phenomenological approach. Data retrieval is done by interviews and
observation methods directly in the field. The Subject of this study is children and parentsin a small area of Sleman
and the cityYogyakartaa targeted 4 (four) children and 4 (four) parents Research subject is determined using
methodpurposive Sampling that is Sampling or subject based on certain criteria. The results showed that the
impact caused by the child's social behavior resulted from the parent's violence, the child being humble, shy, not
easy to get along, afraid, aggressive, until someone dared to snap his parents.

Keywords: parental violence, impact of violence, child social behavior

PENDAHULUAN Pendidikan memliki peranan yang sangat


dominan, terlebih lagi pendidikan dalam
Anak merupakan amanat dari Tuhan
keluarga, karena pendidikan keluarga merupakan
Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dilindungi
pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua
oleh orang tua, karena di samping sebagai
sebagai pendidik di lingkungan keluarga
amanat, anak juga merupakan suatu nikmat, yang
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
diberikan oleh Allah SWT. Nikmat ini tidak akan
perkembangan anak-anaknya. Sebagaimana yang
sempurna, tanpa adanya bimbingan moral yang
ditulis oleh Hasbullah (Hasbullah, 2003:32)
baik dari kedua orang tua. Orang tua adalah
bahwa, "kewajiban orang tua tidak hanya
pondasi utama bagi terbentuknya moralitas anak
sekedar memelihara eksistensi anak untuk
yang baik. Baik buruknya budi pekerti anak,
menjadikannya kelak sebagai seorang pribadi,
serta tumbuhnya aqidah seorang anak ditentukan
tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai
dari pendidikan yang diberikan oleh orang tua.
individu yang tumbuh dan berkembang".
604 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 5, Nomer 8, Agustus 2019

Keluarga merupakan tempat pertama bagi kekerasan jenis ini biasanya tampak secara
anak untuk memeperoleh pengetahuan, langsung pada fisik korban seperti; luka memar,
pembinaan mental, dan pembentukan berdarah, dan bentuk lain yang kondisinya lebih
kepribadian yang nantinya akan ditambah dan berat. (2) Kekerasan Psikis, bentuk ini tidak
disempurnakan oleh lingkungan sekolah maupun begitu mudah dikenali. Wujud dari kekerasan ini
lingkungan sosial diamana anak tinggal, tumbuh, bisa berupa kata-kata kasar, ejekan,
dan berkembang. terlihat sekali bagaimana mempermalukan, dan sebagainya. Dampak
pentingnya peran keluarga sangat signifikan kekerasanjenis ini akan berpengaruh pada situasi
dalam perkembangan, pembentukan karakter, perasaan yang tidak aman dan nyaman, minder,
serta masa depan anak. Orang tua memiliki lemah dalam mengambil keputusan, dan bahkan
peranan yang sangat penting dalam membentuk menurunnya harga diri serta martabat korban. (3)
kepribadian anak-anaknya. Namun pada Kekerasan seksual, termasuk dalam kategori ini
kenyataannya tidak sedikit orang tua yang belum adalah segala tindakan yang mencul dalam
mampu menjalankan peranannya sebagai orang bentuk paksaan untuk melakukan hubungan
tua yang baik. Tindak kekerasanpun biasa seksual. (4) Kekerasan Ekonomi, kekerasan jenis
mereka lakukan dalam memberikan peringatan ini sangat sering terjadi di lingkungan keluaraga.
atau hukuman pada anak. Dalam lingkungan Pada anak, kekerasan ini sering terjadi ketika
keluarga sebagaimana yang ditulis oleh Elfi orang tua memaksa anak yang masih usia di
Muawanah (Muawanah, 2004:38) bahwa bawah umur untuk dapat memebrikan kontribusi
"remaja perlu menaati peraturan dan tata cara ekonomi keluarga, sehingga fenomena penjualan
yang berlaku. Disamping peraturan tertentu perlu anak, pengamen jalanan, pengemis anak, dan
adanya semacam punishment yang dibuat orang lain-lain kian merebak. (5) Kekerasan anak
tua terhadap pelanggaran tata tertib keluarga". secara sosial, kekerasan anak jenis ini mencakup
Akan tetapi punishment tersebut tidak dapat penelantaran anak dan eksploitasi anak.
dijadikan alasan orang tua mengadakan Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan
kekerasan kepada anaknya. Hukuman yang orang tua yang tidak memberikan perhatian yang
diberikan hendaknya berupa sesuatu yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak.
bersifat mendidik ke arah perbaikan, bukan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
sesuatu yang menyakitkan seperti kekerasan pun tidak luput dari kasus kekerasan orang tua
(Suyanto, 2010:28). terhadap anak. Berdasarkan data dari Forum
Ada banyak hal yang bisa memicu atau Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK) Daerah
menjadi penyebab orang tua melakukan tindak Istimewa Yogyakarta (DIY) di tahun 2011,
kekerasan dalam mendidik anak-anaknya. korban kekerasan terhadap anak paling tinggi
Menurut Suyanto (2010:29), ada 5 (lima) bentuk berada di Kota Yogyakarta dengan 127 kasus.
kekerasan terhadap anak, yaitu: (1) kekerasan Peringkat kedua berada di Kabupaten Sleman
fisik, bentuk ini paling mudah dikenali. Korban (123 kasus), disusul Kabupaten Bantul (60
Dampak Kekerasan Orang .... (Pembayun Wresti Woro Ardhani) 605

kasus), lalu Kabupaten Gunungkidul (48 kasus) perilaku sosial adalah istilah yang digunakan
dan terakhir Kabupaten Kulonprogo (36 kasus). untuk menggambarkan perilaku umum yang
Jumlah tersebut menurun dibanding 2010 dengan ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat
191 kasus di Kota Yogyakarta, Kabupaten yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa
Sleman (184 kasus), Bantul (92 kasus), yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat
Gunungkidul (87 kasus) dan terakhir diterima dalam pergaulan oleh kelompok sebaya
Kulonprogo (60 kasus). Meski terjadi penurunan seseorang.
angka, tidak berarti kasus kekerasan terhadap Dampak dari kekerasan tersebut adalah
anak juga telah berkurang (Sujatmiko, 2013). adanya akibat langsung pada diri sang anak. Bila
Mengutip dari Ketua Forum seorang anak mengalami kekerasan secara fisik,
Perlindungan Korban Kekerasan Kota Jogja Tri dampak langsung yang akan dialaminya di
Kirana Muslidatun di sela peringatan Hari Anti antaranya dapat mengakibatkan kematian, patah
Kekerasan, Rabu (28/11/2018), “Kasus tulang atau luka-luka, dan pertumbuhan fisiknya
kekerasan kepada anak cenderung naik, terutama pun berbeda dengan teman sebayanya.
kekerasan seksual. Kenaikannya bisa mencapai Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat
200 persen pada akhir tahun lalu”. Berdasarkan dialami anak yang mendapat kekerasan adalah
data yang dimiliki Forum Perlindungan Korban akan munculnya perasaan malu/menyalahkan
Kekerasan Kota Jogja, selama 2017 total kasus diri sendiri, cemas atau depresi, kehilangan
kekerasan perempuan dan anak di Jogja tercatat minat untuk bersekolah, stres pasca-trauma
254 kasus (dikutip dari Harianjogja.com tanggal seperti terus-menerus memikirkan peristiwa
29 November 2018). traumatis yang dialaminya, dan dapat pula
Berbagai bentuk kekerasan yang tumbuh sebagai anak yang mengisolasi diri
dilakukan oleh orang tua terhadap anak tentu sendiri dari lingkungan di sekitarnya
akan memberikan dampak bagi anak, baik itu (Soetjiningsih dalam Verawati dan Hery, 2014).
dampak secara fisik maupun secara psikologis Anak-anak yang mengalami tindak
dan yang nantinya akan mempengaruhi pada kekerasan dari orang tuanya akan berperilaku
perkembangan perilaku sosial anak, salah atau bergaul di lingkungan sosialnya.
satunya dalam keterampilan sosial anak di Ketidakmampuan orang tua mengendalikan
lingkungan sekitar. Perilaku sosial merupakan emosinya, dapat berakibat fatal terhadap
aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap perkembangan anak-anak mereka salah satunya
orang lain atau sebaliknya dalam rangka yaitu pada perilaku sosial anak. Karena anak
memenuhi diri atau orang lain yang sesuai tidak bisa membantah orang tuanya, anak bisa
dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1995: 262). saja mencari pelampiasan di lingkungan
Hurlock (2003:261) berpendapat bahwa perilaku sosialnya atau teman sebayanya dengan
sosial menunjukkan kemampuan untuk menjadi melakukan hal-hal berbau kekerasan seperti yang
orang yang bermasyarakat. Lebih lanjut lagi, dilakukan oleh orang tuanya. Dalam hal
606 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 5, Nomer 8, Agustus 2019

pergaulan sosial anak akan menjadi agresif dan Baron dan Byrne (2003:9) berpendapat
mendominasi karena melihat dan mengalami bahwa ada empat kategori utama yang dapat
sendiri dari orang tua mereka yang melalukan membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu:
tindakan kasar dan anak anggap itu hal yang a. Perilaku dan karakteristik orang lain.
diperbolehkan, atau sebaliknya anak justru akan Jika seseorang lebih sering bergaul dengan
menarik diri dari lingkungan sosial karena dia orang-orang yang memiliki karakter santun, ada
merasa tidak aman, merasa semua orang kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti
memiliki perilaku seperti orang tuanya yang kebanyakan orang-orang berkarakter santun
sering bertindak kasar. Dampak seperti inilah dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika
yang dikhawatirkan terjadi kepada anak karena ia bergaul dengan orang-orang berkarakter
akan menggangu perkembangan sosial anak itu sombong, maka ia akan terpengaruh oleh
sendiri. perilaku seperti itu. Pada aspek ini orang tua
Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan memegang peranan penting sebagai sosok yang
psikis seseorang terhadap orang lain atau akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku
sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau sosial anak karena ia akan memberikan pengaruh
orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial yang cukup besar dalam mengarahkan anak
(Hurlock, 1995: 262). Hurlock (2003:261) untuk melakukan sesuatu perbuatan.
berpendapat bahwa perilaku sosial menunjukkan b. Proses kognitif.
kemampuan untuk menjadi orang yang Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide,
bermasyarakat. Lebih lanjut lagi, perilaku sosial keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar
adalah istilah yang digunakan untuk kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh
menggambarkan perilaku umum yang terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang
ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, calon pelatih yang terus berpikir agar kelak
yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa dikemudian hari menjadi pelatih yang baik,
yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan
diterima oleh kelompok sebaya seseorang. terus berupaya dan berproses mengembangkan
Perilaku tersebut ditunjukkan dengan perasaan, dan memperbaiki dirinya dalam perilaku
tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa
hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial karena selalu memperoleh tantangan dan
adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas
terhadap orang lain atau sebaliknya dalam maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas
rangka memenuhi diri atau orang lain yang jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku
sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, sosialnya yang akan mendukung teman-
2003:262). temannya untuk beraktivitas jasmani dengan
benar.
c. Faktor lingkungan.
Dampak Kekerasan Orang .... (Pembayun Wresti Woro Ardhani) 607

Lingkungan alam terkadang dapat diacuhkan oleh keluarga semasa kecilnya.


mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Kecenderungannya orang ini akan menghindari
Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai hubungan orang lain, tidak mau ikut dalam
atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan kelompok-kelompok, menjaga jarak antara
keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, dirinya dengan orang lain, tidak mau tahu, acuh
ketika berada di lingkungan masyarakat yang tak acuh. Pendek kata, ada kecenderungan
terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata. introvert dan menarik diri. Bentuk tingkah laku
d. Latar Budaya sebagai tempat perilaku dan yang lebih ringan adalah: terlambat dalam
pemikiran sosial itu terjadi. pertemuan atau tidak datang sama sekali, atau
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis tertidur di ruang diskusi dan sebagainya.
budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku Kecemasan yang ada dalam ketidak sadarannya
sosial aneh ketika berada dalam lingkungan adalah bahwa ia seorang yang tidak berharga dan
masyarakat yang beretnis budaya lain atau tidak ada orang lain yang mau menghargainya.
berbeda. Dalam konteks pembelajaran c. Perilaku terlalu sosial (over social behavior).
pendidikan jasmani yang terpenting adalah untuk Psikodinamikanya sama dengan perilaku kurang
saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh sosial, yaitu disebabkan kurang inklusi. Tetapi
setiap anak. pernyataan perilakunya sangat berlawanan.
Teori macam-macam perilaku sosial menurut Orang yang terlalu sosial cenderung
Sarlito (2009: 28) dibagi menjadi tiga yaitu: memamerkan diri berlebih-lebihan
a. Perilaku sosial (social behavior). Yang dimaksud (exhibitonistik). Bicaranya keras, selalu menarik
perilaku sosial adalah perilaku ini tumbuh dari perhatian orang, memaksakan dirinya untuk
orang-orang yang ada pada masa kecilnya diterima dalam kelompok, sering menyebutkan
mendapatkan cukup kepuasan akan kebutuhan namanya sendiri, suka mengajukan pertanyaan-
inklusinya. Ia tidak mempunyai masalah dalam pertanyaan yang mengagetkan. Sebagai makhluk
hubungan antar pribadi mereka bersama orang sosial, seorang individu sejak lahir hingga
lain pada situasi dan kondisinya. Ia bisa sangat sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan
berpartisipasi, tetapi bisa juga tidak ikut-ikutan, dengan individu lainnya atau dengan kata lain
ia bisa melibatkan diri pada orang lain, bisa juga melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi
tidak, secara tidak disadari ia merasa dirinya interpersonal itu ditandai dengan berbagai
berharga dan bahwa orang lain pun mengerti aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan
akan hal itu tanpa ia menonjolkan diri. Dengan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui
sendirinya orang lain akan melibatkan dia dalam proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas
aktifitas-aktifitas mereka. individu dalam relasi interpersonal ini biasa
b. Perilaku yang kurang sosial (under social disebut perilaku sosial. Seseorang agar bisa
behavior). Timbul jika kebutuhan akan inklusi memenuhi tuntutan sosial, maka perlu adanya
kurang terpenuhi, misalnya: sering tidak
608 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 5, Nomer 8, Agustus 2019

pengalaman sosial yang menjadi dasar Perkembangan perilaku sosial anak


pergaulan. ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas
Beberapa teori perkembangan manusia teman-teman dan meningkatnya keinginan yang
telah mengungkapkan bahwa manusia telah kuat untuk diterima sebagai anggota suatu
tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa kelompok, dan tidak puas bila tidak bersama
dewasa melalui beberapa langkah jenjang. teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain
Kehidupan anak dalam menelusuri sendiri dirumah atau dengan saudara-saudara
perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kandung atau melakukan kegiatan-kegiatan
kemampuan mereka berinteraksi dengan dengan anggota-anggota keluarga. Anak ingin
lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi bersama teman-temannya dan akan merasa
ini faktor intelektual dan emosional mengambil kesepian serta tidak puas bila tidak bersama
peranan penting. Proses tersebut merupakan teman-temannya.
proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan
sebagai insan yang yang secara aktif melakukan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) anak
proses sosialisasi. merupakan hubungan antar manusia yang saling
Yusuf (2007) menyatakan bahwa membutuhkan. Hubungan sosial anak mulai dari
perkembangan sosial anak merupakan tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa
anak. Perkembangan sosial anak sebagai proses dan bertambah umur, kebutuhan manusia
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma- menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat
norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan hubungan sosial juga berkembang amat
diri menjadi satu kesatuan dan saling kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah
berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal dimengerti bahwa semamin bertambah usia anak,
manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam maka semakin kompleks perkembangan
artian belum memiliki kemampuan dalam sosialnya, dalam arti mereka semakin
berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi
sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di akan mampu hidup sendiri, mereka butuh
lingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan interaksi dengan manusia lainnya, interaksi
orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, sosial merupakan kebutuhan kodrati yang
disaat itu mereka telah mampu mengenal dimiliki oleh manusia.
manusia lain, terutama ibu dan anggota Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
keluarganya. Anak mulai mampu membedakan kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan
arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti terhadap anak yang berakibat timbulnya
marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kesengsaraan atau penderitaan fisik, psikis,
kasih sayang. seksual, dan/atau penelantaran, termasuk
Dampak Kekerasan Orang .... (Pembayun Wresti Woro Ardhani) 609

ancaman untuk melakukan perbuatan, berperan menjadi penyebab orang tua melakukan
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan kekerasan pada anaknya (Soetjiningsih dalam
dengan cara melawan hukum. Pemerintah pusat, Fitriana, 2015).
pemerintah daerah, dan lembaga negara lainnya Kekerasan fisik maupun psikis yang
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk dilakukan oleh orang tua terhadap anak dianggap
memberikan perlindungan khusus kepada anak. sebagai sesuatu yang lazim, namun dibalik itu
Perlindungan khusus tersebut berupa semua sebenarnya verbal abuse memiliki
perlindungan yang diterima oleh anak dalam dampak yang sangat negatif bagi anak,
situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan diantaranya: anak kurang peka terhadap perasaan
jaminan rasa aman terhadap ancaman yang orang lain, perkembangan terganggu, agresif,
membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh gangguan emosi, kepercayaan diri akan turun,
kembangnya. menjadi penyebab bunuh diri dan menciptakan
Kekerasan fisik maupun psikis yang lingkaran setan kekerasan verbal dalam keluarga.
dilakukan oleh orang tua terhadap anak dapat Semakin tinggi kekerasan yang diterima dapat
terjadi setiap harinya di rumah, rumah yang menyebabkan ingatan berkurang (Soetjiningsih
seharusnya tempat teraman dan tempat dalam Fitriana, 2015).
berlindung bagi anak tidak lagi menjadi nyaman. Dampak dari kekerasan yang orang tua
Adanya pengertian yang salah dalam lakukan terhadap anak akan merubah perilaku
memandang anak, dimana anak masih saja sosial anak, terlebih ketika anak berada dalam
dipandang sebagai objek yang wajib menurut lingkungan teman sebayanya. Perilaku sosial
kepada orang tua. Padahal belum tentu orang tua yang ditunjukkan oleh anak yang mengalami
selamanya benar. Kebanyakan orang tua terlalu kekerasan dari orang tuanya berupa anak
berharap pada anak dan cenderung memaksa menjadi pasif dan menarik diri dari lingkungan
agar anak mau menuruti sepe-nuhnya keinginan karena takut membina hubungan baru dengan
mereka, jika tidak maka anak akan mendapat orang lain. Anak merasa tidak aman. Kebutuhan
hukuman. Hal inilah yang menjadikan alasan akan rasa aman yang seharusnya anak dapatkan
bagi orang tua sering melakukan kekerasan pada tidak terpenuhi. Atau sebaliknya, karena tidak
anak. Di samping itu, bisa juga dikarenakan mampu melawan orang tua, anak akan mencari
riwayat orang tua yang dulunya dibesarkan pelampiasan atas perlakuan kasar yang dia
dalam kekerasan sehingga cenderung meniru terima dari orang tuanya sehingga anak menjadi
pola asuh yang telah mereka dapatkan sosok yang agresif dan kadang-kadang
sebelumnya. Stres, kemiskinan, isolasi sosial, melakukan tindakan kriminal. Bahkan jika
lingkungan yang mengalami krisis ekonomi, perilaku agresif tersebut tidak segera ditangani,
tidak bekerja, kurangnya pengetahuan orang tua ketika anak tumbuh menjadi orang dewasa dapat
tentang pendidikan anak serta minimnya menjadi seorang penganiaya, atau psikopat.
pengetahuan agama orang tua yang turut Sebenarnya, tanpa disadari oleh orang tua,
610 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 5, Nomer 8, Agustus 2019

tindakan kekerasan yang mereka anggap wajar Pendekatan penelitian yang digunakan
dilakukan terhadap anak mereka akan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
membentuk karakter anak tersebut. Karena anak (qualitative research). Bogdan dan Taylor
melihat dan mengalami langsung berbagai (Moleong, 2007: 4) mendefinisikan metodologi
peristiwa, dan hal itu direkam oleh alam bawah kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
sadar anak. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
Dampak dari kekerasan tersebut adalah tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
adanya akibat langsung pada diri sang anak. Bila yang dapat diamati.
seorang anak mengalami kekerasan secara fisik,
Lokasi dan Waktu Penelitian
dampak langsung yang akan dialaminya di Penelitian ini berlokasi di tempat tinggal
antaranya dapat mengakibatkan kematian, patah subjek penelitian di wilayah sebagian kecil
tulang atau luka-luka, dan pertumbuhan fisiknya Sleman dan kota Yogyakarta. Ada pula lokasi
pun berbeda dengan teman sebayanya. pengambilan data dilakukan di tempat usaha
Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat milik salah satu dari subjek penelitian yang tidak
dialami anak yang mendapat kekerasan adalah bisa peneliti sebutkan lebih detail tempat
akan munculnya perasaan malu/menyalahkan tersebut. Proses untuk melakukan pengumpulan
diri sendiri, cemas atau depresi, kehilangan data dilakukan dari bulan Agustus 2018 hingga
minat untuk bersekolah, stres pasca-trauma April 2019.
seperti terus-menerus memikirkan peristiwa
Subjek Penelitian
traumatis yang dialaminya, dan dapat pula
Subjek penelitian ini adalah anak dan
tumbuh sebagai anak yang mengisolasi diri
orang tua di sebagian kecil wilayah Sleman dan
sendiri dari lingkungan di sekitarnya
kota Yogyakarta yang ditargetkan 4 (empat)
(Soetjiningsih dalam Fitriana, 2015). Berbagai
anak dan 4 (empat) orang tua. Subjek dalam
bentuk kekerasan yang dilakukan oleh orang tua
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
terhadap anak tentu akan memberikan dampak
metode purposive sampling, yaitu pengambilan
bagi anak, baik itu dampak secara fisik maupun
sampel atau subjek berdasarkan kriteria-kriteria
secara psikologis yang nantinya akan
tertentu. Karakteristik subjek yang diikutsertakan
mempengaruhi pada perkembangan anak, salah
dalam penelitian yaitu:
satunya dalam perkembangan sosial anak.
a. Anak usia 9-12 tahun yang sedang mengalami
Bagaimana nanti anak-anak yang mengalami
kekerasan yang dapat dilihat dari keadaan
tindak kekerasan dari orang tuanya akan
fisiknya yang sedang mengalami kekerasan.
berperilaku di lingkungan sosialnya.
b. Anak usia 9-12 tahun yang terlihat dominan
METODE PENELITIAN dalam pergaulan dan yang menarik diri dari
Pendekatan Penelitian pergaulan.
Dampak Kekerasan Orang .... (Pembayun Wresti Woro Ardhani) 611

c. Orang tua anak usia 9-12 tahun yang bisa terhadap 4 orang narasumber kunci dimana para
berkomunikasi dengan baik. narasumber tersebut memiliki hubungan orang
tua dan anak. Narasumber kunci yang berhasil
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
diwawancarai secara intensif dengan nama
Data
menggunakan inisial, yaitu ASW-BA, AS-F,
Data yang diperoleh berupa narasi hasil
MM-J, dan Ss-N . Adapun narasumber lain yang
wawancara. Teknik pengumpulan data dalam
menjadi penghubung dan pendukung informasi
penelitian ini menggunakan wawancara.
berkitan dengan subjek penelitian terdapat 4
Instrumen yang digunakan berupa pedoman
orang dengan inisial DR, HP, AP, dan W. Data
wawancara.
yang tidak terungkap melalui wawancara,
Metode Analisis Data
dilengkapi dengan data hasil observasi langsung
Penelitian ini, analisa data yang secara partisipatif.
digunakan adalah dengan analisis deskriptif
Kekerasan Orang Tua
kualitatif. Data hasil wawancara pada aspek
Menurut beberapa ahli, pengertian
kekerasan orang tua dan perilaku sosial anak
kekerasan kekerasan terhadap anak adalah
disajikan dalam bentuk gambaran informasi yang
campur tangan fisik maupun psikis yang tidak
menyeluruh. Setelah analisis dilakukan, maka
diinginkan terhadap tubuh orang lain yang
dibuatlah kesimpulan. Analisa kesimpulan
konsekuensinya orang tersebut menderita
bersifat induktif. Penelitian ini tidak dimulai dari
serangkaian dampak, akibat dari kekerasan mulai
deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni
dari perubahan perilaku, keguncangan jiwa,
fakta empiris. Kesimpulan atau generalisasi
memar, terluka parah, hilangnya anggota badan
kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses
atau bahkan sampai berakibat pada kematian.
yang sama dalam konteks lingkungan tertentu,
Kebanyakan orang tua pada penelitian
tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan
yang telah dilakukan, mengetahui kekerasan
yang lain baik waktu maupun tempat.
adalah tindakan atau perbuatan yang melukai,

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN mencelakai, sehingga menimbulkan dampak luka

Subjek dalam penelitian ini adalah orang secara fisik atau cacat fisik. Namun ada satu

tua dan anak dengan kriteria orang tua yang subjek orang tua yang juga mengetahui bahwa

memiliki anak usia 9-12 tahun, dalam keadaan kekerasan bukan hanya kekerasan yang akan

sehat serta dapat berkomunikasi dengan baik. berdampak pada fisik saja tetapi juga berdampak

Rentang usia 9-12 tahun termasuk dalam secara mental. Meskipun menyadari bahwa

kategori anak. Pengambilan data dilakukan kekerasan dalam mendidik anak dengan dalih

dengan metode wawancara serta observasi memberikan hukuman itu akan berdampak tidak
langsung. Wawancara dilaksanakan dengan baik bagi anak mereka, pada kenyataannya

menggunakan teknik purposive sampling tindakan kekerasan itu tetap saja dilakukan.
612 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 5, Nomer 8, Agustus 2019

Dengan alasan bahwa mereka para orang tua Dalam proses perkembangan anak
tidak dapat menahan emosinya. memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola
Dalam penelitian melalui wawancara dan koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah
observasi di lapangan, didapatkan data bentuk semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik
kekerasan yang dilakukan oleh orang tua kepada yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan
anak. Kecenderungan orang tua melakukan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya
tindak kekerasan yaitu karena tidak dapat perkembangan kognitif juga mengalami
menahan emosinya. Kecenderungan ini dapat perkembangan yang tidak sama. Adakalanya
dilihat dari hasil wawancara terhadap subjek anak dengan perkembangan kognitif yang cepat
orang tua. Faktor yang memicu kecenderungan dan juga adakalanya perkembangan kognitif
subjek orang tua melakukan tindak kekerasan yang lambat. Kemudian perilaku sosial pada
seperti yang disampaikan oleh Richard J. Gelles anak juga mengalami perkembangan yang
(Suradi, 2013), yang mengemukakan bahwa terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku
kekerasan terhadap anak (child abuse) terjadi sosial pada anak sudah dapat dilihat seperti
akibat kombinasi dari berbagai faktor, beberapa bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan
diantaranya yaitu : a) Stres Sosial (social stress) orang banyak dengan menunjukkan keceriaan.
dimana stres yang ditimbulkan oleh berbagai Hal tersebut sudah mulai menunjukkan
kondisi sosial, sebagai contoh adalah kondisi terbentuknya perilaku sosial yang seiring dengan
ekonomi rendah. Hal ini terjadi pada subjek Ss-N perkembangan usia. Perubahan perilaku sosial
yang mengharuskan Ss sibuk bekerja demi juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan
menghidupi anak-anaknya, terutama N yang yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau
sering meminta sesuatu dan harus dituruti, bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak
sehingga Ss tidak dapat memberikan perhatian (Azis, 2005).
secara langsung dan penuh kepada anak- Tindak kekerasan orang tua terhadap
anaknya. b) Struktur Keluarga, tipe-tipe keluarga anak pasti akan menimbulkan dampak. Dampak
tertentu memiliki resiko yang meningkat untuk yang paling terlihat adalah dampak secara fisik.
melakukan tindakan kekerasan dan pengabaian Namun masih banyak orang tua yang belum
kepada anak. Kebanyakan penyebabnya adalah mengetahui bahwa dampak yang dapat
kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ditimbulkan dari tindak kekerasan yang orang
serta kesulitan ekonomi. Faktor seperti ini yang tua lakukan akan berpengaruh dalam kehidupan
terjadi pada subjek AS-F dan MM-J, dimana sosial anak. Dampak dari kekerasan yang orang
ketidakharmonisan dalam keluarga membuat AS tua lakukan terhadap anak akan merubah
dan MM kerap melampiaskan emosinya kepada perilaku sosial anak, terlebih ketika anak berada
anak mereka. dalam lingkungan teman sebayanya.
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada
Dampak Pada Perilaku Sosial Anak
empat kategori utama yang dapat membentuk
Dampak Kekerasan Orang .... (Pembayun Wresti Woro Ardhani) 613

perilaku sosial seseorang, dua diantaranya yaitu : Dampak yang ditimbulkan akibat kekerasan dari
a) Perilaku dan karakteristik orang lain, dimana orang tua terhadap perilaku sosial anak antara
anak berada dan bersama siapa, maka disitulah lain anak menjadi pemalu, tidak mudah bergaul
perilaku sosial anak akan terbentuk mengikuti dengan teman sebayanya, rendah diri, bahkan
orang yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu menarik diri dari lingkungan. Dampak ini terjadi
peran orang tua sangat penting dalam perilaku sosial subjek anak J dan F. Berkebalikan
mengarahkan anak dalam melakukan suatu dengan subjek J dan F, subjek anak N cenderung
perbuatan. Anak yang kerap mendapat perilaku menjadi anak yang agak agresif. Perilaku sosial
kekerasan dari orang tua bukan tidak mungkin yang ditunjukkan oleh N cenderung ke arah yang
akan terbentuk perilaku sosial yang buruk, negatif yang mendekati menyimpang. Pergaulan
dimana anak bisa melukai temannya, bertindak N sedikit banyak sudah dipengaruhi oleh
semuanya sendiri, atau berlaku kasar lainnya. b) pergaulan dari sang kakak karena N, sang kakak
Proses kognitif, ingatan dan pikiran yang dan Ss masih tinggal satu rumah. Disamping itu
memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan juga karena Ss sibuk bekerja sehingga tidak
yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang dapat memberikan perhatian dan kasih saygn
akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. penuh kepada N, ditambah N semenjak kecil
Perilaku sosial yang ditunjukkan oleh anak yang sudah ditinggal pergi ibunya bekerja di luar
mengalami kekerasan dari orang tuanya berupa negeri. Sehingga N tidak mendapat perhatian dan
anak menjadi pasif dan menarik diri dari kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya, dan
lingkungan karena takut membina hubungan mencari perhatian dan pelampiasan ke
baru dengan orang lain. Anak merasa tidak lingkungan luar. Untuk subjek anak BA tidak
aman. Kebutuhan akan rasa aman yang mengalami dampak yang begitu signifikan dari
seharusnya anak dapatkan tidak terpenuhi. Atau perilaku sosial yang dia berikan kepada
sebaliknya, karena tidak mampu melawan orang lingkungan bermainnya. Meskipun BA juga
tua, anak akan mencari pelampiasan atas tidak jarang mendapat perlakuan kasar oleh
perlakuan kasar yang dia terima dari orang orang tuanya, namun BA sejak kecil mendapat
tuanya sehingga anak menjadi sosok yang agresif pendidikan agama yang cukup kuat dari orang
dan kadang-kadang melakukan tindakan tuanya sehingga BA sejauh ini tumbuh menjadi
kriminal. Bahkan jika perilaku agresif tersebut anak yang paham akan ajaran agama, mana yang
tidak segera ditangani, ketika anak tumbuh baik dan benar, serta mana yang salah.
menjadi orang dewasa dapat menjadi seorang Walaupun terkadang BA juga melakukan
penganiaya, atau psikopat. kesalah-kesalahan sebagaiman wajarnya anak
Hasil penelitian di lapangan yang telah seusia BA.
dilakukan untuk dampak kekerasan orang tua
SIMPULAN DAN SARAN
terhadap perilaku sosial anak mendapatkan data
seperti yang dituangkan dalam table diatas.
614 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 5, Nomer 8, Agustus 2019

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dalam hal bagaimana mendidik dan mengasuh
disimpulkan bahwa subjek orang tua menyatakan anak dengan baik dan benar agar anak dapat
menggunakan kekerasan dalam hal menghukum tumbuh berkemabng sesuai dengan yang
anak apabila anak berbuat kesalahan dengan diharapkan orang tua.
tujuan agar anak jera dan tidak mengulai 2. Bagi program bimbingan dan konseling, Program
kesalahannya kembali. Subjek orang tua kerap studi Bimbingan dan Konseling dapat
merasa tidak dapat menahan emosinya sehingga memfasilitasi layanan bimbingan maupun
mereka melakukan tindak kekerasan kepada konseling untuk memberikan edukasi kepada
anak dengan dalih sebagai hukuman bagi sang para calon orang tua dan yang telah menjadi
anak. Meskipun sebagian dari para subjek orang orang tua mengenai kekerasan terhadap anak
tua menyadari akan beberapa dampak yang akan serta dampak-dampaknya baik secara fisik dan
ditimbulkan dari tindakan mereka. psikologis yang akan mempengaruhi segala
Subjek anak yang kerap mendapatkan aspek kehidupan anak dalam masa tumbuh dan
perilaku kasar dari orang tuanya, dua diantaranya berkembang. Disamping itu juga dapat
menunjukkan sikap malu-malu ketika bertemu mendampingi dan memberikan bimbingan bagi
dengan orang lain, dalam hal ini peneliti itu anak yang menjadi korban kekerasan dari orang
sendiri. Satu orang subjek anak menunjukkan tua mereka agar dapat tetap tumbuh dan
sikap ramah dan terbuka kepada peneliti. berkembang sesuai dengan masa perkembangan
Sedangkan satu subjek anak lagi terlihat pendiam serta norma yang berlaku di masyarakat.
ketika di wawancara oleh peneliti, namun ketika
DAFTAR PUSTAKA
dia bersama dengan kelompok teman sebayanya
Baron, R & Byrne. (2003). Psikologi sosial jilid
dia terlihat dominan. 2 edisi kesepuluh. (Terjemahan Ratna
Dampak dari kekerasan orang tua, baik Djuwita). Jakarta: Erlangga
itu kekerasan fisik, psikologis, sosial, ekonomi Fitriana, Y.K.P & Andina V.S. (2015). Faktor-
faktor yang berhubungan dengan
dan sebagainya, tidak hanya akan menimbulkan
perilaku orang tua dalam melakukan
dampak secara fisik saja. Secara psikologis pun kekerasan verbal terhadap anak usia pra-
sekolah. Jurnal Psikologi Undip. Vol.14
juga akan menimbulkan dampak, dimana anak
No.1. 81-93
dapat menjadi trauma atau merasa tidak aman, Hasbullah. (2003). Dasar-dasar ilmu pendidikan
(umum dan agama islam), Jakarta: Raja
sehingga akan mempengaruhi perilaku sosial
Grafindo Persada.
anak itu sendiri.
Hurlock, E.B. (1995). Perkembangan anak jilid
1. Jakarta: Erlangga.
Saran
Moleong. (2009). Metode penelitian kualitatif.
1. Bagi subjek, segala bentuk kekerasan, sekecil
Bandung. PT. Remaja
apapun itu tidak dibenarkan karena akan Rosdakarya.
berdampak buruk bagi sang anak. Tidak perlu Muawanah, E. (2004). Bimbingan konseling,
Jakarta: Bina Ilmu.
ragu atau malu untuk belajar menjadi orang tua
Dampak Kekerasan Orang .... (Pembayun Wresti Woro Ardhani) 615

Soetjiningsih. (2002). Tumbuh kembang anak.


Jakarta: EGC.
Soetjinigsih, C.H. (2015). Perkembangan anak
sejak pertumbuhan sampai dengan
kanak-kanak akhir. Jakarta: Prenada
Media Group.
Suradi. (2013). Problema dan Solusi Strategis
Kekerasan terhadap Anak. Problema and
Strategic Solutions Violence Against
Children Informasi. Vol. 18, No. 02.
Suyanto, B. (2010). Masalah sosial anak.
Jakarta: Kencana.
Verawati, M & Hery E. (2014). Analisa Persepsi
Orangtua tentang Kekerasan pada Anak
di Ponorogo. Publikasi Penelitian. Prodi
S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai