Anda di halaman 1dari 24

1

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................3
1.1. Latar Belakang.................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................4
BAB II : ISI......................................................................................................................5
2.1 Sejarah Penggunaan Energi Angin.................................................................5
2.2. Pengertian Energi Angin.................................................................................6
2.2.1. Dampak Positif Energi Angin..................................................................7
2.2.2. Dampak Negatif Energi Angin................................................................8
2.3. Sumber Energi Angin......................................................................................8
2.3.1. Arah Angin................................................................................................9
2.3.2. Kondisi Angin.........................................................................................12
2.4. Turbin Angin..................................................................................................13
2.4.1. Bagian-Bagian Turbin Angin................................................................14
2.4.2. Jenis Turbin Angin.................................................................................18
2.4.3. Karakteristik Kerja Turbin Angin........................................................23
2

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun makalah fisika
ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang uraian hasil riset mengenai “Energi
Alternatif Angin beserta Turbin Pembangkit Listriknya”.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Ibu Fertini
Benefit S, S.Pd selaku guru Fisika yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan makalah ini sehingga kami bisa mengerti tentang materi yang akan
disusun nantinya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama teman saya Radithya
Ihza Wibowo.

Makalah ini juga masih tergolong makalah yang belum sempurna, oleh
karena itu saya selaku pembuat makalah ini, mohon dengan sangat agar para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
memperbaiki kesalahan yang terdapat pada makalah kami. Dan tidak lupa kami
sangat berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 11 Januari 2022

Ahmad Fauzi
3

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mereka yang dapat mendorong gerobak dikatakan memiliki energi, dan air
yang dapat menggerakkan perahu di laut dikatakan memiliki energi, seperti halnya
angin. Aki mampu menghidupkan motor karena memiliki energi dan sebagainya.
Definisi energi berdasarkan fisika adalah kemampuan untuk melakukan usaha.
Energi tidak dapat dipisahkan dari setiap kehidupan setiap makhluk hidup. Setiap
aktivitas kehidupan di bumi membutuhkan energi untuk bergerak. Manusia,
hewan, dan tumbuhan dapat bertahan hidup karena adanya energi di alam. Bahkan
benda mati seperti mobil dan sepeda motor dapat digerakkan oleh energi.

Namun, seperti yang kita ketahui bahwa ada dua kategori besar sumber
energi berdasarkan pembaruan. Kedua kategori tersebut adalah energi terbarukan
dan energi tidak terbarukan. Energi terbarukan tersebut meliputi energi matahari,
energi air, energi angin, energi panas bumi, energi biomassa dan sebagainya.
Sedangkan energi tidak terbarukan meliputi energi yang berasal dari fosil atau
energi yang berasal dari mineral alam.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, energi telah menjadi isu global.
Permintaan manusia akan energi, terutama bahan bakar fosil, tetap menjadi faktor
penentu untuk kelangsungan hidup umat manusia. Pada tahun 2015, konsumsi
energi dunia masih didominasi oleh energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batu
bara) sekitar 65-70%. Pada saat yang sama, sumber energi alternatif/terbarukan
tidak dapat memenuhi kebutuhan energi manusia dalam skala besar karena
fluktuasi potensi dan tingkat ekonomi yang tidak dapat bersaing dengan sumber
energi tradisional. Di sisi lain, manusia dihadapkan pada situasi menipisnya energi
fosil dan semakin parahnya kerusakan lingkungan akibat penggunaan energi fosil.
4

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Melihat dari situasi tersebut, maka sangat perlu untuk memahami apa itu
energi terbarukan atau energi tidak terbarukan. Seperti contohnya energi angin
yang merupakan salah satu energi alternatif yang dapat kita gunakan dalam
menghadapi isu global ini. Selain dari penggunaannya yang hampir dipakai oleh
seluruh negara namun, disisi lain kita juga harus melihat potensi, alat-alat, dan
dampak apa saja yang mungkin terjadi bila menggunakan energi angin.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana sejarah dari penggunaan energi angin?


1.2.2. Apa itu energi angin beserta dampak dari penggunaannya?
1.2.3. Darimana sajakah sumber energi angin?
1.2.4. Bagaimanakah sistem dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin)
bekerja dan apa saja jenisnya?
1.2.5. Bagaimana perkembangan penggunaan energi angin baik di Indonesia
maupun di dunia?
5

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

BAB II : ISI

2.1 Sejarah Penggunaan Energi Angin

Energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Orang-
orang telah menggunakan energi angin sejak zaman kuno. Lebih dari 5.000 tahun
yang lalu, orang Mesir kuno menggunakan angin untuk berlayar dengan kapal di
Sungai Nil. Belakangan, orang membangun kincir angin untuk menggiling
gandum dan biji-bijian lainnya. Naskah tertua tentang kincir angin adalah teks
Arab dari abad ke-9 M, yang menjelaskan bahwa kincir angin yang beroperasi di
perbatasan Iran-Afghanistan telah ada selama berabad-abad dan kadang-kadang
disebut sebagai kincir angin Persia. Kincir angin paling awal yang diketahui ada
di Persia (Iran).

Awal mula kincir angin ini terlihat seperti kincir besar. Berabad-abad
kemudian, Belanda memperbaiki desain dasar kincir angin. Kualitas kreatif orang
Belanda dalam pengaplikasian kincir angin membuat Belanda terkenal dengan
kincir angin. Sedangkan koloni Amerika menggunakan kincir angin untuk
menggiling gandum dan jagung, untuk memompa air, dan memotong kayu di
penggergajian. Pada akhir tahun 1920-an, Amerika menggunakan kincir angin
kecil untuk menghasilkan listrik di daerah pedesaan yang hidup tanpa layanan
listrik. Ketika kabel listrik mulai digunakan untuk transportasi listrik di daerah
pedesaan di tahun 1930-an, kincir angin lokal menjadi semakin jarang digunakan.
Meskipun demikian, kincir angin tersebut masih dapat dilihat pada beberapa
peternakan di daerah barat.

Kekurangan minyak pada 1970-an mengubah gambaran mengenai energi


untuk negara dan dunia. Ini menciptakan suatu kepentingan sumber energi
alternatife baru, membuka jalan bagi masuknya kembali kincir Angin untuk
6

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

menghasilkan listrik. Pada awal 1980an energi angin menjadi sangat luar biasa di
California, sebagian besar karena kebijakan negara yang mendorong sumber
energi terbarukan. Dukungan untuk pembangunan angin telah menyebar ke negara
lain, tapi pada saat itu California masih dapat memproduksi sebanyak lebih dari
dua kali energi angin apapun di negara lain.

Kincir angin jenis Persian windmill juga digunakan di Cina untuk


menguapkan air laut dalam memproduksi garam. Terakhir masih digunakan di
Crimea, Eropa dan Amerika Serikat. Selanjutnya sejarah berkembang menjadi
manipulasi fungsi. Kincir angin yang pertama kali digunakan untuk
membangkitkan listrik, dibangun oleh P.La Cour dari Denmark diakhir abad ke19.
Setelah perang dunia I, kincir angin diterapkan pada layar dengan penampang
melintang menyerupai sudut propeler pesawat yang pada masa ini disebut type
propeler atau turbin.

Eksperimen kincir angin sudut kembar dilakukan di Amerika Serikat tahun


1940, berukuran sangat besar. Mesin raksasa ini disebut mesin Smith-Putman,
karena salah satu perancangnya bernama Palmer Putman, kapasitasnya 1,25 MW
yang dibuat oleh Morgen Smith Company dari York Pensylvania. Diameter
propelernya 175 ft (55m) beratnya 16 ton dan menaranya setinggi 100 ft (34m).
Tapi dikemudian hari salah satu batang propelernya patah pada tahun 1945.

2.2. Pengertian Energi Angin

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa angin adalah udara yang bergerak.
Menurut Buys Ballot, angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah
bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum. Gerakan massa udara
yang arahnya horizontal dikenal dengan istilah angin. Anemometer mangkok
adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan yang biasa
digunakan dalam menentukan kecepatan angin adalah km/jam atau knot (1 knot =
0,5148 m/det = 1,854 km/jam).
7

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Salah satu energi terbaru yang berkembang pesat di dunia saat ini adalah
energi angin. Energi angin merupakan energi terbaru yang sangat fleksibel. Energi
angin dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya pemompaan air
untuk irigasi, pembangkit listrik, pengering atau pencacah hasil panen, aerasi
tambak ikan/udang, pendingin ikan pada perahu-perahu nelayan dan lain-lain.
Selain itu, pemanfaatan energi angin dapat dilakukan di mana-mana, baik di
daerah landai maupun dataran tinggi, bahkan dapat di terapkan di laut, berbeda
halnya dengan energi air.

Pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu antara udara panas
dan udara dingin. Di daerah khatulistiwa, udaranya menjadi panas mengembang
dan menjadi ringan, naik keatas dan bergerak ke daerah yang lebih dingin.
Sebaliknya di daerah kutub yang dingin, udaranya menjadi dingin dan turun ke
bawah. Dengan demikian terjadi suatu perputaran udara, berupa perpindahan
udara dari kutub utara ke garis khatulistiwa menyusuri permukaan bumi, dan
sebaliknya suatu perpindahan udara dari garis khatulistiwa kembali ke kutub
utara, melalui lapisan udara yang lebih tinggi.

2.2.1. Dampak Positif Energi Angin


a. Penghemat listrik dan hemat biaya
b. Energi angin sebagai energi yang murah dibandingkan energi lainnya karena
membutuhkan lebih sedikit perawatan daripada pembangkit listrik lain.
c. Tak Terbatas. Dengan energi angin, maka bisa menggantikan bahan bakar
fosil sebagai sumber energi. Energi angin secara langsung diekstraksi dari
angin. Berbeda dengan bahan mentah yang digunakan oleh sumber energi
konvensional lainnya, angin hadir tanpa batas.
d. Merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan bebas polusi. Energi
angin tidak memanfaatkan pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara,
minyak bumi, dll. Oleh karena itu, di ladang energi angin, tidak ada polutan
yang dilepaskan selama proses pembangkitan energi.
e. Tidak menghasilkan gas rumah kaca dan tidak menghasilan limbah beracun.
8

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

2.2.2. Dampak Negatif Energi Angin


a. Instalasi Mahal. Satu-satunya biaya yang harus ditanggung konsumen untuk
mengakses energi angin adalah biaya pemasangan. Untuk mendirikan
ladang energi angin, dibutuhkan sejumlah besar kincir angin untuk dibangun
dan dihubungkan bersama.
b. Satwa Liar. Sejumlah burung migran cenderung mengikuti jalur reguler
sesuai musim perjalanan dan membuat rumah baru. Namun, rute mereka
terganggu karena ladang energi angin.
c. Kebisingan. Sebagian besar kincir angin yang digunakan untuk pembangkit
listrik rentan mengeluarkan suara bising dan mengeluarkan suara
gemerincing yang terus menerus.
d. Keamanan. Prosedur keselamatan yang diambil harus ketat jika
menggunakan sumber energi nonkonvensional alami. Burung dan satwa liar
sering terluka oleh bilah tajam, generator, dan komponen lain dari kincir
angin.
e. Keterpencilan. Karena orang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan
pabrik harus melakukan perjalanan dan menghabiskan jarak jauh untuk
memeriksa kerja mesin yang benar dan untuk meninjau keadaan rutin kincir
angin. .
f. Kecepatan Angin. Energi kinetik angin berasal dari kecepatan kinetik.
Kecepatan yang diperlukan untuk menggerakkan kincir angin dengan benar
adalah kira-kira 15 km / jam. Selama hari-hari ketika kecepatan angin
berada di bawah ambang batas ini, penurunan pembangkit listrik dapat
diamati.

2.3. Sumber Energi Angin

Angin adalah udara yang bergerak akibat rotasi bumi dan perbedaan tekanan
udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke
bertekanan udara rendah
9

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Angin disebabkan oleh pemanasan sinar matahari yang tidak merata di atas
permukaan bumi. Udara yang lebih panas akan mengembang menjadi ringan dan
bergerak naik ke atas, sedangkan udara yang lebih dingin akan lebih berat dan
bergerak menempati daerah tersebut. Perbedaan dalam tekanan dinyatakan dalam
istilah gradien tekanan merupakan laju perubahan tekanan karena perbedaan jarak.
Gaya gradien merupakan gaya yang bekerja dalam arah dari tekanan lebih tinggi
ketekanan yang lebih rendah. Arah gaya gradien tekanan di atmosfer tegak lurus
permukaan isobar. Angin timbul akibat sirkulasi di atmosfer yang dipengaruhi
oleh aktivitas matahari dalam menyinari bumi yang berotasi. Dengan demikian,
daerah khatulistiwa akan menerima energi radiasi matahari lebih banyak daripada
di daerah kutub, atau dengan kata lain, udara di daerah khatulistiwa akan lebih
tinggi dibandingkan dengan udara di daerah kutub. Perbedaan berat jenis dan
tekanan udara inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara.
Pergerakan udara inilah yang didefinisikan sebagai angin.

2.3.1. Arah Angin


Arah angin adalah arah dari mana tiupan angin berasal. Bila angin itu datang
dari Selatan, maka arah anginnya adalah utara, datangnya dari laut, dinyatakan
angin laut. Arah angin untuk angin di daerah permukaan biasanya dinyatakan
dalam 16 arah kompas yang dikenal dengan istilah wind rose, sedangkan untuk
angin di daerah atas dinyatakan dengan derajat dimulai dari arah utara bergerak
searah jarum jam sampai di arah yang bersangkutan. Arah angin tiap saat dapat
dilihat dari posisi panah angin (wind vane), atau dari posisi kantong angin (wind
sack). Panah angin umumnya dipasang bersama dengan mangkok anemometer
dengan ketinggian 10 meter. Berdasarkan prinsip bumi yang berotasi, angin
dibedakan sebagai berikut :

2.3.1.1. Angin Laut dan Angin Darat

Angin laut adalah angin yang timbul akibat adanya perbedaan suhu antara
daratan dan lautan. Seperti yang kita ketahui bahwa sifat air dalam melepaskan
panas dari radiasi sinar matahari lebih lambat daripada daratan, sehingga suhu di
laut pada malam hari akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di daratan.
10

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Semakin tinggi suhu, tekanan udara akan semakin rendah. Akibat adanya
perbedaan suhu ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara di atas
daratan dan lautan. Hal inilah yang menyebabkan angin akan bertiup dari arah
darat ke arah laut. Sebaliknya, pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan
pukul 16.00 angin akan berhembus dari laut ke darat akibat sifat air yang lebih
lambat menyerap panas matahari.

2.3.1.2. Angin Lembah

Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak
gunung yang biasa terjadi pada siang hari. Prinsip terjadinya hampir sama dengan
terjadinya angin darat dan angin laut yaitu akibat adanya perbedaan suhu antara
lembah dan puncak gunung.

2.3.1.3. Angin Permukaan

Kecepatan dan arah angin ini dipengaruhi oleh perbedaan yang diakibatkan
oleh material permukaan Bumi dan ketinggiannya. Secara umum, suatu tempat
dengan perbedaan tekanan udara yang tinggi akan memiliki potensi angin yang
kuat. Ketinggian mengakibatkan pusat tekanan menjadi lebih intensif.

Selain perbedaan tekanan udara, material permukaan bumi juga


mempengaruhi kuat lemahnya kekuatan angin karena adanya gaya gesek antara
angin dan material permukaan bumi ini. Disamping itu, material permukaan bumi
juga mempengaruhi kemampuannya dalam menyerap dan melepaskan panas yang
diterima dari sinar matahari. Sebagai contoh, belahan Bumi utara didominasi oleh
daratan, sedangkan selatan sebaliknya lebih di dominasi oleh lautan. Hal ini saja
sudah mengakibatkan angin di belahan Bumi utara dan selatan menjadi tidak
seragam.

2.3.1.4. Angin Musim

Angin musim dibedakan menjadi 2, yaitu angin musim barat dan angin
musim timur. Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang
mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas).
11

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Apabila angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra, maka
angin ini akan mengandung curah hujan yang tinggi. Angin Musim Barat
menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan
Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan
kecepatan minimum 3 m/s.

Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari
Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas). Angin ini
menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau, karena angin melewati
celah- celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria).
Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan
maksimal pada bulan Juli.

2.3.1.5. Angin Topan

Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara
dan selatan. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem
cuaca. Di Indonesia dan daerah lainnya yang sangat berdekatan dengan
khatulistiwa, jarang sekali dilewati oleh angin ini. Angin paling kencang yang
terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di
sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20
Km/jam.

2.3.1.6. Angin Orografi

Angin orografi merupakan angin yang dipengaruhi oleh perbedaan tekanan


antara permukaan tinggi dengan permukaan rendah (angin gunung dan angin
lembah). Pada pagi sampai menjelang siang hari, bagian lereng atau punggung
pegunungan lebih dahulu disinari matahari bila dibandingkan dengan wilayah
lembah. Akibatnya, wilayah lereng lebih cepat panas dan mempunyai tekanan
udara yang rendah, sedangkan suhu udara di daerah lembah masih relatif dingin
sehingga mempunyai tekanan udara yang tinggi. Maka massa udara bergerak dari
12

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

lembah ke lereng atau ke bagian punggung gunung. Massa udara yang bergerak
ini disebut sebagai angin lembah.

Pada malam hari, suhu udara di wilayah gunung sudah sedemikian rendah
sehingga terjadi pengendapan massa udara padat dari wilayah gunung ke lembah
yang masih relatif lebih hangat. Gerakan udara inilah yang disebut angin gunung.

2.3.2. Kondisi Angin


Karena adanya perbedaan suhu dan tekanan antara satu tempat dengan
tempat lain, maka terjadilah pergerakan udara yang disebut angin. Selanjutnya,
jika tidak ada penjelasan lain, istilah "angin" digunakan untuk menggambarkan
pergerakan udara dalam arah horizontal. Angin dicirikan oleh arah dan
kecepatannya. Arah angin dinyatakan dalam derajat. Arah angin utara adalah 360
derajat, angin timur 90 derajat, angin selatan 180 derajat, dan angin barat 270
derajat. Kecepatan angin dinyatakan dalam km/jam, m/s, atau knot (1 knot = 1
mph = 1,8 km/jam).

Di beberapa daerah disebut angin karena ciri khasnya, seperti angin


wambraw di Manokwari, angin brubu di Sulawesi Selatan, angin gending di
Banyuwangi, angin kumbang di Cirebon, dan angin bohorok di Sumatera Utara.
Angin kencang selama beberapa hari, panas dan kering, yang biasanya terjadi
pada musim kemarau yang sangat kering. Angin semacam itu juga banyak
terdapat di daerah lain, misalnya angin taku yakni angin timur laut kuat yang
terdapat di Juneau Alaska yang biasanya bertiup dalam waktu antara bulan
Oktober dan Maret. Di kalangan pelaut dikenal nama angin yang diberikan
menurut kesan pada pelayaran, misalnya angin buritan, angin haluan atau angin
sakal, dan angin lambung. Angin buritan adalah nama angin yang bertiup dari
arah belakang kapal, angin haluan atau angin sakal bertiup dari depan arah kapal,
dan angin lambung bertiup dari arah samping kapal.
13

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Tabel Kondisi Angin

2.4. Turbin Angin

Turbin angin atau kincir angin dalam bahasa sederhana adalah turbin yang
digerakkan oleh angin, yaitu udara yang bergerak melintasi permukaan bumi.
Untuk memanfaatkan energi angin secara efisien, penggunaan turbin angin terus
berkembang, terutama di daerah yang aliran anginnya relatif tinggi sepanjang
tahun. Selama beberapa dekade terakhir, kekhawatiran tentang menipisnya
sumber energi fosil telah mendorong pengembangan dan penggunaan turbin angin
secara luas untuk menggunakan prinsip-prinsip konversi energi untuk memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat. Menilai kondisi angin di suatu daerah dengan
mengukur dan menganalisis kecepatan dan arah angin. Dasar dari alat konversi
energi angin adalah kincir angin. Meskipun masih ada berbagai pengaturan dan
perencanaan, kincir angin secara umum dibagi menjadi dua jenis (horizontal dan
vertikal).
14

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

2.4.1. Bagian-Bagian Turbin Angin

Kincir angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu kincir angin yang berputar
dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal. Umumnya
suatu pembangkit listrik tenaga angin terdiri dari beberapa bagian utama yaitu ;

2.4.1.1. Sudu (Blade/Baling-baling)

Rotor trubin angin yang terdiri dari baling-baling/ sudu dan hub merupakan
bagian dari turbin angin yang berfungsi menerima energi kinetik dari angin dan
merubahnya menjadi energi gerak (mekanik) putar pada poros penggerak. Pada
sebuah turbin angin, baling-baling rotor dapat berjumlah 1, 2, 3 atau lebih.
15

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Gambar Baling-Baling Sumbu Vertikal dan Horizontal

2.4.1.2. Rotor Hub

Hub merupakan bagian dari rotor yang berfungsi menghubungkan sudu denga
shaft (poros) utama.

2.4.1.3. Kontrol Pitch Sudu

Salah satu tipe rotor adalah dengan sudu terpasang variable yang dapat dirubah
sudut serangnya dengan mengatur posisi sudut serang sudu terhadap arah angin
bertiup. Rotor dengan mekanisme demikian disebut dengan rotor dengan pitch
sudu variable. Tidak semua turbin angin menggunakan tipe rotor dengan sudut
sudu variabel.

2.4.1.4. Rem dan Kopling

Rem berfungsi untuk menghentikan putaran poros rotor yang bertujuan untuk
keamanan atau pada saat dilakukan perbaikan. Sedangkan kopling berfungsi untuk
16

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

memindahkan daya poros ke transmisi gearboks atau langsung ke generator,


dengan meredam getaran dari poros rotor serta sebagai salah satu sarana
meluruskan sambungan (alignment).

2.4.1.5. Poros Rotor putaran rendah

Poros rotor berfungsi untuk memindahkan daya dari rotor ke generator , dapat
secara langsung maupun melalui mekanisme transmisi gearboks.

2.4.1.6. Transmisi (Gear Box)

Pada umumnya transmisi di turbin angin berfungsi untuk memindahkan daya dari
rotor ke generator dengan dipercepat putaranya. Hal ini diperlukan karena
umumnya putaran rotor berotasi pada putara rendah , sementara generatornya
bekerja pda putara tinggi.

2.4.1.7. Generator

Generator merupakan komponen terpenting dalam sistem turbin angin, dimana


fungsinya adalah merubah energi gerak (mekanik) putar pada poros penggerak
menjadi energi listrik. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator
dapat berupa alternating current (AC) maupun direct current (DC) dan tegangan
out putnya dapat dari tegangan rendah ( 12 volt) atau sampai tegangan 680 volt
atau lebih.

2.4.1.8. Kontrol Yawing

Pada turbin angin yang relative besar, umumnya sudah menggunakan system
geleng aktif (active yawing system), yang digerakkan oleh motor servo. Kontrol
yawing disini berfungsi menerima input dari sensor anemometer (mendeteksi
kecepatan angin) dan wind direction ( mendeteksi perubahan arah angin), dan
memberikan komando kepada motor servo untuk membelokkan arah shaft turbin
angin dan juga memberikan unputan kepada kontrol pitch.

2.4.1.9. Anemomater Sensor


17

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Anemometer berfungsi untuk mendeteksi/mengukur kecepatan angin, sebagai


inputan kepada system control untuk mengendalikan operasional pada kondisi
optimum.

2.4.1.10. Wind Direction Sensor

Wind direction er berfungsi untuk mendeteksi perubahan arah angin angin,


sebagai inputan kepada system control untuk mengendalikan operasional pada
kondisi optimum.

2.4.1.11. Nasel (Nacelle)

Fungsi nasel adalah untuk menempatkan dan melindungi komponen-komponen


turbin angin, yaitu : generator, gearbox, kopling, rem , kontrol , system geleng
(yawing system).

2.4.1.12. Poros Rotor putaran tinggi

Poros rotor putaran tinggi berfungsi untuk memindahkan daya dari gearboks ke
generator.

2.4.1.13. Roda gigi sistem geleng (Yaw drive)

Fungsi yaw drive adalah untuk menempatkan komponen turbin angin yang berada
diatas menara menghadap optimal terhadap arah angin bertiup mengikuti
perubahan arah angin.

2.4.1.14. Motor servo (Yaw motor)

Fungsi motor yaw adalah untuk menggerakan yaw drive untuk menempatkan
komponen turbin angin yang berada diatas menara menghadap optimal terhadap
arah angin bertiup mengikuti perubahan arah angin.

2.4.1.15. Menara / Tower

Menara merupakan tiang penyangga yang fungsi utamanya adalah untuk


menopang rotor , nasel dan semua komponen turbin angin yang berada di atasnya.
18

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Menara dapat berupa tipe latis (lattice) atau pipa (tubular) , baik yang dibantu
dengan penopang tali pancang maupun yang self supporting.

2.4.1.16. Ekor Pengarah (Tail Vane)

Salah satu sistem orientasi yang pasif (passive yawing) adalah menggunakan ekor
pengarah. Fungsi dari ekor pengarah (tail vane) adalah untuk membelokan posisi
rotor terhadap arah datangnya angin, untuk mengoptimalkan operasional dan
mengamankan dari putaran lebih apabila kecepatan angin telah melebihi
kecepatan cut-out dari turbin angin tersebut.

2.4.2. Jenis Turbin Angin


Berdasarkan fungsi gaya aerodinamis, rotor terbagi menjadi dua, yaitu

a. Rotor tipe drag, memanfaatkan efek gaya hambat atau drag sebagai gaya
penggerak rotor.
b. Rotor tipe lift, memanfaatkan efek gaya angkat sebagai gaya penggerak
rotor. Gaya ini terjadi akibat angin yang melewati profil rotor

Berdasarkan bentuk rotor, turbin angina dibagi menjadi dua tipe, yaitu
turbin angin sumbu mendatar (horizontal axis wind turbine) dan turbin angin
sumbu vertical (vertical axis wind turbine)

2.4.2.1. Turbin Angin Sumbu Horizontal

Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) merupakan turbin yang poros


utamanya berputar menyesuaikan arah angin. Agar rotor dapat berputar dengan
baik, arah angin harus sejajar dengan poros turbin dan tegak lurus terhadap arah
putaran rotor. Biasanya turbin jenis ini memiliki blade berbentuk airfoil seperti
bentuk sayap pada pesawat. Pada turbin ini, putaran rotor terjadi karena adanya
gaya lift (gaya angkat) pada blade yang ditimbulkan oleh aliran angin. Turbin ini
cocok digunakan pada tipe angin sedang dan tinggi, dan banyak digunakan
sebagai pembangkit listrik skala besar.

Jumlah blade pada HAWT bervariasi, mulai dari satu blade, dua blade, tiga
blade, dan banyak blade (multi blade) yang penggunaannya disesuaikan dengan
19

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

kebutuhan dan kondisi angin. Secara umum semakin banyak jumlah blade,
semakin tinggi putaran turbin.

Variasi jumlah blade pada HAWT

Kelebihan HAWT

Memiliki efisiensi yang tinggi, dan cut-in wind speed rendah. Dasar menara
yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat yang
memiliki geseran angin, perbedaan antara laju dan arah angin antara dua titik yang
jaraknya relatif dekat di dalam atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin,
setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.

Kelemahan HAWT

a. Memiliki desain yang lebih rumit karena rotor hanya dapat menangkap
angin dari satu arah sehingga dibutuhkan pengarah angin.
b. Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter
sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20%
dari seluruh biaya peralatan turbin angin.
c. TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat
tinggi dan mahal serta para operator yang trampil.
20

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

d. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah


yang berat, gearbox, dan generator.
e. TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
f. Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu
penampilan landscape/Pemandangan.
g. TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk
membelokkan kincir ke arah angin.

2.4.2.2. Turbin Angin Sumbu Vertikal

Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) merupakan turbin angin sumbu tegak
yang gerakan poros dan rotor sejajar dengan arah angin, sehingga rotor dapat
berputar pada semua arah angin. Ada tiga tipe rotor pada turbin angin jenis ini,
yaitu: Savonius, Darrieus, dan H rotor.

Turbin Savonius memanfaatkan gaya drag sedangkan Darrieus dan H rotor


memanfaatkan gaya lift. Sama halnya seperti HAWT, VAWT juga mempunyai
beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, yaitu memiliki torsi tinggi
sehingga dapat berputar pada kecepatan angin rendah, dinamo atau generator
dapat ditempatkan di bagian bawah turbin sehingga mempermudah perawatan,
tidak bising, dan kerja turbin tidak dipengaruhi arah angin. Kekurangannya yaitu
kecepatan angin di bagian bawah sangat rendah sehingga apabila tidak memakai
tower akan menghasilkan putaran yang rendah, dan efisiensi lebih rendah
dibandingkan HAWT. VAWT awalnya lebih berkembang untuk konversi energi
mekanik, tetapi seiring dengan perkembangan desain, turbin tipe ini banyak
digunakan untuk konversi energi listrik skala kecil.
21

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

(a) H rotor (b) Darrieus rotor (c) Savonius rotor

Kelebihan VAWT

a. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.


b. Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw.
c. Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan
bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
d. TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang
terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan
yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
e. Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak
atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk
diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
f. TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH.
Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10km/jam (6 m.p.h.)
g. TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan
putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih
rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus
sangat kencang.
h. TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi
dilarang dibangun.
22

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

i. TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari


berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin
(seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit),
j. TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
k. Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.

Kelemahan VAWT

a. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.


b. Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw.
c. Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan
bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
d. TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang
terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan
yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
e. Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak
atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk
diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
f. TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH.
Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10km/jam (6 m.p.h.)
g. TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan
putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih
rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus
sangat kencang.
h. TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi
dilarang dibangun.
i. TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari
berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin
(seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit),
j. TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
k. Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.
23

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

2.4.3. Karakteristik Kerja Turbin Angin


Gambar (a) menunjukan pembagian daerah kerja dari turbin angin.
Berdasarkan gambar (a) ini, daerah kerja angin dapat dibagi menjadi 3, yaitu (a)
cut-in speed (b) kecepatan kerja angin rata-rata (kecepatan nominal) (c) cut-out
speed. Secara ideal, turbin angin dirancang dengan kecepatan cut-in yang
seminimal mungkin, kecepatan nominal yang sesuai dengan potensi angin lokal,
dan kecepatan cut-out yang semaksimal mungkin. Namun secara mekanik kondisi
ini sulit diwujudkan karena kompensasi dari perancangan turbin angin dengan
nilai kecepatan maksimal (Vcutoff) yang besar adalah Vcut dan Vrated yang
relatif akan besar pula.

Gambar (a) Karakteristik kerja turbin angin

Penentuan kecepatan angin suatu daerah dapat juga dilakukan dengan


menggunakan metode probalistik distribusi Weibull dalam mengolah kumpulan
data hasil survey seperti yang diperlihatkan pada gambar (b).
24

SMAN 66 JAKARTA │ XII MIPA 1

Gambar (b) Penentuan kecepatan angin rata-rata suatu daerah

2.5. Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin di


Indonesia dan Dunia

Turbin angin

Anda mungkin juga menyukai