DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
KELOMPOK 2
LAPORAN PENDAHULUAN
DEHIDRASI
A. Definisi Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena hilangnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi
karena pengeluaran air lebih banyak dari pada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini
juga disertai dengan hilangnya elektrolit (Mentes & Kang, 2013).
B. Penyebab Dehidrasi
a. Luka Bakar
Luka bakar menyebabkan rusaknya kulit, jaringan, dan pembuluh darah setempat.
Pembuluh darah yang rusak dapat mengakibatkan keluarnya cairan dan
elektrolit.Semakin luas luka bakar, semakin banyak cairan dan elektrolit yang keluar.
b. Gastroenteritis
Diare adalah penyebab paling sering pada kasus dehidrasi. Pada diare yang
disertai muntah, dehidrasi akan semakin progresif. Dehidrasi karena diare menjadi
penyebab utama kematian bayi dan anak di dunia.
c. Stomatitis dan Faringitis
Rasa nyeri mulut dan tenggorokan dapat membatasi asupan makanan dan
minuman lewat mulut.
d. Ketoasidosis diabetes (KAD)
KAD disebabkan karena adanya diuresis osmotic. Berat badan turun akibat
kehilangan cairan dan katabolisme jaringan.
e. Demam
Demam dapat meningkatkan IWL dan menurunkan nafsu makan.
C. Klasifikasi Dehidrasi
Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut: (Hidayat &
Uliah, 2015).
1. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Pengeluaran atau kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
- Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
- Hipotensi.
- Turgor kulit buruk.
- Oliguria.
- Nadi dan pernapasan meningkat.
- Kehilangan cairan mencapai >10% BB.
2. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
- Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
- Mata cekung
3. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 liter.
D. Derajat Dehidrasi
Menurut Leksana (2015), dehidrasi dapat dikategorikan menjadi beberapa derajat
dehidrasi, yaitu:
1. Dehidrasi ringan : kehilangan air 5% dari berat badan.
2. Dehidrasi sedang : kehilangan air 10% dari berat badan.
3. Dehidrasi berat : kehilangan air 15% dari berat badan.
E. Penatalaksanaan Dehidrasi
1. Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai dengan berat
badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak diketahui).
2. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat
sebelumnya.
3. Berikan zinc dengan dosis yang tepat untuk anak
4. Berikan terapi cairan intravena jika anak mengalami diare dehidrasi berat
5. Pemberian anti muntah diperbolehkan dalam kondisi muntah profus.
6. Tanpa dehidrasi : cairan rumah tangga, ASI oralit diberikan tiap BAB atau muntah
dengan dosis :
a. < 1 tahun : 50-100 cc
b. 1-5 tahun : 100-200 cc
c. > 5 tahun : semaunya
7. Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang)
a. Oralit 75 cc/kg/4 jam dilanjutkan pemberian cairan tiap BAB.
b. Bisa peroral, NGT, parenteral.
c. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan RL atau ringer asetat 100
cc/kgBB :
- < 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam 1 jam I, 70 cc/kgBB dalam 5 jam
- > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam I, 70 cc/kgBB dalam 2½ jam
ASUHAN KEPERAWATAN DEHIDRASI
Skenario Kasus
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa oleh ibunya kepelayanan kesehatan dengan
keluhan muntah dan berak. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan berat badan anak 7 kg,
N=160 x/menit, RR=35 x/menit, TD= tidak terkaji, turgor kulit kembali lambat. Mata pasien
cowong (cekung kedalam). Muntah berak sudah 3 hari, mukosa bibir kering, pasien tampak
lemas dan rewel, output urin 100 cc dalam 24 jam.
Penatalaksanaan :
Jawab :
Sedang = 6-9% x BB kg
1. Pengkajian
1) Primary Survey
Keluhan utama muntah berak sejak tiga hari yang lalu
Airway :
Tidak ada obstruksi pada jalan pernafasan
Breathing :
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan simetris, tidak ada retraksi intercostal
b. Palpasi : Tidak ada benjolan, vocal premitus kiri dan kanan (+)
c. Perkusi : Suara paru sonor
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler
Circulation :
a. Kesadaran umum : Lemas dan rewel, turgor kulit kembali lambat, mukosa bibir
kering, mata cowong, output urin 100 cc dalam 24 jam
b. TD : tidak terkaji, N : 160 x/menit, RR : 35 x/menit, BB : 7 kg
Disability :
Pemeriksaan ekstremitas : Tidak ada edema dan luka pada ekstremitas
2) Secondary Survey
a. Histori atau kronologi kejadian
Pasien ini sudah mengalami muntah berak (muntaber) selama 3 hari.
b. Head to toe
- Penampilan atau keadaan umum : klien terlihat lemas dan rewel
- Tanda-tanda vital :
RR: 35 x/menit
N: 160 x/menit
c. Pengukuran antopometri
BB: 7 kg
d. Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada benjolan, ubun-ubun normal
e. Rambut : hitam, bersih
f. Mata : cowong (masuk kedalam), konjungtiva anemis, air mata tidak kering
g. Hidung : tidak ada secret, tidak memakai selang oksigen dan NGT
h. Telinga : kemampuan mendengar normal, simetris tubuh, tidak adanyeri, tidak ada
secret
i. Mulut : mukosa bibir kering
j. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pengkatan JVP
k. Dada dan thoraks : pergerakan dada dan thoraks simetris, tidak Nampak
penggunaan otot bantu pernapasan
l. Abdomen
- Inspeksi : tidak ada luka, bentuk simetris
- Auskultasi : bising usus >20 x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : hipertimpani
j. Genital : tidak menggunakan kateter serta tidak mengalami iritasi pada daerah
pantat.
k. Anal : tidak mengalami kemerahan.
l. Ekstremitas : kuku bersih, turgor kulit kembali lambat, akral hangat.
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Kimia Darah (BMP) – Untuk mengetahui setiap ketidakseimbangan
elektrolit yang terjadi (K, Na,Cl, Bikarbonat) yang tentunya akan membutuhkan
terapi penggantian cairan. Selain itu untuk mengetahui fungsi ginjal (BUN dan
Kreatinin).
b. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan CMP (Comprehensive Metabolic Panel),
Magnesium dan fosfat juga akan dilakukan untuk mengetahui kadar Magnesium
dan Fosfor yang mana tidak akan didapatkan dalam pemeriksaan BMP.
c. Pemeriksaan UA (Urine Analysis) – Untuk mengetahui konsentrasi urine, terutama
ketika terjadi infeksi.
d. Pemeriksaan Darah Lengkap (CBC) – Terutama H/H (Hemoglobin/ Hematokrit).
Hematokrit biasanya akan mengalami peningkatan ketika dehidrasi.
e. Pemeriksaan Gula Darah (GD) – Untuk mendapatkan nilai gula darah, terutama jika
pasien memilikiri wayat diabetes.
f. Pemeriksaan Urine dan atau Osmolalitas Darah – Untuk mengevaluasi lebih lanjut
keseimbangan cairan.
2. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
TELAAH JURNAL
a. PICO
- P (Problem) : Dehidrasi
- I (Intervention) : Pemberian Madu
- C (Comparative) : -
- O (Outcome) : Mengurangi dehidrasi
b. Metode / Strategi Penelitian : Google Scholar / Pendekatan quasi experiment pre test and
post test nonequivalent without control group.
d. Diskusi Kelompok
Menurut diskusi kelompok kami pemberian madu pada usia anak yang mengalami diare
dapat bermanfaat dalam menurunkan frekuensi diare anak, karena madu memiliki
kandungan antibakteri, antiinflamasi, dan antivirus yang dapat mengatasi diare. Madu
memiliki banyak kandungan didalamnya, diantaranya yaitu karbohidrat, protein, mineral,
vitamin B kompleks dan vitamin C. Beberapa manfaat vitamin C pada madu yaitu
terdapat sifat sebagai anti inflamasi, anti bakteri, anti viral dan anti oksidan yang berguna
untuk mengatasi bakteri dan virus penyebab diare (Vallianou, Gounari, Skourtis,
Panagos, & Kazazis, 2014).
e. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemberian madu dengan ORS selama 3 bulan pengambilan data, dapat
kesimpulan bahwa intervensi ini efektif mengurangi frekuensi diare anak balita sehingga
dapat diaplikasikan di ruang rawat inap anak.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. 2013. Nusing
Interventions Classification (NIC). America: Elsivier.
Herdman, T., & Kamitusuru, S. 2018. NANDA-I. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.J akarta: EGC.
Hidayat, A. Alimul Aziz dan Uliah, Musrifatul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2-Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kramer, M.S. & Kakuma, R. 2012. Optional Duration of Exclusive Breastfeeding (review). The
Cochrane Library.
Leksana, E. 2015.Dehidrasi dan Syok. CDK-228, 42 (5): 394.
Leksana, Eri. 2013. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. Universitas Diponegoro.
Mentes, J.C, Kang, S. 2013. Hydration Management. Journal of Gerontological Nursing, 39 (2),
11-19.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) Fifth Edition. America: Elsivier.
Rifka Putri Andayani. Madu sebagai Terapi Komplementer Mengatasi Diare pada Anak Balita.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mercubaktijaya Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Jurnal
Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal). 7 (1) 2020: 64-68