Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DEHIDRASI

Dosen Pengampu : Hanura Aprilia, Ns., M. Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN REGULER


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH BANJARMASIN
2020/2021
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Nur Intan Lestia (1814201110049)

Nurul Apriliana Hasanah (1814201110051)

Raihan Pramesti Luhur (1814201110056)

Ranti Ardianti (1814201110058)

Renaldy Rahman (1814201110059)

Rida Isdayani (1814201110062)

Rizal Rifai (1814201110065)

Safarina Dewi (1814201110066)

Siti Ardianti (1814201110069)

Sri Fatmawati (1814201110072)

Tri Hariyani (1814201110076)

Wan Azlina Noor R. O (1814201110079)

LAPORAN PENDAHULUAN
DEHIDRASI
A. Definisi Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena hilangnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi keduanya. Dehidrasi terjadi
karena pengeluaran air lebih banyak dari pada jumlah yang masuk, dan kehilangan cairan ini
juga disertai dengan hilangnya elektrolit (Mentes & Kang, 2013).

B. Penyebab Dehidrasi
a. Luka Bakar
Luka bakar menyebabkan rusaknya kulit, jaringan, dan pembuluh darah setempat.
Pembuluh darah yang rusak dapat mengakibatkan keluarnya cairan dan
elektrolit.Semakin luas luka bakar, semakin banyak cairan dan elektrolit yang keluar.
b. Gastroenteritis
Diare adalah penyebab paling sering pada kasus dehidrasi. Pada diare yang
disertai muntah, dehidrasi akan semakin progresif. Dehidrasi karena diare menjadi
penyebab utama kematian bayi dan anak di dunia.
c. Stomatitis dan Faringitis
Rasa nyeri mulut dan tenggorokan dapat membatasi asupan makanan dan
minuman lewat mulut.
d. Ketoasidosis diabetes (KAD)
KAD disebabkan karena adanya diuresis osmotic. Berat badan turun akibat
kehilangan cairan dan katabolisme jaringan.
e. Demam
Demam dapat meningkatkan IWL dan menurunkan nafsu makan.

C. Klasifikasi Dehidrasi
Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut: (Hidayat &
Uliah, 2015).
1. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Pengeluaran atau kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
- Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
- Hipotensi.
- Turgor kulit buruk.
- Oliguria.
- Nadi dan pernapasan meningkat.
- Kehilangan cairan mencapai >10% BB.
2. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
- Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
- Mata cekung
3. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 liter.

D. Derajat Dehidrasi
Menurut Leksana (2015), dehidrasi dapat dikategorikan menjadi beberapa derajat
dehidrasi, yaitu:
1. Dehidrasi ringan : kehilangan air 5% dari berat badan.
2. Dehidrasi sedang : kehilangan air 10% dari berat badan.
3. Dehidrasi berat : kehilangan air 15% dari berat badan.

E. Penatalaksanaan Dehidrasi
1. Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai dengan berat
badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak diketahui).
2. Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat
sebelumnya.
3. Berikan zinc dengan dosis yang tepat untuk anak
4. Berikan terapi cairan intravena jika anak mengalami diare dehidrasi berat
5. Pemberian anti muntah diperbolehkan dalam kondisi muntah profus.
6. Tanpa dehidrasi : cairan rumah tangga, ASI oralit diberikan tiap BAB atau muntah
dengan dosis :
a. < 1 tahun : 50-100 cc
b. 1-5 tahun : 100-200 cc
c. > 5 tahun : semaunya
7. Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang)
a. Oralit 75 cc/kg/4 jam dilanjutkan pemberian cairan tiap BAB.
b. Bisa peroral, NGT, parenteral.
c. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan RL atau ringer asetat 100
cc/kgBB :
- < 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam 1 jam I, 70 cc/kgBB dalam 5 jam
- > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam I, 70 cc/kgBB dalam 2½ jam
ASUHAN KEPERAWATAN DEHIDRASI

Skenario Kasus

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa oleh ibunya kepelayanan kesehatan dengan
keluhan muntah dan berak. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan berat badan anak 7 kg,
N=160 x/menit, RR=35 x/menit, TD= tidak terkaji, turgor kulit kembali lambat. Mata pasien
cowong (cekung kedalam). Muntah berak sudah 3 hari, mukosa bibir kering, pasien tampak
lemas dan rewel, output urin 100 cc dalam 24 jam.

Penatalaksanaan :

Diketahui : BB = 7 kg, dehidrasi sedang (6-9%)

Jawab :

Sedang = 6-9% x BB kg

= (6% x 7 kg) s.d (9% x 7 kg)

= (0,42 L) s.d (0,63 L)

Kebutuhan cairan = 0,42 – 0,63 L/24 jam

Cara Pemberian : 8 jam pertama dan 16 jam berikutnya

1. Pengkajian
1) Primary Survey
Keluhan utama muntah berak sejak tiga hari yang lalu
Airway :
Tidak ada obstruksi pada jalan pernafasan
Breathing :
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan simetris, tidak ada retraksi intercostal
b. Palpasi : Tidak ada benjolan, vocal premitus kiri dan kanan (+)
c. Perkusi : Suara paru sonor
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler
Circulation :
a. Kesadaran umum : Lemas dan rewel, turgor kulit kembali lambat, mukosa bibir
kering, mata cowong, output urin 100 cc dalam 24 jam
b. TD : tidak terkaji, N : 160 x/menit, RR : 35 x/menit, BB : 7 kg
Disability :
Pemeriksaan ekstremitas : Tidak ada edema dan luka pada ekstremitas

2) Secondary Survey
a. Histori atau kronologi kejadian
Pasien ini sudah mengalami muntah berak (muntaber) selama 3 hari.
b. Head to toe
- Penampilan atau keadaan umum : klien terlihat lemas dan rewel
- Tanda-tanda vital :
RR: 35 x/menit
N: 160 x/menit
c. Pengukuran antopometri
BB: 7 kg
d. Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada benjolan, ubun-ubun normal
e. Rambut : hitam, bersih
f. Mata : cowong (masuk kedalam), konjungtiva anemis, air mata tidak kering
g. Hidung : tidak ada secret, tidak memakai selang oksigen dan NGT
h. Telinga : kemampuan mendengar normal, simetris tubuh, tidak adanyeri, tidak ada
secret
i. Mulut : mukosa bibir kering
j. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pengkatan JVP
k. Dada dan thoraks : pergerakan dada dan thoraks simetris, tidak Nampak
penggunaan otot bantu pernapasan
l. Abdomen
- Inspeksi : tidak ada luka, bentuk simetris
- Auskultasi : bising usus >20 x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : hipertimpani
j. Genital : tidak menggunakan kateter serta tidak mengalami iritasi pada daerah
pantat.
k. Anal : tidak mengalami kemerahan.
l. Ekstremitas : kuku bersih, turgor kulit kembali lambat, akral hangat.

3) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Kimia Darah (BMP) – Untuk mengetahui setiap ketidakseimbangan
elektrolit yang terjadi (K, Na,Cl, Bikarbonat) yang tentunya akan membutuhkan
terapi penggantian cairan. Selain itu untuk mengetahui fungsi ginjal (BUN dan
Kreatinin).
b. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan CMP (Comprehensive Metabolic Panel),
Magnesium dan fosfat juga akan dilakukan untuk mengetahui kadar Magnesium
dan Fosfor yang mana tidak akan didapatkan dalam pemeriksaan BMP.
c. Pemeriksaan UA (Urine Analysis) – Untuk mengetahui konsentrasi urine, terutama
ketika terjadi infeksi.
d. Pemeriksaan Darah Lengkap (CBC) – Terutama H/H (Hemoglobin/ Hematokrit).
Hematokrit biasanya akan mengalami peningkatan ketika dehidrasi.
e. Pemeriksaan Gula Darah (GD) – Untuk mendapatkan nilai gula darah, terutama jika
pasien memilikiri wayat diabetes.
f. Pemeriksaan Urine dan atau Osmolalitas Darah – Untuk mengevaluasi lebih lanjut
keseimbangan cairan.

2. Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi Problem

S: Kehilangan cairan aktif Defisien Volume Cairan


u klien mengatakan muntah berak sudah 3 (Domain 2. Kelas 5. Kode Diagnosis
ri. 00027)
O:
Pasien merasa lemas dan rewel.
Turgor kulit kembali lambat.
Mata pasien cowong (cekung kedalam).
Mukosa bibir kering.
Output urine 100 cc dalam 24 jam.
TTV :
- N : 160 x/menit
- RR : 35 x/menit
- BB : 7 kg
S:
u klien mengatakan muntah berak sudah 3
ri.
O:
Pasien merasa lemas dan rewel.
Turgor kulit kembali lambat. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
Ketidakmampuan kebutuhan tubuh
Mata pasien cowong (cekung kedalam).
mengabsorbsi nutrien (Domain 2. Kelas 1. Kode diagnosis
Mukosa bibir kering.
00002)
Output urine 100 cc dalam 24 jam.
TTV :
- N : 160 x/menit
- RR : 35 x/menit
- BB : 7 kg

3. Tujuan dan Intervensi Keperawatan


1) Defisien Volume Cairan

Tujuan Intervensi

telah dilakukan tindakan Manajemen Cairan (NIC, 4120 )


perawatan selama 31-45 menit 1. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
harapkan`pasien akan menunjukkan
seimbangan cairan dengan kriteria 2. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output
sil : 3. Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut
Keseimbangan Cairan, NOC 0601 ) nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik)
a. Turgor kulit baik 4. Monitor tanda-tanda vital pasien
b. Kelembaban membran mukosa 5. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori
c. Berat badan stabil harian
d. Tanda-tanda vital dalam batas Kebutuhan cairan = 0,42 – 0,63 L/24 jam
normal Cara Pemberian : 8 jam pertama dan 16 jam berikutnya
6. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
7. Berikan cairan dengan tepat
8. Monitor status gizi
9. Tingkatkan asupan oral yang sesuai
10.Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik
11.Tawarkan makanan ringan misalnya buah-buahan segar/jus buah
12.Monitor reaksi pasien terhadap terapi yang diberikan

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan Intervensi

telah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (NIC,1100)


perawatan selama 31-45 menit 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
harapkan pasien menunjukkan status kebutuhan gizi
trisi yang adekuat dengan kriteria 2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan
sil : 3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
atus Nutrisi (NOC, 1004) jenis nutrisi yang dibutuhkan pasien
a. Adanya peningkatan berat 4. Berikan obat-obatan sebelum makan misalnya antiemetik jika
badan sesuai dengan tujuan diperlukan
b. Tidak ada tanda-tanda 5. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu
malnutrisi
yang cocok untuk dikonsumsi secara optimal
c. Asupan gizi dan makanan baik
6. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
d. Asupan cairan baik
7. Monitor kalori dan asupan makanan

Monitor Nutrisi (NIC, 1160)

1. Timbang berat badan pasien


2. Identifikasi perubahan berat badan terakhir
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor adanya mual dan muntah
5. Identifikasi abnormalitas eliminasi bowel
6. Identifikasi perubahan nafsu makan
7. Lakukan evaluasi kemampuan menelan
8. Mulai tindakan sesuai kebutuhan

TELAAH JURNAL

a. PICO
- P (Problem) : Dehidrasi
- I (Intervention) : Pemberian Madu
- C (Comparative) : -
- O (Outcome) : Mengurangi dehidrasi

b. Metode / Strategi Penelitian : Google Scholar / Pendekatan quasi experiment pre test and
post test nonequivalent without control group.

c. Hasil penelusuran bukti / telaah jurnal

Jurnal Validity Important Applicable

Rifka putri  Tujuan : Penelitian ini  Karakteristik subyek :  Discussion :


andayani bertujuan untuk - Karakteristik Menurut diskusi kelompok kami
mengetahui efektifitas responden berdasarkan pemberian madu pada usia anak
Madu madu terhadap usia adalah usia anak balita yang mengalami diare
sebagai frekuensi diare anak mengalami diare 24,25 dapat bermanfaat dalam
erapi balita. bulan. menurunkan frekuensi diare
komplementer - Karakteristik anak balita, karena madu
mengatasi  Desain : Penelitian ini berdasarkan distribusi memiliki kandungan antibakteri,
Diare pada quasi experiment pre frekuensi berdasarkan antiinflamasi, dan antivirus yang
anak Balita test and post test sosial ekonomi, dapat mengatasi diare.
Jurnal nonequivalent without pendidikan ibu dan
Kesehatan control group. kebiasaan mencuci  Karakteristik pasien : Terdiri
perintis tangan. Berdasarkan dari usia anak, jenis kelamin
(Perintis’s sosial ekonomi adalah anak, sosial ekonomi pada
 Sampel : Populasi
Health < Rp. 2.000.000 yaitu keluarga, pendidikan dari
dalam penelitian adalah
Journal) 7 (1) 12 responden (60%) orangtua, dan kebiasaan ibu atau
balita yang dirawat di
2020 : 64-68 dan > Rp. 2.000.000 pengasuh dalam mencuci
RSI Siti Rahmah
ISSN: 2622- yaitu 8 responden tangan, serta lembar observasi
Padang.
4135 (40%). Berdasarkan yang digunakan untuk melihat
 Besar sampel : Jumlah
pendidikan ibu adalah perkembangan frekuensi diare
20 responden.
tidak tamat SD yaitu 2 dalam 24 jam, lama hari rawat,
responden (10%), dan madu yang diberikan
 Kriteria inklusi: Anak
pendidikan dasar yaitu dengan cara memberi tanda
usia 1-5 tahun dengan
diare akut, anak 10 responden (50%), check list pada kolom yang
dirawat tanpa dehidrasi pendidikan menengah disediakan.
atau anak dengan yaitu 4 responden
dehidrasi ringan atau (20%), dan pendidikan  Fasilitas : Menurut kami rumah
sedang, dan hari rawat tinggi yaitu 4 sakit atau pelayanan kesehatan
pertama. responden (20%). lainnya dapat dengan mudah
Berdasarkan kebiasaan mendapatkan atau menyediakan
mencuci tangan adalah madu bahkan di rumah dapat
 Kriteria eksklusi : Anak
tidak mencuci tangan juga menyediakan madu ketika
mengalami muntah,
yaitu 0 responden dibutuhkan untuk mengobati.
alergi dengan madu,
(0%), kadang-kadang Selain mampu untuk mengatasi
serta dengan penyakit
yaitu 19 responden diare, madu juga banyak
penyerta lainnya.
(95%), dan mencuci digunakan untuk penyembuhan
tangan yaitu 1 luka salah satunya adalah luka
 Randomisasi :
responden (5%). pada pasien diabetes mellitus
Jumlah sampel yaitu 20 - Karakteristik (Putra & Andriani, 2017).
anak. Populasi pada berdasarkan rerata
penelitian ini adalah frekuensi diare
 Biaya : Untuk membeli madu
balita yang dirawat di sebelum sesudah
memang harus memerlukan
RSI Siti Rahmah diberikan madu adalah
uang yang cukup mahal. Tapi
Padang. Intervensi rerata karakteristik
untuk kesehatan terutama pada
dilakukan dengan responden dilihat dari
anak balita yang diare sebaiknya
memberikan madu 3 frekuensi diare anak
setiap rumah menyediakan
kali sehari dan saat sebelum diberi
madu untuk pengobatan.
diberikan sebanyak 5 madu 8,15 kali dan
ml pada anak. sesudah diberi madu
Intervensi ini frekuensi diare menjadi
dilakukan mulai dari 3,55 kali.
anak dirawat sampai - Karakterisktik
anak dinyatakan boleh berdasarkan perbedaan
pulang. frekuensi diare
sebelum dan sesudah
diberikan madu adalah
 Pengukuran :
berdasarkan frekuensi
Jumlah sampel yaitu 20
diare sebelum
anak. Kuesioner
diberikan madu yaitu 8,
merupakan alat
15 dan berdasarkan
pengumpulan
frekuensi diare sesudah
data pada penelitian ini.
diberikan madu yaitu 3,
Kuesioner berisi
55 dengan nilai p
karakteristik responden
Value 0,001 atau
yang terdiri dari usia
terdapat signifikan
anak, jenis kelamin
terhadap frekuensi
anak, sosial ekonomi
diare sebelum dan
pada keluarga,
setelah diberikan madu
pendidikan dari
(p<0,05).
orangtua, dan
 Beda mean : 4,6
kebiasaan ibu atau
pengasuh dalam  Nilai P : (p<0,001)

mencuci tangan, serta


lembar observasi yang
digunakan untuk
melihat perkembangan
frekuensi diare dalam
24 jam, lama hari
rawat, dan madu yang
diberikan dengan cara
memberi tanda check
list pada kolom yang
disediakan.

d. Diskusi Kelompok
Menurut diskusi kelompok kami pemberian madu pada usia anak yang mengalami diare
dapat bermanfaat dalam menurunkan frekuensi diare anak, karena madu memiliki
kandungan antibakteri, antiinflamasi, dan antivirus yang dapat mengatasi diare. Madu
memiliki banyak kandungan didalamnya, diantaranya yaitu karbohidrat, protein, mineral,
vitamin B kompleks dan vitamin C. Beberapa manfaat vitamin C pada madu yaitu
terdapat sifat sebagai anti inflamasi, anti bakteri, anti viral dan anti oksidan yang berguna
untuk mengatasi bakteri dan virus penyebab diare (Vallianou, Gounari, Skourtis,
Panagos, & Kazazis, 2014).

e. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemberian madu dengan ORS selama 3 bulan pengambilan data, dapat
kesimpulan bahwa intervensi ini efektif mengurangi frekuensi diare anak balita sehingga
dapat diaplikasikan di ruang rawat inap anak.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. 2013. Nusing
Interventions Classification (NIC). America: Elsivier.
Herdman, T., & Kamitusuru, S. 2018. NANDA-I. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.J akarta: EGC.
Hidayat, A. Alimul Aziz dan Uliah, Musrifatul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2-Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kramer, M.S. & Kakuma, R. 2012. Optional Duration of Exclusive Breastfeeding (review). The
Cochrane Library.
Leksana, E. 2015.Dehidrasi dan Syok. CDK-228, 42 (5): 394.
Leksana, Eri. 2013. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. Universitas Diponegoro.
Mentes, J.C, Kang, S. 2013. Hydration Management. Journal of Gerontological Nursing, 39 (2),
11-19.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) Fifth Edition. America: Elsivier.
Rifka Putri Andayani. Madu sebagai Terapi Komplementer Mengatasi Diare pada Anak Balita.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mercubaktijaya Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Jurnal
Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal). 7 (1) 2020: 64-68

Anda mungkin juga menyukai