Anda di halaman 1dari 13

Kelompok:

•Akbar Razaq Putra (30701501583)


•Abd. Azzam Izzuddin (30701401399)
•Syahdan Farhani J ( 30701601973)
•Yopi Dwi Harwanto ( 30701601995)
•Yusuf Handoko W ( 30701602000)
•M. Jovan R ( 30701602006)
LATAR BELAKANG
Dewasa ini kekerasan terhadap anak yang
diantaranya kekerasan verbal marak terjadi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tentunya hal ini
memiliki dampak terhadap mental atau psikis anak.
Kasus tentang kekerasan verbal sudah marak
terjadi di tengah-tengan masyarakat kita. Ketika anak
berbuat salah atau melakukan hal yang tidak disukai
terkadang kita kerap memarahi, membentak, bahkan
membandingkan dengan anak lain.
LATAR BELAKANG
Kekerasan anak di Indonesia semakin meningkat
setiap tahunnya. Tahun 2007 dilaporkan 1.510 anak
mengalami kekerasan, tahun 2008 ada 1826, tahun
2009 sebanyak 1998, dan di tahun 2010 semakin
meningkat yaitu 2044 jumlah kasus kekerasan
terhadap anak di Indonesia
(http://metro.vivanews.com).
Tahun 2011 dilaporkan dari bulan Januari hingga
April, jumlah korban kekerasan anak sudah mencapai
435 jiwa. Data ini diperoleh dari Komnas Perlindungan
Anak Indonesia (http://nasional.kompas.com)
PEMBAHASAN
 Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi utama
dalam kehidupan anak.
 Dikarenakan pola asuh sangat berpengaruh dalam
pembentukan karakter dan mental anak, Dalam
mendidik anak baik ortu maupun harus memberikan
pendidikan dan pola asuh yang baik kepada anak.
Bentuk-bentuk kekerasan verbal yang dilakukan
orang tua pada anak di Kelurahan Kebondalem Kendal
contohnya adalah membentak dan melampiaskan
amarahnya ke anak, seperti misalnya pernyataan
dibawah ini:
“…Dibentak ya kaya tadi itu “Jadi anak kok nakal,
nggak mau nurut sama mama…”.
“…Iya dimarahi. Nggak tau apa- apa ikut dimarahi,
padahal kan masih kecil. Mungkin seperti itu. anaknya
jadi pelampiasan amarah…”.
Kekerasan verbal adalah kekerasan terhadap
perasaan menggunakan kata-kata dengan kata-kata
yang kasar tanpa menyentuh fisiknya. Kata-kata
yang memfitnah, kata-kata yang mengancam,
menakutkan, menghina, atau membesar-besarkan
kesalahan orang lain (Sutikno, 2010).

Dampak jangka panjang yang terjadi dari


kekerasan verbal pada anak adalah menimbulkan
rantai kekerasan pada keluarga. Hasil tersebut
sesuai dengan hasil penelitian terkait yang sudah
dilakukan oleh Munawati, yaitu akibat lain dalam
jangka panjang yaitu anak yang mendapatkan
kekerasan verbal dapat melakukan hal yang sama
kelak kemudian hari terhadap anak-anaknya saat
mereka menjadi orang tua.
Menurut hasil pengaduan yang diterima KOMNAS
Perlindungan Anak (2006), diantara pemicu terjadinya
kekerasan terhadap anak adalah :
1) Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu terjadinya kekerasan
yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang
lainnya. Anak sering kali menjadi sasaran kemarahan
orang tua.
2) Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan
sebagaimana seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah
sebagai pemimpin keluarga dan peran ibu sebagai sosok
yang membimbing dan menyayangi,
3) Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan
ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan
himpitan ekonomi adalah faktor yang banyak terjadi,
4) Pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga.
Orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang
tidak tahu apa-apa. Dengan demikian pola asuh apapun
berhak dilakukan oleh orang tua.
Unicef (1986) Factor yang menyebabkan terjadinya
kekerasan verbal adalah;
 Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku,
autisme, terlalu lugu sehingga kerap memancing
emosi orang tua ataupun guru dalam mendidik
 Kemiskinan keluarga (banyak anak).
 Keluarga pecah (broken Home) akibat perceraian,
 Keluarga yang belum matang secara psikologis,
ketidak mampuan mendidik anak, anak yang tidak
diinginkan (Unwanted Child) atau anak lahir diluar
nikah.
 Kondisi lingkungan yang buruk,.
 Kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik
anak.
Dampak Kekerasan
Terhadap Anak
Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi berupa:
 Hilangnya kepercayaan diri pada anak.
 Muncul perasaan tidak berdaya pada anak.
 Prestasi yang terus menurun.
 Lemahnya daya kreativitas anak
 Muncul kecemasan dalam diri anak. Anak yang sering
dibandingkan dengan anak lain, sering dimarahi dan
sering mendapat teguran yang salah akan merasa cemas
dan was-was berlebih.
 Anak kesulitan berhubungan dengan teman sebaya karena
hilang kepercayaan dirinya
 Murung/Depresi
 Memudah menangis.
RENCANA INTERVENSI
Intervensi Preventif
 Pertama, Primary prevention. Metode/pendekatan ini lebih ditujukan kepada
seluruh anggota masyarakat dan dilakukan sebelum perlakuan salah dan
penelantaran anak terjadi. Cara-cara yang efektif untuk melaksanakan
metode ini dapat dimulai pada tingkat awal melalui lembaga Upaya
Pencegahan Kekerasan terhadap Anak sekolah
 Kedua, Secondary prevention. Sasaran metode prevensi sekunder adalah
individu-individu yang diperkirakan sangat mungkin memiliki kesulitan
menjadi orang tua yang baik, karenanya sangat membutuhkan pelayanan.
Prevensi sekunder ditujukan terutama kepada orang tua yang pernah
melakukan perlakuan salah baik verbal maupun non verbal
POSTER
SUMBER REFRENSI:
 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Vol 9,Edisi 2 (2015): ISSN 1693-1602
 JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman
22 – 29
 Munawati. (2011). Hubungan Verbal Abuse dengan Perkembangan
Kognitif pada Anak Usia Prasekolah di RW 04 Kelurahan Rangkapan
Jaya Baru Depok. Jakarta: Skripsi S-1 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan: Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai