Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL KAMPANYE

STOP! KEKERASAN PADA ANAK

Disusun oleh:

1. Tsania Zakiyatus Salsabila (106120005)


2. Anni Sahrul Natasya (106120002)
3. Much.Ahmad Saebani (106120049)
4. Callista Zafirah (106120061)
5. Rya Nurmalita Sari (106120053)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI


FAKULTAS KOMUNIKASI DAN DIPLOMASI
UNIVERSITAS PERTAMINA
2021
A. Latar Belakang
Pada sekarang ini, kekerasan kepada anak di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat.
Tidak hanya terjadi di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang namun kekerasan pada
anak juga terjadi di pedesaan. Kekerasan kepada anak tidak selau dengan kekerasan fisik
namun terdapat juga kekerasan secara perkataan atau verbal.
Verbalisme berasal dari kata Latin. Verbum artinya adalah perkataan atau ucapan.
Verbally abusive atau biasa disebut verbal abuse merupakan kekerasan yang terjadi secara
verbal. Verbal abuse perilaku kekerasan yang dilakukan secara lisan dan dianggap kasar
seperti mengancam. Bisa mengancam anak, memaki-maki anak, menyindir anak, mengancam
untuk keluar rumah, memanggil anak dengan sebutan seperti : bodoh, jelek dan tidak
berguna Chang et al,(2008).
Menurut Noh & Talaat (2012) macam-macam bentuk dari verbal abuse yaitu seperti
memanggil dengan panggilan bodoh, menolak anak seperti: “menyesal saya telah
melahirkanmu.”, “saya harap kamu tidak ada dan tidak pernah saya lahirkan”, “kamu bodoh,
kamu bau, kamu jelek. orangtua yang berteriak kencang pada anaknya, membuat pernyataan
mengejek atau menyindir sehingga anak merasa bahwa ia diremehkan.
Verbal abuse dinilai lebih berbahaya daripada kekerasan fisik karena verbal abuse ini
menyerang emosional dan mental anak menurut Noh & Talaat (2012). Didukung dari
penelitian yang dilakukan oleh Brendgen et al (2006) dalam Noh& Talaat (2012) yang
mengatakan bahwa verbal abuse mencakup keseluruhan dan secara luas dari kekerasan
psikologis pada anak.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dari verbal abuse adalah kekerasan melalui lisan
yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dalam bentuk makian, memanggil anak selain
Namanya, pemberian label negative pada anak, mengancam anak, memarahi anak itu sendiri
(sampai teriak-teriak).
Dampak dari verbal abuse sangat berpengaruh terhadap mental anak, karena dapat
sebabkan kehilangan dasar dalam kehidupannya juga akan sangat berdampak lebih parah lagi
di kehidupan masa depannya. Seperti gagal dalam belajar, gangguan emosional, konsep diri
yang buruk, pasif dan mengurung diri, menurut Suharto dalam Huraerah (2012).
Ada banyak hal yang menyebabkan orang melakukan kekerasan verbal/psikis. Bisa
dikarenakan karena rasa ketidakamanan yang ada di dirinya. Yang mana rasa tidak aman itu
membuat seseorang melakukan kekerasan kepada orang lain. Bisa jadi juga dia dibentuk dan

dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap kekerasan secara verbal itu merupakan
hal yang lazim.
Ucapan-ucapan bernada menghina dan merendahkan terekam dalam memori ingatan
anak. Walau dampaknya melalui proses, semakin lama akan membuat anak miliki citra
negatif. Anak yang sering mengalami kekerasan verbal di hari yang akan datang akan
kehilangan rasa percaya dirinya.
Jika berkepanjangan, nantinya anak tersebut dapat menjadi anak yang berkepribadian
sociopath atau antisocial personality disosder, menciptakan lingkaran setan dalam keluarga,
bahkan bisa sampai bunuh diri.
Verbal abuse dianggap sangat berbahaya karena menyerang emosional dan mental anak.
Ini bisa erdampak lebih besar daripada kekerasan secara fisik. Sakit secara fisik masih bisa
diobati namun sakit seperti depresi, stress, sulit untuk diobati, karena akan meninggalkan
trauma mendalam. Dan biasanya tingkat bunuh diri paling banyak berasal dari orang yang
terkena sakit mental dan psikis. Orang melakukan bunuh diri karena merasa mereka sudah
tidak dianggap, tidak dicintai, tidak diharapkan oleh orang sekitar. Oleh karena itu penulis
mengambil judul “STOP! Kekerasan Pada Anak”.
B. Nama Kegiatan

Kampanye “STOP! Kekerasan Pada Anak”

C. Tema Kegiatan

Kekerasan verbal atau dalam bentuk perkataan kepada anak.

D. Tujuan Kegiatan

1. Agar orang tua lebih berhati-hati ketika berkomunikasi kepada anak


2. Orang tua lebih memahami anak sehingga kekerasan secara verbal dapat dihindarkan.
3. Untuk memberitahukan pengetahuan bagaimana bahaya mendidik anak dengan tindak
kekerasan verbal yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak hingga dewasa
dan turun temurun.
E. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu : 24 – 27 Februari 2021
Lokasi Kampanye : Media sosial Instagram
F. Sasaran Target

1. Orangtua khususnya para ibu diusia 22-40 tahun yang aktif dalam bersosial media
serta turut mengikuti trend terkini.
2. Pelaku tindak kekerasan dan anak anak

G. Penutup

1. Kesimpulan.

Kekerasan terhadap anak menjadi fenomena yang tidak habisnya. Kekerasan sering
menjadi suatu hal yang wajar untuk mendidik, namun kekerasan kepada anak memiliki
pengaruh yang buruk juga. Masih banyak kasus kekerasan anak yang masih belum
ditangani secara baik. Secara garis besar pengertian dari kekerasan verbal pada anak
yaitu kekerasan yang memalui lisan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya
dalam bentuk makian dan mengancam anak, kekerasan verbal pada anak Banyak
masalah-masalah kekerasan verbal yang terjadi pada anak juga dikarenakan karakter
yang dimiliki orang tua bahwa semua tindakan kepada anak, direkam dalam alam
bawah sadar mereka dan dibawa sampai masa dewasa. Anak yang mendapatkan
perilaku kejam dari kedua orang tuanya anak akan bersifat agresif dan senonoh setelah
menjadi orang tua akan memiliki karakter sama dengan yang orang tua didikanya.
Verbal abuse sangat berbahaya sekali dan dapat menyerang emosional dan mental
anak berdampak besar terhadap kekerasan fisik anak. Anak yang menjadi korban
kekerasan perlu diatasi secara khusus.

2. Saran
a. Perlu kesadaran bersama, bahwa tindak kekerasan sudah merupakan kejahatan
yang sangat luar biasa yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak di masa
yang akan datang, serta akan berimbas pada terganggungnya proses pendidikan
dan pengasuhan anak.

b. Sebaiknya dalam keluarga saling berkomunikasi dengan baik,karena komunikasi


sangat efektif untuk keterbukaan dalam suatu permasalahan dan saling
menghargai dan peduli antar satu dengan yang lainnya untuk mencegah
kesalahpahaman.

Anda mungkin juga menyukai