Anda di halaman 1dari 19

PEMBERIAN KASIH SAYANG GUNA MENGURANGI DAMPAK

KEKERASAN VERBAL TERHADAP ANAK DI KECAMATAN


GONDANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
Putri Eka Lestari
NIM. 12306193116

PROGRAM SARJANA
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal skripsi ini dengan lancar
pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif. Dengan mengucap puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW atas petunjuk dan risalah-Nya, yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Dan atas do’a restu
dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu penulis memberikan referensi
dalam pembuatan proposal skirpsi ini.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal
skripsi ini, oleh karena itu penulis menghargai akan saran dan kritik untuk membangun proposal
skripsi ini lebih baik lagi. Semoga melalui proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan bagi kita semua.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH


Kekerasan verbal banyak terjadi di manapun dan kapanpun, orangtua melakukan
kekerasan verbal terhadap anak sering kali tidak disadari oleh mereka. Kekerasan verbal
juga sering kali dianggap tidak berbahaya dan sering di abaikan, namun pada
kenyataannya kekerasan verbal memiliki dampak yang sangat luar biasa jika
dibandingkan dengan kekerasan yang lainnya.
Kekerasan pada anak dapat menyebabkan pengaruh yang tidak baik bagi anak
tersebut, dampak negatif yang disebabkan oleh kekerasan verbal memanglah tidak
terlihat dari luar saja. Namun, kekerasan verbal akan menimbulkan dampak negatif di sisi
psikologis yang sering membuat anak kesulitan unutk melupakan pengalamannya
tersebut. Anak-anak dan remaja akhir menjadi sasaran yang rentan terkena dampak dari
kekerasan verbal, dampak yang timbul akibat dari kekerasan kepada anak tergantung dari
bagaimana dan apa jenis kekerasannya. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan
dari tindakan kekerasan, namun tidak banyak orangtua yang mengetahui hal tersebut
bahwa anak juga memiliki hak dan kewajiban yang tercantum dalam Undang-Undang
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 13 dan 69 yang menyatakan bahwa
“pada perlindungan hukum bagi anak terhadap kekerasan”. Pada pasal 78 dan 80 juga
mengatakan bahwa “ada sanksi hukum bagi para pelaku tindak kekerasan pada anak,
termasuk di dalamnya kekerasan verbal”. Maka yang melatarbelakangi penulis untuk
menulis proposal ini adalah untuk mengurangi dampak negatif dari kekerasan verbal pada
anak dengan memberikan kasih sayang yang lebih kepada mereka dari orangtua dan
orang-orang terdekatnya serta meng edukasi para orangtua bahwa kekerasan dalam
bentuk apapun yang diberikan kepada anak menimbulkan dampak negatif yang tidak
dapat disepelekan. Namun dalam penelitian ini lebih ditekankan terhadap kekerasan
verbal. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pemberian Kasih Sayang Guna Mengurangi Dampak Kekerasan Verbal
Terhadap Anak di Kecamatan Gondang”
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kekerasan verbal?
2. Apa dampak dari kekerasan verbal pada anak?
3. Bagaimana penerapan pemberian kasih sayang guna mengurangi dampak
kekerasan verbal pada anak?
III. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengertian kekerasan verbal
2. Untuk mengetahui dampak dari kekerasan verbal pada anak
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pemberian kasih sayang guna
mengurangi dampak kekerasan verbal pada anak
IV. HIPOTESIS PENELITIAN
Kekerasan verbal menimbulkan dampak negatif di sisi psikologis yang sering
membuat anak kesulitan unutk melupakan pengalamannya tersebut. Anak-anak dan
remaja akhir menjadi sasaran yang rentan terkena dampak dari kekerasan verbal, dampak
yang timbul akibat dari kekerasan kepada anak tergantung dari bagaimana dan apa jenis
kekerasannya. Dampak dari kekerasan verbal sendiri dapat terlihat dari beberapa
perubahan dalam kehidupannya, anak cenderung menjadi pribadi yang pendiam dan tidak
sedikit juga yang menjadi pribadi yang agresif. Selain itu, anak yang pendiam
kemungkinan mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan
teman-temannya dan mereka juga sangat mungkin untuk mengalami penurunan prestasi
akademik. Anak menjadi tidak peka dengan perasaan oranglain, mengalami gangguan
emosional, dan bahkan sampai menciptakan lingkaran setan untuk melakukan bunuh diri.
Dari kebanyakan anak yang terkena dampak dari kekerasan verbal merasa bahwa mereka
tidak diberikan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya, dikarenakan orangtua yang
secara terus menerus menekan anak tersebut dan meimpakan segala kesalahan kepada
anak sehingga anak cenderung tidak memiliki semangat dalam hidupnya, merasa tidak
dihargai dan tidak berharga. Pemberian kasih sayang dari orang-orang terdekat dari anak
yang mengalami dampak kekerasan verbal dapat membantu individu tersebut pulih dari
dampak negatif kekerasan verbal, dapat menjadi individu yang lebih percaya diri,
periang, lebih peka terhadap perasaan oranglain, dan keadaan emosional yang lebih
stabil.
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah pengetahuan bagi pengembangan ilmu tentang pemberian
kasih sayang guna mengurangi dampak dari kekerasan verbal pada anak .
2. Manfaat praktis
Menambah pemahaman bagi orangtua tentang dampak dari kekerasan verbal
pada anak dan memberikan pemahaman bagi peneliti selanjutnya yang m ungkin
akan melakukan penelitian yang sama terutama terkait kekerasan verbal .
VI. ASUMSI DAN BATASAN PENELITIAN
Pemberian kasih sayang dari orang-orang terdekat sangat berpengaruh untuk
mengurangi dampak dari kekerasan verbal.
Dalam penelitian ini instrumen skala pemberian kasih sayang guna mengurangi
dampak kekerasan verbal ini terbatas digunakan hanya untuk anak yang terkena dampak
dari kekerasan verbal di kecamatan gondang.
VII. DEFINISI OPERASIONAL
Kasih sayang adalah salah satu bentuk afeksi menurut teori psikologi. Namun secara
harfiah kasih sayang merupakan bentuk respon kejiwaan terhadap pengaruh dari luar
sehingga menimbulkan kemauan untuk peduli, empati, bahkan sedih dan marah.
Sedangkan secara sempit, kasih sayang diartikan sebagai bentuk perasaan di antara dua
pihak.
Kekerasan verbal adalah bentuk penyiksaan pada seseorang melalui kata-kata.
Tujuannya adalah merusak mental korbannya sehingga si korban akan merasa tidak
percaya diri, mulai mempertanyakan intelejensi, hingga m erasa tidak mem iliki harga
diri.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORITIK
1. Pengertian kekerasan verbal
Kekerasan verbal yaitu kekerasan yang dilakukan melalui tutur kata
seperti fitnah membentak, memaki, menghina, mencemooh, meneriaki,
memfitnah dan berkata kasar dan mempermalukan didepan umum dengan kata
kata kasar. Pendapat ahli menyangkut kekerasan verbal adalah: Beragam ucapan
yang bertujuan menyakiti anak akan berpengaruh padanya baik secara langsung
atau tidak karena anak akan selalu menganggap dirinya sama dengan perkataan
yang dilontarkan (Choirunnisa, 2008). Perkatan yang menghina dan merendahkan
akan diserap dalam memori anak akibatnya akan menghilangkan rasa percaya diri
dan dan memacu kemarahannya dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa balas
dendam yang dapat mempengaruhi cara bergaulnya (Irwanto,2000). Verbal abuse
atau disebut juga emotional child adalah tindakan lisan atau perilaku yang
menimbulkan konsekuensi yang merugikan. Verbal abuse terjadi ketika orang tua
menyuruh anak diam atau jangan menangis.seandainya anak mau bicara ibu terus
menerus menggunakan kekersan verbal seperti kamu bodoh, cerewet, kurang ajar.
Semua perkatan itu akan disimpan anak dalam memorinya. Dari pendapat diatas
dapat kita ambil kesimpulan bahwa kekerasan verbal yaitu kekerasan yang
dilakukan dengan tutur kata seperti fitnah membentak, memaki, menghina,
mencemooh, meneriaki, memfitnah dan berkata kasar dan mempermalukan
didepan umum dengan kata kata kasar.
2. Bentuk-bentuk kekerasan verbal
a) Intimidasi Berupa tindakan menggertak anak,berteriak,menjerit dan
mengancam anak.
b) Mencela anak Seperti mengatakan pada anak semua yang terjadi karena
kesalahan anak.
c) Tidak sayang dan dingin pada anak Tidak memperlihatkan sedikit juga
rasa sayang pada anak seperti memeluk atau dengan kata-kata sayang.
d) Mengindahkan atau menolak anak Tidak memberi respon pada anak,
bersikap dingin, tidak mau tahu.
e) Hukuman ekstrim Menyekap anak di kamar mandi, mengurung di kamar
gelap dan meneror serta mengikat anak di kursi dalam waktu yang lama.
f) Mengecilkan atau mempermalukan anak Mengatakan sesuatu pada anak
yang terjadi dari satu kesalahan seperti merendahkan anak,mencela
namanya dan membuat perbedaanaan negative antar anak.

Verbal abuse atau kekerasan verbal biasanya tidak berakibat secara fisik
ke anak tapi anak bisa rusak beberapa tahun yang akan dating.Akibat verbal
abuse menimbulkan luka yang sangat dalam pada anak melebihi perkosaan
(Soetjiningsih,2002). Pengaruh psikologis akibat kekerasan verbal pada anak
(Ria,2008;Widyastuti,2006): Perasaan anak tidak peka terhadap orang lain,
mengganggu perkembangannya, anak jadi agresif, gangguan emosional,
hubungan sosial terganggu, kepribadian sociopath atau antisocial personality
disosder, menciptakan lingkaran setan dalam keluarga dan bunuh diri.

3. Dampak kekerasan verbal


Proses tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang
didapatkannya dari lingkungannya. Termasuk proses pembentukan karakter anak
juga sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak cenderung lebih cepat meniru
hal-hal yang dilihatnya dari lingkungannya. Ketika anak mendapatkan kekerasan
verbal, maka besar kemungkinan anak pun akan melakukan hal yang sama ketika
dewasa. Wirawan et al. (2016) mengemukakan bahwa penganiayaan secara
emosional dengan cara kekerasan verbal akan menyebabkan gangguan emosi
pada anak. Anak akan mengalami perkembangan konsep diri yang kurang baik,
hubungan sosialnya dengan lingkungannya akan bermasalah, dan membuat anak
lebih agresif serta menjadikan orang dewasa sebagai musuhnya. Anak akan
menarik diri dari lingkungannya dan lebih senang menyendiri. Anak bisa jadi
akan suka ngompol, hiperaktif, sulit tidur, bahkan bisa membuat anak mengalami
tantrum. Anak juga akan mengalami kesulitan belajar, baik di rumah maupun di
sekolah.
Anak yang mengalami kekerasan verbal memiliki kecenderungan meniru
perilaku orang tuanya. Anak akan lebih agresif terhadap teman-teman sebayanya.
Anak akan mengalihkan perasaan agresifnya tersebut kepada teman-temannya
sebagai hasil dari miskinnya konsep diri. Hal ini tentunya akan berdampak juga
pada hubungan sosialnya. Anak lebih senang menyendiri, memiliki sedikit teman,
dan senang mengganggu orang dewasa. Contoh perilaku mengganggu orang
dewasa yang biasa dilakukannya seperti melempari batu ataupun perbuatan
kriminal lainnya.
Imam Ghazali mengungkapkan bahwa ketika anak tumbuh dengan
mendengar kalimat mencela, maka kelak anak pun akan menjadi pencela (Erica,
Haryanto, Rahmawati, & Vidada, 2019). Orang tua yang terbiasa mencela
anaknya, maka akan membuat sang anak kemungkinan besar akan berperilaku
buruk dikarenakan mengikuti kebiasaan orang tuanya. Oleh karena itu, seorang
ayah harus menjaga wibawanya dalam berucap dihadapan anak-anaknya. Seorang
ibu harus memberi teladan kepada anak dengan cara menegur dengan cara yang
lembut, bukan dengan kata-kata yang menyakiti anak.
Ketika anak mengalami kekerasan verbal secara terus menerus, maka anak
akan merasa bahwa dirinya jelek, tidak dibutuhkan, tidak dicintai, muram, tidak
bahagia, dan tidak menyukai aktivitasnya. Dampak terburuk dari kekerasan verbal
adalah saat anak mencoba untuk melakukan bunuh diri karena merasa dirinya
sudah tidak berharga lagi.
Banyaknya dampak yang disebabkan oleh kekerasan verbal terhadap anak,
maka dibutuhkan peran dari orang tua dan pendidik untuk mencegah terjadinya
hal tersebut. Keluarga yang selalu berinteraksi dengan anak juga harus
mendapatkan edukasi tentang dampak dari kekerasan verbal tersebut. Hal ini
disebabkan karena biasanya anak tidak mendapatkan kekerasan verbal dari orang
tuanya, tetapi dari lingkungan keluarganya. Sebagai contoh, nenek yang suka
membanding-bandingkan cucunya. Oleh karena itu, semua pihak yang selalu
berinteraksi dengan anak harus memiliki pemahaman tentang dampak dari
kekerasan verbal terhadap anak.
4. Penerapan pemberian kasih sayang guna mengurangi dampak kekerasan
verbal
Anak membutuhkan kasih sayang orang lain, terutama dari kedua orang
tuanya dan hal ini harus diperhataikan pada anak walaupun anak berbuat salah.
Seorang anak membutuhkan rasa aman, rasa aman dan ketenangan adalah
kebutuhan yang mendasar yang selalu didambakan anak. Seorang anak akan
merasa sedih dan gelisah jika sering ditinggal pada amasa pengasuhan, peran ibu
atau ayah yang digantikan dengan seorang pembantu akan membuat anak merasa
tidak aman. Seorang anak membutuhkan belaian dan kasih sayang atau ciuman
yang hangat dari kedua orangtuanya.
Kasih sayang berhak diberikan kesetiap anak-anak, seperti yang telah
diajrakan Rasululah SAW. terhadap para sahabat yang selalu menunjukan rasa
kasih sayang kesetiap anak-anak. Jadi gak ada alasan bagi orang tua untuk selalu
memperhatikan akan-anaknya dan memberikan kasih sayang dengan bentuk
nyata.
Anak-anak cenderung paling suka kepada orang yang menyukai mereka
dan anak-anak bersikap “ramah tamah” terhadap orang itu. Penolakan yang terus
menerus di rumah mungkin menyebabkan kemampuan anak untuk memberikan
kasih sayang tidak berkembang, atau mungkin menyebabkan dia mencaari kasih
sayang dari orang lain di luar rumah. Kasih sayang yang berlebihan dan
pemanjaan dapat menimbulkan pengaruh yang tidak diinginkan sebagaimana
penolakan atau kekurangan kasih sayang.
Orangtua dan lingkungaan sekitar memegang peranan penting dalam
perkembangan emosional anak. Anak yang mengalami kekerasan verbal secara
terus menerus oleh orangtua nya, mereka cenderung merasa tidak ada yang
menyayangi mereka sehingga kebanyakan dari anak yang mengalami dampak dari
kekerasan verbal sulit untuk melakukan kegiatan sebagaimana mestinya karena
mereka kehilangan semangat. Oleh karena itu dengan memberikan kasih sayang
kepada anak yang mengalami dampak dari kekerasan verbal sangat penting untuk
membantu anak agar mereka mampu menjalankan tugas perkembangannya
dengan baik.
B. PRESPEKTIF ISLAM TENTANG VARIABEL PENELITIAN
Setiap anak yang lahir di muka bumi ini memiliki tugas kekhalifahan yang
bertanggung jawab untuk menjaga bumi agar dapat dinikmati oleh generasi-generasi
selanjutnya. Menurut agama Islam, anak adalah suatu amanah yang Allah SWT berikan
kepada hamba-Nya.Kelak di akhirat, orang tua dimintai pertanggungjawaban dalam
mendidik dan mengasuh anaknya sehingga orang tua wajib memberikan pendidikan yang
baik kepada anaknya. Sebagaimana sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Hakim dan
Baihaqi: Rasulullah bersabda “Tiada suatu pemberian pun yang lebih utama dari orang
tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik”.
Orangtua sebagai pengemban amanah dari Allah berkewajiban melakukan
pemeliharaan terhadap anak-anaknya yang masih kecil maupun yang sudah besar akan
tetapi belum tamyiz tanpa membedakan jenis kelamin sang anak, memenuhi segala
sesuatu yang menjadi kebutuhan anak serta apa yang dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangannya, menjaganya dari sesuatu yang dapat menyakiti dan membahayakn
kesehatannya, mendidiknya baik jasmani maupun rohani serta akalnya agar dapat mandiri
dalam mengarungi kehidupan dan memikkul beban tanggungjawab. Inilah konsep ideal
dalam pemeliharaan anak yang ditawarkan oleh As-Sayyid Sabiq.
Dalam Islam, orangtua dilarang melakukan perbuatan yang dapat merugikan dan
membahayakan jiwa sang anak baik secara fisik maupun psikologis sekalipun itu
bertujuan untuk menyelesaikan persoalan, karena kekerasan bukanlah solusi terbaik
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Secara psikologis, kekerasan sebagai hukuman
dan perilaku yang tidak tepat (kekerasan) dari orangtua hanya akan menghasilkan
perasaan bersalah pada diri anak serta dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan jiwanya. Anak yang hidup dalam suasana keluarga yang penuh dengan
tindakan kekerasan (tidak harmonis) akan mengalami gangguan jiwa.
Oleh sebab itulah Islam sangat menghindari tindak kekerasan yang dapat
merugikan dan membahayakan orang lain dalam keadaan apapun bahkan dalam keadaan
perang sekalipun. Jalan kekerasan seminim mungkin harus dihindarkan walaupun
memang dalalm beberapa hal kekerasan tidak dapat dihindarkan, tetapi itupun dilakukan
atas dasar pertimbangan etika moral dan dengan alasan yang dapat dibenarkan Syar’i.
Dalam Islam, khususnya di wilayah pendidikan, kekerasan yang berupa hukuman
fisik memang sesuatu yang sangat dianjurkan untuk ditinggalkan, namun pada batas-
batas tertentu justru menjadi keharusan atau sesuatu yang patut diberikan kepada anak
jika memang sang anak telah melewati batasbatas yang telah digariskan agama, dan
orientasinya hanya sebatas sebagai hukuman agar si anak jera.
Disinilah terjadi benturan yang cukup berarti antara Hukum Islam dan Undang-
undang Perlindungan Anak yang seringkali dianggap sekuler oleh banyak kalangan
dalam memandang kekerasan pada pemberiaan hukuman dalam mendidik anak.
Walaupun secara umum masih dapat dibedakan antara kekerasan sebagai hukuman dalam
mendidik anak yang cenderung terukur, tidak keluar dari batas yang telah ditentukan
serta memiliki maksud dan tujuan yang jelas, dengan bentuk kekerasan sebagai
penganiayaan yang cenderung tanpa batas dan lebih hanya sekedar pelampiasan luapan
emosi terhadap anak atau bahkan dengan maksud yang jelas-jelas direncanakan sebagai
penyiksaan.
Menurut Erich Fromm dalam buku Abu Huraerah tentang Kekerasan Terhadap
Anak menjelaskan bahwa kekerasan tidak bisa terlepas dari situasi dan kondisi
lingkungan orangtua semasa kecilnya, seperti pendidikan, teladanteladan buruk dan
tatanan sosial yang dapat mempengaruhi terjadinya tindakan yang bersifat destruktif,
sebagaimana firman Allah dalam surat alQasas(28): 77
ِ 9‫ ْف‬9‫ ُم‬9‫ ْل‬9‫ ا‬9‫ ُّب‬9‫ ِح‬9ُ‫ اَل ي‬9َ ‫ن هَّللا‬
9‫ َن‬9‫ ي‬9‫ ِد‬9‫س‬ ِ 9‫ر‬9ْ ‫َأْل‬9‫ ا‬9‫ ي‬9ِ‫ ف‬9‫ َد‬9‫ ا‬9‫س‬
َّ9 ‫ ِإ‬9ۖ 9‫ض‬ َ 9َ‫ ف‬9‫ ْل‬9‫ ا‬9‫ ِغ‬9‫ ْب‬9َ‫ اَل ت‬9‫َو‬
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ayat ini memberikan pemahaman bahwa manusia dilarang berbuat kerusakan di
muka bumi ini. Kerusakan adalah segala sesuatu yang dapat membuat kerugian bagi
pihak lain, sehingga Allah sangat membenci para pelaku kerusakan. Tindakan
pengrusakan ini sendiri dapat menimpa siapa saja dan apa saja serta dalam bentuk apapun
juga, seperti pembunuhan, penganiayaan dan perbuatan keji lainnya yang secara jelas
diharamkan oleh Allah SWT.
Di samping itu juga terdapat teori kekuasaan yang dirumuskan oleh Max Weber.
Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol tindakan dari orang lain.
Dalam sosiologi, kekuasaan sering diartikan sebagai wewenang dan pengaruh
(influence), yang keduanya merupakan unsur dari kekuasaan itu sendiri. Weber
berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kekuasaan atau wewenang berhak untuk
menentukan kebijakan-kebijakan atau sanksi atas pelanggaran yang terjadi atas apa yang
telah ditetapkan, terhadap orang lain atau kelompok yang berada di bawah kekuasaannya.
Jika berkaca pada pendapat Weber, orangtua dalam satu keluarga memiliki
wewenang dan bertanggungjawab atas perkembangan dan pertumbuhan anak baik
jasmani maupun rohani. Kekuasaan dan wewenang tersebut, orangtua berhak melakukan
apapun terhadap anaknya (selama tidak melampaui batas-batas syar’i) dalam rangka
menjalankan kewajiban dan tanggungjawabnya sebagai orangtua. Namun sangat
disayangkan bila dengan dalih melaksanakan tanggungjawab tersebut banyak orangtua
yang justru bersikap semena-mena terhadap anak mereka.
C. PENELITIAN TERDAHULU
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang penelitian terdahulu yang diketahui
penulis dan yang pernah dilakukan oleh para peneliti lain serta memiliki kemiripan
namun memiliki substansi yang berbeda mengenai penelitian yang pernah dilakukan,
baik yang bersifat lapangan (field research) maupun bersifat kajian pustaka (library
research), berikut yang membahas mengenai kekerasan verbal :
1. Jurnal yang ditulis oleh Bonita Mahmud, Kekerasan Verbal Pada Anak. Hasil dari
penelitian tersebut bahwasannya Anak yang mengalami kekerasan verbal secara
terus menerus akan mengalami gangguan emosi, anak tidak memiliki konsep diri
yang baik, dan bisa membuat anak lebih agresif. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja
sama yang baik antara pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat agar anak tidak
mengalami kekerasan verbal.
2. Skripsi yang ditulis oleh Haunika Wati , Pengaruh Kekerasan Verbal Terhadap
Kepercayaan Diri Anak Usia 4-6 Tahun di Desa Talang Rio Kecamatan Air Rami
Kabupaten Mukomuko. Hasil penelitian tersebut bahwasannya terdapat pengaruh
kekerasan verbal terhadap kepercayaan diri anak usia 4-6 tahun di Desa Talang
Rio Kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko. Semakin tinggi kekerasan
verbal yang diterima anak dari orangtuanya, maka semakin rendah tingkat
kepercayaan diri pada anak, begitupun sebaliknya.
3. Skripsi yang ditulis oleh Ayu Silvia, Dampak Verbal Abuse Orang Tua Terhadap
Emosi Anak di Perumahan Mutiara Mayang RT 34 Kelurahan Mayang Mangurai
Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi. Hasil penelitian tersebut bahwasannya
setelah terjadinya verbal abuse, maka mempengaruhi kondisi emosi anak yaitu
anak menjadi lebih bersikap permisif, dalam artian mengabaikan, tidak peduli
terhadap teguran dari orangtuanya. Selanjutnya menjadi agresif yaitu anak
menjadi memberontak kepada orangtua dengan melakukan serangan balik kepada
orangtuanya dengan menjawab cacian dan makian yang dilontarkan oleh
orangtuanya.
D. KERANGKA TEORITIK
Untuk mempermudah pemahaman dan arah pemikiran tentang penelitian yang berjudul
“Pemberian Kasih Sayang Guna Mengurangi Dampak Kekerasan Verbal Terhadap Anak
Di Kecamatan Gondang” maka peniliti menggunakan kerangka berfikir yang akan
disajikan dalam bagan berikut ini :

PEMBERIAN KASIH SAYANG


GUNA MENGURANGI DAMPAK
KEKERASAN VERBAL
TERHADAP ANAK DI
KECAMATAN GONDANG

Kekerasan Verbal :
Pemberian Kasih Sayang :
 Pengertian kekerasan verbal
 Pengertian kasih sayang  Bentuk-bentuk kekerasan
 Bentuk-bentuk pemberian verbal pada anak
kasih sayang  Dampak kekerasan verbal
pada anak
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Ditinjau dari permasalahan yang ada, peneliti menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang hasilnya disajikan dalam
bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka. Pendekataan ini dipilih karena
penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan yang spesifiknya adalah
sistematis, terencana, dan terstruktur sejak awal mulai dari pembuatan desain penelitian,
sampel data, sumber data, maupun metodologinya.
Dalam pendekatan ini peneliti banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan hasil akhir. Oleh karena itu
data yang terkumpul harus diolah secara statistik, agar dapat ditafsir dengan baik. Data
yang diolah tersebut diperoleh melalui nilai hasil pre test dan post test untuk
mengetahui pengaruh Pemberian Kasih Sayang Guna Mengurangi Dampak Kekerasan
Verbal Pada Anak di Kecamatan Gondang.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen ( experimental). Enelitian
eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, kondisi yang
terkendalikan dimaksud adalah adanya hasil dari penelitian yang dikonversikan ke
dalam angka-angka, untuk analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis
statistik. (Sugiyono,2011:72)
Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest
design. Dimana dilakukan pengukuran vaariabel dari satu kelompok subjek (pretest),
kemudian subjek diberikan perlakuan untuk jangka waktu tertentu (exposure), lalu akan
dilakukan pengukuran kedua (posttest) terhadap variabel bebas, dan hasil pengukuran
pretest dibandingkan dengan hasil pengukuran posttest.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini , populasi yang digunakan adalah anak di kecamatan
Gondang. kecamtan Gondang terdiri dari 20 desa.
2. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah, anak di kecamatan Gondang yang
berada di desa Bendo, Gondang, dan Rejosari yang berusia 17-20 tahun.
C. Instrument Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner.
Kuesioner dijadikan acuan untuk mengetahui tingkat anak yang mengalami kekerasan
dampak kekerasan verbal yang kemudian kuesioner juga dijadikan acuan untuk
membandingkan hasil pretest dan postest.
Adapun kisi-kisi yang dibuat sebagai berikut :

VARIABEL INDIKATOR BUTIR SOAL


Kekerasan Verbal 1. mamapu memahami pengertian 1,3,5,7,9
dasar tentang kekerasan

2. mampu memahami tentang 2,4,6,8,10


kekerasan verbal
3. mampu memahami tentang faktor- 11,13,15,17,19
faktor kekerasan verbal
4. mampu memahami tentang 12,14,16,18,20
dampak kekerasan verbal
Pemberian Kasih Sayang 1. mampu memahami konsep dasar 21,23,25,27,29
tentang pemberian kasih sayang
2. mampu memahami bentuk-bentuk 22,24,26,28,30
kasih sayang
3. mampu memahami tujuan dari 31,33,35,37,39, 40
pemberian kasih sayang

Kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas unuk mengukur validitas
dan reliabilitas instrumennya. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan alpha cronbach, yang dianalisis dengan komputer program SPSS.
D. Pengumpulan Data
1. Langkah-Langkah Yang Ditempuh dan Teknik Yang Digunakan Untuk
Mengumpulkan Data :
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu wawancara tidak
terstruktur dan kuesioner. Wawancara tidak terstruktur digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh perkembangan yang dialami oleh subjek dan seberapa
parah bentuk kekerasan verbal yang dialami oleh subjek penelitian. Sedangkan
kuesioner digunakan untuk mengukur dampak dari kekerasan verbal pada anak.
Wawancara tidak terstruktur dilakukan oleh peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat
poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden. Kuesioner
berisis pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus diisi oleh responden.
2. Kualifikasi dan Jumlah Petugas Yang Terlibat Dalam Pengumpulan Data.
a) Orangtua Anak
Orangtua dari anak-anak yang terkena dampak dari kekerasan
verbal merupakan objek sasaran utama dalam mengurangi dampak
kekerasan verbal pada anak. Penulis akan menggali data dan informasi
sejauh mana orangtua memberi dukungan berupa kasih sayang untuk
mengurangi dampak dari kekerasan verbal pada anak.
b) Anak
Mereka adalah subjek yang diteliti. Penulis akan menggali data dan
informasi sejauh mana mereka terkena dampak dari kekerasan verbal dan
bagaimana perkembangannya setelah dilakukan tratment.
3. Jumlah Responden Serta Karakteristik Responden Dalam Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini, karakteristik yang pertama berdasarkan usia, peneliti
menggunakan responden yang berusia 17-20 tahun. Karakteristik yang kedua
berdasarkan jenis kelamin responden yang terbagi atas laki-laki dan perempuan.
Karakteristik yang ketiga adalah berdasarkan tingka pendidikan responden yang
digolongkan atas SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
4. Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data.
Jadwal penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan
hasil penelitian dalam bentuk dokumen. Jadwal maksimal 4 bulan.
E. Analisis Data
Teknik analisis data dimaksudkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan
penelitian atau tentang permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, maka analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis data statistik.
Analisis penelitian ini daapat diperoleh dari hasil perhitungan nilai pretest dan
posttest. Perolehan nilai pretest dan posttest dilakukan kedalam beberapa tahap. Tahap
awal adalah kegiatan pretest, dan tahap akhir adalah kegiatan posttest.
DAFTAR RUJUKAN
Mahmud Bonita. 2019. Kekerasan Verbal Pada Anak. Jurnal An Nisa’. Vol.12, No. 2.
Hal.
Fitriani Wahidah, Ernawati. 2020. Faktor-faktor Penyebab Orangtua Melakukan
Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 4, No.
1.

Anda mungkin juga menyukai