Anda di halaman 1dari 11

KEKERASAN VERBAL YANG TIDAK DISADARI

OLEH PELAKU BAHASA

Oleh :

ANNISA N. A. (4)

BERRY DZAIKRA (5)

DIFANKA ARAMINTA (8)

MOCHAMAD RANGGA F. (18)

MUHAMMAD RAIHAN N. H. (21)

SYALINKA KINARA Z. (32)

SMAN 20 BANDUNG

Jl. Citarum No.23 Bandung Telp. (022)4205268 Bandung 40115


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Kekerasan
Verbal yang Tidak Disadari oleh Pelaku Bahasa”.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rini selaku guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membimbing kami dalam mengerjakan Karya Tulis
Ilmiah ini . Serta kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut
berkontribusi.

Kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan pada Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik demi keberhasilan Karya Tulis
Ilmiah selanjutnya. Kami juga berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi
mengenai Kekerasan Verbal yang Tidak Disadari oleh Pelaku Bahasa.

Bandung, 9 Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...... ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………... 1

1.1 LATAR BELAKANG ……...………………………...…………………………………. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH …..…………………………………………………………… 2

1.3 TUJUAN ……………………..………………………...……………………………….. 2

1.4 MANFAAT …………………..………………………………………………………..…


2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………… 3

2.1 Pengertian Kekerasan Verbal ………………………...…………………………………. 3

2.2 Jenis-jenis Kekerasan Verbal …………………………………………………………… 3

2.3 Tanda-tanda Kekerasan Verbal ………………………...……………………………….. 5

2.4 Efek Buruk Kekerasan Verbal ……………………………………………………...……6

BAB III PENUTUP ...……………………………………………………………………..... 7

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia berkomunikasi dengan bahasa yang dikuasainya dan bertingkah laku sesuai dengan
lingkungan. Perbedaan dalam bahasa ditunjukkan melalui variasi tindak tutur masyarakatnya.
Tindak tutur yang dimiliki penutur bergantung pada proses mendapatkan bahasa tersebut
serta kondisi atau konteks yang dihadapi saat itu. Aspek yang harus diperhatikan dalam
tuturan tidak hanya meliputi apa yang diujarkan tetapi juga perlu memperhatikan makna
tindak tutur pada tuturan tersebut.

Bahasa pada prinsipnya digunakan oleh pemakainya sebagai pembawa pesan yang ingin
disampaikan pada orang lain. Begitu pula interaksi atau komunikasi yang terjadi antara orang
tua dan anak serta guru dan siswa. Orang tua tidak menyadari bahwa kemampuan verbal
dalam mengungkapkan sesuatu akan diserap oleh anak. Orang tua mengeluarkan kata-kata
kasar kepada anak ketika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua.

Kekerasan verbal adalah kekerasan yang menggunakan bahasa, yaitu kekerasan yang
menggunakan kata-kata, kalimat, dan unsur-unsur bahasa lainnya. Kekerasan verbal terwujud
dalam tindak tutur yang dapat disebut sebagai tindak tutur kekerasan. Kekerasan verbal
terjadi ketika anak/murid mengalami penolakan atas keinginannya.

Kekerasan verbal dapat menyebabkan ketidakstabilan suasana psikologis bagi penerimanya,


seperti takut, kecewa, rendah diri, minder, patah hati, frustasi, tertekan (stress), sakit hati,
murung, apatis, tidak peduli, bingung, malu, benci, dendam, ekstrim, radikal, agresif, marah,
depresi, gila, dan sebagainya.

Dampak psikologis hanya dirasakan oleh korbannya, sedangkan pelakunya merasa “lega”
bahkan nikmat karena beban emosinya sudah diungkapkan. Selain menimbulkan dampak
psikologis, kekerasan verbal yang berhadapan dengan kekerasan verbal akan menimbulkan
pertengkaran, “perang mulut”, cekcok, atau konflik. Lebih jauh, pertengkaran dapat
mengakibatkan renggang atau retaknya kohesi sosial.

Kekerasan verbal terjadi dalam setiap rumah tangga misalnya antara orang tua kepada anak,
anak kepada orang tua, kakak kepada adik atau sebaliknya, dan juga anggota keluarga yang

1
lain. Tindak tutur yang terjadi dalam keluarga diungkapkan dengan bahasa Jawa. Hal ini
disebabkan karena bahasa Jawa merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan dalam
berkomunikasi. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
tindak kekerasan verbal dalam rumah tangga dan lingkungan sekola di Kota Bandung.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu kekerasan verbal?


2. Apa saja jenis jenis kekerasan verbal?
3. Bagaimana tanda tanda mengalami kekerasan verbal?
4. Bagaimana dampak buruk dari kekerasan verbal?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan wujud verbal dalam rumah tangga dan lingkungan sekolah di Kota
Bandung.

2. Mendeskripsikan jenis tindak kekerasan verbal dalam rumah tangga dan lingkungan
sekolah di Kota Bandung.

1.4 MANFAAT

a. Diharapkan menjadi bahan penelitian mengenai wujud verbal dan klasifikasi tindak tutur
kekerasan verbal dalam rumah tangga/lingkungan sekolah.

b. Diharapkan penelitian ini menjadi acuan penelitian selanjutnya mengenai kekerasan verbal
dalam rumah tangga dan lingkungan sekolah.

c. Menambah wawasan peneliti (khususnya) dan pembaca mengenai tindak tutur kekerasan
verbal dalam rumah tangga dan lingkungan sekolah.

b. Memberi sumbangan materi mengenai tindak tutur kekerasan verbal

dalam rumah tangga dan lingkungan sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal adalah bentuk penyiksaan pada seseorang melalui kata-kata. Tujuannya
adalah merusak mental korbannya sehingga si korban akan merasa tidak percaya diri, mulai
mempertanyakan intelegensi, hingga merasa tidak memiliki harga diri.

Kekerasan verbal terjadi di mana-mana, bahkan dalam sebuah relasi yang seharusnya penuh
cinta dan lemah lembut. Kekerasan verbal dilakukan oleh suami ke istri, istri ke suami,
orangtua ke anak, bahkan dilakukan oleh sepasang kekasih. Kekerasan verbal termasuk
dalam kekerasan psikis. Artinya, kekerasan dilakukan untuk menjatuhkan mental seseorang
agar menjadi tak percaya diri. Yang mengkhawatirkan, tak jarang baik pelaku maupun korban
tak menyadari telah melakukan kekerasan verbal.

2.2 Jenis-jenis Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal memang sering dilakukan dengan jeritan dan caci-maki, serta kata-kata
hinaan yang mengecilkan hati. Tapi tak selamanya kekerasan verbal dilakukan dengan kasar.
Ada juga korban yang mengalami kekerasan verbal tanpa langsung mengenalinya, tiap hari
menerimanya tanpa sadar. Berikut beberapa jenis kekerasan verbal yang sering dilakukan
tanpa disadari oleh pelakunya:

1. Name-calling

Name-calling merupakan nama panggilan yang bernada hinaan atau mengata-ngatai


seseorang dengan mengganti namanya menjadi sebutan yang lain. Contohnya, “kamu tidak
akan mengerti ini karena kamu bodoh.”

2. Degradasi

Kata-kata ini dikeluarkan agar seseorang merasa bersalah terhadap dirinya sendiri dan
menganggap dirinya tidak berguna. Contohnya, “kamu tidak akan bisa jadi apa-apa kalau
bukan karena bantuan saya.”

3. Manipulasi

Kekerasan verbal ini dilakukan dengan tujuan memerintah Anda, tapi tidak dengan kalimat
imperatif. Misalnya, “kalau kamu memang sayang keluarga, kamu tidak akan melakukan
itu.”

4. Menyalahkan

3
Berbuat salah adalah hal yang manusiawi. Namun, orang yang melakukan kekerasan akan
menjadikan kesalahan Anda sebagai pembenaran atas tindakan mereka, misalnya dengan
berkata “saya harus memarahimu karena perilakumu sangat tidak bisa ditolerir.”

5. Merendahkan

Kata-kata ini akan keluar ketika si pelaku kekerasan verbal berniat mengerdilkan Anda dan di
saat yang bersamaan membuat dirinya lebih superior. Contoh kalimat merendahkan adalah
“saya yakin suara kamu bagus, tapi lebih bagus lagi kalau kamu diam saja.”

6. Kritik berkelanjutan

Menerima kritik adalah bagian dari proses pendewasaan diri. Namun dalam kekerasan verbal,
kritik dilakukan dengan sangat kasar dan terus-menerus sehingga korbannya akan merasa
tidak punya harga diri. Contohnya, “kamu suka marah-marah makanya tidak ada orang yang
suka dengan kamu.”

7. Menuduh

Menuduh juga bisa menjadi kekerasan verbal ketika hal itu dilakukan untuk menjatuhkan
mental Anda. Tidak perlu dengan kata-kata kasar, bentuk kekerasan verbal ini dapat berupa
“saya harus berteriak karena kamu keras kepala.”

8. Menolak berbicara

Bahkan tidak berkata apa pun bisa jadi bentuk kekerasan verbal, terutama bila dilakukan
untuk membuat korbannya merasa tidak enak. Misalnya, ketika Anda bertengkar dengan
pasangan, ia memilih diam dan pergi ketika Anda menuntut penjelasan darinya.

9. Mengarang

Pasangan kerap mengatakan bahwa Anda suka mengarang suatu kejadian agar Anda merasa
bersalah? Bisa jadi itu adalah bentuk kekerasan verbal agar Anda segera minta maaf dan kian
tergantung pada mereka.

Contoh konkritnya seperti Anda menagih janji pasangan untuk membantu pekerjaan rumah,
tapi dia berkata “kita tidak pernah ada perjanjian soal itu”. Bahkan, ia bisa menegaskannya
dengan “jangan suka mengarang, itu cuma halusinasi kamu” sehingga Anda akan meminta
maaf.

10. Perdebatan yang tidak berujung

Berdebat adalah bagian dari hubungan yang sehat, namun perdebatan yang tak berujung dan
dilakukan berulang kali bisa jadi bentuk kekerasan verbal. Misalnya, jika Anda merupakan
wanita yang bekerja, kondisi rumah mungkin tidak selalu rapi.

Ketika ini terjadi berkali-kali, pasangan Anda selalu menyalahkan Anda yang akhirnya
mengakibatkan debat tak berujung.

11. Ancaman

4
Kekerasan verbal bisa jadi awal mula terjadinya kekerasan fisik, salah satunya dimulai ketika
pelaku kekerasan ini mengeluarkan nada ancaman. Ancaman ini sangat mudah dikenali
karena sudah pasti memberi efek takut pada korban dan menuntut korban untuk patuh pada
kata-kata pelaku kekerasan ini.

Contohnya, “kalau kamu tidak menuruti saya, jangan salahkan saya jika terjadi sesuatu yang
mengerikan pada kamu.”

12. Melawan

Melawan adalah kecenderungan untuk menjadi argumentatif, tidak hanya dalam konteks
politik, filosofis, atau ilmiah tetapi juga dalam konteks umum.

Korban kekerasan tersebut dapat membagikan perasaan positifnya tentang kegiatan yang baru
saja dilakukannya, dan pelaku kemudian mencoba menyangkal bahwa perasaannya salah.
Melawan, mengabaikan perasaan, pikiran, dan pengalaman korban secara teratur merupakan
salah satu jenis kekerasan verbal.

2.3 Tanda-tanda Kekerasan Verbal

1. Selalu merasa kalah

Tidak peduli seberapa hati-hati atau baiknya Anda mencoba menyelesaikan masalah,
pasangan Anda mengatakan hal-hal yang membuat Anda merasa bahwa Anda salah.

2. Merasa harga diri dan kepercayaan diri Anda menjadi rendah

Pasangan Anda bukan penggemar terbesar Anda, melainkan kritikus terbesar Anda. Pasangan
Anda sering memberitahu Anda bahwa komentarnya adalah "untuk kebaikan Anda sendiri."

3. Merasa tertekan saat diskusi

Ketika Anda mengatakan pasangan Anda telah melukai perasaan Anda, pasangan Anda,
justru memberitahu Anda bahwa Anda terlalu sensitif. Ketika Anda menunjukkan bahwa dia
telah mengatakan sesuatu yang tidak pantas atau menyakitkan, pasangan Anda justru
menuduh Anda berusaha membuatnya terlihat buruk. Pasangan Anda juga kerap lari dari
tanggung jawab saat ada masalah. Entah bagaimana, pasangan Anda berhasil meyakinkan
dirinya sendiri dan bahkan Anda bahwa apa pun yang salah adalah kesalahan Anda.

4. Sering menjadi beban lelucon yang membuat Anda merasa buruk

Pria yang menyenangkan dan suka bersenang-senang di luar keluarga mengeluarkan humor
yang lebih sensitif di dalam. Orang lain tidak percaya Anda bahwa pria yang mereka kenal
sangat berbeda dari yang Anda alami.

5. Mudah merasa takut dan malu


Rumah Anda bukan tempat perlindungan yang aman bagi Anda dan anak-anak Anda. Ini
adalah tempat di mana Anda paling takut dan malu. Anda dan anak-anak selalu ingin

5
menjauh, sejauh yang Anda bisa. Ketika Anda berada di sana bersama pasangan Anda, Anda
akan melakukan semua yang bisa Anda lakukan untuk memastikan tidak akan ada hal buruk
yang terjadi, yang dapat membuatnya pergi.

6. Pelecehan verbal meningkat menjadi pertengkaran fisik


Anda sangat berhati-hati, karena Anda tahu akan ada kemungkinan kata-kata yang berakhir
dengan agresi fisik.

2.4 Efek Buruk Kekerasan Verbal

1. Menimbulkan rasa rendah diri


Seorang anak kecil mencoba memahami siapa dia dan mencari tahu tempatnya di dunia.

2. Meningkatkan kemungkinan penyalahgunaan obat


Untuk melarikan diri atau menutupi perasaan itu, dia mungkin beralih ke penyalahgunaan zat.

3. Menyebabkan depresi
depresi telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan kekerasan verbal hanya
memperburuk masalah.

4. Mempengaruhi kesehatan fisik


Seorang anak yang menjadi korban kekerasan verbal mungkin terlibat dalam pengabaian
pribadi atau melukai diri sendiri.

5. Tingkatkan kecenderungan kasar


Seseorang yang mengalami kekerasan verbal saat kecil lebih mungkin untuk tumbuh dan
menjadi pribadi yang kasar.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Secara umum, Kekerasan verbal adalah bentuk penyiksaan pada seseorang melalui kata-kata.
Tujuannya adalah merusak mental korbannya sehingga si korban akan merasa tidak percaya
diri, hingga merasa tidak memiliki harga diri. Yang mengkhawatirkan, tak jarang baik
pelaku maupun korban tak menyadari telah melakukan kekerasan verbal

6
Maka dari itu, sangatlah penting mengenali batas-batas toleransi yang kita miliki dalam
menghadapi kekerasan verbal saat berinteraksi di dunia maya. Jangan membiarkannya
berlarut-larut. Kekerasan verbal terjadi ketika seseorang menggunakan kata-kata untuk
menakuti, mengecilkan, mempermalukan, dan mengisolasi lawannya. Bila merasakan hal-hal
seperti ini, artinya kita sedang dirundung kekerasan verbal. Utamakan kesehatan mental,
segera jauhkan diri dari penyebabnya.

Demikian Karya Tulis Ilmiah mengenai Kekerasan Verbal yang Tidak Disadari oleh
Pelaku Bahasa ini dibuat. Terima kasih kepada pembaca Karya Tulis Ilmiah ini karena
sudah meluangkan waktunya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membantu dan
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya.

Karya Tulis Ilmiah ini tentu saja masih memiliki banyak kekurangan, maka dari itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Harismi, Asni.2020.Mengenal Contoh Kekerasan Verbal yang Harus Anda
Waspadai.https://www.sehatq.com/artikel/bentuk-kekerasan-verbal-yang-harus-anda-
waspadai (diakses tanggal 9 Februari 2022)

Siregar, Uly.2020.Kekerasan Verbal itu Bukan Hal Normal, Efeknya Bisa


Mematikan?.https://amp.dw.com/id/jangan-normalisasi-kekerasan-verbal/a-54649580 (di
akses tanggal 9 Februari 2022)

Mardatila, Ani.2020.7 Dampak Kekerasan Verbal pada Anak yang Jarang Disadari, Orang
Tua Wajib Tahu.https://www.merdeka.com/sumut/7-dampak-kekerasan-verbal-pada-anak-
yang-kadang-tak-disadari-orang-tua-wajib-tahu-kln.html (diakses tanggal 9 Februari 2022)

7
Ningsih, Sri.2018.Tindak Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga di dukuh Karangtal, desa
Japanan.http://eprints.ums.ac.id/23347/3/04._BAB_I.pdf (diakses tanggal 9 Februari 2022)

Anda mungkin juga menyukai