Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI NON VERBAL

(Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi untuk memenuhi nilai akademis mata kuliah
Komunikasi Antar Pribadi dengan dosen pengampu Dr. Nurbani, M.Si)

Oleh:

KELOMPOK 7

STEPY MARIA TIO DAINA SIHOMBING (207045018)

LIA RIANI (217045031)

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Komunikasi Non Verbal”. Penyusunan makalah ini sebagai syarat untuk
pemenuhan salah satu tugas pada mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi pada Program
Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat pada
umumnya, dan kepada mahasiswa pada khususnya mengenai komunikasi non verbal.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan isi dari makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamin.

Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Oktober 2021

Penulis

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................................... X

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................................ X

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... .X

2.1 Definisi Komunikasi Non Verbal ............................................................................................... 1

2.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal ................................................................................................... 1

2.3 Jenis-Jenis Komunikasi Non Verbal ............................................................................................ 1

2.4 Budaya dan Komunikasi Non Verbal .......................................................................................... 1

2.5 Hambatan dan Komunikasi Non Verbal ..................................................................................... 1

2.6 Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal ........................................................................ 1

BAB III PENUTUPAN ........................................................................................................................ .X

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 1

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... .X


BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Telah diketahui bahwa makna komunikasi adalah proses pertukaran suatu informasi
atar individu atau kelompok dengan adanya tujuan yang ingin disampaikan. Pesan atau
informasi yang disampaikan dapat berupa komunikasi verbal atau komunikasi non verbal.

Jika berbicara mengenai komunikasi, yang mampir ke benak kita mungkin hanya
sebatas komunikasi verbal, yaitu dengan berbicara satu sama lain. Padahal, ada bentuk
komunikasi lain yang sebenarnya tanpa sadar sering kita lakukan, yaitu komunikasi non
verbal.

Pada pertemuan sebelumnya telah di bahas mengenai bahasa verbal. Sama halnya
dengan bahasa verbal, pesan-pesan non verbal pun terikat pada lingkungan budaya tempat
komunikasi berlangsung. Oleh sebab itu, dalam komunikasi antar pribadi ditemukan banyak
menggunakan pesan-pesan non verbal, diperlukan juga pemahaman atas lingkungan budaya
tempat kita berkomunikasi. Tanpa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai ada
kemungkinan komunikasi non verbal disalahartikan atau disalahtafsirkan. Karena itu, penting
bagi kita untuk mengetahui pengertian, fungsi, dan jenis-jenis komunikasi non verbal yang
biasa kita gunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Komunikasi non verbal lebih sering terjadi dalam komunikasi secara langsung atau
face to face. Karena dalam komunikasi menggunakan media digital, komunikasi non-verbal
tidak mungkin dilakukan. Contohnya ketika kita sedang chatting, tidak mungkin kita bisa
melihat ekspresi wajah lawan bicara kita atau mendengar intonasi suaranya. Karena
keterbatasan ini pula komunikasi non verbal sering menimbulkan kesalahpahaman. Contohnya
terkadang ada orang yang menggunakan emoji secara tidak tepat. Misal seseorang salah
mengirim emoji marah padahal sebenarnya dia ingin mengirim emoji senyum yang terletak di
sebelahnya. Hal ini bisa menyebabkan orang yang dikirimi pesan menjadi salah paham dan
ikut marah.

Komunikasi verbal dan non-verbal pada hakikatnya saling terkait dan saling
melengkapi. Dalam komunikasi langsung, kita terus-menerus mengirimkan pesan pada lawan
bicara kita. Komunikasi non-verbal sering terjadi seacar otomatis dan tanpa kita kontrol.
Contoh ketika kita marah atau senang, kita cenderung berbicara dengan lebih keras dan cepat.
Hal ini terjadi karena kita mengalami perubahan emosi. Komunikasi nonverbal juga
melengkapi komunikasi verbal kita. Ketika kita mengatakan satu hal, jika gerak-gerik tubuh
kita tidak mendukung, orang tentu tidak akan percaya. Semisal kita berkata sudah
mengerjakan PR namun dengan nada ragu-ragu, teman kita pasti tidak akan ada yang percaya.

Tanpa ada pesan non verbal, kita akan merasa komunikasi berlangsung hambar dan
dingin. Tanpa ada pesan non verbal, kita akan merasa kesulitan dalam menyampaikan pesan
karena pemahaman lawan bicara kita akan lebih terbatas tanpa disertai komunikasi non verbal.

Berdasarkan hal tersebut, untuk melanjutkan pembahasan lebih dalam, maka penulis
mengangkat judul “Komunikasi Non Verbal”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dan
akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi non verbal dalam konteks
komunikasi antar pribadi?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memaparkan komunikasi non verbal
dalam konteks komunikasi antar pribadi. Hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Penulis; untuk menambah cakrawala dan wawasan penulis mengenai komunikasi non
verbal.
b. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan komunikasi non verbal.
c. Sebagai Pengembangan khasanah Ilmu Komunikasi agar dapat menjadi tambahan
literatur serta masukan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan komunikasi non
verbal.
d. Untuk memenuhi tugas perkuliahan penulis pada mata kuliah Komunikasi Antar
Pribadi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi Non Verbal

Burgoon dan Saine (dalam Judy Pearson, 2003: 102) mendefinisikan komunikasi non
verbal sebagai:

“attributes or action of human, other than the use of words themselves, which have
socially shared meaning, are intentionally sent or interpreted as intentional, are
consciously sent or consciously received, and have the potential for feedback from the
receiver”.

Komunikasi non verbal merupakan atribut atau tindakan seseorang selain dari
penggunaan kata-kata dimana komunikasi non verbal maknanya dapat ditunjukkan secara
sosial. Makna tersebut dapat dikirimkan dengan sengaja atau memang sengaja ditafsirkan,
dengan dikirim secara sadar atau diterima secara sadar dan memiliki potensi untuk
mendapatkan umpan balik dari penerima pesan.

John Fiske (2004:281) dalam daftar istilah Cultural and Communication Studies
mendefinisikan istilah komunikasi non verbal sebagai “ekspresi eksternal selain kata-kata
terucap atau tertulis, termasuk gerak tubuh, karakteristik penampilan, karakteristik suara,
serta penggunaan ruang dan jarak”.

Nurbani (2019:3) menjabarkan, komunikasi non verbal adalah “komunikasi tanpa


menggunakan kata melainkan menggunakan isyarat, simbol-simbol, ekspresi wajah, gestur,
maupun perilaku lainnya untuk berkomunikasi”.

Adapun menurut Raihan Amalia Yasmin (2020), komunikasi non verbal adalah
“komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, contohnya menggunakan bahasa tubuh
seperti mimik wajah dan gerakan tangan, bahkan intonasi suara dan kecepatan bicara.”

Dari keempat definisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa komunikasi non
verbal merupakan proses pertukaran informasi antara komunikator dengan komunikan dimana
pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata melainkan menggunakan ekspresi atau
bahasa tubuh (seperti: gerak-gerik tubuh, intonasi suara, gaya berbicara, karakteristik
penampilan) untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata yang terucap dan
tertulis.

2.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal memiliki beberapa fungsi. Mark L. Knapp (dalam Jalaludin,
1994) yang seorang ahli komunikasi menyebutkan ada lima fungsi pesan non verbal, yaitu:

a. Fungsi Pertama : Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
Terkadang, informasi atau pesan yang disampaikan secara verbal masih belum bisa
dipahami secara detail. Atau bisa saja si komunikan sedang tidak konsentrasi dalam
mendengarkan. Disinilah fungsi komunikasi non verbal berperan. Jadi, komunikasi non
verbal ini berfungsi sebagai repetisi yang mana bisa mengulang kembali pesan yang
disampaikan secara verbal.
Seorang komunikator dapat memberikan isyarat dengan bahasa tubuh atau dengan
simbol lain untuk memberikan informasi ulang yang sekiranya belum dipahami oleh si
komunikan (penerima pesan). Sehingga informasi tersebut dapat sampai ke komunikan
dan benar-benar bisa dipahami oleh komunikan.
Contoh :
i. Setelah mengatakan penolakan atau mengatakan tidak, dilanjutkan dengan
gerakan “menggelengkan kepala”.
ii. Setelah ungkapan menyetujui sesuatu atau mengatakan ya, dilanjutkan dengan
gerakan “menganggukkan kepala”.
iii. Setelah menjelaskan/memberitahukan suatu tempat lokasi ketika ada yang
pertanyaan arah tujuan, dilanjutkan dengan gerakan “menunjukkan arah dengan
jari tangan”.
b. Fungsi Kedua : Substitusi

Substitusi yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Sama halnya dengan fungsi di


atas, bahwa komunikasi non verbal ini juga dapat memperjelas suatu informasi yang
belum bisa dipahami oleh komunikan. Nah, di sini komunikasi non verbal berfungsi
sebagai penjelas dengan cara menggantikan dengan bahasa isyarat atau simbol-simbol
lainnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa komunikasi non verbal dapat menggantikan
lambang-lambang dari informasi verbal yang belum bisa dipahami oleh komunikan.

Contoh :

i. Tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan cara
“mengangguk-anggukkan kepala”.

ii. Tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan penolakan dengan cara
“menggeleng-gelengkan kepala”.

iii. Tanpa sepatah katapun kita berkata, kita meminta untuk seseoranng agar tidak
ribut dengan cara “meletakkan jari telunjuk kita di area bibir kita”.

c. Fungsi Ketiga : Kontradiksi

Kontradiksi yaitu menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan
verbal. Dalam fungsi ini, pesan dalam komunikasi non verbal memberikan perlawanan
atau kebalikan dari komunikasi verbal. Sehingga bisa jadi bahwa informasi non verbal
yang diutarakan ini bisa menggantikan makna lainnya dari informasi verbal.
Jika komunikasi verbal dan non verbal tidak sinkron, maka kecurigaan, ketegangan
atau kebingungan antara dua orang yang sedang berkomunikasi akan menimbulkan
ketidaknyamanan.

Contoh :

i. Memuji prestasi teman edngan cara mencibirkan bibir.

ii. Tertawa namun raut wajahnya menunjukkan kesedihan.

iii. Seorang suami mengatakan “bagus” ketika dimintai komentar oleh istrinya
mengenai gaun yang baru dibelinya, sambil matanya terus terpaku pada koran
yang sedang dibacanya.

d. Fungsi Keempat : Komplemen

Komplemen yaitu melengkapi dan memperkaya makna dari pesan non verbal. Atau
dapat disebut juga sebagai perilaku non verbal yang dapat meregulasi perilaku verbal.

Contoh :

i. Melambaikan tangan saat mengatakan “selamat jalan”.

e. Fungsi Kelima : Aksentuasi

Aksentuasi yaitu penegas pesan verbal yang disampaikan komunikator kepada


komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, terkadang ada yang dirasa
harus disampaikan dengan menegaskan titik utama dari pesan itu sendiri. Sehingga
memerlukan komunikasi non verbal untuk menegaskan apa yang menjadi titik utama
dalam pesan tersebut.

Contoh :

i. Mahasiswa membereskan buku-buku atau melihat jam tangan ketika jam kuliah
berakhir atau akan berakhir, sehingga dosen sadar dan akhirnya menutup
kuliahnya.
Dalam perkembangannya, fungsi komunikasi non verbal dipandang sebagai pesan-
pesan yang holistik, lebih daripada sebagai fungsi pemrosesan informasi yang sederhana.
Adapun menurut Hickson dan Stacks (dalam Desak Putuk Yuli Kurniati, 2016) menegaskan
bahwa,
“Fungsi-fungsi holistik tersebut dapat diturunkan dalam delapan fungsi yaitu:
pengendalian terhadap percakapan, kontrol terhadap perilaku orang lain, ketertarikan
atau kesenangan, penolakan atau ketidaksenangan, peragaan informasi kognitif,
peragaan informasi afektif, penipuan diri (self deception) dan muslihat terhadap orang
lain”.

Komunikasi non verbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya
dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Komunikasi
verbal dan non verbal, kurang dapat beroperasi secara terpisah, satu sama lain dilihat saling
membutuhkan guna mencapai komunikasi yang efektif. (Ani Atih, 2015)

2.3 Jenis-Jenis Komunikasi Non Verbal

Jenis-jenis komunikasi non verbal berikut dapat menunjukkan bidang luas komunikasi
non verbal dalam tindakan komunikasi manusia. Jandt (1998: 104-116) memaparkan ada
sembilan jenis komunikasi non verbal, yaitu:

a. Kedekatan (proxemics)

Edward Twitchell Hall (1963) sebagai antropolog budaya yang menciptakan istilah
proxemics, mendefinisikan sebagai “pengamatan yang saling terkait dan teori
penggunaan ruang manusia sebagai elaborasi khusus budaya”. Menurutnya, studi
tentang proxemics sangat kompleks dalam mengevaluasi tidak hanya cara orang
berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi juga seberapa
dekat dan memungkinkan untuk berkomunikasi satu sama lain dalam lingkungan hidup
bahkan membangun hubungan dan pandangan dunia tertentu.
Edward Twitchell Hall (1963) menyebutkan ada empat macam jarak interpersonal
berdasarkan radius yang dipergunakan oleh orang Amerika ketika berhubungan dengan
orang lain, yaitu:
i. Intimate Distance (zona akrab)
- Fase dekat 0 inch – 6 inch (0 cm – 15 cm)
Contoh : Pasangan yang berpelukan, berpegangan, berbisik.
- Fase jauh 6 inch – 18 inch (15 cm – 46 cm)
Contoh : Ibu dan anak yang melihat buku bersama, sahabat dekat yang
membicarakan rahasia, bisikan yang terdengar.
ii. Personal Distance (zona pribadi)
- Fase dekat 1,5 ft – 2,5 ft (46 cm – 76 cm)
Contoh : Pasangan yang merencanakan pesta, orangtua dan anak ketika
mengobrol, mengobrol dengan keluarga dan teman dekat
- Fase Jauh 2,5 ft – 4 ft (76 cm – 122 cm)
Contoh : Pembicaraan tentang hal-hal yang melibatkan kepentingan
personal, obrolan saat meminum kopi
iii. Social Distance (zona sosial)
- Fase dekat 4 ft – 7 ft (1,2 m – 2,1 m)
Contoh : Diskusi bisnis yang impersonal, obrolan dengan teman kerja,
percakapan dalam suatu perjumpaan dan seketika berlalu
- Fase jauh 7 ft – 12 ft (2,1 m – 3,7 m)
Contoh : Diskusi bisnis yang lebih formal, jarak yang kita atur ketika ingin
menyendiri
iv. Public Distance (zona publik)
- Fase dekat 12 ft – 25 ft (3,7 m – 7,6 m)
Contoh : Volume suara yang terdengar lebih keras, orang yang berbicara di
depan kelompok kecil
- Fase jauh 25 ft – lebih (7,6 m – lebih)
Contoh : Pidato, orang yang berbicara di depan kelompok besar
b. Gerak Tubuh (kinesics)

Istilah ini digunakan untuk menunjukkan gerak-gerik atau sikap tubuh (gesture), gerak
tubuh (body movement), ekspresi wajah, dan kontak mata. Bahkan, dalam beberapa
kasus gerak tubuh ini bisa menjadi penolong saat komunikasi verbal tidak bisa untuk
dilakukan. Sebagai contoh, saat kita pergi ke suatu negara dan tidak mengerti bahasa
yang diucapkan oleh lawan bicara, maka kita bisa menyampaikannya dengan gestur
dan informasi pun tetap dapat tersampaikan dengan baik. Adapun beberapa bentuk dari
gerak tubuh, yaitu:

i. Emblem, merupakan gerakan tubuh yang secara langsung dapat diterjemahkan


ke dalam pesan verbal tertentu. Biasanya berfungsi untuk menggantikan
sesuatu.

Contoh : Mengangguk sebagai tanda setuju, jari telunjuk di depan mulut


sebagai tanda jangan berisik.

ii. Ilustrator, merupakan gerakan tubuh yang menyertai pesan verbal untuk
menggambarkan pesan sekaligus melengkapi serta memperkuat pesan.
Biasanya dilakukan secara sengaja.

Contoh : Memberi tanda dengan tangan ketika mengatakan seseorang


gemuk/kurus.

iii. Affect Displays, merupakan gerakan tubuh khususnya wajah yang


memperlihatkan perasaan dan emosi. Seperti misalnya sedih dan gembira,
lemah dan kuat, semangat dan kelelahan, marah dan takut. Terkadang
diungkapkan dengan sadar atau tanpa sadar. Dapat mendukung atau berlawanan
dengan pesan verbal.

iv. Regulator, merupakan gerakan non verbal yang digunakan untuk mengatur,
memantau, memelihara atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Regulator
terikat dengan kultur dan tidak bersifat universal.

Contoh : Ketika kita mendengar orang berbicara, kita menganggukkan kepala,


mengerutkan bibir, dan fokus mata.

v. Adaptor, merupakan gerakan tubuh yang digunakan untuk memuaskan


kebutuhan fisik dan mengendalikan emosi. Dilakukan bila seseorang sedang
sendirian dan tanpa disengaja.

Contoh : Menggigit bibir, memainkan pensil di tangan, garuk-garuk kepala saat


sedang cemas dan bingung.

c. Kronemik (chronemics)

Istilah ini berkaitan dengan waktu, dan dengan peranan budaya dalam konteks
tertentu. Ada yang memandang waktu itu berjalan linier, artinya mengikuti garis lurus
yang bergerak dari titik awal menuju titik akhir. Ada juga yang memandang waktu itu
siklikal, artinya berputar untuk kembali pada titik awal.
Contoh :Ketika kita sedang berada dalam suatu forum yang membosankan, maka
waktu akan terasa berjalan lebih lambat. Sementara itu, apabila kegiatan yang
dilakukan menyenangkan, waktu akan terasa lebih cepat terlewati.
Contoh lainnya seperti, mahasiswa yang menghargai waktu. Ada kalanya kita
mampu menilai bagaimana mahasiswa yang memanfaatkan dan
mengaplikasikan waktunya secara tepat dan efektif.

d. Parabahasa (paralanguage)

Istilah ini menunjuk pada unsur-unsur non verbal dalam sebuah ucapan, yaitu cara
berbicara. Parabahasa ini meliputi karakter vokal seperti nada bicara, nada suara, keras
atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
Contoh :Kita bisa mengetahui seseorang sedang sedih karena berbicara dengan
tersedu-sedu; atau dengan volume suara yang kecil dipadukan dengan
ekspresi wajah sedih biasanya digunakan untuk menyampaikan kabar duka.
Kita juga bisa mengetahui seseorang sedang gembira karena berbicara
dengan tersenyum. Orang yang marah pun menunjukkan komunikasi non
verbal dengan berbicara menggunakan nada keras dan tinggi.

e. Kebisuan

Istilah ini dipandang membingungkan, karena membisu dipandang tidak


berkomunikasi. Namun sebenarnya dalam kebisuan orang mengkomunikasikan
sesuatu. Kebisuan bisa mengkomunikasikan persetujuan, apatis, terpesona, bingung,
termenung, tidak setuju, malu, menyesal, sedih, tertekan, dan seterusnya. Oleh karena
itu, kebisuan merupakan salah satu jenis komunikasi non verbal.
Contoh :Kita bisa membayangkan bagaimana jadinya Charlie Chaplin pada zaman
film bisu atau Mr. Bean dalam film komedian bila tidak menggunakan
bahasa non verbal.
f. Sentuhan (haptics)

Istilah ini berkaitan dengan sentuhan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan pesan
tertentu. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang diketahui mampu menerima dan
membedakan berbagai emosi yang disampaikan oleh seseorang melalui sentuhan.
Contoh :Seorang ibu, mengusap kepala anaknya saat memberikan nasehat kepada
anaknya. Dan ketika merawat dan mendidik anak, aspek non verbal seperti
sentuhan dan pelukan sangat penting dilakukan sebagai penyampaian rasa
sayang antara orangtua dan anak.
g. Tampilan Fisik dan Busana (artifactual)

Istilah ini menunjukkan pesan non verbal berupa tampilan fisik dan busana yang
dikenakan. Seseorang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun
ini termasuk bentuk penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi.
Contoh :Orang yang ingin menunjukkan dirinya berstatus ekonomi tertentu
menggunakan perhiasan emas atau berlian yang berukuran lebih besar
daripada orang sekitar pada umumnya. Adapun contoh lainnya seperti
penggunaan seragam oleh pegawai sebuah perusahaan, yang menyatakan
identitas perusahaan tersebut.

h. Penciuman (olfactics)

Istilah ini berkaitan dengan penggunaan indera penciuman. Bukan hanya wangi
parfum, akan tetapi juga bau badan berpengaruh terhadap komunikasi.

Contoh : Mencium suatu benda dengan mata tertutup, maka otak akan memberi sinya
dengan mengkomunikasikan ke fikiran bahwa benda apa yang sedang dimaksud.
Contoh lain, jika ada aroma menyengat gas kompor, maka seketika kita akan segera
berlari ke dapur untuk melihat sumber yang terjadi dan menanggulanginya.

i. Oculesics

Istilah ini menunjukkan pesan yang disampaikan melalui mata untuk memberi
informasi kepada komunikan dan menerima informasi dari komunikan lainnya. Fungsi
oculesics diantaranya mencari umpan balik antara pembicara dan pendengar,
menginformasikan pihak lain untuk berbicara, mengisyaratkan sifat hubungan
(hubungan positif bila pandangan terfokus dan penuh perhatian, hubungan negatif bila
terjadi penghindaran kontak mata), serta berfungsi penginderaan.

Contoh : Mata yang membelalak atau melotot menyatakan sesuatu pada lawan bicara.

2.4 Budaya dan Komunikasi Non Verbal

Menurut Levine dan Adelman (1993), budaya asal seseorang sangat menentukan
bagaimana orang tersebut berkomunikasi secara non verbal. Perbedaan ini dapat meliputi
perbedaan budaya Barat-Timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dan
sebagainya. Sebagai contoh, orang dari budaya Oriental cenderung menghindari kontak mata
langsung. Sedangkan orang Timur Tengah, India, dan Amerika Serikat biasanya menganggap
kontak mata penting untuk menunjukkan kepercayaan, dan bagi mereka orang yang
menghindari kontak mata dianggap tidak dapat dipercaya.
2.5 Hambatan Komunikasi Non Verbal

Menurut Herlina (2020), komunikasi non verbal sangat penting bagi kegiatan
komunikasi, namun sulit untuk dipelajari karena memiliki hambatan-hambatan, yaitu:

a. Hambatan Persepsi atau Pemahaman

Dalam berkomunikasi bisa terjadi kesalahpahaman antara orang-orang yang


berkomunikasi. Kesalahpahaman ini terjadi karena beberapa sebab, diantaranya yaitu:

i. Komunikasi non verbal bersifat insting dan tidak dapat dipelajari.

ii. Adanya keyakinan bahwa fenomena non verbal seperti ekspresi wajah dan
postur tubuh dapat merefleksikan ciri biologis dan kematangan yang bersifat
herediter dari komunikator.

iii. Banyaknya gerak isyarat yang digunakan dalam berkomunikasi membuatnya


sulit untuk dipelajari secara praktis dan sistematis dalam keterkaitannya dengan
perilaku manusia.

b. Hambatan Sejarah

Pada awalnya, cara pergerakan dalam pengucapan bahasa dianggap perlu dilakukan
untuk menarik perhatian audience, bukan sebagai pelengkap dan penguat pesan yang
ingin disampaikan.

c. Hambatan Metodologi

Diperlukan peralatan yang mahal untuk mempelajari komunikasi non verbal.

2.6 Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi verbal dan non verbal memiliki perbedaan yang mendasar. Dapat dilihat
dari pernyataan Anderson (dalam Faisal Wibowo, 2010) yang menyatakan bahwa:
“Non verbal communication is perceived as more honest. If verbal and non verbal
behaviors are inconsistent, most people trust the non verbal behavior. There is little
evidence that non verbal behavior actually is more trustworthy than verbal
communication; after all, we often controil it quite consciously. Nonetheless, it is
perceived as more trustworthy”.

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kedua sistem
komunikasi. Pertama, komunikasi non verbal dianggap lebih jujur. Jika muncul perilaku verbal
dan non verbal yang tidak konsisten, kebanyakan orang lebih percaya pada perilaku non
verbal. Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa perilaku non verbal sebenarnya lebih
dapat dipercaya daripada komunikasi verbal, walaupun kita sering mengontrolnya secara
cukup sadar. Namun, komunikasi non verbal dianggap lebih dapat dipercaya.

Perbedaan kedua, komunikasi non verbal memiliki saluran yang banyak. Komunikasi verbal
biasanya terjadi dalam satu saluran, seperti komunikasi verbal lisan yang dapat diterima
melalui pendengaran, maupun komunikasi verbal tertulis yang dapat dilihat, dirasakan,
didengar, berbau, dan mencicipi. Kita sering menerima komunikasi non verbal secara
bersamaan melalui dua atau lebih saluran, seperti contoh ketika kita merasa dan melihat
pelukan ibu dan anak sambil mendengar bisikan “i love you”.

Perbedaan ketiga, komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi non verbal
berlangsung terus-menerus. Simbol verbal mulai dan berhenti secara bergantian. Saat
seseorang mulai berbicara pada suatu waktu dan kemudian berhenti, kemudian berbicara
kembali suatu waktu lain. Namun, komunikasi non verbal cenderung dapat mengalir terus.
Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur mengungkapkan perasaan kita, saat kita
bicara, gerakan tubuh kita dan mengkomunikasikan penampilan, dan setelah kita berbicara
postur tubuh berubah, mungkin santai

Secara ringkas, perbedaan komunikasi verbal dan non verbal dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tipe Vokal Non Vokal
Komunikasi

Verbal Bahasa lisan Bahasa tulisan

Isyarat (gesture)
Nada suara (tone of voice)
Gerakan (movement)
Desah (sights)
Penampilan (appearance) Ekspresi
Non Verbal Jeritan (screams)
wajah (facial expression) Sentuhan
Kualitas vokal (vocal quality)
(haptics)
Intonasi
Tatapan (oculesics)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi non verbal merupakan proses pertukaran informasi antara komunikator
dengan komunikan dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata melainkan
menggunakan ekspresi atau bahasa tubuh (seperti: gerak-gerik tubuh, intonasi suara, gaya
berbicara, karakteristik penampilan) untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar
kata-kata yang terucap dan tertulis.

Komunikasi non verbal memiliki beberapa fungsi, yaitu: repetisi (pengulangan kembali
gagasan yang sudah disajikan secara verbal), substitusi (menggantikan lambang-lambang
verbal), kontradiksi (menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan
verbal), komplemen (melengkapi dan memperkaya makna dari pesan non verbal), aksentuasi
(penegas pesan verbal yang disampaikan komunikator kepada komunikan).

Jenis-jenis komunikasi non verbal dapat menunjukkan bidang luas komunikasi non
verbal dalam tindakan komunikasi manusia, adapun diantaranya adalah: kedekatan (proxemics),
gerak tubuh (kinesics), kronemik (chronemics), parabahasa (paralanguage), kebisuan, sentuhan
(haptics), tampilan fisik dan busana (artifactual), penciuman (olfactics), oculesics.

Budaya asal seseorang sangat menentukan bagaimana orang tersebut berkomunikasi


secara non verbal. Adapun hambatan dalam komunikasi non verbal, yaitu persepsi atau
pemahaman, sejarah, serta metodologi.
DAFTAR PUSTAKA

Atih, Ani. 2015. Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Hubungan Interpersonal. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.

Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra.

Hall, Edward Twitchell. 1963. A System for the Notation of Proxemic Behavior. American
Anthropologist Journal. Vol 65, issue 5: 1003-1026.

Hall, Edward Twitchell. 1966. The Hidden Dimension. Garden City, New York: Doubleday.

Herlina. 2020. Komunikasi Non Verbal. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

<http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._psikologi/196605162000122-herlina/ip-
tm5_komunikasi_nonverbal.pdf> (diakses 14 november, 2020).

Jalaludin, Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kurniati, Desak Putu Yuli. 2016. Modul Komunikasi Verbal dan Non Verbal. Denpasar:
Universitas Udayana.

<https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/a3a4fc3bf4ad19b0079f4a31c
593398b.pdf> (diakses 14 november, 2020).

Levine & Adelman. 1993. Non Verbal Communication: Speaking Without Words. New York
City: Prentice Hall.

<https://www.rpi.edu/dept/advising/american_culture/social_skills/nonverbal_comm
unication/reading_exercise.htm> (diakses 14 november, 2020).

Nurbani. 2019. Komunikasi Antar Pribadi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Pearson, Judy. 2003. Human Communication. New York City: Mc Graw Hill

Companies.

Wibowo, Faisal. 2010. Komunikasi Verbal dan Non Verbal. <http://faisal-


wibowo.blogspot.com/2013/01/komunikasi-verbal-dan-nonverbal.html> (diakses 15

november, 2020)
Wikipedia Website. 2020. Proxemics: Human Distances.

<https://en.wikipedia.org/wiki/proxemics#human_distances> (diakses 14 november,


2020).

Yasmin, Raihan Amalia. 2020. Komunikasi Verbal VS Komunikasi Non Verbal. <https://
https://binus.ac.id/malang/2020/06/komunikasi-verbal-vs-komunikasi-non-
verbal/#:~:text=sedangkan%20komunikasi%20non%2dverbal%20adalah,intonasi%20
suara%20dan%20kecepatan%20berbicara> (diakses 14 november, 2020).

Anda mungkin juga menyukai