Oleh :
Kelompok X reguler ganjil
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEPERAWATAN
MALANG
2011
1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul
“Penggunaan Bahasa Indonesia yang Santun”.
Dalam proses pembuatan karya tulis ini, penulis telah banyak dibantu
oleh berbagai pihak, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari pembaca agar karya tulis ini semakin sempurna.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................... 2
1.4. Manfaat ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Santun Bertutur kepada Mitra Tutur .......................................... 3
2.2. Penanda Pemakaian Bahasa yang Santun .................................. 4
2.3. Penanda Pemakaian Bahasa yang Tidak Santun ....................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana bertutur yang santun kepada mitra tutur.
2. Untuk mengetahui contoh pemakaian bahasa yang santun.
3. Untuk mengetahui contoh pemakaian bahasa yang tidak santun.
1.4 Manfaat
1. Pembaca mampu bertutur yang santun kepada mitra tutur.
2. Pembaca mampu membedakan antara bertutur kata yang santun dan tidak
santun.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1.Kemampuan mengendalikan emosi agar tidak ”lepas kontrol” dalam
berbicara.
2. Kemampuan memperlihatkan sikap bersahabat kepada mitra tutur.
3. Gunakan kode bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur.
4. Kemampuan memilih topik yang disukai oelh mitra tutur dan cocok
dengan situasi.
5. Kemukakan tujuan pembicaraan dengan jelas, meskipun tidak harus
seperti bahasa proposal.
6. Penutur hendaknya memiliki bentuk kalimat yang baik dan ucapkan
dengan enak agar mudah dipahami dan diterima oleh mitra tutur dengan
enak pula.
7. Perhatikanlah norma tutur lain, seperti gerakan tubuh, urutan tuturan.
4
c. Penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur.
Komunikasi akan santun jika antara penutur dengan mitra tutur
dalam berbicara selalu berprasangka baik satu sama lain.
d. Penutur terbuka dan menyampaikan kritik secara umum.
Komunikasi akan terasa santun jika penutur berbicara secara
terbuka dan seandainya menyampaikan kritik disampaikan secara
umum, tidak ditujukan secara khusus kepada person tertentu.
e. Penutur menggunakan bentuk lugas, atau bentuk pembelaandiri secara
lugas sambil menyindir.
Komunikasi dapat dinyatakan secara santun jika penutur
menggunakan bentuk tuturan yang lugas, tidak perlu ditutup-tutupi. Hal
demikian dapat dilihat pada data di bawah ini.
f. Penutur mampu membedakan situasi bercanda dengan situasi
serius.
Komunikasi masih akan terasa santun jika penutur mampu
membedakan tuturan sesuai dengan situasinya. Meskipun masalahan
yang dibicarakan bersifat serius tetapi jika penutur mampu
menyampaikan tuturan itu dengan nada bercanda, komunikasi masih
dapat dikategorikan bersifat santun.
Selain itu, ada pula fakta bahwa pemakaian Bahasa Indonesia yang
santunditandai dengan pemakaian bahasa verbal, seperti :
a. Perkataan”tolong” pada waktu menyuruh orang lain,
b. Ucapan ”terima kasih”setelah orang lain melakukan tindakan seperti yang
diinginkan olehpenutur,
c. Penyebutan kata ”bapak, Ibu” dari pada kata ”Anda”,
d. Penyebutan kata ”beliau” dari pada kita ”dia” untuk orang yang lebih
dhormati,
e. Pergunakan kata ”minta maaf” untuk ucapan yangdimungkinkan dapat
merugikan mitra tutur.
5
Di samping bentuk-bentuk verbal seperti di atas, perilaku santun
juga dapat didukung dengan bahasa non-verbal, seperti :
a. memperlihatkan wajah ceria.
b. selalutampil dengan tersenyum ketikaberbicara.
c. sikap menunduk ketika berbicara dengan mitra tutur.
d. posisi tangan yang selalu merapat pada tubuh (tidak berkecak
pinggang). Pemakaian bahasa non-verbal seperti itu akan dapat
menimbulkan ”aura santun” bagi mitra tutur
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
7
Daftar Pustaka