Anda di halaman 1dari 12

“PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG SANTUN”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, dosen pengampu:


Ninik Mardiana, M.Pd

Oleh :
Kelompok X reguler ganjil

 I Wayan Gede Saraswasta (115070200111021)


 Meti Verdian Yunisa (115070200111045)
 Atika Dyah (115070201111013)
 Maretta Sekar Dewi (115070207111017)
 Dewanti Erin Sasmi (115070213111001)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEPERAWATAN

MALANG
2011

1
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul
“Penggunaan Bahasa Indonesia yang Santun”.

Dalam proses pembuatan karya tulis ini, penulis telah banyak dibantu
oleh berbagai pihak, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Yth. Ninik Mardiana, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah


Bahasa Indonesia
2. Yth. Orang tua penulis, yang telah memberi dukungan semangat,
doa, dan materi
3. Ytc. Teman-teman Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Angkatan 2011, yang saling
mendukung dan membantu sehingga karya tulis ini dapat
terselesaikan.

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari pembaca agar karya tulis ini semakin sempurna.

Malang, Desember 2011

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................... 2
1.4. Manfaat ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Santun Bertutur kepada Mitra Tutur .......................................... 3
2.2. Penanda Pemakaian Bahasa yang Santun .................................. 4
2.3. Penanda Pemakaian Bahasa yang Tidak Santun ....................... 6

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan alat komunikasi, berkomunikasi merupakan interaksi
antara penutur dengan mitra tutur. Ada tiga hal penting ketika penutur berinteraksi
dengan mitra tutur. Pertama,mitra tutur diharapkan dapat memahami maksud yang
disampaikan oleh penutur. Kedua, setelahmitra tutur memahami maksud penutur,
mitra tutur akan mencari aspek tuturan yang lain. Ketiga tuturan penutur kadang-
kadang juga disimak oleh orang lain (orang ketiga) yang sebenarnyatidak
berkaitan langsung dengan komunikasi antar penutur dengan mitra
tutur.Berbahasa dan berprilaku santun merupakan kebutuhan setiap orang, bukan
sekedar kewajiban. Seseorang berbahasa dan berprilaku santun sebenarnya lebih
dimaksudkan sebagaiwujud aktualisasi diri. Setiap orang harus menjaga
kehormatan dan martabat diri sendiri. Hal inidimaksudkan agar orang lain juga
mau menghargainya. Inilah hakikat berbahasa secara santun.
Pendapat Sapir dan Worf (dalam Wahab, 1995) menyatakan
bahwa bahasa menentukan perilaku budaya manusia memang ada
benarnya. Orang yang ketika berbicara menggunakan pilihan kata,
ungkapan yang santun, struktur kalimat yang baik menandakan bahwa
kepribadian orang itu memang baik. Sebaliknya, jika ada orang yang
sebenarnya kepribadiannya tidak baik, meskipun berusaha berbahasa
secara baik, benar, dan santun di hadapan orang lain, pada suatu saat
tidak mampu menutup-nutupi kepribadian buruknya sehingga muncul
pilihan kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak baik dan tidak
santun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana santun bertutur kepada mitra tutur ?
2. Bagaimana penanda pemakaian bahasa yang santun ?
3. Bagaimana penanda pemakaian bahasa yang tidak santun ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana bertutur yang santun kepada mitra tutur.
2. Untuk mengetahui contoh pemakaian bahasa yang santun.
3. Untuk mengetahui contoh pemakaian bahasa yang tidak santun.

1.4 Manfaat
1. Pembaca mampu bertutur yang santun kepada mitra tutur.
2. Pembaca mampu membedakan antara bertutur kata yang santun dan tidak
santun.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Santun Bertutur kepada Mitra Tutur


Bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa
merupakan cermin kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa seseorang atau
suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Ungkapan kepribadian seseorang
yang perlu dikembangkan adalah ungkapan kepribadian yang baik, benar, dan
santun sehingga mencerminkan budi halus dan pekerti luhur seseorang. Seseorang
dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata yang tak pantas. Tak aneh bila
pembicaraan yang mengabaikan sopan santun menjadi pemicu terjadinya
kekerasan.
Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh
penutur atau penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang dipakai sesuai dengan kaidah yang
berlaku. Ketika seseorang sedang berkomunikasi, hendaknya disampaikan baik
dan benar juga santun. Kaidah kesantunan dipakai dalam setiap tindak bahasa.
Agar pemakaian bahasa terasa semakin santun, penutur dapat berbahasa
menggunakan bentuk-bentuk tertentu yang dapat dirasa sebagai bahasa santun.
Demi kesantunan, penutur harus dapat memperlakukan mitra tutur sebagai
berikut(Grace, 2000: 362):
a. Jangan perlakukan mitra tutur sebagai orang yang tunduk kepada
penutur.
b. Jangan mengatakan hal-hal yang kurang baik mengenai diri mitra tutur
atau orang atau barang yang ada kaitannya dengan mitra tutur.
c. Jangan mengungkapkan ketidaksetujuan dengan mitra tutur sehingga
mitara tutur merasa jatuh harga dirinya.
d. Jangan memuji diri sendiri atau membanggakan nasib baik atau
kelebihan diri sendiri.
Menurut Poedjosoedarmo (1978) mengungkapkan bahwa santun tidaknya
pemakaian bahasa dapat diukur melalui 7 prinsip yaitu:

3
1.Kemampuan mengendalikan emosi agar tidak ”lepas kontrol” dalam
berbicara.
2. Kemampuan memperlihatkan sikap bersahabat kepada mitra tutur.
3. Gunakan kode bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur.
4. Kemampuan memilih topik yang disukai oelh mitra tutur dan cocok
dengan situasi.
5. Kemukakan tujuan pembicaraan dengan jelas, meskipun tidak harus
seperti bahasa proposal.
6. Penutur hendaknya memiliki bentuk kalimat yang baik dan ucapkan
dengan enak agar mudah dipahami dan diterima oleh mitra tutur dengan
enak pula.
7. Perhatikanlah norma tutur lain, seperti gerakan tubuh, urutan tuturan.

2.2 Penanda Pemakaian Bahasa yang Santun


Santun tidaknya pemakaian bahasa dapat dilihat setidaknya dari dua hal,
yaitu:
a. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata yang dimaksud adalah ketepatan pemakaian kata untuk
mengungkapkan makna dan maksud dalam konteks tertentu sehingga
menimbulkan efek tertentu pada pada mitra tutur.
b. Gaya Bahasa (Majas)
Majas dapat membuat bahasa menjadi lebih indah dan lebih santun.
Pemakaian Bahasa Indonesia yang santun dapat identifikasi penandanya
sebagai berikut :
a. Penutur berbicara wajar dengan akal sehat.
Bertutur secara santun tidak perlu dibuat-buat tetapi sejauh
penutur berbicara secara wajar dengan akal sehat, tuturan akan terasa
santun.
b. Penutur mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan.
Setiap bertutur, penutur hendaknya selalu mengedepankan
pokok masalah yang diungkapkan, kalimat tidak perlu berputar-putar
agar pokok masalah tidak kabur.

4
c. Penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur.
Komunikasi akan santun jika antara penutur dengan mitra tutur
dalam berbicara selalu berprasangka baik satu sama lain.
d. Penutur terbuka dan menyampaikan kritik secara umum.
Komunikasi akan terasa santun jika penutur berbicara secara
terbuka dan seandainya menyampaikan kritik disampaikan secara
umum, tidak ditujukan secara khusus kepada person tertentu.
e. Penutur menggunakan bentuk lugas, atau bentuk pembelaandiri secara
lugas sambil menyindir.
Komunikasi dapat dinyatakan secara santun jika penutur
menggunakan bentuk tuturan yang lugas, tidak perlu ditutup-tutupi. Hal
demikian dapat dilihat pada data di bawah ini.
f. Penutur mampu membedakan situasi bercanda dengan situasi
serius.
Komunikasi masih akan terasa santun jika penutur mampu
membedakan tuturan sesuai dengan situasinya. Meskipun masalahan
yang dibicarakan bersifat serius tetapi jika penutur mampu
menyampaikan tuturan itu dengan nada bercanda, komunikasi masih
dapat dikategorikan bersifat santun.
Selain itu, ada pula fakta bahwa pemakaian Bahasa Indonesia yang
santunditandai dengan pemakaian bahasa verbal, seperti :
a. Perkataan”tolong” pada waktu menyuruh orang lain,
b. Ucapan ”terima kasih”setelah orang lain melakukan tindakan seperti yang
diinginkan olehpenutur,
c. Penyebutan kata ”bapak, Ibu” dari pada kata ”Anda”,
d. Penyebutan kata ”beliau” dari pada kita ”dia” untuk orang yang lebih
dhormati,
e. Pergunakan kata ”minta maaf” untuk ucapan yangdimungkinkan dapat
merugikan mitra tutur.

5
Di samping bentuk-bentuk verbal seperti di atas, perilaku santun
juga dapat didukung dengan bahasa non-verbal, seperti :
a. memperlihatkan wajah ceria.
b. selalutampil dengan tersenyum ketikaberbicara.
c. sikap menunduk ketika berbicara dengan mitra tutur.
d. posisi tangan yang selalu merapat pada tubuh (tidak berkecak
pinggang). Pemakaian bahasa non-verbal seperti itu akan dapat
menimbulkan ”aura santun” bagi mitra tutur

2.3 Penanda Pemakaian Bahasa yang Tidak Santun


a. Penutur menyampaikan kritik secara langsung (menohok mitra
tutur) dengan kata atau frasa kasar.
b. Penutur didorong rasa emosi ketika bertutur.
c. Penutur protektif terhadap pendapatnya.
d. Penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur.
e. Penutur menyampaikan tuduhan atas dasar kecurigaan.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

7
Daftar Pustaka

Kridalaksana,Harimurti.2011.Filsafat Bahasa. http://www.wikipedia.co.id/


Filsafat Bahasa, Diakses tanggal 20 November 2011. Jam 18.00.

Kridalaksana,Harimurti.2011.Norma santun. http://www.wikipedia.co.id/ Norma


santun, Diakses tanggal 12 November 2011. Jam 18.30.

Pranowo.2008.Kesantunan Berbahasa Indonesia sebagai Pembentuk


Kepribadian Bangsa.http://www.mari berbagi.com/Kesantunan Berbahasa
Indonesia sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa, Diakses tanggal 20
November 2011. Jam 19.00.

Anda mungkin juga menyukai