Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BAHASA INDONESIA

DIKSI ATAU PEMILIHAN KATA

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Sumiharti, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Silvia Tisabela (2000861201022)


2. Resti Juliana (2000861201100)
3. Athiyyah Dwi Angraini (2000861201141)
4. Indah Ramadhani (2100861201022)
5. Rauda Tunnur (2100861201155)
6. Ziki Rahmanda (2100861201206)
7. Jery Febrianto (2100861201214)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS BATANGHARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul: “Diksi atau Pilihan Kata”. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menemukan kesulitan-kesulitan


namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dalam waktu yang tepat. Kami berharap semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan sebagai petunjuk
maupun pedoman bagi para pembaca mengenai penggunaan diksi yang baik dan
benar dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan.

Adapun makalah Bahasa Indonesia ini telah kami usahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar penyusunan makalah. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada :

1. Dosen Bahasa Indoesia Ibu Dr. Sumiharti, M.Pd yang bersedia membimbing
kami dalam penyusunan makalah.
2. Orang tua penulis yang selalu memberi dukungan kepada penulis.
3. Rekan-rekan kelompok 4 yang mau bekerjasama dalam menyelesaikan
makalah.
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini ke depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
kami dan umumnya bagi pembaca.

Jambi, 17 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

D. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian diksi dan fungsi diksi 3

B. Kriteria pilihan kata 4

C. Syarat pemilihan kata dalam diksi 7

1) Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase 8

2) Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata& hubungan makna


8
3) Pilihan kata sesuai dengan kaidah lingkungan sosial kata 13
4) Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang 14

D. Pembentukan kata dalam diksi. 14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 19

A. Kesimpulan 19

B. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia dalam perkembangannya memang telah mengalami
pasang surut. Pemakaian kata dan struktur ejaannya sering dikacaukan karena
mengikuti perkembangan zaman. Bahkan atas nama modernisasi, orang jadi
cenderung malu untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Sehingga orang semakin mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa,
terutama dalam tata cara pemilihan kata. Terkadang kita pun tidak mengetahui
pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga ketika
kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami kesalahan dalam
penggunaan kata, frasa, paragraf, dan wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman
penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan
mungkin vital, terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam
berkomunikasi. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk
berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata
sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang.
Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-
kaidah yang benar.
Diksi atau pemilihan kata merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Diksi bukan hanya soal pilih-memilih
kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna
dan informasi yang ingin disampaikan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian diksi dan fungsi diksi?
2. Apa sajar kriteria pilihan kata?
3. Apa saja syarat pemilihan kata dalam Diksi?
4. Bagaimana pembentukan kata dalam Diksi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan tersebut maka tujuan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian diksi dan fungsi diksi.
2. Untuk mengetahui kriteria pilihan kata.
3. Untuk mengetahui syarat pemilihan kata dalam diksi.
4. Untuk mengetahui pembentukan kata dalam diksi.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan diksi yang baik dan benar
dalam pengolahan kata.
2. Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata
tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
3. Ketepatan diksi dalam menyampaikan suatu gagasan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi dan Fungsi Diksi

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan unsur sangat penting, baik
dalam dunia karya ilmiah maupun dalam dunia tutur. Dalam memilih kata
yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari
dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang
pemakaian kata-kata. Dan makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata
yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang
akan disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Pemilihan kata harus sesuai
dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Diksi sangat menentukan gaya bahasa. Gaya bahasa ditentukan oleh
ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Kata, kalimat, paragraf, atau wacana
menjadi efektif jika diungkapkan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya
bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan,
kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita.
Pemakaian diksi yang baik akan membantu pembicara dan pendengar
dalam menyelesaikan masalah, begitu pula sebaiknya, gagasan atau ide akan
sulit berterima jika diksi yang digunakan salah sasaran atau tidak sesuai
kontek pembicara dan pendengar.
Fungsi dari diksi antara lain :
1. Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah
paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
3. Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
4. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
5. Serangkaian kalimat harus jelas dan efektif sehingga sesuai dengan
gagasan utama.
6. Cara dari mengimplementasikan sesuatu kedalam sebuah situasi.
7. Sejumlah kosakata yang didengar oleh masyarakat harus benar-benar
dikuasai.

3
B. Kriteria Pilihan Kata

Agar dapat mengungkapkan gagasan, pendapat, pikiran, atau


pengalaman secara tepat, dalam berbahasa baik lisan maupun tulisan pemakai
bahasa hendaknya dapat memenuhi beberapa persyaratan atau kriteria di
dalam pemilihan kata. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Ketepatan. Dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih


kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu
dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan
kata lain, pilihan kata yang digunakan harus mampu mewakili gagasan
secara tepat, dan dapat menimbulkan gagasan yang sama pada pikiran
pembaca atau pendengarnya. Ketika seseorang salah memilih kata, orang
bisa saja tidak paham bahkan bisa tersinggung dengan kata yang dipilih si
pembicara. Begitu pun sebaliknya, dengan pemilihan kata yang tepat,
mitra tutur akan tertarik bahkan bisa terpengaruh dengan diksi yang
digunakan oleh si penutur. (Mustakim, 2015:46)
2. Kecermatan. Dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih
kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu.
Agar dapat memilih kata secara cermat, pemakai bahasa dituntut untuk
mampu memahami ekonomi bahasa, dan menghindari penggunaan kata
yang dapat menyebabkan kemubaziran. Sementara itu, pemakai bahasa
juga dituntut untuk mampu memahami penyebab terjadinya kemubaziran
kata. Hal itu dimaksudkan agar pengguna bahasa dapat memilih dan
menentukan kata secara cermat sehingga tidak terjebak pada penggunaan
kata yang mubazir. Kata yang mubazir adalah kata-kata yang
kehadirannya dalam konteks pemakaian bahasa tidak diperlukan. Dengan
memahami kata-kata yang mubazir, pemakai bahasa dapat menghindari
penggunaan kata yang tidak perlu dalam konteks tertentu.Penyebab
kemubaziran kata itu, antara lain, adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan kata yang bermakna jamak secara ganda Kata yang
bermakna jamak maksudnya kata yang mengandung makna lebih

4
lebih dari satu. Kalimat berikut, misalnya Para guru-guru sedang
upacara di lapangan. (Para guru sedang upacara./Guru-guru sedang
upacara di lapangan.) Penggunaan kata guru-guru menunjukkan
makna jamak sama dengan kata para.
b. Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi
secara ganda. Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut Ia
mendapat nilai eror disebabkan karena ia sering tidak
mengumpulkan tugas. (Ia mendapat nilai eror karena ia sering tidak
mengumpukan tugas) Kata disebabkan dan karena memiliki makna
yang sama, jadi tidak perlu digunakan bersamaan.
c. Penggunaan kata yang bermakna ‘saling’ secara ganda. Misal: Alif
dan Firman saling tonjok menonjok di depan kelas. (Alif dan
Firman saling tonjok di depan kelas) Kata tonjok menonjok
menunjukkan makna saling.
d. Penggunaan kata yang tidak sesuai dengan konteksnya Seseorang
harus mampu memilih kata sesuai konteksnya, misal, dalam ranah
resmi maka menggunakan pilihan kata yang resmi/baku, dalam
ranah santai menggunakan bahasa sehari-hari.
3. Keserasian. Dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Konteks pemakaian yang dimaksud dalam hal ini erat kaitannya dengan
faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.
a. Faktor Kebahasaan

Faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan


pemilihan kata adalah sebagai berikut.

1) Penggunaan kata yang sesuai dengan konteks kalimat Dalam sebuah


komunikasi kata yang dipilih harus sesuai dengan maksud kalimat,
misal pada kalimat berikut, “Nanti saya tanya mamaku” kalimat
tersebut benar jika maksud si pembicara adalah ia ingin bertanya
nanti kepada ibunya. Sayangnya, pada kalimat tersebut sering

5
digunakan dengan maksud si pembicara akan memberitahu ibunya
nanti. Inilah yang dimaksud tidak sesuai konteks secara kebahasaan.
2) Penggunaan bentuk gramatikal Bentuk gramatikal kata yang dipilih
haruslah tepat. Penggunaan imbuhan, kata ulang ataupun
pemajemukan harus dipilah sesuai maksud yang ingin disampaikan.
3) Penggunaan idiom Idiom adalah gabungan dua kata yang maknanya
tidak sama dengan makna dasar. Salah satu contoh idiom adalah
tangan panjang, idiom tersebut mengandung arti pencuri/suka
mengambil barang orang lain. Pada dasarnya idiom, sering
digunakan pada penulisan karya sastra. Pada teks akademik idiom
tidak digunakan.
4) Penggunaan ungkapan idiomatik Secara harfiah, istilah idiomatis
bermakna ‘bersifat seperti idiom’. Sehubungan dengan itu, yang
dimaksud dengan ungkapan idiomatis adalah dua buah kata atau
lebih yang sudah menjadi satu kesatuan dalam mengungkapkan
makna. Oleh karena itu, ungkapan tersebut harus digunakan secara
utuh, dalam arti tidak boleh dihilangkan salah satunya. Beberapa
ungkapan idiomatis dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
sesuai dengan, sehubungan dengan, berkaitan dengan, bergantung
pada, tergantung pada .
5) Penggunaan majas Dalam memilih diksi si penutur harus mampu
memilih majas untuk disesuaikan dengan maksud yang ingin
disampaikan. Penggunaan majas yang tidak tepat dapat membuat
komunikasi tidak lancar. Majas tidak digunakan pada teks akademik.
6) Penggunaan kata yang lazim Penggunaan kata yang lazim, sangat
penting. Hal ini untuk meminimalisasi kesalahpahaman.
b. Faktor Nonkebahasaan

Kriteria keserasian dalam pemilihan kata berkaitan pula dengan faktor


di luar masalah bahasa. Faktor nonkebahasaan yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan kata agar serasi, antara lain, adalahsebagai berikut.

6
1) Situasi pembicaraan. Pilihan kata harus disesuaikan dengan situasi
pembicaraan. Dalam situasi resmi penutur menggunakan diksi yang
resmi. Sementara dalam situasi santai, penutur boleh menggunakan
kata-kata sehari-hari.
2) Mitra bicara/lawan bicara. Pemilihan kata juga harus disesuaikan
dengan mitra tutur. Berbicara dengan orang yang lebih tua, tentu
berbeda dengan berbicara dengan teman sebaya. Berbicara dengan
atasan tentu berbeda dengan berbicara dengan karyawan lain.
3) Sarana bicara. Pemilihan kata harus disesuaikan dengan sarana
bicara. Menyampaikan informasi melalui media lisan tentu berbeda
dengan melalui media tulis. Penggunaan diksi disesuaikan dengan
sarana bicara, misalnya pada media lisan digunakan kata “ketawa”.
Sementara itu, pada media tulis menggunakan kata”tertawa”.
4) Kelayakan geografis. Lain lubuk lain belalang, tampaknya
peribahasa ini tepat untuk menjadi analogi. Pemilihan kata yang
digunakan seorang penutur di tempat tertentu belum tentu bisa
digunakan di tempat lain. Pemilihan diksi yang tepat akan membuat
mitra tutur berterima.
5) Kelayakan temporal. Diksi yang dipilih harus disesuaikan dengan
kapan si penutur melakukan tuturan. Pemilihan kata pada waktu
yang tidak tepat akan menghadirkan multitafsir, atau
ketersinggungan meskipun maksud si penutur benar.
C. Syarat Pemilihan Kata Dalam Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata,
yaitu persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang
dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan.
Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat,
artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis.
Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata,
perlu diperhatikan:

7
a. Kaidah kelompok kata/ frase
b. Kaidah makna kata
c. Kaidah lingkungan sosial
d. Kaidah karang-mengarang
Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :
1) Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase,
seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
 Tepat
Contohnya: Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim,
tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan
mata.
 Seksama
Contohnya: Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata
yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi
kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi.
Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa
besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak
seksama.
 Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak
lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan
membingungkan pengertian saja.
Contohnya: Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat
mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata
santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua
kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak
lazim dari sudut makna dan pemakain-nya.
2) Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
 Makna Kata

8
a) Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Makna denotatif sering disebut juga makna konseptual. makna
denotatif adalah makna yang bersifat umum. Contohnya kata makan,
bermakna memasukkan ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
Makna kata makan seperti itu adalah makna denotatif.
b) Makna konotasi adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan
pada sebuah makna konseptual. Makna konotatif tidak tetap, berbeda
dari zaman ke zaman. Makna konotatif lebih bersifat pribadi dan
khusus. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil
(donotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Contoh:
- Rumah => gedung, wisma, graha
- Penonton => pemirsa, pemerhati
c) Makna Umum adalah kata yang cakupannya lebih luas. Contohnya:
bunga termasuk kata umum.
d) Makna Khusus adalah kata yang memiliki cakupan yang lebih sempit
atau khusus. Contohnya: kata khusus dari bunga adalah mawar,
melati, anggrek.
e) Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi alat
indera atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan.
Contoh: Kata nyamuk, makna leksikalnya adalah binatang yang
menyebabkan timbulnya penyakit.
f) Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna jamak bahasa
Indonesia, menggunakan pengulangan kata, seperti kata: meja yang
bermakna “sebuah buku” menjadi meja-meja yang bermakna “banyak
meja”.
g) Makna pribahasa adalah makna yang bersifat memperbandingkan atau
mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama
perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim
digunakan dalam peribahasa.

9
h) Makna kias adalah kata ataupun kalimat yang tidak mengandung arti
yang sebenarnya. Contoh: raja siang, bermakna matahari.
i) Makna lugas adalah makna sebenarnya atau makna dasar dari suatu
kata / makna denotasi. Hal-hal mengenai yang pokok-pokok saja
bersifat apa adanya, dan tidak berbelit-belit. Contoh: Bunga di taman
rumah ku sangat indah. Kata bunga dalam kalimat di atas
menunjukkan bunga yang sebenarnya.
j) Kata konkret adalah kata yang dapat diserap oleh panca indra.
Misalnya meja, air, dan suara.
k) kata abstrak adalah kata yang sulit diserap oleh panca indra. Misalnya
kemerdekaan, kebebasan.
l) Majas atau Gaya Bahasa adalah kata-kata berbentuk ungkapan-
ungkapan agar lebih hidup dan terlihat konkret. Makna majasi
diperoleh bila sebuah makna denotasi kata dipakai untuk menyatakaan
makna denotasi yang lain. Beberapa majas atau gaya bahasa yang
perlu diketahui:
 Majas Persamaan atau Simile yaitu, persamaan dua hal. Kedua
hal itu dapat disela oleh kata seperti, ibarat dan bagai. Contohnya
: Ia manis bagai putri dari kayangan
 Majas Perumpamaan adalah hampir sama dengan simile, tetapi
persamaan tidak mempunyai unsur disamakan. Contohnya :
Bagai air di daun talas
 Majas Metafora adalah majas yang mengimplisitkan persamaan.
Metafora menyatakan secara langsung dua benda yang sama.
Kalau simile mengungkapkan : Gadis itu seperti bunga melati,
metafora mengungkapkan dengan cara lain, yaitu : Aku bertemu
dengan bunga melaati kampung kami. Contohnya : Ia sampah
masyarakat
 Majas Metonimi adalah majas yang beriontasi pada bagian kecil
suatu benda. Melati adalah metonimi dari bunga. Untuk
menyebutkan sesuatu, cukup disebutkan bagian metoniminya saja

10
agar makna kalimat itu lebih jelas. Contohnya : Ia datang dengan
Corolla.
 Majas Personifikasi adalah majas pemanusiaan alam. Alam
dianggap manusia, dapat berbicara, bertindak, dan bergerak.
Contohnya : pembangunan kini membelah desa dan kota.
 Majas Litotes adalah majas yang merendahkan diri secara
berlebih-lebihan. Contohnya : Engkau menganggap ceritaku
hanya angin lalu.
 Majas Hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan sesuatu
dengan cara meninggikan hal-hal yang tidak semestinya.
Contohnya : harga-harga sekarang mencekik leher
 Klimaks Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang
bersifat periodik.
 Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur
mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu
acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting
berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks
sering kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan
pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi
memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat
itu.
 Antithesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung
gagasan-gagasan yang pertentangan, dengan mempergunakan
kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.
 Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian
kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai.
 Erotesis atau Pertanyaan Retoris adalah semacam pertanyaan
yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk
mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar,
dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.

11
 Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani
synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke
adalah semacam bahasa figuratip, yang mempergunakan sebagian
dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto)
atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian
(totum pro parte).
 Eufimisme adalah ungkapan yang halus untuk menggantikan
kata-kata yang dirasakan menghina ataupun menyinggung
perasaan. Contohnya: Anak anda memang tidak terlalu cepat
mengikuti pelajaran seperti anak-anak lainnya. (=bodoh)
 Sarkasme adalah sindiran langsung dan kasar. Kata-kata pedas
untuk menyakiti hati orang lain, cemoohan atau ejekan kasar.
 Pleonasme disebut pleonasme apabila kata yang berlebihan yang
jika dihilangkan, artinya tetap utuh. Contohnya: Saya telah
mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri. Ungkapan di atas
adalah pleonasme karena semua kata tersebut memiliki makna
yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata: dengan telinga saya,
 Macam-Macam Hubungan Makna
a) Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan
dan pengucapan. Contoh: Bisa berarti : Dapat, sanggup, racun. Buku
berarti : Kitab, antara ruas dengan ruas.
a.) Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan tulisan tetapi berlainan pengucapan dan arti. Contoh: Teras
(inti) dengan teras (halaman rumah), Tahu (paham) dengan tahu
(sejenis makanan).
b.) Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti. Contoh: Bang
dengan bank, Masa dengan massa.
c.) Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya
tetapi mempunyai arti yang sama. Contoh: Pintar dengan pandai,
Bunga dengan kembang.

12
d.) Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya. Contoh: Tua-
muda, Besar – kecil, Luas – sempit.
e.) Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing
berarti’banyak’ dan ‘tanda’. Jadi polisemi berarti suatu kata yang
memiliki banyak makna. Contoh: Kata kepala yang mempunyai arti
bahagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga berarti orang yang
menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya, Kata kaki
yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat juga
kaki meja yang menahan meja.
f.) Hipernim merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.

hipernim hiponim
buah Mangga, apel, jeruk, dll
handphone Lenovo, asus, samsung, dll
hewan Kucing, anjing, kijang, dll
kendaraan Motor, mobil, sepeda, dll
g.) Hiponim adalah suatu kata yang maknanya telah tercakup oleh kata
yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan.
Contoh: kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna
tongkol termasuk makna ikan.
3) Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata

Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakian kata-kata.


Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan
lebih tepat dan mengena. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :

a) Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek

Contoh: Kata-kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus,


mangkat kita bedakan penggunaanya di dalam bahasa Indonesia
berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat tingkat sosialnya.

b) Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek

13
Contoh: Kata-kata bis, kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya
berdasarkan geografinya.
c) Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku

Contoh: Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan


berdasarkan maknanya.

d) Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan


khusus.
- Makna Umum( hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.
Contoh: bunga, bulan, hewan, kendaraan
- Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit
atau terbatas. Contoh:

Hipernim Hiponim
Melihat Menengok,menatap, melirik, menjenguk, melotot
Bunga Melati, Anggrek, Sedap Malam
Bulan Januari,Februari, Maret
Hewan Ayam, Burung, kambing
4) Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang.
Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Pilihan kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok
kata yang berpasangan tetap, pilihan kata langsung dan pilihan kata yang
dekat dengar pembaca. Contoh:
- Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
- Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
- Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil
kekasihnya melalui telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-
belit)
- Tidak semua pendengar/pembaca mengerti singkatan balita, KISS,
dan kelompencir.

D. Pembentukan Kata Dalam Diksi


Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa
Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar

14
kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur
serapan.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru dengan
memanfaatkan kosa kata yang sudah ada, misalnya:

Tata Daya Serba


Tata buku Daya tahan Serba putih
Tata bahasa Daya pukul Serba plastik
Tata rias Daya tarik Serba kuat
Tata cara Daya serap Serba tahu
Dari luar bahasa indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata,
baik bahasa daerah maupun bahasa asing, misalnya:

Asing Daerah
Bank Wisata
Kredit Santai
Valuta Nyeri
televisi Candak kulak
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi eh
bahasa asing. Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena
berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, pengaruh memengaruhi
dalam hal kosa kata pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah
penyerapan kata-kata itu. Oleh sebab itu, Pedoman Limum bentukan Istilah
yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal
disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda situasi
tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia Pungutan kata-kata asing
yang bersifat internasional sangat kita perlukan karena kita memerlukan suatu
komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi
yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.
Kata-kata pungut itu ada yang diambil tanpa diubah, tetapi ada juga
yang diubah ejaannya. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan

15
Ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan. Bentuk-bentuk serapan itu
ada beberapa macam:
1. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.
Yang termasuk kata-kata itu ialah: bank, opname, dan,golf.
2. Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa
indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah

subject subjek
apotheek apotek
standard standar
university universitas
3. Kita menerjemahkan dan memadakan istilah-istilah asing ke dalam
bahasa indonesia. Yang tergolong ke dalam bentuk ini ialah

Starting point Titik tolak,


Meet the press Jumpa pers,
Up to date Mutakhir,
briefing Taklimat, dan
hearing Dengar pendapat
4. Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat ke
universalannya. Yang termasuk golongan ini ialah;de facto,status
quo,cum laude, dan ad hoc.
5. Kita dapat menyerap kata dari bahasa daerah,seperti nyeri (sunda) dan
kiat (minangkabau).
6. Berikut didaftarkan beberapa kata serapan dari bahsa asing.

list Senarai,
airport Bandara,
image Citra,
gap Keseenjangan, dan
customer Pelanggan.

16
Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu
memperhatikan beberapa ukuran berikut.
a) Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat
dihindari. Contoh: nongkrong, raun.
Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh: ganyang, lugas dan heboh, santai.
a) Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara
cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana
pembicaraan. Contoh: tunanetra => buta, tunarungu => tuli.
a) Kata yang tidak lazim dipakai atau dihindari, kecuali kalau sudah
dipakai oleh masyarakat. Contoh: konon, laskar, dan lepau.

Di bawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata.


Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, saksama
dalam dalam pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan. Beberapa
contoh pemakaian kata di bawah ini dapat dilihat.
a) Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata
itu tidak selalu dapat dipertukarkan.
Contoh: masjid raya, rumah besar, hakim agung.
a) Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya.
Kata tiap-tiap harus diikuti kata benda, sedangkan kata masing-
masing tidak boleh diikuti oleh kata benda.
Contoh: Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang, Masing-
masing mengemukakan keberatannya.
a) Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat.
Contoh benar: Dalam ruang itu kita dapat menemukan meja, buku,
bangku, dan lain-lain.
Contoh salah: Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang,
seperti meja, buku, bangku, dan lain-lain.

17
a) Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata
pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka
waktu.
Contoh: Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam,
yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00.
e) Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak
diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata
benda. Contoh Ia mencari sesuatu, suatu masalah perlu dibicarakan
dengan cermat.
a) Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai
untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh: Cincin itu terbuat dari emas.
Kata daripada berfungsi untuk membandingkan dua hal sebagai dua
benda, kerja, atau sifat yang ada pada benda tersebut.
Contoh: Duduk lebih baik daripada berdiri.
a) Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan, Kata di
mana tersebut harus diubah menjadi yang, bahwa, tempat dan
sebagainya. Contoh: Kemarin siang terjadi tabrakan beruntun yang
melibatkan lima kendaraan dan mengakibatkan dua orang penumpang
mobil Jazz luka berat.

18
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk
menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus
memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dan
makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat akan membantu
seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang akan disampaikannya, baik
lisan maupun tulisan. Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan tempat
penggunaan kata-kata itu.

Fungsi dari diksi antara lain: membuat pembaca atau pendengar


mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan
oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif,
melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal, membentuk gaya
ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca, serangkaian kalimat harus jelas dan
efektif sehingga sesuai dengan gagasan utama, cara dari
mengimplementasikan sesuatu kedalam sebuah situasi, sejumlah kosakata
yang didengar oleh masyarakat harus benar-benar dikuasai.

Kriteria pilihan kata yang dimaksud adalah sebagai berikut: ketepatan,


kecermatan, keserasian. Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam
memilih kata-kata, yaitu persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Untuk
memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan: kaidah kelompok kata/ frase, kaidah makna kata, kaidah
lingkungan sosial, kaidah karang-mengarang.

19
Makna kata ada beberapa macam sebagai berikut makna denotative,
makna konotasi, makna umum, makna khusus, makna leksikal, makna
gramatikal, makna pribahasa, makna kias, makna lugas, kata konkret, kata
abstrak, majas atau gaya bahasa adalah kata-kata berbentuk ungkapan-
ungkapan agar lebih hidup dan terlihat konkret. Makna majasi diperoleh bila
sebuah makna denotasi kata dipakai untuk menyatakaan makna denotasi yang
lain. Beberapa majas atau gaya bahasa yang perlu diketahui: majas persamaan
atau simile, Majas Perumpamaan, Majas Metafora, Majas Metonimi, Majas
Personifikasi, Majas Litotes, Majas Hiperbola, klimaks, Antiklimaks,
antithesis, repetisi, frotesis, Sinekdoke, eufimisme, pleonasme.

Macam-macam hubungan makna sebagai berikut Homonim,


Homograf, Homofon, Sinonim, Antonim, Polisemi, Hipernim, Hiponim. Ada
dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang
sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.

B. SARAN
Di zaman modern sekarang masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata
bahasa yang salah sehingga menggunakan kata dengan tidak tepat atau
bahkan salah. Dampaknya ialah komunikasi antara kedua belah pihak
terhambat di karena kan kesalahpahaman penafsiran. Dengan berpedoman
pada EYD, khususnya para pelafalan huruf hendaknya mengikuti aturan yang
sudah dibakukan. Masyarakat juga harus mahir dalam memilah mana kata
yang tepat dan tidak tepat dengan mempelajari diksi secara lebih luas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Rafiek, M & Rusma Noortyani. (2015). BAHASA INDONESIA UNTUK


MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI. Banjarmasin: Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Suhartina. (2018). BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI:
Terampil Berbahasa Melalui Pembelajaran Berbasis Teks.
Makassar Sulawesi Selatan: Aksara Timur.
Arifin E. Zaenal dkk. (2010). BAHASA INDONESIA AKADEMIK: MATA
KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Tangerang: PT
Pustaka Mandiri.

21

Anda mungkin juga menyukai