NIM : 106120005
Prodi Komunikasii
(Ladyman, J. (2002). Understanding Philosophy of Science. London & New York: Routledge & Lubis,
A.Y., Adian, D.G. (2011). Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan: Dari David Hume sampai Thomas
Kuhn. Depok: Koekoesan)
Metode Ilmiah
Pengetahuan tidak dapat diperoleh dari warisan budaya dan tradisi, melainkan harus melalui
tahap-tahap yang sistematis. Langkah untuk mencapai pengetahuan ilmiah juga harus
mendapatkan telaah kritis-refleksif dari filsafat. Oleh karena itu, munculah salah satu disiplin
dalam filsafat, yang disebut metodologi.
Metode dan metodologi adalah dua pengertian yang berbeda. Metode merupakan
Langkah-langkah sistematis yang digunakan dalam ilmu tertentu yang tidak bisa diterima begitu
saja. Metode lebih bersifat spesifik. Sedangkan metodologi adalah bagian dari sistematika filsafat
yang mengkaji cara-cara mendapatkan pengetahuan ilmiah”. Metodologi memfokuskan pada ilmu
umum, dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Metodologi bertujuan menganalisis cara kerja ilmu pengetahuan yang sudah berlaku, dan
menentukan cara kerja yang benar untuk ilmu pengetahuan, dan kemudian dikembangkankan
untuk merancang metode-metode baru yang sejalan dengan gejala yang belum dipahami.
Proses dari observasi ke prinsip umum disebut induksi, dan proses dari prinsip-prinsip
umum ke observasi dinamakan deduksi.
Pada saat itu muncul berbagai pemikiran tentang metode yang pada dasarnya
menolak otoritas pandangan dunia Aristotelian yang selama ini dianggap mendominasi
wacana sains. Galileo, Francis Bacon, dan Rene Descartes mereka mengaggap bahwa
pemikiran Aristoteles terlalu spekulatif dan metafisik terutama tentang “sebab final”
sebagai penjelasan teleologis semesta. Penjelasan teleologis adalah penjelasan pada
benda mati. Aristoteles mengemukakan empat sebab yang menjelaskan tentang
keteraturan semesta, yaitu: sebab materi, sebab efisien, sebab formal, dan sebab final.
Berdasarkan pemikirannya tentang empat sebab tersebut, Aristoteles bersikeras bahwa
setiap penjelasan ilmiah tentang suatu proses harus terdapat sebab final dari proses
tersebut.
Proyek “pembersihan” Galileo dan francis Bacon lalu dilanjutkan oleh Descartes,
namun tidak mengambil penekanan pada induksi, melainkan deduksi sebagai metode
ilmiah sains. Menurut Descrates, untuk lepad dari seluruh tradisi dan dogma yang ebrsofat
distortif kita harus melakukan suatu keraguan radikal. Keraguan raguan menghasilkan tiga
ide yang tidak bisa diragukan kebenarannya, yaitu: ide tentang wujud yang sempurnya
(perfect being), ide tentang diri yang berkesadaran (res cogitans), dan ide tentang materi
yang bekeluasaan (res extensa). Keraguan terhadap ide tersebut menjebak kita pada
sebuah kontradiksi perfomatoris.
Penjabaran Novum Organum adalah Alat Baru, dan Bacon lalu diusulkan metode
sebagai pengganti Organum Aristoteles. Logika adalah studi penalaran dari apa penalaran
pada sekitar. Oleh karena itu, dalam logika dua argument diperlakukan seolah – olah
mereka sama karena bentuk atau srtuktur yang setara meskipun perbedaan dalam konten
mereka.
Begitu banyak aspek-aspek negative dari filsafat Bacon, tapi terdapat proposal
positif untuk bagaimana cara memperoleh pengetahuan tentang cara kerja alam. Dimulai
dengan pengamatan secara bebas dari pengaruh buruk. Tujuannya adalah untuk mencapai
kebenaran dengan mengumpulkan informasi tentang negara tertentu.
Percobaan dapat dilakukan secara berulang sehingga orang lain dapat memeriksa
hasil yang diperoleh. Demikian pula para ilmuwan lebih memilih hasil percobaan yang
direkam oleh instrument yang mengukur jumlah menurut definisi standar sehingga
persepsi individu melakukan percobaan tidak mempengaruhi hasil yang dilaporkan kepada
orang lain.
Metode induksi adalah penarikan kesimpulan yang bertitik tolak dari data-data
kongkret menuju pada kesimpulan umum. Apabila seorang ilmuwan hendak melakukan
penelitian dengan metode induksi, maka harus melalui tahapan berikut:
Kita dapat mengambil kesimpulan abstrak bahwa metode Bacon datang dari
simple account dari scientific method. Metode Bacon bersandar pada dua pilar, observasi
dan induksi.
Induksi dalam arti luas adalah segala bentuk penalaran tidak deduktif, tetapi
dalam arti sempit yang digunakan Bacon, itu adalah bentuk penalaran di mana kita
menggeneralisasi dari seluruh koleksi contoh tertentu untuk kesimpulan umum.
Menurut Hume, setiap proposisi yang benar pun tentang relasi di antara ide-ide
kami dibuktikan dengan deduksi, karena negasinya akan menyiratkan kontradiksi.
Hume mengataka bahwa ada jumlah tak terbatas pada bilangan prima, dapat
dibuktikan dengan menunjukkan bahwa penyangkalan itu tidak sesuai dengan hal-hal
lain. Bukti tersebut akan mulai dengan asumsi bahwa terdapat bilangan prima
terbesar yang kemudian digunakan bersama dengan asumsi lain tentang bilangan
(khususnya tentang keberadaan faktor prima) untuk mendapatkan kontradiksi.
Di sisi lain, Hume mengemukakan bahwa pengetahuan tentang fakta hanya bisa
diturunkan dari indera karena ide yang terlibat logis tidak terkait dan karenanya
proposisi tidak deduktif dapat dibuktikan.
Hume mengamati bahwa praktik induktif didasarkan pada hubungan sebab akibat,
tetapi ketika Hume menganalisis hubungan ini ia menemukan bahwa semua itu
bersudut pandang empiris dari konjungsi konstan peristiwa, dengan kata lain konten
objektif dari hubungan kausal yang diajukan dari beberapa keteraturan atau pola
dalam perilaku bertahan. Karena masalah aslinya adalah membenarkan ekstrapolasi
dari beberapa keteraturan masa lalu untuk perilaku masa depan dari hal-hal yang
menarik hubungan sebab dan efeknya tidak berhasil. Karena secara logis mungkin
bahwa keteraturan apa pun akan gagal bertahan di masa depan. Satu-satunya dasar
yang kita miliki untuk induktif inferensi adalah keyakinan bahwa masa depan akan
menyerupai masa lalu. Tapi masa depan yang akan menyerupai masa lalu hanya
dibenarkan oleh pengalaman masa lalu, yaitu dengan induksi, dan pembenaran
induksi persis apa yang dimaksud. Oleh karena itu, Hume tidak memiliki pembenaran
untuk praktik induktif dan itu adalah produk dari hewan naluri dan kebiasaan dari
sebuah alasan. Jika Hume benar, maka tampaknya semua pengetahuan ilmiah kita
seharusnya sepenuhnya tanpa rasional dasar.
Hume menerima bahwa skeptisisme tidak dapat dikalahkan tetapi kita tetap
harus melanjutkan hidup kita. Ia juga berpendapat bahwa apa yang terjadi hari ini
disebut penalaran induktif, inferensi induktif atau inferensi ampliative tidak
sepenuhnya adalah penalaran melainkan hanya sebuah kebiasaan untuk membentuk
keyakinan tentang apa yang belum diamati.
2.4. Kesimpulan
Pelajaran umum yang bisa dipelajari dari sejarah dan praktik ilmu pengetahuan
adalah sebagai berikut:
1) Terkadang teori baru menyempurnakan pemahaman kita tentang data kita sudah
punya dan, secara umum, yang pertama tidak bisa begitu saja dibaca off atau
disimpulkan dari yang terakhir.
2) Sejarah sains sering kali melibatkan pengenalan konsep yang baru dan properti yang
tidak dapat disimpulkan begitu saja melalui data.
3) Teori membimbing kita dalam memutuskan apa yang akan diamati dalam kondisi
apapun dan terutama dalam kasus sains modern. Pengamatan tanpa prasangka akan
merugikan bahkan jika itu terjadi. Hubungan antara teori dan observasi jauh lebih
kompleks daripada yang terlihat pada pandangan pertama.
4) Banyak pengaruh yang berbeda (mimpi, keyakinan agama, metafisik kepercayaan, dan
sebagainya) dapat menginspirasi seorang ilmuwan untuk mengusulkan tertentu
hipotesis selain data yang sudah dia ketahui.
Substansi:
Setelah saya membaca dan membuat resume pendapat mengenai kekurangan dan kelebihan pada
buku tersebut adalah.
1. Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan: Dari David Hume sampai Thomas Kuhn.
Kelebihan buku: Buku yang ditulis oleh Akhyar Yusuf Lubis dan Dony Gahral Adian secara
spesifik menjelaskan tentang pengenalan filsafat ilmu pengetahuan. Dalam struktur
kebahasaan dan juga struktur paragraph buku ini merupakan buku yang secara keseluruhan
sangat baik. Penjelasan yang ditulis oleh penulis mudah dipahami karena menggunakan
bahasa yang baik dan jelas. Buku ini menjelaskan tentang beberapa topik namun dalam setiap
topiknya penulis fokus kepada satu hal yang sedang dibahas.
Kekurangan buku: karena buku ini merupakan buku filsafat buku ini akan sedikit lebih sulit
dibanding buku pengetahuan lainnya. Buku ini perlu dibaca dengan pikiran yang terbuka dan
selanjutnya dianalisa lebih lanjut.
2. Understanding Philosophy of Science (James Ladyman)
Kelebihan buku: Buku yang ditulis James Ladyman dibawakan secara lengkap dan jelas serta
dilengkapi dengan contoh dan juga ilustrasi-ilustrasinya. Buku ini membahas hal mulai dari
yang sederhana hingga yang sangat kompleks.
Kekurangan buku: pada judul buku disebutkan bahwa buku ini membahas tentang filosofi ilmu
pengetahuan yang biasanya akan sulit untuk dipahami.
Reference:
Adian, D. G., & Lubis, A. Y. (2011). Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan: Dari David Hume sampai
Thomas Kuhn. Depok: Penerbit Koekoesan.
Ayer, A.J. (1956) The Problem of Knowledge, chapter 2, Harmondsworth, Middlesex: Penguin.
Hume, D. (1963) An Enquiry Concerning Human Understanding, Oxford: Oxford University Press.
Russell, B. (1912) The Problems of Philosophy, chapter 6, Oxford: Oxford University Press.
Woolhouse, R.S. (1988) The Empiricists, chapter 8, Oxford: Oxford University Press.