Pengertian Metodologi
Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metodologi bisa diartikan ilmu
yang membicarakan tentang metode-metode. Kata metode berasal dari bahasa yunani
methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti, sesdah) dan
kata benda hodos (jalan, perjalanan, cara, arah) kata methodos sendiri lalu berarti:
penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode ialah cara
bertindak menurut sistem aturan tertentu.1
B. Unsur-Unsur Metodologi
1. Interpretasi (menafsirkan)
3
Ibid, hlm. 91.
evidensi objektif untuk mencapai kebenaran yang autentik. Dengan interprestasi ini
diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian, pemahaman, atau Verstehen 4.
Pada dasarnya interprestasi berarti tercapainya pemahaman yang benar mengeni
ekspresi manusiawi yang dipelajari. Menurut Ricoeur fakta atau produk itu dibaca
sebagai suatu naskah. Pemahaman seperti itu terjadi, jikalau misalnya ada
pemahaman mengenai:
4
Istilah Verstehen diajukan oleh Wilhelm Dilthey sebagai metode yang digunakan untuk
mendekati produk-produk budaya, yakni menemukan dan memahami makna di dalamnya
yang dapat dilakukan dengan menempatkannya dalam konteks.
terjadi sekaligus. Akan tetapi, siklus ini diberi bentuk tersendiri dalam penelitian
filsafat, berhubungan dengan sifat-sifat objek formal yang istimewa, yaitu manusia.
a. Metode Deduktif
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang memadai
dan dapat dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui
akal saja yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus mutlak,
yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Sedangkan pengalaman
hanya dapat dipakai untuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan yang telah
diperoleh melalui akal. Akal tidak memerlukan pengalaman dalam memperoleh
pengetahuan yang benar, karena akal dapat menurunkan kebenaran itu dari dirinya
sendiri, dengan menerapkan metode deduktif.
5
Morris Kline, “The Meaning of Mathematics”, Adventures of The Mind (New York: Vintage,
1961).
tersedia yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi. Oleh sebab itu maka
dipergunakan pula berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran
korespondensi.
b. Metode Induktif
3. Koherensi Intern
Yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan
menunjukkan semua unsur structural dilihat dalam suatu struktur yang konsisten,
sehingga benar-benar merupakan internal structure atau internal relations . walaupun
mungkin terdapat semacam oposisi di antaranya, tetapi unsur-unsur itu tidak boleh
bertentangan satu sama lain. Dengan demikian akan terjadi suatu lingkaran
pemahaman antara hakikat menurut keseluruhannya dari suatu pihak dan unsur-
unsurnya dipihak lain.
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta,
dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang
dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian
ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas
ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil
(simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
4. Holistika
Tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai suatu kebenaran secara utuh.
Objek dilihat interaksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek akan terlihat
bila ada korelasi dan komunikasi dengan lingkungnnya. Objek (manusia) hanya
dapat dipahami dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan
manusia, dan manusia sendiri dalam hubungannya dengan segalanya yang mencakup
hubungan aksi-reaksi sesuai dengan tema zamannya.
Maka terjadi lagi suatu lingkaran hermeunitis, yaitu antara objek penelitian
dan cakrawalanya. Penelitian filsafat harus mengupayakan menangkap interaksi
antara keunikan dan otonomi objeknya dan konteks universal lingkungan hidup dan
sejarah yang luas. Manusia dalam hakikatnya tidak bisa dipisahkan atau diisolasikan
dari yang lain. Kalau mereka dilawankan, maka perlawanan itupun berarti:
hubungan.
6
Ricoeur, A Whole, 1982, hlm. 14.
Pandangan menyeluruh ini juga dapat disebut totalitas; semua dipandang
dalam kesinambungannya dalam suatu totalitas. Whitehead mempergunakan kata
pikiran organis. Husserl bicara mengenai Aussenhorizont: fenomena harus dilihat
dalam cakrawalanya. Hakikat atau eidos, menurut Husserl, tidak hanya meliputi inti
dan sifat-sifat pokok, melainkan juga semua relasi-relasi transcendental dengan yang
lain. Descartes bicara tentang discours; tidak ada kebenaran terisolasi, melainkan
setiap pemahaman dihubungkan dalam suatu pembicaraan menyeluruh.
5. Kesinambungan Historis
Justru dalam hubungan mata rantai itulah harkat manusia yang unik dapat
diselami. Misalnya dalam kesinambungan itu peneliti berusaha memahami Friedrich
Nietzsche, yang begitu menantang agama dan Tuhan, dan yang dengan tubuh lemah
dan sakit-sakitan mampu melawan nasib dengan pikiran-pikiran penuh keberanian.
Atau dalam rantai itu dicoba dipahami, mengapa Jean-Paul Sartre melihat hidup
manusia sebagai suatu konflik yang tak putus-putus, dengan berusaha membuat
orang lain menjadi objeknya, atau sebaliknya diobjekkan sendiri.7
7
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, hlm. 92.
6. Idealisasi
7. Komparasi
8. Heuristika
9. Analogi
Berbicara mengenai analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan.
Dua hal yang berlainan tersebut dibandingkan. Jika dalam perbandingan itu hanya
diperhatikan persamaannya saja tanpa melihat perbedaannya, maka timbullah
analogi, yakni persamaan di antara dua hal yang berbeda.
8
Mundiri, Logika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 57.
9
R. Poedjawijatna, Logika Filsafat Berfikir, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 40.
10. Deskripsi
Ilmu pengetahuan diambil dari kata science, yang berasal dari bahasa latin
scienta dari bentuk kata scire yang berarti mempelajari atau mengetahui. Ilmu adalah
rangkaian aktivitas manusia rasional dan konegtif dengan metode berupa aneka dan
prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk
tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan,
ataupun melakukan penerapan.
The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas
penelaahanyang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman
secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan seluruh
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang dimengerti
manusia.10
Ilmu pengetahuan selalu dicirikan sebagai suatu metode. Sebagai suatu metode,
ilmu pengetahuan haruslah memiliki serangklaian proses cara kerja dan langkah-
langkah tertentu yang mewujudkan model penyelidikan ilmiah tertentu dan tetap.
Rangkaian cara kerja tersebut dalam prosedur keilmiahan disebut sebagai metode
ilmiah (scientific method) atau metodologi keilmuawan. Selain sebagai sebuah
proses kerja, metode harus menjadi semacam pola berfikir atau penunjuk jalan bagi
seorang ilmuwan.
10
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, 2007, hlm. 55.
digunakannya. Sebagai contoh, seseorang sedang meneliti suatu ritual yang
dilakukan oleh masyarakat Tengger, maka ia harus menguasai metode dan teknik
wawancara secara mendalam (depth interview) agar mendapatkan data lengkap
terkait penelitiannya. Metode yang dilakukannya itu merupakan salah satu bagian
dari metode yang sifatnya kualitatif.
Dengan demikian, kegiatan ilmiah tidak hanya ditandai dengan aktivitas dan
kreativitas seorang ilmuwan tapi juga ditandai dengan ciri metode ilmiah atau
metodologi ilmu. Metodologi ilmu sangatlah penting dalam proses kegiatan ilmiah.
Tanpa metodologi ilmu proses kerja ilmu tidak dapat bekerja dengan baik.
Dalam arti luas metodologi dipahami sebagai suatu analisis dan penyusunan
asas-asas, cara, atau proses yang mengatur penelitian ilmiah pada umumnya serta
pelaksanaannya dalam ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan tersebut terdapat
hubungan yang sangat erat antara subjek dan (peneliti) dan objek yang ditelitinya.
11
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2006, hlm. 142.
dengan sikap dan metode ilmiah sebagai ilmu pengetahuan awal, sudah pantas
dikatakan “masalah ilmiah” (scientific problem).
Sikap ilmiah, menurut Bahm paling tidak, meliputi enam karakteristik pokok,
yaitu: keingintahuan, spekulasi, kemauan untuk objektif, kemauan utnuk
menangguhkan penilaian, dan kesementaraan.
Kedua, Spekulatif yang penuh arti; Yaitu diawali dengan keingintahuan untuk
mencoba memecahkan semua masalah yang ditandai dengan beberapa usaha,
termasuk usaha untuk menemukan solusi, misalnya dengan mengusulkan satu
hipotesa atau lebih. Artinya, spekulasi adalah sesuatu hal yang disengaja dan berguna
untuk mengembangkan dan mencoba membuat berbagai hipotesa. Dengan demikian,
spekulasi merupakan karakteristik yang esensial dalam sikap ilmiah.
Sifat dasar metode ilmiah ini, menurut Archei J. Bahm harus dipandang
sebagai hipotesa untuk pengujian lebih lanjut. “Esensi ilmu pengetahuan adalah
metodenya”, sedang sisi yang lain, “Berkenaan dengan sifat dasar metode ilmiah.
Archei J. Bahm berpendapat bahwa metode ilmiah itu adalah satu sekaligus banyak;
dikatakan satu karena metode ilmiah, dalam penerapannya tidak ada persoalan,
sedang dikatakan banyak, karena pada kenyataannya terdapat banyak jalan, yaitu:
4. Adanya aktifitas
Ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan oleh para ilmuwan, yang
kemudian bisaa disebut dengan “riset ilmiah”. Riset demikian mempunyai dua aspek:
iindividu dan social.
5. Adanya kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan. Bagian
apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan tersebut, kemudian menimbulkan pengaruh
beraneka ragam, yang dapat dihubungkan pada dua hal, yaitu; a). Pengaruh ilmu
pengetahuan terhadap teknologi dan industri, yang disebut ilmu terapan. b). pengaruh
ilmu terhadap atau dalam masyarakat dan peradaban.
Langkah kedua adalah mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti
sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. mencari
bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindari oleh seorang peneliti.
3. Memformulasikan hipotesa
5. Mengumpulkan data
Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah
mempunyai teknik tersendiri pula.
DAFTAR PUSTAKA