Anda di halaman 1dari 278

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/376828596

Metodologi Penelitian Kesehatan

Book · November 2023

CITATIONS READS

0 265

17 authors, including:

Heryyanoor Heryyanoor Ahmad Syamil


Stkes Intan Martapura Bina Nusantara (Binus) University, Bandung and Jakarta, Indonesia
10 PUBLICATIONS 17 CITATIONS 73 PUBLICATIONS 317 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Aditya Wardhana
Telkom University
270 PUBLICATIONS 638 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ahmad Syamil on 26 December 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


COVER
BUNGA RAMPAI

METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN


UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN
Syamsul Ishak
Risza Choirunissa
Agustiawan
Yati Purnama
Viyan Septiyana Achmad
Estelle Lilian Mua
Heryyanoor
Ahmad Syamil
Ina Debora Ratu Ludji
Robi Adikari Sekeon
Aditya Wardhana
Yuliana Dafroyati
Aliyah Fahmi
Yuldensia Avelina
Nurbaety
Meilin Anggreyni
Halimatussakdiyah Lubis

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN

Syamsul Ishak
Risza Choirunissa
Agustiawan
Yati Purnama
Viyan Septiyana Achmad
Estelle Lilian Mua
Heryyanoor
Ahmad Syamil
Ina Debora Ratu Ludji
Robi Adikari Sekeon
Aditya Wardhana
Yuliana Dafroyati
Aliyah Fahmi
Yuldensia Avelina
Nurbaety
Meilin Anggreyni
Halimatussakdiyah Lubis
Editor:
Syaiful Bahri

Tata Letak:
Dessy
Desain Cover:
Manda Aprikasari
Ukuran:
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman:
viii, 263
ISBN:
978-623-195-643-9
Terbit Pada:
November 2023

Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
buku kolaborasi dalam bentuk buku dapat dipublikasikan
dan dapat sampai dihadapan pembaca. Buku ini disusun
oleh sejumlah akademisi dan praktisi sesuai dengan
kepakarannya masing-masing. Buku ini diharapkan
dapat hadir memberi kontribusi positif dalam ilmu
pengetahuan khususnya terkait dengan Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Sistematika buku Metodologi Penelitian Kesehatan ini
mengacu pada pendekatan konsep teoritis dan contoh
penerapan. Buku ini terdiri atas 17 bab yang dibahas
secara rinci, diantaranya: Pengantar penelitian kesehatan;
Kode etik dalam penelitian kesehatan; Masalah penelitian
kesehatan; Tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan
kerangka konsep; Hipotesis penelitian; Metode penelitian
klinis; Metode penelitian eksperimen; Pendekatan
penelitian kualitatif; Populasi dan sampel penelitian
kuantitatif dan kualitatif; Variabel dan hubungan antar
variabel; Instrumen penelitian kuantitatif dan kualitatif;
Teknik pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif;
Analisis data kuantitatif dan kualitatif; Validitas dan
reliabilitas penelitian kuantitatif dan kualitatif;
Penyusunan proposal penelitian kuantitatif dan kualitatif;
Tata cara penulisan kutipan/ referensi; dan Penulisan
laporan penelitian.
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan,
sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Yang Kuasa. Oleh
sebab itu, kami tentu menerima masukan dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam proses penyusunan dan penerbitan buku ini,
secara khusus kepada Penerbit Media Sains Indonesia
sebagai inisiator buku ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Bandung, 21 September 2023
Editor
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................... ii
1 PENGANTAR PENELITIAN KESEHATAN.................1
Penelitian ................................................................1
Konsep Penelitian ...................................................6
Berbagai Metode Penelitian .....................................7
Metode Sejarah .......................................................8
Metode Deskriptif....................................................9
Metode Kasus .......................................................10
Metode Eksperimen ..............................................10
Metode Eks Post Fakto..........................................10
Metode Partisipatori ..............................................11
Grounded Research ...............................................11
Penelitian Survai...................................................12
Sejarah Penelitian Kesehatan................................12
Abad Kesembilan Belas .........................................13
Tujuan Kesehatan Masyarakat .............................14
2 KODE ETIK DALAM PENELITIAN KESEHATAN .....17
Pengertian Etika Penelitian Kesehatan ..................17
Prinsip–Prinsip Etika Penelitian Kesehatan ...........21
Kode Etik dalam Penelitian Kesehatan ..................22
Penerapan Kode Etik dalam
Penelitian Kesehatan ............................................25
3 MASALAH PENELITIAN KESEHATAN ....................33
Pendahuluan ........................................................33
Mengenal Rumusan Masalah ................................34
ii
Fungsi Rumusan Masalah ....................................37
Contoh Rumusan Masalah....................................38
4 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,
DAN KERANGKA KONSEP ....................................45
Pendahuluan ........................................................45
Tinjauan Pustaka..................................................46
Tinjauan Pustaka yang Baik .................................47
Fungsi Tinjauan Pustaka ......................................48
Langkah-Langkah Menyusun Tinjauan Pustaka ...50
Teknik Melakukan Tinjauan Pustaka....................51
Kerangka Berpikir .................................................53
Kerangka Konsep ..................................................54
5 HIPOTESIS PENELITIAN .......................................59
Pengertian Hipotesis .............................................59
Tujuan Hipotesis...................................................60
Misi dari Hipotesis ................................................60
Syarat Hipotesis ....................................................61
Merumuskan Hipotesis Penelitian .........................62
Jenis Hipotesis .....................................................62
Perbedaan Hipotesi Statistik dengan
Hipotesis Penelitian ..............................................64
Arah atau Bentuk Hipotesis ..................................66
Kesalahan Pengambilan Keputusan ......................67
Menentukan Tingkat Kemaknaan
(Level Of Significance) ............................................68
Pemilihan Jenis Uji Parametrik Atau
Non Parametrik .....................................................68
Prosedur/Langkah Uji Hipotesis ...........................69

iii
6 METODE PENELITIAN KLINIS ..............................73
Pendahuluan ........................................................73
Pengertian ............................................................ 74
Tujuan .................................................................. 74
Seleksi .................................................................. 74
Desain .................................................................. 75
Langkah-Langkah Pelaksanaan
Penelitian Klinik....................................................78
Pemantauan Selama Penelitian .............................83
Pencatatan Data ...................................................84
Kesimpulan........................................................... 85
7 METODE PENELITIAN EKSPERIMEN ...................89
Pengertian ............................................................ 89
Tujuan Penelitian Eksperimen ..............................90
Variabel dalam Penelitian Eksperimen ..................90
Metode Penelitian Eksperimen ..............................92
Karakteristik Penelitian Eksperimen .....................92
Desain Metode Penelitian Eksperimen ..................92
Tahapan Melakukan Penelitian Eksperimen .......101
8 PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF ........... 105
Pendahuluan ...................................................... 105
Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif.......................... 107
Filosofi Penelitian Kualitatif ................................ 109
Pemilihan Sampel ............................................... 111
Validitas dan Kepercayaan dalam
Penelitian Kualitatif ............................................ 112
Validitas Internal melalui Triangulasi Data
dalam Penelitian Interaksi Pasien-Dokter ........... 112

iv
Kepercayaan dan Transferabilitas Temuan
dalam Konteks Penelitian Kesehatan .................. 113
Analisis Data Kualitatif dalam Kesehatan ........... 114
Pendekatan Induktif dan Deduktif ...................... 114
Pemanfaatan Perangkat Lunak Khusus
untuk Membantu Analisis Temuan ..................... 115
Etika dalam Penelitian Kualitatif Kesehatan .......115
Interpretasi dan Pelaporan Temuan .................... 116
Penyajian Hasil Penelitian melalui Kutipan
dan Narasi Ilustratif ........................................... 117
Penutup .............................................................. 117
9 POPULASI DAN SAMPEL
PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF .....121
Pendahuluan ...................................................... 121
Populasi .............................................................. 122
Kriteria Populasi ................................................. 123
Sampel dan Sampling ......................................... 124
Besar Sampel ...................................................... 126
Estimasi.............................................................. 127
Satu Populasi (Estimasi) ..................................... 129
Satu Populasi (Estimasi) ..................................... 130
Sampling ............................................................ 131
Probability Sampling ............................................ 131
Sampling Non Probabilistik (Non Random) .......... 133
10 VARIABEL DAN HUBUNGAN
ANTAR VARIABEL ............................................... 139
Pengertian .......................................................... 139
Jenis-Jenis Variabel............................................ 140

v
Skala Pengukuran Variabel................................. 144
Cara Mengontrol Variabel Perancu...................... 147
Hubungan Antar Variabel ................................... 149
Pengubah Efek .................................................... 152
Kesimpulan......................................................... 152
11 INSTRUMEN PENELITIAN KUANTITATIF
DAN KUALITATIF ................................................ 157
Pengertian Instrumen Penelitian ......................... 157
Jenis-Jenis Instrumen Kuantitatif ...................... 158
Jenis-Jenis Instrumen Kualitatif ......................... 164
12 TEKNIK PENGUMPULAN
DATA KUALITATIF DAN KUANTITATIF ................ 175
Pendahuluan ...................................................... 175
Teknik Pengumpulan Data.................................. 175
Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif ................ 177
Teknik Pengumpulan Data Kualitatif .................. 181
Kesimpulan......................................................... 185
13 ANALISIS DATA KUANTITATIF
DAN KUALITATIF ................................................ 189
Pendahuluan ...................................................... 189
Analisis Data Kuantitatif ..................................... 190
Ciri-Ciri Analisis Data Kuantitatif ....................... 192
Kelebihan Analisis Data Kuantitatif .................... 192
Kekurangan Analisis Data Kuantitatif ................. 193
Teknik Analisis Data Kuantitatif ......................... 193
Analisis Data Kualitatif ....................................... 195
Model Analisis Data Kualitatif ............................. 197
Karakteristik Metode Kualitatif ........................... 198

vi
Kelebihan Metode Kualitatif ................................ 199
Kekurangan Metode Kualitatif............................. 199
Teknik Analisis Data Kualitatif ........................... 200
14 VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN
KUANTITATIF DAN KUALITATIF ........................ 205
Validitas dan Reliabilitas Penelitian
Kuantitatif Pengertian Validitas .......................... 205
Tujuan Validitas ................................................. 206
Jenis-Jenis Validitas Penelitian Kuantitatif .........206
Validitas Kriteria Pembanding
(Criterion Related Validity) ................................... 207
Validitas Konstruk (Construct Validity) ................ 208
Besar Sampel untuk Dilakukan Uji Validitas ......208
Pengertian Reliabilitas ........................................ 208
Tujuan Reliabilitas .............................................. 208
Cara Menentukan Tingkatan Uji Reliabilitas .......209
Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif .....212
Teknik Pencapaian Validitas ............................... 213
Reliabilitas Penelitian Kualitatif .......................... 216
Teknik Pencapaian Reliabilitas
Penelitian Kualitatif ............................................ 216
Uji Reliabilitas Koding (Inter Coder Reliability) .....217
15 PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN
KUANTITATIF DAN KUALITATIF ........................ 221
Penelitian Kuantitatif .......................................... 221
Penyusunan Proposal Penelitian Kuantitatif .......221
Pengajuan Masalah (BAB I) ................................. 222
Kajian Pustaka (BAB II)....................................... 225

vii
Metode Penelitian (BAB III).................................. 226
Penelitian Kualitatif ............................................ 229
Penyusunan Proposal Penelitian Kualitatif ..........229
16 TATA CARA PENULISAN
KUTIPAN/ REFERENSI ....................................... 237
Pendahuluan ...................................................... 237
Pengertian Kutipan ............................................. 238
Manfaat dan Tujuan Kutipan .............................. 240
Jenis-Jenis Kutipan ............................................ 241
Cara Menulis Kutipan Langsung: ........................ 242
Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung ............... 244
Cara Menulis Kutipan yang Pernah Dikutip........247
Cara Menulis Kutipan dari Internet .................... 247
17 PENULISAN LAPORAN PENELITIAN ................... 251
Sistem Penulisan Laporan Penelitian .................. 251
Bagian Utama ..................................................... 252
Bagian Akhir ....................................................... 255
Lampiran ............................................................ 256
Daftar Riwayat Hidup ......................................... 256
Langkah-Langkah Penulisan
Laporan Penelitian .............................................. 256
Aturan Penulisan Laporan Penelitian .................. 259
Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah
Atau Penelitian ................................................... 260

viii
1
PENGANTAR
PENELITIAN KESEHATAN

Syamsul Ishak, S.K.M., M.Kes.


Universitas Karya Dharma Makassar

Penelitian
Manusia diciptakan oleh Tuhan serba ingin tahu sehingga
Paull Lady menyebutnya the men is a curius anial.
Keingintahuan manusia dapat diperoleh dengan berbagai
upaya yaitu Bertanya kepada orang lain yang dianggap
lebih tahu (punya otoritas), Melalui akal sehat, Intuisi dan
Prasangka (coba-coba) cara tersebut tentu saja tidak
melalui penalaran, hingga jawaban atau pemecahannya
bukan pengetahuan ilmiah atau disebut dengan metode
non-ilmiah (unscientific).
1. Pendekatan Unscientific
Dalam sejarah umat manusia, usaha untuk
menjawab dorongan keingintahuan dalam mencari
kebenaran, bermula dari pendekatan ini. Berarti
sebelum orang menggunakan pendekatan scientific
research, pendekatan unscientific suda digunaan
dalam waktu yang cukup lama. Pada pendekatan
unscientific biasanya orang mulai bekerja menjawab
dorongan keingintahuan dan mencari kebenaran,
melalui yaitu Secara kebetulan, Secara trial and error,
Melalui otoritas seseorang.
Tidak ada sumber pasti yang menjelaskan tentang
ketiga cara di atas digunakan oleh umat manusia
untuk menemukan kebenaran, namun menurut

1
logika sejarah ketiga cara diatas bertahap digunakan
orang untuk mencari kebenaran, hal ini menandakan
bahwa sejarah pemburuan kebenaran ilmiah telah
dimulai dari kegiatan-kegiatan yang sederhana dan
secara bertahap meningkat mencapai kegiatan yang
rumit dengan melibatkan orang lain.
2. Pendekatan Secara Kebetulan
Manusia pada awalnya selalu kebingungan untuk
memecahkan persoalan hidupnya, dan alam
sekitarnya. Orang tidak tahu harus berbuat apa
terhadap dorongan keingintahuannya untuk
mengungkapkan misteri kehidupan di sekitarnya.
Karena tingkat pengetahuan manusia amat rendah
pada waktu itu, maka manusia cenderung pasif
terhadap dorongan tersebut.
Mulanya orang tidak dapat berbuat apa-apa terhadap
wabah malaria di mana-mana. Namun, setelah
seorang yang menderita demam dengan panas yang
tinggi, secara tidak sengaja jatuh dalam sebuah
sungai kecil yang airnya telah berwarna hitam. Tanpa
disengaja orang itu meminung air sungai tersebut.
Ternyata diketahui, bahwa air sungai yang berwarna
hitam itu disebabkan karena sebatang pohon kina
yang tumbang di sungai itu. Dari kejadian ini,
kemudian orang baru mengetahui bahwa pohon kina
dapat dijadikan obat penyakit malaria.
Kelemahan yang terkandung dalam penemuan-
penemuan secara kebetulan ini, bahwa orang akan
bersikap pasif terhadap dorongan ingin tahunya
karene semuanya terjadi secara kebetulan, dan
akibatnya pengetahuan berkembang menurut hukum
alam dan secara evolusi membentuk kehidupan yang
menurut alam adalah yang terbaik.
3. Penemuan Secara Trial and Error
Kelemahan penemuan secara Trial and Error atau
kebetulan, membuat banyak orang mulai tidak
percaya bahwa perubahan yang lebih cepat dapat
dihasilkan dengan penemuan secara kebetulan.

2
Perkembangan masyarakat yang terasa cepat
menyebabkan manusia harus aktif mencari
kebenaran, meski sarana pengetahuan untuk
mencapainya masih sangat tidak memadahi. Namun
untuk memotong lingkaran ini, masyarakat harus
memulai sesuatu dengan cara mencoba-coba (trial
and error) walau tanpa kepastian.
Untuk mencapai suatu pengetahuan atau kebenaran
tertentu, seseorang harus melalui berbagai usaha
sampai pada akhirnya ia menemukan suatu
permulaan dari kejelasan atau dari frustrasi lalu
meninggalkan pekerjaan itu. Sehingga trial and error
terlalu banyak menghabiskan waktu, membuat
spekulasi dalam ketidak pastian.
4. Penemuan Melalui Otoritas
Kaum Skolastik yang begitu fanatik dengan
Aristoteles, begitu kagum dengan semua pernyataan
Aristoteles, sehingga sedikitpun tidak menaru curiga
akan kelemahan pernyataannya. Sampai-sampai
mengiyakan saja apa yang dikatakan Aristoteles
bahwa gigi wanita lebih banyak dari gigi laki-laki.
Padahal secara objektif jumlah gigi-gigi itu dapat
dihitung sendiri. Kemudian pada kesempatan lain,
kaum Skolastik serta merta menolak undangan
Galileo untuk melihat bulan dan dari Yupiter melalui
teropong. Hal tersebut karena dalam ilmu astronomi
Aristoteles, tidak pernah menyebut-nyebutkan bahwa
bulan itu dapat dilihat. Cerita-cerita di atas itu adalah
contoh dari pendekatan otoritas dalam menemukan
kebenaran. Memang pendekatan ini lebih praktis bila
dibandingkan dengan pendekatan lainnya.
Namun juga sangat terbuka untuk suatu kesalahan
yang fatal. Berbeda dengan pendekatan kebetulan dan
trial and error, menemukan kebenaran melalui
otoritas membutuhkan orang lain yang dapat
dijadikan subjek otoritas, karena sadar ataupun
tidak, pada pendekatan ini telah mengakui ketidak
mampuan rasio seseorang untuk memecahkan
problem kebenaran yang sedang dihadapinya.

3
Otoritas membuat orang tergantung kepada orang
yang memiliki otoritas tersebut dan membuat dirinya
takjup dan tanpa disadari telah membekukan
kreativitas manusia dan usaha seseorang untuk
berikhtiar.
Penelitian ilmiah pada hakekatnya dimulai dari hasrat
keingintahuan manusia dan dinyatakan dalam
bentuk pernyataan-pernyataan atau permasalahan.
Setiap pernyataan atau permasalahan memerlukan
jawaban atau pencatatan, sehingga didapat
pengetahuan baru yang dianggap benar. Pengetahuan
yang benar adalah apa yang bisa diterima oleh akal
dan berdasarkan fakta empiris. Pencarian
pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut
prosedur atau hukum yang menjadi kaidah
bekerjanya akal, yaitu logika. Aplikasi dari logika
disebut “penalaran”, sehingga pengetahuan yang
benar disebut juga “pengetahuan ilmiah(ilmu)” atau
“sains’. Penalaran dilaksanakan dengan dua macam
prosedur logika, yaitu:
a. Prosedur Deduktif: berpangkal dari suatu
proposisi umum yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini (self evident), dan berakhir
pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat lebih khusus.
b. Prosedur Induktif: berpangkal dari proposisi
khusus sebagai hasil pengamatan empiris dan
berakhir pada kesimpulan pengamatan baru yang
bersifat umum.
Untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah, kedua prosedur
logika tersebut digunakan secara interaktif dan saling
mengisi bukan berdiri sendiri secara diametral, oleh
karena itu pengetahuan ilmiah adalah interelasi yang logis
dari fakta-fakta. Penelitian merupakan metode ilmiah
yang harus taat kepada hukum-hukum logika.
Pengertian penelitian diterjemahkan dari kata ”Research”
yaitu re kembali dan to search (mencari) atau mencari
kembali yang kemudian para ahli menerjemahkannya
sebagai riset. Dari berbagai ahli yang mencoba membuat

4
defenisi penelitian yang tepat, pada dasarnya penelitian
adalah suatu proses penyelidikan atau pencarian sesuatu
fakta dan prinsip-prinsip yang dilakukan secara
sistematis, hari-hari, kritis (critical thinking) dan harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dari pengertian
tersebut, penelitian merupakan suatu metode untuk
menemukan kebenaran, sehingga penelitian merupakan
metode berpikir secara kritis.
Penelitian (riset) sebagai metode untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah, yaitu suatu proses yang terdiri dari
eksperimental (observasi) untuk memperoleh fakta-fakta
dan pemberian argumentasi atau postulat yang telah
diterima untuk menyatakan interaksi antara fakta, serta
hubungan antara fakta dengan body of knowledge.
Penelitian (research) re dan to search artinya “mencari
kembali” adalah suatu proses yang berbentuk siklus
bersusun yang berkesinambungan yang tanpa batas.
Dimulai dari hasrat ingin tahu (permasalahan),
penelahaan landasan teoritis dalam kepustakaan
(hipotesis) rancangan penelitian, pengumpulan fakta/
data, pengujian hipotesis melalui analisis data,
kesimpulan sebagai jawaban permasalahan (Semmaila
Baharudding & Ahli Reza aril, 2017).
Karya tulis ilmiah adalah hasil laporan tertulis yang
dimaksudkan unutk memajukan ilmu pengetahuan
melalui riset dan penelitian. Karya tulis ilmiah ditulis
dengan cara tertentu yang melibatkan aturan-aturan
umum yang harus ilmiah, perlu diperhatikan langkah-
langkah penulisan sesuai dengan kaidah yang digunakan.
Menulis karya ilmiah adalah tentang bagai mana suatu
penelitian diproses untuk dapat memecahkan suatu
masalah. Dalam hal ini, merumuskan masalah adalah
unsur yang paling penting dalam menulis karya tulis
ilmiah. Masalah yang dirumuskan harus dibatasi agar
penelitian tetap terfokus pada suatu hal yang akan
dipecahkan (Purnomo Windhu & Bramantoro Taufan,
2018).

5
Konsep Penelitian
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
terlepas dari aktivitas dunia penelitian, demikian juga di
bidang pendidikan dan kesehatan. Perkembangan
ataupun kemajuan di berbagai hal kedua bidang tersebut
sangat dipengaruhi oleh aktivitas atau keberhasilan
penelitian di bidangnya masing-masing.
Tidak sedikit mahasiswa termasuk peneliti pemula yang
enggan untuk memulai membuat proposal karena mereka
masih belum paham bagai mana memulai sebuah
penelitian, bagai mana memulai sebuah penelitian
proposal penelitian, apa yang harus disiapkan terlebih
dahulu dalam membuat usulan penelitian. Terkait hal
tersebut, maka pada bagian kedua ini penulis memulai
mengulas secara urut bagian-bagian dari proposal
penelitian agar lebih mudah dipahami oleh para pembaca.
a). Pengalaman dan tatanan klinik (Pengalaman klinis
petugas kesehatan termasuk perawat, bidan, dokter, dan
lain-lain adalah sumber ide-ide riset atau sumber dari
masalah penelitian), b) Literatur (Proyek penelitian
terkadang datang dari membaca literatur bidang
keperawatan atau bidang kesehatan lainnya, c) Isu sosial
(Masalah penelitian bisa didapatkan dari isu sosial
terutama yang terkait dengan pelayanan kesehatan
komunitas atau masyarakat), d) Teori (Masalah penelitian
dapat bersumber dari teori yang suda ada), e) Ide dari
orang lain (Saran secara langsung yang didapatkan dari
orang lain atau oleh dosen), f) Hasil penelitian sebelumnya
atau penelitian terkait (Pada bagian ini peneliti dapat
menyampaikan hasil penelitian sebelumnya yang telah
dipublikasikan, terutama yang sudah dipublikasikan
melalui jurnal, dan akan jauh lebih baik apabila
ditemukan hasil penelitian yang telah dimuat di jurnal
internasional), g) Pentingnya penelitian (Penelitian
menyampaikan kenapa penelitian ini harus dilakukan,
dimana pentingnya penelitian ini, kaitkan dengan
permasalahan yang diangkat dengan menyampaikan
fakta yang ada dan didukung oleh data yang akurat), h)
Dampak dari masalah tersebut (Sampaikan apakah akibat
atau dampak yang bisa muncul apabila masalah tersebut

6
tidak ditangani dengan baik sehingga sangat diperlukan
untuk dilakukan penelitian), (Swarjana I Ketut, 2015).

Berbagai Metode Penelitian


Pemilihan metode penelitian tergantung kapada maksud
dan tujuan penelitian. Tujuan-tujuan penelitian dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Penelitian yang bersifat menjajah, dengan tujuan
untuk memperdalam pengetahuan mengenai gejala
tertentu. Dapat pula bertujuan untuk memperoleh
ide-ide baru mengenai suatu gajala, dengan maksud
untuk merumuskan masalahnya secara lebih rinci
atau untuk menurunkan hipotesa-hipotesa belum ada
referensi untuk menduduki hippotesa.
2. Penelitian yang bersifat deskriftif, bertujuan untuk
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau hal-hal yang khusus
dalam masyarakat.
3. Penelitian yang bersifat menerangkan, bertujuan
untuk menguji hipotesa-hipotesa tentang adanya
hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yang
diteliti.
Penelitian yang bersifat menjelajah sering dianggap tidak
ilmiah atau dianggap remeh terutama oleh kelompok-
kelompok yang sangat menyukai analisis kuantitatif.
Sebenarnya informasi tentang segala sesuatu yang pada
awalnya tidak/belum diketahui, sangat penting artinya
bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian jenis ini
biasanya dilaksanakan dengan metode sejarah, metode
kasus, metode komparatif, dan metode “grounded
research”.
Penelitian deskriktif berusaha untuk memberikan
gambaran yang cermat dan lengkap tentang objek yang
diteliti. Biasanya suda banyak referensi yang dapat
dipakai sebagai panduan untuk menurunkan hipotesa-
hipotesa, tetapi bisa gejalanya belum membentuk sesuatu
pola berfikir yang sistematik. Dalam hal yang terakhir

7
perlu adanya ketegasan mengenai definisi dari konsep-
konsep yang akan diamati.
Penelitian yang bersifat menerangkan dapat dilakukan
bila pengetahuan tentang objek yang diteliti suda cukup,
artinya sudah ada beberapa teori sebagai hasil dari
generalisasi empiris. Dengan demikian tujuan peneliti
adalah menguji beberapa hipotesa untuk memperkuat
penerimaan terhadap teori, dalil atau hukum tertentu
yang menjadi landasan berfikir yang telah diuraikan
dalam kerangka berpikir teoritis.
Penelitian yang bersifat menerangkan ditandai dengan
adanya hubungan sebab akibat, karena biasanya
penelitian tersebut bertujuan pula untuk membuat
permasalahan-permasalahan bagi masa mendatang.
Metode eksperimen merupakan metode yang paling
populer untuk penelitian yang bermaksud menerangkan
sebab akibat. Untuk penelitian ilmiah kadang tidak
mungkin diterapkan, karena kesulitan dalam membuat
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk
jelasnya hal ini akan diuraikan pada metode penelitian.
Sebagai mana telah diuraikan bahwa pengelompokan
jenis metode penelitian ada yang didasarkan pada
prosedur atau alat yang dipergunakan. Dalam ilmu sosial
terutama sosiologi atau antropologi penamaan metode
penelitian banyak yang didasarkan pada alat yang
dipergunakan misalnya metode quesioner, metode
wawancara, metode dokumentasi/ sejarah, metode
pengalaman individu dan metode “projective test” dan
metode partisipatori. Bidang ekonomi telah banyak
memakai metode-metode kasus, metode survei, metode
komparatif dan metode-metode deskriptif lainnya serta
metode ekspostfacto.

Metode Sejarah
Penelitian dengan metode sejarah bertujuan untuk
melihat pengalaman dan perkembangan di masa lampau
dengan mencoba membuat interpretasi terhadap data dari
sumber-sumber keterangan tersebut. Ada beberapa ciri
khusus dari metode sejarah, yaitu data dari bahan-bahan

8
fisik misalnya peninggalan materi berupa alat perkakas,
perhiasan-perhiasan kuno, bangunan kuno, candi, dan
benda budaya lainnya serta dokumen (karena itu metode
sejarah juga dinamakan metode dokumen) berupa
laporan-laporan yang di tulis.
Metode sejarah ataupun metode dokumentasi
dikategorikan sebagai metode ilmiah karena langkah-
langkah dan alat yang dipergunakan logis dan sistematik.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mendefinisikan/merumuskan masalah.
2. Mengumpulkan bahan-bahan sumber informasi.
3. Menyusun fakta secara sistematis.
4. Menginterpretasikan fakta.
5. Membuat sumbernya yang ada dan menuliskannya
dalam bentuk laporan.

Metode Deskriptif
Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual dan
akurat mengenai fenomena atau hubungan antara
fenomena yang disediakan. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh adalah sebagai mana halnya metode
ilmiah yaitu: a) Memilih dan merumuskan masalah dan
menjelaskan pentingnya pemecahan masalah tersebut, b)
Menentukan tujuan yang diturunkan dari perumusan-
perumusan masalah, c) Membuat batasan scope atau
lingkup penelitian, d) Membuat kerangka berfikir teoritis
untuk menurunkan hipotesa-hipotesa yang akan di uji, e)
Hipotesa-hipotesa tertentu dapat dijabarkan dalam
bentuk persamaan-persamaan matematis sehingga
memudahkan dalam melaksanakan langkah-langkah
selanjutnya, f) Sampai langkah ini peneliti selain
tergantung pada kepakarannya sendir juga bergantung
pada sumber kepustakaan yang tersedia, g) Langkah
selanjutnya berupa pengumpulan data dengan
mempergunakan data yang sesuai dengan tujuan
penelitian atau dengan hipotesa yang akan di uji. Banyak
pertimbangan dalam pemilihan teknik pengambilan

9
contoh (sampling techniques), h) Membuat analisis data
dengan menggunakan metode statistik atau teknik
komputasi yang sesuai, i) Menafsirkan dan membuat
prediksi-prediksi, j) Membuat saran dan implikasi.

Metode Kasus
Pada hakekatnya, metode kasus sama saja dengan metode
survei, yang membedakan adalah bila metode survei
dikehendaki informasi untuk memproleh gambaran
umum dari objek yang diteliti sedangkan dalam metode
kasus ingin mendapatkan informasi yang mendalam
tentang objek yang diteliti. Dalam metode kasus peneliti
tidak perluh membuat kesimpulan untuk populasi dari
contoh yang tidak representatif diwakili oleh kasus yang
dipilih, tetapi pada metode survei dapat dibuat kesimpuan
tentang populasi tergantung dari teknik pengambilan
contohnya. Langkah-langkah penelitian dalam metode
ilmiah semua hampir sama saja, hanya karena dalam
metode kasus peneliti hanya berkeinginan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apa, bagaimana
dan mengapa, maka biasanya belum ada hipotesa-
hipotesa saja.

Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara kerja peneliti dengan
membuat kondisi buatan degan mengadakan manipulasi
terhadap objek yang diteliti. Ciri khusus dari metode
eksperimen manipulasi adalah adanya kontrol untuk
mengamati ada tidaknya hubungan sebab akibat dari
fenomena, yang mengamati kontrol dengan percobaan.
Metode eksperimen banyak dipakai dalam ilmu eksakta.

Metode Eks Post Fakto


Metode eks post fakto sering juga dikatakan metode
kausal komparatif. Dalam metode ini kita menyadari
sekali bahwa variable sosial ekonomi sering tidak dapat di
manipulasi sebagai mana halnya variable dalam metode
eksperimen. Dimana metode eks post fakto subjek-subjek
yang diteliti mengelompokkan diri dalam kelompok
dengan karakteristik yang ditetapkan, misalnya petani

10
dengan luasan garapan berbeda-beda. Jadi peneliti dapat
memanipulasi variable bebas melalui subjek yang diteliti
sesuai dengan variable yang diteliti.

Metode Partisipatori
Metode ini semakin populer saat ini, terutama untuk
tujuan pembangunan. Beberapa perinsip yang harus
dipenuhi dalam metode partisipatori, antara lain: Metode
yang dipergunakan dalam penelitian harus mempunyai
implikasi-implikasi ideologi, Proses penelitian harus
segera memberikan manfaat langsung kepada masyarakat
dari pada hanya sekedar karya akdemik, Proses penelitian
harus melibatkan semua partisipan dalam proses
penelitian, mulai dari formulasi masalah tersebut dan
bagai mana penemuan-penemuan akan ditafsirkan, Bila
tujuan penelitian diubah, anggota-anggota tim peneliti
harus disusun kembali dengan melibatkan peneliti dan
orang-orang yang mewakili semua elemen dalam situasi
itu. Hal ini harus dilakukan sebagai akibat dari pengaruh
tujuan tersebut, Partisipasi penelitian harus melihat
proses penelitian sebagai keseluruhan pengalaman
masyarakat dimana kebutuhan-kebutuhan masyarakat
dibangun, dan kesadaran serta kesepakatan dalam
masyarakat dapat ditingkatkan, Partisipan penelitian
harus melihat proses penelitian sebagai dialog sepanjang
waktu, dan bukan gabaran statistik yang terjadi dari
waktu tertentu, Tujuan proses penelitian sama seperti
tujuan proses pendidikan yang harus membebaskan
potensi kreatifitas manusia sebagai sumberdaya dalam
memecahkan masalah-maslah sosial.

Grounded Research
Grounded research adalah penelitian dengan metode yang
didasarkan pada pengumpulan fakta kemudian
menganalisisnya berdasarkan analisis perbandingan
dengan tujuan untuk membuat generalisasi empiris,
menetapkan konsep-konsep dan mengembangkan teori
dimana pengumpulan data analisis data berjalan pada
waktunya yang bersamaan. Langkah-langkah penelitian
terdiri dari: penentuan masalah yang ingin di teliti,

11
pengumpulan data, penentuan kelompok-kelompok atau
individu-individu yang penting dan akan
diperbandingkan, menentukan perbedaan dan persamaan
antar kelompok, kemudian menentukan kategori-kategori
berdasarkan persamaan-persamaan atau perbedaan-
perbedaan yang terdapat dalam kelompok atau individu,
memilih ciri-ciri penting dari setiap kategori untuk dipakai
menyusun hipotesa-hipotesa.

Penelitian Survai
Penelitian survai merupakan pendekatan kuantitatif yang
dibatasi pada penelitian yang dikumpulkan dari sampel
atau populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Pengumpulan data yang pokok dengan wawancara
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner),
penelitian survei dapat digunakan untuk maksud
Penjajagan (eksploratif), Deskriptif, Penjelasan
(explanatory atau comfirmatory), yakni untuk
menjelaskan hubungan kausal dengan pengujian
hipotesa, Evaluasi, Prediksi atau meramalkan kejadian
tertentu di masa yang akan datang, Penelitian oprasional,
Pengembangan indikator-indikator sosial (Semmaila
Baharudding & Ahli Reza aril, 2017).

Sejarah Penelitian Kesehatan


Salah satu kemajuan dibidang kedokteran, terjadi diakhir
abad ke-18, layak disebutkan karena maknanya bagi
kesehatan masyarakat. Pada tahun 1796, Dr. Edward
Jenner berhasil memperagakan proses vaksinasi sebagai
perlindungan terhadap penyakit cacar. Temuan Dr.
Jenner tetap menjadi salah satu temuan terbesar
sepanjang zaman baik bagi dunia kedokteran maupun
kesehatan masyarakat.
Diakhir abad ke-18, kaum muda AS berhadapan dengan
berbagai masalah penyakit, termasuk berlanjutnya KLB
cacar, kolera, demam tifoid, dan yellow fever. KLB yellow
fever biasanya menyerang kota-kota pelabuhan, seperti
Charleston, Baltimore, New York, dan New Orleans,
tempat merapatkan kapal dari wilayah tropis Amerika.
Epidemi terbesar penyakit yellow fever di Amerika terjadi

12
di Philadelphia tahun 1793, dengan perkiraan sekitar
23.000 kasus, termasuk 4.044 korban meninggal dalam
populasi yang diperkirakan hanya berjumlah 37.000 jiwa.
Untuk mengatasi epidemi yang berlanjut itu dan banyak
masalah kesehatan lainnya, misalnya kebersihan dan
perlindungan terhadap persediaan air, dibentuk beberapa
lembaga kesehatan pemerintah.

Abad Kesembilan Belas


Selama paruh pertama abad ke-19, terjadi beberapa
kemajuan luar biasa di bidang kesehatan masyarakat.
Kondisi kehidupan di Eropa dan Inggris tetap tidak saniter
dan industrialisasi menyebabkan semakin banyak
penduduk berada di kota. Namun, metode pertanian yang
lebih baik menyebabkan perbaikan gizi bagi banyak
orang.
Epidemi masih berlanjut di kota-kota besar Eropa dan
Amerika. Tahun 1849, epidemi kolera meyerang London.
Dr. John Snow mempelajari epidemi ini dan mengajukan
hipotesis bahwa penyakit ini desebabkan oleh konsumsi
air dari pompa Broad Street. Dia memperoleh izin untuk
melepas pegangan pompa, dan epidemi pun selesai.
Tindakan Snow sangat luar biasa karena berlangsung
sebelum penemuan bahwa mikroorganisme dapat
menyebabkan penyakit. Teori yang dominan saat itu
tentang penyakit menular adalah “teori miasmas”.
Menurut teori ini, uap atau bau tak sedap (miasmas) yang
keluar dari tanah merupakan sumber dari banyak
penyakit. Teori miasmas tetap terkenal hampir
disepanjang abad ke-19.
Ilmuan Jerman Robert Koch merupakan orang yang
mengembangkan kriteria dan prosedur-prosedur penting
untuk membuktikan pendapat bahwa mikroba tertentu,
dan bukan mikroba lain, yang menyebabkan penyakit
tertentu. Demonstrasi pertamanya dengan basilus
antraks berlangsung pada tahun 1876 sampai akhir abad
ke-19, identitas sejumalah agen penyakit bakterial
berhasil dipastikan, termasuk di antranya penyebab
gonorrhea, tifus, lepra, tuberculosis, kolera, difteri,
tetanus, pneumonia, pes, dan disentri. Periode ini (1875-

13
1900) lebih dikenal dengan julukan priode bakteriologis
kesehatan masyarakat.
Kemajuan ini sejalan dengan kemajuan yang dicapai
lembaga pemerintah. Merine Hospital Service diubah
namanya menjadi Public Health and Marine Hospital
Service pada tahun 1902 untuk mengikuti penambahan
beban tanggung jawab di rumah sakit tersebut. Pada
tahun 1912, lembaga tersebut diubah menjadi U.S. Public
Health Service (James F. Mckenzie et al., 2014).

Tujuan Kesehatan Masyarakat


Tujuan kesehatan masyarakat yang meliputi bidang
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah sebagai
berikut:
1. Setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat
kesehatan setinggi-tingginya secara mandiri, baik
fisik, mental maupun sosial sehingga mampu
mencapai taraf kehidupan dan menjamin
pemeliharaan kesehatan yang sempurna.
2. Mempertinggi nilai kesehatan, mencegah timbulnya
penyakit dan memperpanjang hidup manusia.
3. Meningkatkan pemahaman individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang konsep sehat sakit.
4. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan.
5. Terlayani/tertangani kelompok keluarga khusus,
keluarga rawan yang memerlukan penanganan tindak
lanjut di layanan kesehatan (Khotimah et al., 2021).

14
Daftar Pustaka
James F. Mckenzie, Robert R. Pinger, & Jerome E. Kotecki.
(2014). Kesehatan Masyarakat suatu pengentar : Vol.
edisi 4. buku kedokteran EGC.
Khotimah, Pangaribuan, S. M., Simamora, J. P., Sinaga,
S. I., Sinaga, L. R. V., Doloksaribu, G. L., Budiaty, W.
O. S., Widodo, D., Purnawinadi, I. G., Irfandi, A.,
Wahyuni, S., Ashari, E. A., Sianturi, E., Heriyati, &
Siregar, R. N. (2021). Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat (R. Watrianthos, Ed.; Ronal Watrianthos).
Yayasan Kita Menulis.
Purnomo Windhu, & Bramantoro Taufan. (2018).
Pengantar Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.
Airlangga University Press.
Semmaila Baharudding, & Ahli Reza aril. (2017).
Metodologi Penelitian Kuantitatif. Arus Timur.
Swarjana I Ketut. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan
(Bandatu Monica, Ed.; Revisi). Andi Offset.

15
Profil Penulis
Syamsul Ishak
Penulis dilahirkan di Kelurahan Bambaloka
Kecamatan Baras Kabupaten Pasangkayu
Provinsi Sulawesi Barat pada tanggal 06 Januari
1992. Merupakan anak ke-4 dari pasangan H.
Ishak dan Ibu Hj. Ramlah. Penulis menempuh
pendidikan dimulai dari SDN Majene Desa
Singgani, melanjutkan ke SMPN dan SMAN 01 Bulutaba,
penulis juga aktif diberbagai macam kegiatan internal maupun
eksternal sekolah hingga mewakili sekolah dalam berbagai
kegiatan lomba. Penulis menyelesaikan program Strata Satu
(S1) di Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Karya
Dharma Makassar lulus tahun 2015 dan menyelesaikan Strata
Dua (S2) di Program Pascasarjana Universitas Universitas Karya
Dharma Makassar Program Studi Magister Kesehatan
Masyarakat lulus tahun 2019. Penulis pernah menjadi asisten
dosen di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Karya Dharma Makassar.
Penulis juga aktif dalam kegiatan ilmiah dan berbagai
organisasi.
Email Penulis: syamsulishak1@gmail.com

16
2
KODE ETIK DALAM
PENELITIAN KESEHATAN

Risza Choirunissa S,SiT., MKM


Universitas Nasional

Pengertian Etika Penelitian Kesehatan


Etika penelitian kesehatan adalah sebuah konsep yang
digunakan untuk menilai moralitas dan integritas dalam
penelitian kesehatan. Etika penelitian kesehatan mengacu
pada seperangkat nilai, prinsip dan norma yang
digunakan untuk membimbing praktik penelitian
kesehatan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
penelitian dilakukan dengan cara yang aman, efektif, dan
adil bagi semua pihak yang terlibat.
Penelitian kesehatan merupakan suatu metode ilmiah
untuk mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan
kesehatan manusia. Penelitian kesehatan mencakup
berbagai jenis studi, seperti kajian terhadap penyakit, uji
klinis obat-obatan, survei kesehatan, penelitian
epidemiologi dan lain-lain. Sebagai kegiatan yang
melibatkan subjek penelitian, para peneliti harus
memperhatikan etika dalam penelitian kesehatan. Etika
penelitian kesehatan melibatkan banyak aspek seperti
hak asasi manusia, privasi, kerahasiaan, dan
perlindungan terhadap risiko atau bahaya
Penerapan etika penelitian kesehatan mencakup prinsip-
prinsip yang harus diikuti oleh para peneliti. Prinsip-
prinsip tersebut meliputi: beneficence (kebaikan), non-
maleficence (tidak merugikan), autonomy (kebebasan),
dan justice (keadilan). Beneficence berarti bahwa peneliti

17
harus memperhatikan kesejahteraan subjek penelitian
dan harus bertindak untuk kebaikan mereka. Non-
maleficence berarti bahwa peneliti harus berusaha untuk
tidak menimbulkan kerugian atau bahaya bagi subjek
penelitian. Autonomy berarti bahwa subjek penelitian
harus memiliki kebebasan untuk membuat keputusan
mereka sendiri dan harus diberikan informasi yang
memadai. Justice berarti bahwa peneliti harus
memperlakukan subjek penelitian secara adil dan tidak
membedakan mereka berdasarkan karakteristik pribadi.
Etika penelitian kesehatan juga menyangkut prosedur-
prosedur yang harus diikuti oleh para peneliti dalam
melaksanakan penelitian. Hal ini meliputi mendapatkan
persetujuan etis dari komite etik penelitian, mendapatkan
persetujuan tertulis dari subjek penelitian, memastikan
kerahasiaan data dan informasi subjek penelitian, dan
mengevaluasi risiko dan manfaat yang terkait dengan
penelitian.
Etika penelitian kesehatan juga membahas masalah-
masalah seperti penggunaan sampel manusia, penelitian
pada anak-anak atau orang yang tidak dapat memberikan
persetujuan mereka, dan penelitian yang melibatkan kelas
sosial atau ras yang rentan. Penerapan etika penelitian
kesehatan diharapkan dapat meminimalkan risiko dan
kerugian bagi subjek penelitian dan memberikan hasil
penelitian yang dapat dipercaya dan dapat diterapkan
pada pengembangan kesehatan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pengembangan teknologi
kesehatan, etika penelitian kesehatan juga menjadi
semakin pent g penting. Pengembangan teknologi
kesehatan seperti vaksin, obat-obatan, dan terapi genetik
harus dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian
kesehatan. Hal ini meliputi uji klinis yang dilakukan
dengan melibatkan manusia sebagai subjek penelitian.
Para peneliti harus memperhatikan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi integritas dan kredibilitas hasil
penelitian, seperti bias penelitian, konflik kepentingan,
dan kebijakan regulasi.

18
Sebagai tambahan, etika penelitian kesehatan juga
mencakup aspek komunikasi dan publikasi hasil
penelitian. Para peneliti harus memastikan bahwa hasil
penelitian yang diterbitkan dapat dipercaya dan tidak
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Hal ini
meliputi keterbukaan terhadap data dan informasi
penelitian, pelaporan hasil penelitian secara jujur dan
obyektif, serta menghindari pernyataan atau klaim yang
tidak terbukti oleh data.
Dalam konteks penelitian kesehatan global, etika
penelitian kesehatan juga menjadi penting karena
melibatkan banyak negara dengan perbedaan budaya,
bahasa, dan norma etik. Hal ini menuntut para peneliti
untuk memahami perbedaan-perbedaan tersebut dan
memperhatikan aspek lokal dalam penelitian mereka.
Etika penelitian kesehatan global juga menyangkut
pertimbangan tentang pemilihan subjek penelitian,
pemerataan manfaat, dan keterlibatan komunitas dalam
penelitian.
Dalam rangka menerapkan etika penelitian kesehatan,
para peneliti harus memperoleh pelatihan dan sertifikasi
etika penelitian kesehatan. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa para peneliti memahami prinsip-
prinsip etika penelitian kesehatan dan dapat
mengaplikasikannya dalam praktik penelitian mereka.
Selain itu, para peneliti juga harus memperhatikan
adanya panduan etika penelitian kesehatan yang
diterbitkan oleh organisasi-organisasi seperti Dewan Etik
Penelitian dan Komite Etik Penelitian. Dalam
kesimpulannya, etika penelitian kesehatan merupakan
suatu konsep yang penting dalam melaksanakan
penelitian kesehatan yang aman, efektif, dan adil. Etika
penelitian kesehatan mencakup nilai, prinsip, dan norma
yang harus diikuti oleh para peneliti dalam melaksanakan
penelitian kesehatan. Penerapan etika penelitian
kesehatan memerlukan perhatian terhadap hak asasi
manusia, privasi, kerahasiaan, dan perlindungan
terhadap risiko atau bahaya. Para peneliti harus
memperoleh pelatihan dan sertifikasi etika penelitian
kesehatan dan memperhatikan panduan etika penelitian

19
kesehatan yang diterbitkan oleh organisasi-organisasi
yang terkait.
Selain prinsip-prinsip etika penelitian kesehatan yang
telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa prinsip lain
yang dapat menjadi panduan dalam pelaksanaan
penelitian kesehatan. Salah satunya adalah prinsip
perlakuan yang adil dan menghormati terhadap subjek
penelitian, terlepas dari status sosial, jenis kelamin,
agama, atau ras mereka. Hal ini penting untuk
meminimalkan diskriminasi dalam penelitian dan
memastikan bahwa semua subjek penelitian diperlakukan
dengan setara dan adil.
Prinsip transparansi dan akuntabilitas juga sangat
penting dalam etika penelitian kesehatan. Para peneliti
harus terbuka mengenai tujuan dan hasil penelitian serta
cara mereka mendapatkan dana dan dukungan untuk
penelitian tersebut. Hal ini akan membantu
mempromosikan integritas dan kredibilitas hasil
penelitian.
Selain itu, prinsip keberlanjutan juga semakin menjadi
perhatian dalam etika penelitian kesehatan. Para peneliti
harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari
penelitian mereka terhadap lingkungan dan masyarakat
setempat. Mereka harus mencari cara untuk mengurangi
dampak negatif dan mempromosikan manfaat positif dari
penelitian tersebut.
Dalam konteks penelitian kesehatan internasional, ada
juga prinsip-prinsip etika yang berkaitan dengan
penghormatan terhadap kebudayaan dan adat istiadat
setempat. Para peneliti harus memahami nilai-nilai
budaya dan tradisi masyarakat tempat penelitian
dilakukan dan bekerja sama dengan para pemimpin lokal
dan komunitas untuk memastikan bahwa penelitian
dilakukan dengan menghormati nilai-nilai setempat.
Dalam melakukan penelitian kesehatan, para peneliti
harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika
penelitian kesehatan dengan baik. Prinsip-prinsip etika ini
harus diintegrasikan dalam semua tahap penelitian,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga publikasi

20
hasil penelitian. Hal ini akan membantu memastikan
bahwa penelitian kesehatan dilakukan dengan cara yang
etis dan berkelanjutan serta menghasilkan manfaat bagi
subjek penelitian dan masyarakat luas.

Prinsip–Prinsip Etika Penelitian Kesehatan


Etika penelitian kesehatan adalah seperangkat prinsip
dan nilai yang harus ditaati oleh para peneliti dalam
melakukan penelitian kesehatan. Prinsip-prinsip etika
penelitian kesehatan dirancang untuk melindungi hak-
hak subjek penelitian, memastikan integritas dan
kredibilitas hasil penelitian, dan mempromosikan nilai-
nilai etis dalam praktik penelitian.
Beberapa prinsip etika penelitian kesehatan yang paling
umum digunakan adalah prinsip otonomi, keadilan, dan
tidak-malefikensi. Prinsip otonomi mengacu pada hak
individu untuk membuat keputusan yang berhubungan
dengan dirinya sendiri. Dalam konteks penelitian
kesehatan, prinsip ini berarti bahwa para subjek
penelitian harus diberikan informasi yang cukup
mengenai tujuan dan risiko penelitian serta memberikan
persetujuan secara sukarela dan tanpa paksaan.
Prinsip keadilan berfokus pada distribusi manfaat dan
kerugian yang adil dalam penelitian kesehatan. Hal ini
melibatkan pertimbangan tentang siapa yang harus
menjadi subjek penelitian dan bagaimana manfaat dan
risiko penelitian harus didistribusikan. Prinsip ini
menuntut agar para peneliti memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan kelompok subjek
penelitian dan manfaat yang diperoleh dari penelitian
tersebut.
Prinsip tidak-malefikensi mengacu pada kewajiban para
peneliti untuk meminimalkan risiko dan bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh penelitian. Hal ini meliputi
perencanaan penelitian yang cermat dan memperhatikan
aspek keselamatan, privasi, dan kerahasiaan subjek
penelitian.

21
Selain prinsip-prinsip di atas, ada juga prinsip-prinsip
lain dalam etika penelitian kesehatan, seperti prinsip
verifikasi, integritas, kerahasiaan, dan pengawasan.
Prinsip verifikasi menuntut keabsahan dan keotentikan
data penelitian, prinsip integritas menekankan pada
kejujuran dan kredibilitas para peneliti, prinsip
kerahasiaan menuntut perlindungan privasi dan
kerahasiaan subjek penelitian, dan prinsip pengawasan
menuntut adanya pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan penelitian.
Penerapan prinsip-prinsip etika penelitian kesehatan
tidak hanya bertujuan untuk melindungi subjek
penelitian, tetapi juga untuk memastikan bahwa hasil
penelitian yang diperoleh dapat dipercaya dan digunakan
untuk memajukan ilmu pengetahuan dan kesehatan
masyarakat.

Kode Etik dalam Penelitian Kesehatan


Kode etik dalam penelitian kesehatan adalah seperangkat
aturan dan prinsip yang ditetapkan untuk membimbing
para peneliti dalam melakukan penelitian yang etis dan
berkelanjutan. Kode etik ini dibuat untuk melindungi hak
dan kepentingan subjek penelitian, menjaga integritas
dan kredibilitas penelitian, serta mempromosikan
manfaat bagi masyarakat.
Salah satu kode etik penting dalam penelitian kesehatan
adalah prinsip informed consent atau persetujuan yang
diberikan dengan penuh kesadaran dan kehendak bebas
oleh subjek penelitian. Para peneliti harus menjelaskan
dengan jelas tujuan, prosedur, dan manfaat dari
penelitian kepada subjek penelitian serta memberikan
kesempatan kepada mereka untuk menolak atau menarik
diri dari penelitian kapan saja. Hal ini penting untuk
melindungi hak-hak subjek penelitian dan memastikan
bahwa penelitian dilakukan dengan etika dan integritas.
Selain prinsip informed consent, ada beberapa prinsip
etika penelitian kesehatan lainnya yang harus dipatuhi
oleh para peneliti, seperti prinsip non-maleficence atau
tidak merugikan, prinsip beneficence atau melakukan

22
kebaikan, prinsip keadilan, prinsip transparansi, dan
prinsip perlakuan yang adil. Prinsip non-maleficence
menuntut para peneliti untuk meminimalkan risiko dan
merugikan subjek penelitian. Sedangkan prinsip
beneficence menuntut para peneliti untuk
memaksimalkan manfaat dan melakukan kebaikan bagi
subjek penelitian.
Prinsip keadilan menuntut bahwa semua subjek
penelitian harus diperlakukan dengan setara dan adil,
tanpa diskriminasi berdasarkan status sosial, jenis
kelamin, ras, atau agama. Sedangkan prinsip
transparansi menuntut para peneliti untuk terbuka dan
jujur mengenai tujuan dan hasil penelitian serta sumber
dana dan dukungan untuk penelitian tersebut. Hal ini
akan membantu mempromosikan integritas dan
kredibilitas penelitian.
Prinsip perlakuan yang adil menuntut para peneliti untuk
menghormati hak-hak dan martabat subjek penelitian
serta memperlakukan mereka dengan etika dan rasa
hormat. Para peneliti juga harus mempertimbangkan
dampak jangka panjang dari penelitian mereka terhadap
lingkungan dan masyarakat setempat serta berusaha
mengurangi dampak negatif dan mempromosikan
manfaat positif dari penelitian tersebut.
Selain itu, kode etik dalam penelitian kesehatan juga
mengatur mengenai penggunaan hewan percobaan dan
data serta publikasi hasil penelitian. Para peneliti harus
mematuhi aturan-aturan dan prinsip etika yang berkaitan
dengan hal tersebut untuk memastikan bahwa penelitian
dilakukan dengan cara yang etis dan berkelanjutan serta
menghasilkan manfaat bagi masyarakat.
Dalam melakukan penelitian kesehatan, para peneliti
harus memahami dan menerapkan kode etik dalam
penelitian kesehatan dengan baik. Kode etik ini harus
diintegrasikan ke dalam seluruh aspek penelitian
kesehatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
pelaporan hasil penelitian. Selain itu, para peneliti juga
harus memastikan bahwa penelitian mereka memenuhi

23
standar etika dan peraturan yang ditetapkan oleh
lembaga-lembaga yang berwenang.
Salah satu contoh kode etik dalam penelitian kesehatan
adalah Deklarasi Helsinki, yang merupakan sebuah
dokumen yang mengatur prinsip etika penelitian pada
manusia yang diterbitkan oleh World Medical Association.
Dokumen ini menetapkan beberapa prinsip etika dasar
dalam penelitian kesehatan, seperti persetujuan yang
diberikan dengan sukarela, tidak adanya tekanan atau
paksaan pada subjek penelitian, serta perlindungan hak-
hak subjek penelitian.
Selain Deklarasi Helsinki, ada juga beberapa kode etik
lainnya yang digunakan dalam penelitian kesehatan,
seperti Kode Etik Penelitian Kesehatan Nasional
Indonesia, Kode Etik Penelitian Kesehatan Dunia WHO,
dan Kode Etik Penelitian Kesehatan Amerika Serikat.
Setiap kode etik memiliki perbedaan dan penekanan pada
prinsip etika tertentu, namun tujuan utamanya adalah
untuk membimbing para peneliti dalam melakukan
penelitian yang etis dan berkelanjutan.
Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi yang
cepat, penting bagi para peneliti untuk terus mengikuti
perkembangan terbaru dalam etika penelitian kesehatan
dan memperbarui pengetahuan mereka tentang kode etik
yang berlaku. Dengan mematuhi kode etik yang tepat,
para peneliti dapat melindungi hak-hak subjek penelitian,
memastikan integritas dan kredibilitas penelitian, serta
mempromosikan manfaat bagi masyarakat secara luas.
Dalam melakukan penelitian kesehatan, para peneliti juga
harus memperhatikan perspektif budaya dan sosial dari
subjek penelitian dan komunitas sekitarnya. Hal ini
penting untuk memastikan bahwa penelitian dilakukan
dengan menghargai dan mempertimbangkan nilai-nilai
lokal, serta meminimalkan risiko negatif dan
memaksimalkan manfaat positif dari penelitian tersebut.
Dalam kesimpulannya, kode etik dalam penelitian
kesehatan merupakan seperangkat aturan dan prinsip
yang sangat penting untuk membimbing para peneliti
dalam melakukan penelitian yang etis dan berkelanjutan.

24
Dalam menerapkan kode etik ini, para peneliti harus
memastikan bahwa hak-hak dan kepentingan subjek
penelitian dilindungi, integritas dan kredibilitas penelitian
terjaga, dan manfaat bagi masyarakat tercapai.

Penerapan Kode Etik dalam Penelitian Kesehatan


Penerapan kode etik dalam penelitian kesehatan
sangatlah penting untuk memastikan bahwa penelitian
dilakukan dengan cara yang etis dan sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Dalam penerapan kode etik,
para peneliti harus memperhatikan beberapa prinsip
utama, seperti persetujuan yang diberikan dengan
sukarela, perlindungan privasi dan kerahasiaan subjek
penelitian, serta penggunaan metode penelitian yang
aman dan efektif.
Pertama-tama, persetujuan yang diberikan dengan
sukarela adalah prinsip utama dalam penerapan kode etik
dalam penelitian kesehatan. Hal ini berarti bahwa subjek
penelitian harus memberikan persetujuan secara
sukarela dan tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam
penelitian tersebut. Para peneliti juga harus memberikan
informasi yang jelas dan lengkap tentang tujuan, metode,
dan risiko potensial dari penelitian kepada subjek
penelitian, serta memberikan kesempatan bagi subjek
penelitian untuk menanyakan pertanyaan sebelum
mereka memberikan persetujuan.
Kedua, perlindungan privasi dan kerahasiaan subjek
penelitian juga merupakan prinsip penting dalam
penerapan kode etik dalam penelitian kesehatan. Para
peneliti harus memastikan bahwa informasi yang
dikumpulkan dari subjek penelitian disimpan secara
aman dan tidak terungkap kepada pihak yang tidak
berwenang. Para peneliti juga harus mempertimbangkan
kemungkinan risiko identifikasi subjek penelitian,
terutama jika data yang dikumpulkan sangat sensitif.
Ketiga, penggunaan metode penelitian yang aman dan
efektif juga sangat penting dalam penerapan kode etik
dalam penelitian kesehatan. Para peneliti harus
memastikan bahwa metode yang digunakan dalam

25
penelitian tidak merugikan subjek penelitian dan
memenuhi standar etika yang ditetapkan oleh lembaga-
lembaga yang berwenang. Selain itu, para peneliti juga
harus memastikan bahwa data yang dikumpulkan akurat
dan dapat diandalkan, serta tidak digunakan untuk
tujuan yang tidak bermanfaat bagi subjek penelitian atau
masyarakat secara luas.
Selain ketiga prinsip utama tersebut, penerapan kode etik
dalam penelitian kesehatan juga harus memperhatikan
perspektif budaya dan sosial dari subjek penelitian dan
komunitas sekitarnya. Hal ini penting untuk memastikan
bahwa penelitian dilakukan dengan menghargai dan
mempertimbangkan nilai-nilai lokal, serta meminimalkan
risiko negatif dan memaksimalkan manfaat positif dari
penelitian tersebut.
Dalam kesimpulannya, penerapan kode etik dalam
penelitian kesehatan sangat penting untuk memastikan
bahwa penelitian dilakukan dengan cara yang etis dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Para peneliti
harus memperhatikan prinsip utama seperti persetujuan
yang diberikan dengan sukarela, perlindungan privasi dan
kerahasiaan subjek penelitian, serta penggunaan metode
penelitian yang aman dan efektif. Dengan memperhatikan
hal-hal tersebut, para peneliti dapat menjamin bahwa
penelitian yang mereka lakukan tidak merugikan subjek
penelitian dan masyarakat secara luas, serta memberikan
manfaat yang positif bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan kesehatan.
Penerapan kode etik dalam penelitian kesehatan juga
dapat membantu para peneliti untuk memperoleh
dukungan dan kepercayaan dari publik, pemerintah, dan
lembaga-lembaga yang berwenang. Hal ini sangat penting
untuk mendukung kelangsungan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat
memberikan manfaat besar bagi masyarakat.
Namun, penerapan kode etik dalam penelitian kesehatan
juga memiliki beberapa tantangan. Misalnya, beberapa
penelitian mungkin menghadapi masalah dalam
mendapatkan persetujuan dari subjek penelitian,

26
terutama jika penelitian tersebut melibatkan subjek yang
rentan atau memiliki keterbatasan dalam memberikan
persetujuan. Selain itu, penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi dalam penelitian kesehatan juga dapat
menimbulkan masalah privasi dan keamanan yang harus
diatasi dengan hati-hati.
Oleh karena itu, para peneliti harus selalu
memperhatikan dan memperbarui pengetahuan mereka
tentang kode etik dalam penelitian kesehatan, serta
bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti lembaga
etika penelitian, komite etik, dan pihak-pihak yang
berwenang dalam bidang kesehatan dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, para peneliti dapat
memastikan bahwa penelitian yang mereka lakukan
dilakukan dengan cara yang etis, aman, dan bermanfaat
bagi semua pihak yang terlibat.
Dalam kesimpulannya, penerapan kode etik dalam
penelitian kesehatan sangat penting untuk memastikan
bahwa penelitian dilakukan dengan cara yang etis dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini meliputi
persetujuan yang diberikan dengan sukarela,
perlindungan privasi dan kerahasiaan subjek penelitian,
serta penggunaan metode penelitian yang aman dan
efektif. Penerapan kode etik juga harus
mempertimbangkan perspektif budaya dan sosial dari
subjek penelitian dan komunitas sekitarnya. Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut, para peneliti dapat
menjamin bahwa penelitian yang mereka lakukan tidak
merugikan subjek penelitian dan masyarakat secara luas,
serta memberikan manfaat yang positif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan.
Selain itu, penerapan kode etik juga dapat membantu
meningkatkan kualitas penelitian, dengan memastikan
bahwa penelitian dilakukan dengan standar yang tinggi
dan metodologi yang tepat. Kode etik juga dapat
membantu mengurangi risiko kontaminasi dan kesalahan
dalam penelitian, serta mendorong para peneliti untuk
melaporkan hasil penelitian mereka secara akurat dan
terbuka.

27
Dalam konteks penelitian kesehatan, penerapan kode etik
juga dapat membantu dalam pengembangan kebijakan
dan peraturan yang terkait dengan kesehatan
masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
yang etis dan sesuai dengan standar yang ditetapkan
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
kebijakan kesehatan yang lebih baik dan efektif.
Namun, penerapan kode etik dalam penelitian kesehatan
juga harus memperhatikan keterbatasan dan tantangan
yang mungkin dihadapi oleh para peneliti. Misalnya,
beberapa penelitian mungkin menghadapi masalah dalam
mengakses subjek penelitian yang tepat atau memperoleh
sampel yang cukup untuk penelitian mereka. Selain itu,
beberapa penelitian mungkin juga memerlukan
penggunaan teknologi atau peralatan yang mahal atau
tidak tersedia di wilayah penelitian, yang dapat
menyulitkan para peneliti untuk melaksanakan penelitian
mereka dengan cara yang aman dan efektif.
Oleh karena itu, para peneliti perlu memperhatikan
keterbatasan dan tantangan ini, dan mengembangkan
strategi yang sesuai untuk mengatasi masalah yang
muncul. Misalnya, mereka dapat bekerja sama dengan
lembaga dan organisasi lokal untuk memperoleh akses
yang lebih baik ke subjek penelitian, atau menggunakan
metode pengambilan sampel yang lebih efektif dan efisien.
Dalam kesimpulannya, penerapan kode etik dalam
penelitian kesehatan sangat penting untuk memastikan
bahwa penelitian dilakukan dengan cara yang etis dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kode etik
membantu memastikan persetujuan sukarela dari subjek
penelitian, perlindungan privasi dan kerahasiaan subjek
penelitian, dan penggunaan metode penelitian yang aman
dan efektif. Penerapan kode etik juga dapat membantu
meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan
kebijakan kesehatan yang lebih baik dan efektif. Namun,
para peneliti harus memperhatikan keterbatasan dan
tantangan yang mungkin dihadapi dalam penelitian
kesehatan, dan mengembangkan strategi yang sesuai
untuk mengatasi masalah yang muncul.

28
Daftar Pustaka
Beauchamp, T. L., & Childress, J. F. (2019). Principles of
biomedical ethics (8th ed.). New York: Oxford
University Press.
Council for International Organizations of Medical
Sciences. (2016). International Ethical Guidelines for
Health-related Research Involving Humans.
https://cioms.ch/wp-
content/uploads/2017/01/WEB-CIOMS-
EthicalGuidelines.pdf
Emanuel, E. J., Wendler, D., & Grady, C. (2000). What
makes clinical research ethical? JAMA, 283(20), 2701-
2711.
Institute of Medicine. (2002). Responsible conduct of
research. Washington, D.C.: National Academies
Press.
Kasim, R., Wulandari, L. P., & Fitria, R. (2020).
Implementasi Kode Etik Penelitian Kesehatan:
Tantangan dan Solusinya. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 5(2), 92-101.
Levy, D. A. (2015). Ethics in Clinical Research. In
International Encyclopedia of Public Health (Second
Edition) (pp. 395-401). Elsevier.
National Institutes of Health. (2016). Belmont Report:
Ethical Principles and Guidelines for the Protection of
Human Subjects of Research. Retrieved from
https://www.hhs.gov/ohrp/regulations-and-
policy/belmont-report/index.html
National Institutes of Health. (2018). NIH Policy and
Guidelines on the Inclusion of Individuals Across the
Lifespan as Participants in Research Involving Human
Subjects.
https://grants.nih.gov/grants/guide/notice-
files/NOT-OD-18-116.html

29
National Institutes of Health. (2020). Ethical Principles
and Guidelines for the Protection of Human Subjects
of Research. Retrieved from
https://www.hhs.gov/ohrp/regulations-and-
policy/belmont-report/index.html
Papadimitriou, D. (2018). Ethical issues in health
research: a literature review. European Journal of
Public Health, 28(suppl_1), cky213-009.
World Health Organization. (2016). Global health ethics:
Key issues. Geneva: World Health Organization.
World Health Organization. (2016). WHO Ethical and
Safety Recommendations for Intervention Research on
Substance Use Disorders.
https://www.who.int/substance_abuse/research_too
ls/ethical_recommendations/en/
World Medical Association. (2013). Declaration of Helsinki:
Ethical principles for medical research involving
human subjects. JAMA, 310(20), 2191-2194.
World Medical Association. (2013). World Medical
Association Declaration of Helsinki: Ethical principles
for medical research involving human subjects. JAMA,
310(20), 2191-2194.
https://doi.org/10.1001/jama.2013.281053

30
Profil Penulis
Risza Choirunissa
Ketertarikan penulis terhadap ilmu kesehatan
dimulai pada tahun 2007 silam. Hal tersebut
membuat penulis memilih studi untuk masuk ke
D3 Kebidanan, dilanjutkan dengan Sarjana
Kebidanan, dan berhasil menyelesaikan Magister
Kesehatan Masyarakat di tahun 2014, saat ini
penulis sedang melanjutkan studi Doktoral di
Doktor Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang Jawa Tengah, penulis juga sebagai dosen tetap di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Jakarta.
Penulis memiliki kepakaran dibidang Kesehatan masyarakat,
Promosi kesehatan Dan untuk mewujudkan karir sebagai dosen
profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang
kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi. Selain
peneliti, penulis juga aktif menulis jurnal dan buku dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan
negara yang sangat tercinta ini
Email Penulis: riszaakrama@gmail.com

31
32
3
MASALAH PENELITIAN
KESEHATAN

dr. Agustiawan, MKM, FRSPH


Institut Kesehatan Helvetia Medan

Pendahuluan
Riset atau penelitian dilakukan pada dasarnya untuk
membuktikan suatu peristiwa, baik itu yang berupa gap
yang ada pada penyataan dan teori ataupun untuk
melakukan verifikasi terhadap suatu peristiwa. Hal ini
menjadikan penelitian sebagai sesuatu yang harus
dilakukan dengan metode yang runut agar terjamin
validitas, bermanfaat informasi yang diberikan, serta
dapat diaplikasikan atau bermanfaat untuk orang yang
membaca atau menggunakannya.
Penelitian yang baik tentunya harus memiliki dasar
pemikiran yang baik pula. Hal ini dapat dijelaskan atau
ditunjukkan oleh masalah yang akan dibahas oleh sang
peneliti. Semua peneliti akan membuat rumusan masalah
sebelum memulai penelitian apapun (Notoatmodjo, 2005).
Beberapa laporan akademis telah menyoroti pentingnya
perumusan masalah dalam penelitian. Hal ini dilakukan
agar dapat membantu peneliti untuk menentukan tujuan
penilaian, untuk mengidentifikasi hasil kesehatan apa
yang akan dievaluasi, dan untuk menentukan jenis
evaluasi yang akan dilakukan (Sumantri, 2015).
Secara teori, salah satu Langkah awal yang harus
dijalankan ketika ingin memulai penelitian adalah
mendefinisikan atau/dan memberikan batasan terhadap
masalah penelitian (research problem). “Masalah

33
penelitian (research problem) adalah sebuah pernyataan
(statement) yang jelas dan pasti mengenai sebuah hal yang
menjadi perhatian, sebuah kondisi yang perlu
ditingkatkan, sebuah kesulitan yang perlu dieliminasi,
atau sebuah pertanyaan mengganggu yang ada pada
karya ilmiah baik secara teori ataupun praktik yang
menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan akan
pemahaman dan investigasi yang lebih dalam” (Bryman,
2007). Jika kita tidak dapat mendefinisikan dan
membatasi masalah penelitian maka pertanyaan
penelitian (research question), yang merupakan tahap
kedua dari proses penelitian, tak akan dapat
diformulasikan.
Bagian ini akan membahas mengenai “perumusan
masalah dalam penelitian kesehatan”.

Mengenal Rumusan Masalah


Rumusan masalah atau research questions atau sering
disebut juga research problem, memiliki arti sebuah
rumusan yang menanyakan suatu kejadian atau
fenomena yang ada, baik itu kedudukannya mandiri, atau
pun kejadian atau fenomena yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya. Baik itu sebab atau akibat.
Sampai pentingnya rumusan masalah ini pada sebuah
penelitian, hingga menjadikan rumusan masalah ini
adalah setengah dari penelitian itu sendiri (Ridha, 2017).
Rumusan masalah juga dapat dikatakan sebagai
formulasi atau penyajian masalah yang akan diteliti dalam
suatu penelitian atau studi. Rumusan masalah
merupakan bagian penting dari suatu penelitian karena
membantu menentukan arah penelitian, serta membantu
memperjelas tujuan dan sasaran dari penelitian tersebut.
Singkatnya, rumusan masalah adalah ruang lingkup yang
akan dibahas dalam penelitian. Perumusan masalah
merupakan proses mendefinisikan ruang lingkup
masalah, merumuskan satu atau lebih pertanyaan
spesifik tentangnya, dan menetapkan metode penilaian
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tersebut
(Darmalaksana, 2020).

34
Rumusan masalah juga harus menuju pada
pengembangan kriteria kelayakan yang jelas (kriteria
inklusi / eksklusi) serta identifikasi metode yang akan
digunakan untuk pengelolaan dan ekstraksi data. Elemen
penting dalam perumusan masalah termasuk
menentukan agen yang menjadi perhatian, rute paparan
yang relevan, titik akhir kesehatan yang akan dievaluasi,
dan jenis bukti yang akan dipertimbangkan (Ani et al.,
2022). Rumusan masalah adalah bagian dari sebuah
karya tulis ilmiah, makalah, atau skripsi yang sangat
mendasar (Siregar et al., 2022).
Di dalam rumusan masalah yang kita susun nantinya
akan menjadikan karya tulis kita menentukan arah
pembahasannya akan menuju kemana. Di dalam
rumusan masalah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan
yang nantinya akan dijawab setelah penelitian selesai
dilakukan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari
rumusan masalah, diantaranya:
1. Rumusan masalah ditulis dalam kalimat tanya,
diawali dengan kata tanya dan diakhiri dengan tanda
tanya.
2. Letak atau posisi penulisan rumusan masalah ini
berada di bagian pendahuluan setelah latar belakang
masalah.
3. Rumusan masalah yang ditulis tersebut berasal dari
permasalahan atau gejala alam yang muncul di
lingkungan sekitar.
4. Perumusan masalah ini berguna untuk membatasi
objek penelitian yang akan dilakukan nantinya.
Rumusan masalah memiliki posisi yang sangat penting di
dalam kegiatan sebuah penelitian. Apabila sebuah
penelitian tidak ada maka penelitian yang nantinya
dilakukan akan sia-sia, karena nantinya akan bingung
apa saja yang perlu dilakukan dalam penelitiannya.
Rumusan masalah yang baik dan benar mempunyai ciri-
ciri dibawah ini:
1. Rumusan masalah yang berkualitas dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya.

35
2. Rumusan masalah jelas, padat, tidak bertele-tele.
3. Dapat memberikan petunjuk atau sebagai titik sentral
dalam sebuah proses penelitian agar memungkinkan
menampung data guna menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam sebuah rumusan
masalah.
4. Mampu mengarahkan cara berpikir kita terhadap
suatu permasalahan.
5. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai
penelitian.
6. Masalah yang dipilih harus memiliki fisibilitas.
7. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi
peneliti.
Ada tiga kriteria rumusan masalah, antara lain:
1. Pada perumusan masalah kriteria pertama bentuknya
berupa kalimat interogatif atau kalimat tanya, baik itu
pertanyaan yang perlu jawaban eksplanatoris atau
jawaban yag deskriftif. Eksplanatoris sendiri adalah
menghubungkan dua atau pun lebih gejala atau
fenomena dalam kehidupan manusia.
2. Berhubungan atau bermanfaat untuk berusaha
membuat dan mengembangkan teori, di dalam makna
pemecahan yang jelas, nantinya diharaakan akan
memberikan teoritik yang bermutu, baik itu untuk
membuat teori baru atau mengembangkan sebuah
teori lama.
3. Untuk membuat sebah rumusan msalah yang bagus,
sebaiknya dirumuskan di dalam sebuah konteks yang
benar dan aktual. Jadi, pemecahannya memberikan
keterkaitan kebijakan yang sesuai, dan bisa di
aplikasikan dengan jelas untuk proses perumusan
masalah untuk kehidupan manusia.
Rumusan masalah yang baik harus memenuhi unsur
atau aspek yang ada di bawah ini

36
1. Mempunyai kontribusi teoritis dan praktis
Hasil penelitian nantinya memberikan kontribusi atau
andil yang jelas dalam bidang profesi atau bidang
ilmunya.
2. Mempunyai derajat keunikan dan keaslian
Beberapa institusi menganggap penting faktor
keaslian permasalahan penelitian ini. Tetapi kadang
kadang diperlukan pengulangan penelitian untuk
memperluas atau memperdalam diri penelitian yang
ada, sehingga tingkat validitas penelitian tersebut
menjadi lebih tinggi. Jika ini yang dilakukan maka
penelitian yang diusulkan masih dianggap asli.
3. Layak untuk dilaksanakan
Penelitian selalu memerlukan waktu dan biaya, dan
kadang kadang diperlukan sarana atau peralatan
tertentu. Jika dari apa yang dibutuhkan tersebut
diatas tidak cukup tersedia atau tidak tersedia, maka
penelitian menjadi tidak layak untuk dilaksanakan.

Fungsi Rumusan Masalah


Rumusan masalah mempunyai beberapa fungsi yang
sangat penting dalam sebuah penelitian. Berikut
penjelasannya:
1. Rumusan masalah merupakan titik sentral dalam
sebuah penelitian. Maksudnya adalah rumusan
masalah sebagai pedoman dalam sebuah penelitian.
Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu
penelitian Perumusan masalah ini tidak berharga
mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah
setelah peneliti sampai di lapangan.
2. Rumusan masalah mampu memberikan sebuah
solusi atau sebagai penentu. Sebagai penentu jenis
data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan
oleh peneliti, serta jenis data apa tidak perlu dan
harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih
data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu
dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan

37
masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang
bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana
yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
Rumusan masalah pada umumnya berbentuk sebuah
pertanyaan yang mengulas sebuah permasalahan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan rumusan masalah
adalah sebuah solusi yang belum terwujud.
Bagaimana untuk mewujudkannya? Dengan
penelitian itu tadi.
3. Rumusan masalah mampu membuka pikiran kita
terhadap suatu permasalahan. Ketika tujuan dan
arah dari suatu permasalah sudah jelas, maka kita
tinggal berfokus pada solusi yang akan kita capai
untuk masalah tersebut.
4. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian. Sebagai
pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi
diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai
penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan
dapat dilakukan.
Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka
para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam
menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan
sampel penelitian.

Contoh Rumusan Masalah


Agar dapat mendeskripsikan apa yang terjadi di balik
sebuah situasi/ fenomena, kita harus melakukan analisa
terhadap pihak yang akan atau sudah terlibat, sudut
pandang yang ada sekarang, faktor yang dapat menjadi
penyebab dari situasi tersebut, dampak yang mungkin
terjadi, serta teori yang dapat menjelaskan situasi yang
sudah terjadi. Maka dari itu kita membutuhkan data
seperti gambar, video, pengamatan atau observasi
langsung terhadap situasi, percakapan dengan orang-
orang yang terlibat dan pihak ahli, serta peninjauan
literatur akan membantumu memahami situasi tersebut
lebih dalam. Analisa yang kita lakukan ini dapat
memunculkan pertanyaan yang lebih menjurus terhadap
topik pun akan mulai muncul.

38
Membuat contoh rumusan masalah sebenarnya tidak
terlalu sulit asalkan tahu trik dan dasar penulisannya.
Dalam menyusun dan menuliskan rumusan masalah baik
untuk penelitian perlu sekali memperhatikan hubungan
antar variabel, minimal terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Masalah yang akan diteliti tersebut harus
dirumuskan secara jelas dan lengkap agar dapat dicari
jalan penyelesaian atau solusi dengan tepat. Penulisan
rumusan masalah harus menghindari variabel yang tidak
jelas dan tidak ada jawaban analisanya. Rumusan
masalah biasanya dibuat dengan membuat pertanyaan
dari hal-hal yang diteliti, dengan disertai beberapa kata
tanya seperti apakah, bagaimana, mengapa dan lainnya.
Untuk mengetahui apakah masalah telah didefinisikan
dan dibatasi dengan baik, kondisi-kondisi berikut harus
terpenuhi:
1. Ringkas dan padat: masalah harus dituliskan dengan
singkat, padat, jelas dan mudah untuk dimengerti.
2. Relevan: walaupun tingkat pentingnya masalah
merupakan hal yang sangat relatif dan subjektif,
penulis harus pandai untuk menyajikannya sehingga
sumber daya yang digunakan tidak akan terbuang
dengan sia-sia. Tingkat relevansi juga bergantung
pada bagaimana penulis menjelaskan efek dari
masalah, risiko serta kontribusi penelitian dengan
ringkas & padat.
3. Kontekstual: masalah penelitian yang diangkat harus
dibatasi oleh ruang geografis, waktu dan latar
belakang.
Spesifik: sangat dianjurkan agar masalah penelitian
merupakan suatu yang benar-benar terjadi dan menyasar
satu masalah spesifik yang terjadi di satu daerah tertentu.
Jika penulis berusaha untuk membahas banyak hal,
penelitian menjadi tidak fokus dan sulit untuk
mendapatkan hasil yang sesuai.

39
Gambar 3.1. Perumusan masalah
Rumusan masalah yang baik dan benar harus
memperhatikan beberapa ketentuan dasar, yaitu objektif,
menunjukkan dimensi tempat dan waktu, menunjukkan
dimensi subjek yang spesifik, mempunyai keunikan/
spesifikasi. Rumusan permasalahan yang baik memiliki
beberapa persyaratan, beberapa yang penting di ataranya
adalah menggunakan kalimat tanya, menyatakan dua
variabel atau lebih, variabel yang dinyatakan tersebut
harus dapat diukur, serta rumusan masalah hendaknya
dinyatakan secara gamblang, singkat dan jelas. Ada 3
jenis perumusan masalah dalam penelitian
1. Masalah deskriptif
Masalah deskriftif merupakan yang berkaitan dengan
pernyataan bagi adanya variabel mandiri, baik itu
satu atau lebih variabel. Jadi dalam rumusan
masalah peniliti tak perlu membandingkan variabel
pada sampel lain, dan juga mencari hubungan
variabel dengan variabel lainnya.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
a. Bagaimana gambaran perilaku cuci tangan pakai
sabun pada masyarakat yang tinggal di Pesisir
Pantai X?

40
b. Seberapa tinggi tingkat kepuasaan masyarakat
pengguna BPJS terhadap pelayanan poli rawat
inap RS X?
c. Seberapa baguskah kebijakan yang pemerintah
dalam penetapan biaya kesehatan untuk
pemberantasan TB?
2. Masalah komparatif
Masalah komparatif yaitu sebuah permasalahan
penelitian yang sifatnya membandingkan antara
variabel satu dengan yang lainnya apakah itu sama
atau berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif:
a. Apakah ada perbedaan tingkat depresi anatara
karyawan yang bekerja di pabrik mobil dan pabrik
makanan olahan?
b. Adakah perbedaan kapabilitas dan kedisiplinan
kerja antara perawat berdasarkan lama kerja?
c. Apa ada bedanya antara ketahanan fisik antara
mahasiswa dengan berat badan lebih dan normal?
3. Masalah asosiatif
Masalah asosiatif ialah pertanyaan pada sebuah
penelitian yang sifatnya memiliki hubungan antar dua
variabel atau pun lebih. Bisa dengan hubungan timbal
balik, kausal, atau simetris.
a. Hubungan timbal balik
Hubungan timbal balik yaitu hubungan yang
mempengaruhi satu sama lain. Di sini tidak
diketahui antara variabel independen dan variabel
dependen.
Contoh rumusan masalah hubungan timbal balik,
apakah terdapat hubungan antara status
kesehatan anak terhadap status gizi anak. Pada
hal ini dapat dinyatakan bahwa status kesehatan
anak dapat berpengaruh terhadap status gizi anak
dan sebaliknya.

41
b. Hubungan kausal
Rumusan masalah kausal yaitu memiliki sifat
sebab dan akibat. Di dalamnya terdapat variabel
bebas (independen) dan variabel dependen. Di sini
variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Contoh rumusan masalah hubungan kausal,
Apakah ada pengaruhnya antara lama duduk
setiap hari terhadap kejadian sakit punggung
bawah?
Seberapa besarkah pengaruh kebiasaan buang air
besar sembarangan terhadap kejadian diare?
Adakah pengaruhnya antara pendidikan orangtua
/ ibu terhadap status gizi anak?
c. Hubungan simetris
Hubungan simetris yaitu hubungan diantara dua
variabel atau bisa lebih kebetulan nampak secara
bersama.
Contoh rumusan masalah hubungan simetris,
Adakah hubungannya antara kadar gula darah
pasien saat masuk rawatan terhadap LOS?
Apakah ada hubungannya antara kunjungan ANC
terhadap pilihan kontrasepsi?

42
Daftar Pustaka
Ani, M., Diwyarthi, N. D. M. S., Wirawan, S., Tanjung, R.,
Prihanto, E. S. D., Hernayanti, M. R., Argaheni, N. B.,
& Manurung, J. (2022). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Get Press.
https://books.google.co.id/books?id=H3lmEAAAQBA
J
Darmalaksana, W. (2020). Latihan Menulis Latar Belakang
Masalah.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan.
Ridha, N. (2017). Proses penelitian, masalah, variabel dan
paradigma penelitian. Hikmah, 14(1), 62–70.
Siregar, M. H., Susanti, R., Indriawati, R., Panma, Y.,
Hanaruddin, D. Y., Adhiwijaya, A., Akbar, H.,
Nugraha, D. P., & Renaldi, R. (2022). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.https://books.google.co.id/books?id=VaZeEAA
AQBAJ
Sumantri. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Prenada Media.
https://books.google.co.id/books?id=Cpo-
DwAAQBAJ

43
Profil Penulis
Agustiawan
Agustiawan, lahir di Bangka, 2 Agustus 1993
merupakan Dokter di Rumah Sakit Islam (RSI)
Ibnu Sina Pekanbaru dan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru, Riau.
Penulis juga sebagai Dosen Tetap FK Institut
Kesehatan Helvetia Medan. Penulis
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas
Malikussaleh pada tahun 2018 dan Promosi Kesehatan Ilmu
Perilaku dalam pendidikan S2 Magister Kesehatan Masyarakat
di Institut Kesehatan Helvetia Medan pada tahun 2022. Penulis
juga menjalani Pendidikan Ilmu Hukum di Universitas Terbuka.
Penulis tergabung dalam organisasi Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI), Perkumpulan Promotor dan
Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI), Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Ahli Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Indonesia (PAKKI), dan mendirikan
Perkumpulan Health Education and Promotion (HEP) Indonesia.
Menyelesaikan program kursus Ahli Ilmu Faal Olahraga Klinis
(AIFO-K) dan mendapatkan sertifikasi tersebut dari BNSP RI.
Penulis aktif menulis beberapa jurnal dengan bahasan yang
fokus pada Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran.
Agustiawan juga merupakan Fellow dari Royal Society for Public
Health (FRSPH) yang berpusat di London, UK. Agustiawan juga
menyelesaikan Diploma dalam Sustainable Management dari
IBMI Berlin.
Email: Agustiawan.dr@helvetia.ac.id

44
4
TINJAUAN PUSTAKA,
KERANGKA BERPIKIR, DAN
KERANGKA KONSEP

Yati Purnama, S.ST., M.Kes


Akademi Kebidanan Harapan Bunda Bima

Pendahuluan
Dasar sebuah penelitian yang baik adanya landasan teori
yang kokoh. Penyusunan kerangka berpikir yang ilmiah
didasarkan pada teori dan penelitian yang dilakukan
sebelumnya dari para ahli dikemukakan secara
terstruktur serta komprehensif. Penyusunan latar
belakang secara komprehensif merupakan dasar dari
penjelasan lengkap sebuah teori yang akan diulas pada
tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka disusun berdasarkan
pemaparan justifikasi data, angka kejadian masalah,
dampak, kebijakan yang sudah dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah hingga solusi pemecahan masalah
yang dipaparkan pada latar belakang penelitian.
Pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian juga
didasarkan pada tinjauan pustaka yang sudah dibuat.
Masalah yang terjadi pada penulisan pembahasan saat ini
adalah, tinjauan pustaka yang ada tidak digunakan dengan
baik sehingga tinjauan pustaka tersebut terlihat hanya
sebagai bab yang harus ada tetapi tidak dipergunakan untuk
mengaitkan teori dengan hasil dari sebuah penelitian yang
tercantum pada tinjauan pustaka. Penggunaan tinjauan
pustaka sebaiknya secara optimal bisa digunakan dalam
pembahasan, apabila ada kekurangan teori atau penelitian

45
terkait untuk memperkaya pembahasan maka peneliti bisa
menambahkan kekurangan tersebut tanpa harus
mengulang mencari dari awal lagi. Penyusunan tinjauan
pustaka harus juga memperhatikan kaidah penulisan
referensi, sehingga dapat terhindar dari plagiat (Masturoh
and Anggita T, 2018).
Penyusunan kerangka teoretis tergantung dari
kemampuan yang dimiliki peneliti untuk melakukan
pencarian dan penentuan tinjauan pustaka sebagai upaya
mendapatkan sumber pustaka yang tepat untuk melakukan
pembahasan sesuai lingkup penelitian yang akan
dilakukan. Tinjauan pustaka yang berisi kerangka teori
merupakan kerangka acuan yang digunakan peneliti
untuk menumbuhkan gagasan secara teoretis dan empiris
sehingga nantinya dapat mendasari ulasan penelitian
dalam pembahasan (Surahman, Rachmat and Supardi,
2016).

Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah kerangka konseptual yang
menjelaskan dasar pemikiran atau dasar teori yang
digunakan dalam penelitian. Tinjauan pustaka berisi
tentang penelususran kepustakaan yang relevan terhadap
penelitian yang ingin dilakukan, dapat diperoleh dari
jurmnal, buku, atau yang lainnya.
Penelusuran pustaka merupakan langkah awal yang
dilakukan peneliti untuk memperjelas metodologi
penelitian, tinjauan teoretis serta mendapatkan informasi
tentang penelitian terkait atau penelitian sebelumnya yang
sudah dilakukan oleh peneliti lain (Masturoh and Anggita T,
2018). Tinjauan pustaka merupakan proses memahami dan
menganalisis substansi atau isi secara kritis dari
kepustakaan yang dapat berupa teks, artikel ilmiah dan
laporan ilmiah (Ardiana et al., 2021).

46
Teori atau konsep yang didapatkan dari penelusuran
pustaka dilakukan analisa melalui penalaran deduktif.
Penalaran yang dilakukan baik secara induktif maupun
deduktif akan dirumuskan yang paling mungkin dan
paling tinggi taraf signifikansinya sehingga dapat menjawab
hipotesis penelitian.
Kriteria pemilihan kajian bahan pustaka adalah (Masturoh
and Anggita T, 2018):
1. Relevansi: studi kepustakaan yang baik adalah
tinjauan teori sesuai dengan variabel yang diteliti.
Penggunaan tinjauan teori dalam penelitian harus
cocok dengan variabel dalam penelitian.
2. Kelengkapan: penggunaan kepustakaan dalam
penelitian tentunya jumlahnya banyak, semakin
banyak kepustakaan yang dibaca dan digunakan,
menunjukkan semakin lengkap kepustakaan dan
makin baik studi kepustakaan yang dilakukan oleh
peneliti.
3. Kemutakhiran: penggunaan sumber pustaka terbaru
dengan kualifikasi memadai minimal terbitan 10
tahun terakhir untuk buku teks serta minimal 1
tahun untuk jurnal. Kemutakhiran harus
diperhatikan oleh peneliti kecuali penelitian historis.

Tinjauan Pustaka yang Baik


1. Berisi uraian uraian sistematis tentang teori dah
hasilo-hasil penelitian yang relevan dengan variable
yang diteliti.
2. Terdapat penjelasan variable-variabel yang diteliti
melelui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang
lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan
antar variable yang akan diteliti menjadi lebih jelas
dan terarah.
3. Menggunakan sumber bacaan yang baik, memenuhi
tiga kriteria yaitu relevansi, kelengkapan data dan
kemutakhiran.

47
Pencarian teori dalam penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan informasi yang banyak dari kepustakaan
yang berkaitan. Menurut jenisnya sumber kepustakaan
dibedakan berdasarkan dua bagian yaitu (Masturoh and
Anggita T, 2018):
1. Sumber bacaan umum
a. Ensiklopedia
b. Teks
c. Monograph
d. Leaflet
2. Sumber bacaan khusus
a. Buku
b. Jurnal
c. Laporan periodik
d. Buletin penelitian
e. Anual review
f. Tesis, disertasi dan sumber lain

Fungsi Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka merupakan hal yang penting dalam
menyusun penelitian baik berupa karya tulis ilmiah,
skripsi, tesis maupun disertasi. Beberapa fungsi dari
penyusunan tinjauan pustaka dalam penelitian sebagai
berikut (Masturoh and Anggita T, 2018):
1. Mengkaji penelitian yang sebelumnya sudah
pernah dilakukan. Tinjauan pustaka yang akan
digunakan dalam sebuah penelitian perlu dikaji
kronologis sehingga dapat membantu
memberikan arahan apa yang dilakukan peneliti
sebelumnya untuk permasalahannya. Pengkajian
tersebut memberikan arah tentang desain yang
digunakan serta hasil yang diperoleh sehingga
gap (celah kosong) dapat diisi melalui penelitian.

48
2. Mengkaji perbedaan hasil penelitian terlebih
dahulu dilihat dari kelebihan dan
kekurangannya. Penelitian yang akan diusulkan
harus membuktikan bahwa belum pernah
dilakukan sebelumnya atau pernah dilakukan
namun hasilnya tidak sesuai atau menunjukkan
ada kekurangan dalam beberapa hal dan perlu
dilengkapi. Kelebihan dan kelemahan penelitian
sebelumnya digunakan sebagai evaluasi
terutama dalam memahami derajat kepercayaan
(level of significance). Perbedaan antara penelitian
yang akan dilakukan dengan penelitian
sebelumnya dibuktikan dengan tidak adanya
duplikasi
3. Menunjang pembatasan dan perumusan
masalah. Kesimpulan terhadap identifikasi dan
pengkajian pustaka pada akhirnya akan
dilakukan sehingga tinjauan pustaka yang
meluas, tajam dan komprehensif dapat dibatasi
dan dirumuskan permasalahannya pada
penelitian.
4. Mendalami landasan teori yang terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti Karakteristik
sebuah penelitian harus didasarkan pada
konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada.
Pendalaman pengetahuan seutuhnya (unified
explanation) sangat berguna saat melakukan
kajian pustaka pada disiplin ilmu yang berkaitan
dengan masalah yang akan diangkat.
Penyusunan kerangka konsep dan hipotesis
penelitian dilandaskan pada pengenalan teori
yang sesuai dalam bidang atau lingkup
permasalahan
5. Membantu menentukan desain penelitian.
Pengkajian yang dilakukan terhadap rancangan
atau desain penelitian sebelumnya sangat
menguntungkan. Prosedur-prosedur yang
digunakan dalam penelitian sebelumnya yang
meneliti permasalahan serupa dapat ditelaah
kelebihan serta kelemahannya, sehingga peneliti

49
selanjutnya dapat menyesuaikan atau
merancang kembali prosedur yang cocok untuk
penelitian yang akan dilaksanakan.
Membantu pemilihan prosedur pengumpulan data.
Prosedur pengumpulan data pada penelitian sebelumnya
dapat dikaji kembali sehingga ditemukan cara
pengumpulan data yang valid dan mudah dilakukan oleh
peneliti.

Langkah-Langkah Menyusun Tinjauan Pustaka


Penyusunan tinjauan pustaka memerlukan beberapa
langkah sehingga dalam penulisan ulasan, rangkuman dan
pemikiran peneliti mudah untuk dibahas, di antaranya
(Masturoh and Anggita T, 2018):
1. Tentukan masalah atau topik. Penentuan masalah
dan topik harus didasari dahulu dengan adanya
sebuah pertanyaan penelitian, pertanyaan ini akan
mengarahkan peneliti untuk mencari sumber pustaka
yang relevan.
2. Menelaah kepustakaan atau penelitian yang relevan.
Melakukan telaah terhadap penelitian diawali dengan
literatur yang relevan dengan masalah yang diminati.
Kajian dilakukan pada desain penelitian yang
digunakan, pengambilan sampel, pengumpulan data,
analisis data serta hasil dari penelitian tersebut.
3. Merumuskan masalah penelitian. Perumusan
masalah didasarkan pada sebuah konsep
disesuaikan dengan tempat atau daerah yang
memiliki letak geografis, adat dan budaya, serta
keadaan atau situasi yang berbeda dari penelitian
sebelumnya.
4. Mengembangkan kerangka konsep serta hipotesis
penelitian. Telaah yang dilakukan terhadap sumber
pustaka yang digunakan dapat digunakan sebagai
pengembangan kerangka teori atau kerangka konsep,
serta hipotesis penelitian.
5. Penyusunan perbedaan penelitian dengan penelitian
terdahulu. Perbedaan dari penelitian sebelumnya

50
merupakan hasil kesimpulan yang peneliti buat untuk
memberikan bukti bahwa penelitian yang akan
dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaan ini akan tertuang pada kerangka konsep,
variabel yang digunakan, rancangan penelitian,
sampel yang akan diambil, pengumpulan data serta
analisis datanya.

Teknik Melakukan Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka dilakukan untuk menemukan gambaran
perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
akan dilakukan, serta isu yang akan diangkat oleh peneliti
selama melakukan tinjauan pustaka tidak kadaluwarsa
atau kepustakaan yang digunakan mutakhir. Telaah
terhadap kepustakaan bermanfaat untuk mencegah
terjadinya tiruan terhadap penelitian yang sudah pernah
dilakukan, menghindari hal tersebut ada beberapa teknik
yang harus dilakukan (Ardiana et al., 2021):
1. Mencari kesamaan (compare). Kesamaan yang
ditemukan saat melakukan kajian pustaka (hasil,
intervensi, metode, dan yang lainnya) selanjutnya
dilakukan penilaian atau pertimbangan terhadap
kesamaan tersebut. Artikel tersebut akan dirangkum
sehingga menjadi artikel baru berdasarkan penilaian
yang sudah dilakukan
2. Mencari ketidaksamaan (contrast). Rangkuman hasil
literatur yang bertentangan juga bisa dijadikan
sebuah artikel. Perbedaan hasil penelitian tersebut
bisa dijadikan perbandingan mana yang akan menjadi
pembahasan, hasil temuan yang menunjukkan bukti-
bukti ilmiah bisa juga dipaparkan dalam pembahasan
tersebut.
3. Memberikan pandangan (criticize). Pandangan
terhadap artikel digunakan sebagai penghubung dari
hasil review dari adanya pendapat yang berbeda pada
sebuah artikel. Hasil pandangan tersebut dibuat
dalam sebuah pembahasan yang diselaraskan dengan
pendapat peneliti yang melakukan kritisi.

51
4. Membandingkan (synthesize). Kelebihan dan
kekurangan penelitian sebelumnya yang ditemukan
saat melakukan kajian pustaka dapat digunakan
sebagai analisis pembahasan serta landasan dalam
melakukan penelitian selanjutnya
5. Meringkas (summarize). Tahap akhir dari sebuah
kajian pustaka adalah peneliti yang melakukan kritisi
menuliskan ringkasan dari hasil review ke dalam
bentuk artikel baru
Cara Membuat Tinjauan Pustaka Yang Baik adalah
sebagai berikut :
1. Tetapkan nama variable dan jumlah variable yang
diteliti
2. Cari sumber-sumber bacaan yang sebanyak –
banyaknya dan yang relevan dengan variable yang
akan diteliti
3. Lihat daftar isi setiap buku dan pilih topic yang
relevan dengan variable yang akan diteliti
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada
setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu
sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan
variable yang akan diteliti, lakukan analisa,
renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa
sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-toeri yang telah dibaca dari
berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan
bahasa sendiri.
7. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau digunakan
sebagai landasan harus dicantumkan.
Studi pustaka akan sangat membantu peneliti
menentukan variable yang diduga kuat dapat
menjelaskan masalah penelitian dan mengasilkan dasar
pengembangan kerangka pemikiran teoritis. Pada
akhirnya pengembangan toeri yang baik juga akan

52
membantu peneliti dalam melakukan analisis hasil
penelitian dan pembahasan.

Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faaktor
yang telah diidentifikasi sebagai focus kajian. Kerangka
berpikir juga disebut kerangka teori, yang memberikan
gambaran hubungan berbagai variabel yang menyeluruh
serta lengkap dengan bagan dan alur yang menjelaskan
adanya hubungan sebab akibat dari sebuah fenomena.
Kerangka teori dibuat berdasarkan teori yang didapat saat
melakukan kajian pustaka. Penggunaan teori dalam
sebuah penelitian dapat berupa gabungan beberapa teori
lain yang dimodifikasi atau satu teori, pemilihan teori
diperhatikan sesuai dengan relevansi terhadap substansi
yang akan digunakan pada penelitian (Masturoh and Anggita
T, 2018).
Kerangka teori dibangun sebagai dasar terbentuknya
kerangka konsep yang terdiri dari berbagai teori yang
saling berhubungan. Pemecahan terhadap sebuah
masalah penelitian didasarkan pada kerangka teori yang
digunakan sebagai acuan yang komprehensif mengandung
prinsip, teori serta konsep. Kerangka teori atau kerangka
pikir ini juga mengandung konstruk dari studi empiris.
Peranan kerangka teori pada sebuah penelitian diungkap
beberapa hal menurut Surahman, Rachmat and Supardi
(2016):
1. Memberikan kerangka pemikiran dalam penelitian.
2. Membantu dalam penyusunan hipotesis.
3. Memberikan landasan yang kuat serta
menjelaskan dan memaknakan data dan fakta.
4. Memosisikan permasalahan penelitian secara
sistematis dan logis.
5. Membangun ide-ide yang ditemukan dari hasil
penelitian.
6. Menjadi acuan dan arah menentukan kerangka

53
konsep.
7. Memberikan dasar dalam menyusun definisi
operasional.
8. Menjadi dasar dalam sintesis dan mengintegrasikan
gagasan.
Kerangka teori dalam penyusunannya perlu
memperhatikan beberapa prosedur, di antaranya
(Surahman, Rachmat and Supardi, 2016):
1. Pencarian literatur atau melakukan kajian pustaka.
2. Sintesis serta modifikasi terhadap teori satu dengan
teori lainnya.
3. Mengungkap beberapa teori yang digunakan
berdasarkan variabel yang diteliti, dilanjutkan
dengan menyusun kerangka pemikiran yang
sistematis, logis dan rasional.
Kerangka Berpikir Yang Baik
1. Merupakan penjelasan sementara terhadap gejala
yang menjadi obyek permasalahan
2. Disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil
penelitian yang relevan
Sebagai argumentasi dalam merumuskan hipotesis.
Harus analitis, sistematis dan menggunakan teori yang
relevan.

Kerangka Konsep
Kerangka konsep disusun berdasarkan teori yang
ditemukan saat melakukan telaah jurnal dan
merupakan turunan dari kerangka teori. Visualisasi
terhadap hubungan berbagai variabel yang dirumuskan
oleh peneliti sendiri berdasarkan beberapa teori yang
dibaca atau ditelaah, kemudian dikembangkan oleh
peneliti membentuk sebuah gagasan sendiri yang
digunakan sebagai landasan pada penelitiannya (Rizki
and Nawangwulan, 2018).
Kerangka konsep penelitian menunjukkan hubungan
terhadap konsep-konsep yang akan diukur dan
54
diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
Pemaparan kerangka konsep berbentuk diagram
menunjukkan hubungan antar variabel yang akan
diteliti. Penyusunan kerangka konsep yang baik akan
memberikan informasi jelas pada peneliti serta dapat
memberikan gambaran pemilihan desain penelitian
yang akan digunakan (Masturoh and Anggita T, 2018).
Kerangka konsep menjelaskan secara konseptual
hubungan antara variabel penelitian, kaitan masing-
masing teori serta menjelaskan hubungan dua atau
lebih variabel seperti variabel bebas dan variabel terikat.
Penelitian yang hanya mengemukakan variabel secara
mandiri perlu dilakukan deskripsi teori antara masing-
masing variabel dengan memberikan pendapat
terhadap variasi besarnya yang diteliti.
Syarat kerangka konseptual dikatakan baik
diantaranya (Surahman, Rachmat and Supardi, 2016):
1. Penelitian yang memiliki variabel yang jelas.
2. Penelitian harus menjelaskan adanya hubungan
antara variabel yang akan diteliti yang didasari
oleh teori.
3. Jelas dan mudah dipahami.
Kerangka konsep dalam penelitian kuantitatif
merupakan hal yang menjadi satu kesatuan dengan
kerangka teori yang utuh sehingga dapat mencari
jawaban secara ilmiah terhadap masalah penelitian
serta dapat menjelaskan variabel yang digunakan
dalam penelitian. Hubungan antara variabel
penelitian berkaitan dengan variabel penelitian
sebelumnya yang sudah diuji secara empiris
menguraikan variabel terkait berdasarkan dari
kerangka teori penelitian sebelumnya. Kerangka
konsep ini memberikan penjelasan dalam bentuk
diagram atau skema antara variabel independen
dengan variabel dependen (Surahman, Rachmat and
Supardi, 2016). penelitian yang baik, perlu
memaparkan kerangka konsep dengan jelas sehingga
mudah melihat hubungan antara variabel, sebagai

55
contoh kerangka konsep pada sebuah penelitian:

Gambar 4.1 Kerangka Konsep Faktor-faktor yang


berhubungan dengan Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Voluntery Counseling Test (VCT) pada Ibu Hamil

56
Daftar Pustaka
Ardiana, Y. P. D, Mawati T, A, and Supinganto M. (2021)
Metodelogi Penelitian Bidang Pendidikan. Cetakan 1.
Yayasan Kita Menulis.
Masturoh, U. and Anggita T, N. (2018) Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan
Rizki, R. M. and Nawangwulan, S. (2018) Buku ajar
Metodelogi Penelitian Kesehatan. Sidoarjo: Indomedia
Pustaka.
Surahman, Rachmat, M, and Supardi, S. (2016)
Metodelogi Penelitian, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.

57
Profil Penulis
Yati Purnama
Lahir di Sape pada tanggal 20 mei 1989,
menyelesaikan D3 Kebidanan Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Makassar tahun
2011, melanjutkan pendidikan Diploma 4
Kebidanan dan berhasil menyelesaikan studi
S1 di prodi D4 Kebidanan di Stikes Mega Rezky
Makasar yang sekarang menjadi Universitas Mega Rezky
Makassar pada tahun 2013. Dua tahun kemudian yaitu pada
tahun 2015 penulis menyelesaikan studi S2 di prodi Kesehatan
Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Reproduksi di Universitas
Indonesia Timur Makassar.
Penulis mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis
pun aktif melaksanakan Tri Dharma dan aktif sebagai peneliti
dibidang keilmuannya. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi dan juga
Kemenristek DIKTI. Selain peneliti, penulis juga aktif menulis
beberapa buku dengan harapan dapat memberikan kontribusi
positif bagi bangsa dan negara yang sangat tercinta ini. Atas
dedikasi dan kerja keras dalam menulis buku.
Saat ini sebagai dosen tetap program studi D3 Kebidanan di
Akademi Kebidanan Harapan Bunda Bima dan menjabat
sebagai Ketua Unit Penelitian Dan Pengabdian Pada
Masyarakat.
Email Penulis: yatipurnama768@gmail.com

58
5
HIPOTESIS PENELITIAN

Viyan Septiyana Achmad, S.Kep., Ners., M.Kep


Poltekkes Kemenkes Banten

Pengertian Hipotesis
Definisi hipotesis secara luas dijelaskan oleh beberapa
ahli. Hipotesis dari kata hypo dan thesis. Hypo berarti
“kurang dari” dan thesis berarti “opini”. Jadi, secara
ringkas, hipotesis adalah pendapat atau memiliki makna
lain yaitu kesimpulan sementara. Selain itu, hipotesis
adalah jawaban sementara atas pertanyaan yang
dirumuskan (Margono, 2004). Pengertian lain dari
hipotesis adalah dugaan sementara atau asumsi yang
harus dilakukan pengujian melalui data atau fakta yang
diperoleh dengan penelitian (Dantes, 2012). Hipotesis
Penelitian Hipo = sementara/ lemah Thesis=
pernyataan/teori Hipotesis berarti pernyataan sementara
yang perlu diuji kebenaranya Untuk menguji kebenaran
sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut
pengujian yang disebut pengujian hipotesis. “Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian (analitik)” Dari beberapa definisi tersebut,
dapat disimpulkan hipotesis adalah suatu keyakinan atau
pernyataan yang dibuat sebagai dugaan sementara atas
suatu rumusan masalah penelitian yang belum dapat
ditentukan dan akan menjadi lebih kredibel jika ada
buktinya. Dalam arti yang lebih formal, hipotesis menguji
persepsi seseorang tentang hubungan antara variabel
dalam situasi tertentu.

59
Tujuan Hipotesis
Tujuan hipotesis adalah sebagai berikut (Nursalam,
2015) :
1. Sebagai penghubung antara teori dengan fakta, dalam
hal ini hipotesis menggabungkan dua domain.
2. Sebagai alat dalam pengembangan ilmu selama
hipotesis dapat menghasilkan sebuah penemuan
(discovery).
3. Sebagai petunjuk untuk melakukan identifikasi dan
interprestasi suatu hasil.

Misi dari Hipotesis


Hipotesis adalah suatu pernyataan yang merupakan
jawaban sementara peneliti terhadap pertanyaan
penelitian (analitik)
Fungsi Hipotesis
Fungsi dari hipotesis (Heryana, 2020) adalah sebagai
berikut:
1. Sebuah riset yang mempunyai hipotesis yang kuat
mengidentifikasikan bahwaseorang peneliti sudah
memiliki pengetahuan yang cukup terhadap
penelitian yang akan dilakukan. Tujuan hipotesis
adalah membantu peneliti melakukan pengujianteori.
Jadi hipotesis yang sudah dirumuskan oleh peneliti,
dibandingkan dengan teori-teori yang sudah ada.
Kemudian dari hasil membandingkan tersebut akan
diketahui hasilnya.
2. Memberikan arah pada pengumpulan dan
interprestasi data. Selain digunakan untuk menguji
teori, hipotesis juga bertujuan untuk menjelaskan
fenomena sosial yang sedang terjadi. berdasarkan
fenomena di lapangan, akan mendorong peneliti
untuk membuat dugaan sementara, yang kemudian
akan dibuktikan kebenarannya.
3. Mengarahkan peneliti mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan dan jenis data yang akan dikumpulkan.

60
Adapun fungsi lain dari hipotesis, adalah memberikan
petunjuk pada peneliti dalam melaksanakan
penelitian. Kesimpulannya, hipotesis merupakan
petunjuk yang mengarahkan arah langkah peneliti
dalam melakukan penelitian.
4. Memberikan sebuh kerangka untuk membuat
kesimpulan penelitian. Hipotesis dirumuskan untuk
memberikan kemudahan peneliti dalam membuat
kesimpulan. Setidaknya dari hipotesis, peneliti akan
menemukan kerangka dasar untuk menemukan
jawaban.

Syarat Hipotesis
Syarat hipotesis yang baik menurut Borg dan Gall dalam
(Arikunto, 2019) adalah sebagai berikut :
1. Rumusan Hipotesis sebaiknya memuat hubungan
dua atau lebih variabel.
2. Rumusan hipotesis dibuat berdasarkan landasan
teoritis dan hasil penelitian sebelumnya.
3. Hipotesis dapat diuji.
4. Rumusan hipotesis harus jelas dan singkat.
Sedangkan menurut (Nursalam, 2015) syarat hipotesis
adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis memiliki relevansi dengan kenyataan yang
akan diteliti (relevance).
2. Hipotesis dapat diobservasi dan dapat diuji
(testability).
3. Hipotesis yang dirumuskan harus konsisten dengan
hipotesis di lapangan dan telah teruji kebenarannya,
sehingga setiap hipotesis akan membentuk suatu
sistem (compatibility).
4. Hipotesis yang baik mengandung prediksi tentang apa
yang akan ditemukan dan apa yang akan terjadi
(predictive)
5. Hipotesis dinyatakan dengan sederhana, mudah
dipahami dan mudah dicapai (simplicity).
61
Merumuskan Hipotesis Penelitian
Menurut apa yang telah dikemukakan sebelumnya
hipotesis adalah penyataan yang merupakan jawaban
sementara, atau kesimpulan sementara atau dugaan yang
bersifat logis tentang suatu populasi. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penyusunan hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010):
1. Rumusan hipotesis dibuat dengan singkat dan jelas.
2. Pernyataan hipotesis dibuat dalam kalimat deklaratif.
3. Hipotesis menunjukkan adanya hubungan antara dua
atau lebih variabel.
4. Hipotesis didukung oleh landasan teori dari berbagai
sumber atau hasil penelitian yang relevan.
5. Hipotesis bisa diuji.

Jenis Hipotesis
Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan sesuatu
kejadian antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang
menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu
dengan variabel yang lain. Hipotesis nol memberikan
pernyataan yang bertentangan dengan hipotesis. Ini
adalah pernyataan negatif, dan tidak ada hubungan
antara variabel independen dan dependen. Simbol
dilambangkan dengan "HO"
Contoh: Tidak ada perbadaan berat badan bayi antara
mereka yang dilahirkan dari ibu yang merokok dengan
mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok.
Tidak ada hubungan merokok dengan berat badan bayi.
Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan suatu kejadian
antara kedua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan
ada hubungan variabel satu dengan variabel yang lain.
Contoh: Ada perbedaan berat badan bayi antara mereka
yang dilahirkan dari ibu yang merokok dengan mereka

62
yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok. Ada
hubungan merokok dengan berat badan bayi.
Hipotesis Asosiatif dan Kausal
Hipotesis asosiatif terjadi ketika terjadi perubahan pada
satu variabel sehingga terjadi perubahan pada variabel
lainnya. Sedangkan hipotesis kausal mengusulkan
interaksi sebab dan akibat antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis Sederhana
Hipotesis ini menunjukkan hubungan antara satu
variabel dependen dan satu variabel independen. Mislanya
Jika Anda makan lebih banyak sayuran, Anda akan
menurunkan berat badan lebih cepat. Di sini, makan lebih
banyak sayuran adalah variabel independen, sedangkan
penurunan berat badan adalah variabel dependen.
Hipotesis Kompleks hubungan antara dua atau lebih
variabel dIni menunjuependen dan dua atau lebih variabel
independen. Contohnya, makan lebih banyak sayuran
dan buah-buahan menyebabkan penurunan berat badan,
kulit bersinar, mengurangi risiko berbagai penyakit
seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
beberapa jenis kanker
Hipotesis Terarah
Hipotesis ini menunjukkan bagaimana seorang peneliti
adalah intelektual dan berkomitmen pada hasil tertentu.
Hubungan antar variabel juga dapat memprediksi
sifatnya. Misalnya- anak-anak berusia empat tahun yang
makan makanan yang layak selama periode lima tahun
memiliki tingkat IQ lebih tinggi daripada anak-anak yang
tidak makan dengan benar. Ini menunjukkan efek dan
arah efek.
Hipotesis Non-Arah
Hipotesis ini digunakan jika tidak ada teori yang terlibat.
Ini adalah pernyataan bahwa ada hubungan antara dua
variabel, tanpa memprediksi sifat (arah) hubungan yang
tepat.

63
Perbedaan Hipotesi Statistik dengan Hipotesis
Penelitian
Seringkali hipotesis penelitian dirancukan dengan
hipotesis statistik pada proposal penelitian sering tertulis
narasi sebagai berikut: Narasi tersebut jelas keliru
menyamakan hipotesis penelitian dengan statistik.
Hipotesis statistik bersifat universal, sedangkan hipotesis
penelitian berifat individual, sesuai dengan penelitian
yang dikerjakan peneliti, tergantung pada dugaan si
peneliti itu sendiri. Dibawah ini adalah tabel perbedaan
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Tabel 5.1 Perbedaan Hipotesis Penelitian dan Hipotesis
Statistik
Hipotesis Penelitian Hipotesis Statistik
(H0)
Peneliti Terdapat hubungan Tidak terdapat
1 antara minum alkohol hubungan antara
dengan kanker payudara minum alkohol dengan
kanker payudara
Peneliti Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan
2 antara minum alkohol antara minum alkohol
dengan kanker payudara dengan kanker
payudara
Cara Membuat Hipotesis yang benar
Suatu hipotesis harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Merupakan kalimat deklaratif.
2. Konsisten dengan pertanyaan penelitian.
3. Hipotesis hanya dibuat untuk penelitian analitik.
4. Hipotesis hanta dibuat untuk pertanyaan utama.
5. Menyebutkan variable secara spesifik.
6. Hanya mengandung satu variable bebas dan satu
variable tergantung.
7. Hipotesis boleh mengandung beberapa variable bebas,
tapi hanya mengandung satu variable tergantung.
8. Hipotesis dapat dapat dalam bentuk hipotesis
negative maupun hipotesis positif.

64
9. Hipotesis positif dapat dibuat dalam hipotesis satu
arah atau dua arah.
Hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis negative dan
hipotesis positif. Hipotesis positif dibagi menjadi hipotesis
positif dua arah dan hipotesis positif satu arah. Untuk
membedakan tiga jenis hipotesis tersebut perhatikan tabel
di bawah ini:
Jenis Contoh
Hipotesis
Tidak terdapat hubungan antara jenis
pengobatan
dengan proporsi kesembuhan
Tidak ada hubungan antara minum alcohol
dengan
kanker payu dara
Tidak ada hubungan antara indeks masa
Hipotesis
tubuh dengan
Negatif
inkontinensia urin
Tidak terdapat perbedaan rerata asam laktat
antara
pasien sepsis dengan nonsepsis
Tidak ada perbedaan kadar kolesterol antara
pasien yang mendapat terapi A dengan terapi
B
Terdapat hubungan antara jenis pengobatan
dengan
proporsi kesembuhan .
Terdapat hubungan antara minum alcohol
degan kanker
Payudara.
Hipotesis Terdapat hubungan antara indeks masa
Positif Dua tubuh dengan
Arah inkontinensia urin.
terdapat perbedaan rerata asam laktat antara
pasien
sepsis dengan nonsepsis
Terdapat perbedaan kadar kolesterol antara
pasien yang
mendapat terapi A dengan terapi B .
Proporsi kesembuhan pasien dengan obat A
Hipotesis
lebih tinggi
Positif Satu
daripada proporsi kesembuhan pasien
Arah
dengan obat B

65
Proporsi kanker payu dara peminum alcohol
lebih tinggi
daripada proporsi kanker payu dara bukan
peminum
Alkohol.
Semakin tinggi indeks masa tubuh, semakin
besar
proporsi inkontinensia urine .
Asam laktat pada pasien sepsis lebih tinggi
daripada
nonsepsis .
Kadar kolesterol pasien yang mendapat terapi
A lebih
rendah daripada pasien yang mendapat terapi
B

Arah atau Bentuk Hipotesis


Bentuk hipotesis alternatif akan menentukan arah uji
statistik.
One Tail (satu sisi)
Bila hipotesis alternatifnya menyatakan adanya
perbedaan dan ada pernyataan yang mengatakan hal yang
satu lebih tinggi/rendah dari hal yang lain.
Contoh:
Berat badan bayi dari ibu hamil yang merokok lebih kecil
dibandingkan berat badan bayi dari ibu hamil yang tidak
merokok.
Two Tail (dua sisi)
Bila hipotesis hanya menyatakan perbedaan tanpa
melihat apakah hal yang satu lebih tinggi/rendah dari hal
yang lain.
Contoh:
Berat badan bayi dari ibu hamil yang merokok berbeda
dibandingkan berat badan bayi dari ibu yang tidak
merokok. Atau dengan kata lain : Ada perbedaan berat
badan bayi antara mereka yang dilahirkan dari ibu yang
merokok dibandingkan dari mereka yang tidamerokok.

66
Contoh Penulisan Hipotesis:
Suatu penelitian ingin mengetahui hubungan antara jenis
kelamin dengan tekanan darah, maka hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
Ho : A = B
 Tidak ada perbedaan mean tekanan darah antara laki-
laki dan perempuan, atau
 Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
tekanan darah.
 Ha : A ≠ B
 Ada perbedaan mean tekanan darah antara laki-laki
dan perempuan, atau
 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan
darah.

Kesalahan Pengambilan Keputusan


Ada dua jenis kesalahan pengambilan keputusan dalam
uji statistik:
Kesalahan Tipe I (α ) Kesalahan menolak Ho padahal
sesungguhnya Ho benar. Artinya menyimpulkan adanya
perbedaan padahal sesungguhnya tidak ada perbedaan.
Peluang kesalahan tipe satu (I) adalah  atau sering
disebut Tingkat Signifikansi (significance level).
Sebaliknya peluang untuk tidak membuat kesalahan Tipe
I adalah sebesar 1 - α, yang disebut Tingkat Kepercayaan
(Confidence level) .
Kesalahan Tipe II (β)
 Kesalahan tidak menolak Ho padahal sesungguhnya Ho
salah. Artinya : menyimpulkan tidak ada perbedaan
padahal sesunguhnya ada perbedaan. Peluang untuk
membuat kesalahan tipe kedua (II) ini adalah sebesar.
Peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe ini adalah
sebesar 1-β, dan dikenal sebagai Tingkat Kekuatan Uji
(Power of Test).

67
Keputusan Populasi
Ho Benar Ho Salah
Tidak menolak Ho Benar(1-α) Kesalahan Tipe II
(β)
Menolak Ho Kesalahan Tipe I Benar (1-β )
(α)

Menentukan Tingkat Kemaknaan


(Level Of Significance)
Penentuan nilai  tergantung dari tujuan dan kondisi
penelitian. Nilai  yang
sering digunakan adalah 10 %, 5 % atau 1 %.
 Untuk bidang kesehatan masyarakat biasanya
digunakan nilai  sebesar
5 %. Untuk pengujian obat-obatan digunakan batas
toleransi kesalahan lebih kecil misalnya 1 %, karena
mengandung resiko yang fatal.

Pemilihan Jenis Uji Parametrik Atau Non Parametrik


1. Dalam pengujian hipotesis sangat berhubungan
dengan distribusi data populasi yang akan diuji.
2. Bila distribusi data populasi yang akan diuji
berbentuk normal/ simetris/ Gauss  uji statistik
parametrik.
Bila distribusi data populasinya tidak normal atau tidak
diketahui distribusinya uji statistik Non Parametrik.
Kenormalan suatu data dapat dilihat dari jenis
variabelnya. Bila variabelnya berjenis numerik/
kuantitatif biasanya distribusi datanya mendekati
normal/ simetris, maka digunakan uji parametrik. Bila
jenis variabelnya kategori/ kualitatif, maka bentuk
distribusinya tidak normal, maka digunakan
uji non parametrik.
1. Uji Statistik Parametrik
a. Uji t
b. Uji z

68
c. Anova
d. Pearson product moment
e. Korelasi dan regresi
2. Uji Statistik Non Parametrik
a. Sign test
b. Chi square
c. Wilcoxon
d. Mann Whitney-U test
e. Kolmogorov-Smirnov
f. Chochran Q
g. Spearman Rank Correlation
h. Fisher Exact
i. Kruskal WallisKendal Tau

Prosedur/Langkah Uji Hipotesis


1. Menetapkan Hipotesis (Ho dan Ha)
2. Menentukan Uji statistik yang sesuai
3. Menentukan batas atau tingkat kemaknaan (level of
significance)
4. Penghitungan Uji statistik
5. Keputusan Uji statistik
Menentukan uji statistik
1. Setiap uji statistik mempunyai persyaratan tertentu
yang harus dipenuhi.
2. Jenis uji statistik sangat tergantung dari:
a. jenis variabel yang akan dianalisis
b. jenis data apakah dependen atau independen
jenis distribusi data populasinya apakah
mengikuti distribusi normal atau tidak.

69
Daftar Pustaka
Anam Khoirul. (2016). Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2015). Dasar - dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan Buku Pertama.
Rafika Aditma : Bandung.
Dahlan, S. 2017. Langkah-Langkah Membuat Proposal
Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta : Sagung Seto.
Dharma Kelana,K. 2014. Metodologi Penelitian
Keperawatan Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info
Media.
Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. PT
Remaja Rosda Karya : Bandung.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis dengan Program IBM
SPSS 21 edisi 7. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hidayat Alimul, A. 2017. Metodelogi Penelitian
Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta : Salemba
Medik
Nazir. Moh. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia :
Bogor.
Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Riadi, E. (2014). Metode Statistika : Parametrik & Non-
Parametrik. Tangerang: Pustaka Mandiri.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Masyhuri & Zainudin. 2008. Metodologi Penelitian
Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Refika Aditama :
Bandung.
Santoso, S. (2014). Statistik Multivariat : Konsep dan
Aplikasi dengan SPSS (Edisi Revisi). Jakarta: Elex
Media Komputindo.

70
Sarwono, J. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif &
Kualitatif . Yogyakarta: Graha Ilmu.
Somantri, Irman (2012) Modul Analisis Data Untuk
Keperawatan . Bandung : Unpad.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan D & R. Bandung: Alfabeta.

71
Profil Penulis
Viyan Septiyana Achmad
Lahir di Bandung, 12 September 1981
merupakan Dosen di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banten. Penulis menyelesaikan
pendidikan di Akademi Keperawatan PPNI Jawa
Barat pada tahun 2003. Pendidikan Sarjana
Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran pada tahun 2006. Pendidikan Program Profesi Ners
di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran pada
tahun 2007 dan Pendidikan Magister Keperawatan peminatan
keperawatan kritis di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran pada tahun 2013. Penulis tergabung dalam
Organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan
Anggota Himpunan Perawat Gawat Darurat (HIPGABI) provinsi
Banten.
Email Penulis: viyan120981@gmail.com

72
6
METODE PENELITIAN KLINIS

Estelle Lilian Mua, SKM., M.Kep.


Stikes Bala Keselamatan Palu

Pendahuluan
Penelitian klinis menduduki tempat yang amat penting
dalam dunia kedokteran karena penelitian klinis
menggunakan manusia sebagai peserta percobaan
sehingga telah dirumuskan panduan yang bersifat
universal tentang penelitian klinis yang dikenal dengan
nama: Cara Uji Klinis yang Baik (CUKB). CUKB pada
dasarnya mengatur segala aspek uji klinis obat yang
dipandang sebagai prosedur standar dalam pengujian
obat baru (Sastroasmoro, 2014).
Penelitian Klinis merupakan penelitian eksperimental
terencana yang dilakukan pada manusia, dimana peneliti
memberikan perlakukan atau intervensi pada peserta
penelitian, kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan
dianalisis. Penelitian klinis mempunyai kapasitas yang
lebih tinggi dalam memperlihatkan hubungan sebab
akibat. Dalam desain ini berbagai jenis bias dapat
ditiadakan atau dikurangi termasuk bias akibat variable
perancu. Oleh karena penelitian klinis sasarannya
manusia dan menyangkut masalah etik, hukum, sosial,
budaya, maka diperlukan undang-undang tersendiri yang
sampai saat ini belum tersedia di Indonesia (Notoatmodjo,
2018).

73
Pengertian
Pengertian penelitian klinis dalam arti sempit merupakan
suatu proses pengembangan pengobatan baru. Dalam arti
kata luas pengobatan tidak hanya berarti pengobatan
medikamentosa, namun termasuk tindakan pencegahan,
tindakan bedah, terapi psikologis, diet, akupuntur,
pendidikan atau intervensi kesehatan masyarakat. Dalam
rangka pengembangan ilmu kedokteran, khususnya di
bidang pengobatan, semua penelitian yang bersifat
eksperimen harus dilakukan pada manusia. Tetapi
penggunaan kata eksperimen dihindarkan karena
menimbulkan kesan penyiksaan terhadap manusia dan
tidak etis. Oleh sebab itu, penelitian obat yang dilakukan
pada manusia disebut penelitian klinis atau clinical trial
(Notoatmodjo, 2018).
Saat ini istilah Clinical Trial mencakup dua pengertian,
yakni 1) clinical trial sebagai rangkaian kegiatan penelitian
obat pada manusia, 2) clinical trial sebagai metode
penelitian yang bersifat eksperimen.

Tujuan
Tujuan umum penelitian klinis adalah untuk
membuktikan derajat dan keamanan obat yang
digunakan pada manusia. Perumusan tujuan
memerlukan penelusuran kepustakaan yang banyak,
terutama mengenai patofisiologi penyakit, farmakologi,
dan hasil penelitian klinis yang telah dilakukan oleh orang
lain (Praktiknyo, 2000).

Seleksi
Seleksi penderita berdasarkan penyakit yang diderita
adalah komponen yang sangat penting dalam penelitian
klinis, karena penelitian klinis dirancang untuk
menentukan efektivitas suatu obat terhadap penyakit
tertentu. Oleh sebab itu,. Seleksi penderita ini mencakup
dua hal, yakni demarkasi diagnostic, yaitu membedakan
orang sakit dengan orang sehat dan membedakan
berbagai penderita dari penyakit yang mempunyai gejala
yang sama dan antisipasi prognostic adalah membedakan

74
stadium penyakit dan factor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil pengobatan. Kedua seleksi ini dapat
digunakan untuk mengelompokkan penderita yang akan
dimasukkan ke dalam kelompok trial (percobaan).Ada tiga
kriteria penderita, yaitu: (Notoatmodjo, 2018):
1. Kriteria diagnostic, berisi persyaratan untuk
menegakkan diagnosis. Penderita yang memenuhi
semua persyaratan harus dimasukkan dan dengan
kriteria diagnostic yang sama untuk setiap penderita
akan diperoleh penderita yang sama.
2. Kriteria komorbid, memuat penjelasan tentang
penyakit lain yang menyertai atau yang menyulitkan
diagnosis dan berpengaruh terhadap riwayat penyakit
dan pengobatannya. Kriteria ini digunakan untuk
menyeleksi penderita ke dalam kelompok trial.
Penyakit komorbid ini sering mempunyai nilai
diagnostic yang dapat merupakan sumber bias yang
tidak diketahui sewaktu menilai hasil pengobatan.
3. Kriteria preterapi, adalah persyaratan tentang umur,
status ekonomi, sosial geografis, keparahan penyakit
dan pengobatan yang sudah diterima oleh penderita.

Desain
Pada dasarnya penelitian klinis membandingkan antara
kelompok yang menerima trial (percobaan obat) dengan
kelompok yang tidak menerima trial (kontrol). Karena itu
dalam penelitian ini selalu terdiri dari dua kelompok yaitu
kelompok treatment yang menerima percobaan obat dan
kelompok kontrol yang tidak menerima obat atau
mungkin menerima placebo atau obat standar. Kemudian
hasil pengobatan kepada kedua kelompok tersebut
dibandingkan untuk mengetahui obat mana yang lebih
efektif dan lebih aman. Hasil yang diperoleh pada uji klinis
adalah perbedaan efek pada kelompok treatment dengan
kelompok kontrol. Efek yang dinilai dapat berupa
kematian, kejadian klinis tertentu, nilai-nilai fisik atau
hasil pemeriksaan khusus berupa variable berskala
nominal, ordinal, atau numerik (Adiputra, dkk, 2021).

75
Uji klinis ini sangat mirip dengan studi kohort karena
kelompok treatment dan kontrol diikuti sampai waktu
yang telah ditentukan atau sampai terjadi efek. Bedanya,
pada uji klinis baik alokasi peserta maupun metode
treatment ditentukan oleh peneliti, sedangkan pada studi
kohort, peneliti hanya melakukan observasi saja tanpa
memberikan perlakuan, perbedaan pajanan pada
kelompok yang diteliti serta pada kelompok kontrol terjadi
secara alamiah (Sasroasmoro, 2014). Ada dua jenis desain
uji klinis yang sering digunakan, yaitu:
1. Desain Paralel
Desain ini paling banyak digunakan baik pada
penyakit akut maupun kronik. Merupakan suatu
perbandingan antar kelompok (group comparison),
dapat bersifat perbandingan kelompok independent
maupun kelompok pasangan serasi (matched pairs).
Jenis yang paling banyak digunakan adalah desain
paralel dengan dua kelompok, satu kelompok
memperoleh pengobatan baru (disebut kelompok
treatment), sedangkan kelompok lainnya menerima
placebo atau terapi standar, disebut kelompok
control.
Agar diperoleh hasil yang sahih, maka karakteristik
kelompok-kelompok yang diperbandingkan harus
seimbang, terutama dalam hal perjalanan alamiah
penyakit atau factor prognosis yang penting. Dengan
cara tersebut diharapkan sebelum dilakukan
intervensi, karakteristik kedua kelompok sama atau
sebanding. Bila pada akhir penelitian terdapat
perbedaan efek antara kedua kelompok, maka
penyebab perbedaan itu tidak dipengaruhi oleh
perbedaan factor prognosis atau perjalanan alamiah
penyakit antara kedua kelompok (Masturoh, 2018).
Untuk tujuan tersebut dapat digunakan salah satu
dari dua Teknik berikut:
a. Melakukan randomisasi (desain paralel tanpa
matching). Pada desain ini peserta yang memenuhi
kriteria pemilihan dilakukan randomisasi,
sehingga terbentuk kelompok eksperimen dan

76
control. Bila jumlah peserta cukup banyak, maka
semua karakteristik pada kedua kelompok
tersebut menjadi sebanding. Pengobatan,
perlakuan, dan perawatan pada kedua kelompok
harus sama, kecuali terhadap obat yang diteliti.
Analisis yang sering digunakan adalah uji X2 bila
variable berskala nominal atau uji -T untuk dua
kelompok independent dengan variable numerik.
b. Pemilihan pasangan serasi (matching) (Desain
paralel dengan matching). Pada desain ini tiap
peserta dalam kelompok perlakuan dicarikan
padanan, yakni peserta lain yang memiliki
karakteristik klinis yang sama factor prognosisnya
(misalnya umur, jenis kelamin, derajat penyakit).
Karakteristik atau variable yang diserasikan ini
disebut sebagai matching variable. Desain ini
jarang digunakan karena sulit memperoleh
control terutama apabila variable yang dibuat
serasi banyak.
2. Desain Menyilang
Pada desain ini setelah dilakukan randomisasi,
peserta pada kelompok A menerima obat yang diteliti,
dan peserta kelompok B menjadi kelompok control.
Setelah periode waktu tertentu, jenis pengobatan
dipertukarkan, peserta yang semula mendapatkan
obat yang diteliti diganti menjadi mendapat obat
control dan sebaliknya. Desain ini dapat diterapkan
pada penyakit kronik yang relative stabil seperti
hipertensi, asma rhinitis alergika, atau hiperlipdemia.
Syarat lainnya adalah gejala (atau kadar zat tertentu)
harus cepat memberi respons dengan terapi, dan
harus cepat kembali lagi seperti keadaan semula
segera setelah terapi dihentikan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada desain ini (Ibrahim, 2022):
a. Terdapatnya efek carry over yaitu efek obat
pertama belum hilang pada saat dimulai
pengobatan kedua.

77
b. Terdapatnya efek order, yaitu terjadinya
perubahan derajat penyakit atau lingkungan
selama penelitian berlangsung.
c. Terdapatnya periode wash out yaitu waktu yang
diperlukan untuk menghilangkan efek obat
pertama sebelum obat kedua dimulai. Lama
periode ini bergantung pada farmakokinetik obat.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Klinik


Terdapat delapan Langkah dalam pelaksanaan penelitian
klinik, yaitu (Sumantri, 2015):
1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
Sangat dianjurkan untuk merumuskan pertanyaan
penelitian dan hipotesis yang mengacu pada tujuan
utama penelitian yang berujung pada primary
outcome. Menuangkan desain uji klinis yang samar-
samar menjadi rencana kegiatan yang nyata, tidak
mudah bahkan sangat kompleks. Konsep awal yang
berisi skema umum memerlukan penyabaran lebih
spesifik. Rumusan masalah serta hipotesis yang
sesuai harus dirumuskan dengan memperlihatkan
hubungan antar variable yang diteliti.
2. Menentukan desain uji klinis yang sesuai
Berdasarkan hipotesis yang dibangun dari pertanyaan
penelitian, maka dapat ditetapkan jenis desain yang
akan digunakan, apakah akan dipakai desain parallel
atau desain menyilang.
3. Menetapkan subyek penelitian
a. Menetapkan populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi
target yang merupakan sumber target yang akan
diteliti. Karakteristik subyek harus sesuai dengan
pertanyaan penelitian dan efek yang akan diamati.

78
b. Menentukan kriteria penelitian
Kriteria penelitian membatasi karakteristik
populasi terjangkau yang memenuhi persyaratan
untuk uji klinis, terdiri dari kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah syarat
umum yang harus dipenuhi oleh responden agar
dapat disertakan ke dalam penelitian, sedangkan
kriteria eksklusi adalah keadaan yang
menyebabkan peserta yang memenuhi kriteria
inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam
penelitian. Kriteria ini penting untuk menyusun
desain penelitian, subyek penelitian dan untuk
generalisasi ke dalam populasi.
c. Menetapkan besar sampel
Suatu hal yang sangat penting dalam uji klinis
adalah menentukan besar sampel. Disatu sisi
sampel harus besar untuk mewakili populasi
terjangkau, tetapi di sisi lain harus disesuaikan
dengan dana dan waktu yang tersedia.
Pada umumnya variable yang diteliti dalam uji
klinis adalah variable nominal, seperti proporsi
kesembuhan atau variable numerik seperti
penurunan tekanan darah. Keduanya perlu
diperhatikan dalam penentuan besar sampel dan
analisis hasil penelitian.
4. Mengukur data dasar
Sebelum dilakukan randomisasi, perlu dicatat data
identitas pasien, demografis, klinis, laboratorium,
yang relevan dengan pertanyaan penelitian. Hal ini
dilakukan untuk penilaian kesetaraan berbagai
variable diantara kelompok setelah randomisasi.
5. Melakukan randomisasi
Aspek terpenting dalam uji klinis adalah melakukan
randomisasi. Yang dimaksud dengan randomisasi
adalah random alokation, yaitu menentukan subyek
penelitian sebagai kelompok treatment dan kelompok
control secara acak, sehingga didapatkan semua

79
variable dalam kedua kelompok tersebut sebanding,
sehingga bila ada perbedaan efek, perbedaan tersebut
disebabkan oleh perlakukan dan bukan oleh karena
factor lain.
Tujuan utama randomisasi adalah untuk mengurangi
bias seleksi dan perancu. Proses randomisasi yang
dilakukan dengan baik akan menghasilkan kelompok-
kelompok dengan variable yang sebanding termasuk
variable perancu baik yang sudah diketahui maupun
tidak diketahui. Dengan demikian bila terdapat
perbedaan hasil terapi, perbedaan tersebut semata-
mata disebabkan oleh perbedaan perlakuan dan
bukan karena perbedaan karakteristik subyek pada
kedua kelompok. Ada beberapa jenis randomisasi,
yaitu randomisasi sederhana, randomisasi blok,
randomisasi strata.
a. Randomisasi sederhana
Cara terbaik adalah menggunakan table angka
random, karena table ini mudah diperoleh
dimana-mana. Randomisasi dengan program
computer juga memberikan hasil yang baik,
randomisasi ini disebut pseudorandomisasi
karena disusun bukan berdasarkan proses
random, namun memberikan hasil yang sama
dengan random. Kelebihan randomisasi
sederhana adalah setiap peserta mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh
perlakuan A atau B dan apabila jumlah peserta
cukup banyak, maka jumlah dan karakteristik
peserta dalam tiap kelompok akan sama atau
setara.
b. Randomisasi blok
Untuk menghindari ketidakseimbangan, maka
dilakukan randomisasi blok. Cara ini bertujuan
untuk membuat setiap saat jumlah anggota di
kelompok mempunyai jumlah subyek yang
sebanding atau tidak ada beda. Randomisasi blok
dapat mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi
bila dilakukan dengan randomisasi sederhana.

80
Teknik ini sering digunakan pada randomisasi
pada studi multisenter, yakni randomisasi dalam
strata.
c. Randomisasi strata
Bila pada uji klinis terdapat factor pronogsis
penting yang akan mempengaruhi hasil
penelitian, maka perlu dilakukan startifikasi
prognosis. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
sub kelompok (strata) yang homogen.
Randomisasi dilakukan pada setiap strata secara
terpisah kemudian subyek yang terpilih
digabungkan kembali pada kelompok yang sesuai.
6. Melaksanakan perlakuan (Sastroasmoro, 2014)
Ketersamaran (masking) untuk menghindari
kerancuan apabila substansi penelitian menyangkut
masalah penglihatan atau visus. Ketersamaran
bertujuan untuk menghindarkan bias, baik yang
berasal dari peneliti, subyek, ataupun evaluator. Oleh
karena bias dapat terjadi diberbagai bagian uji klinis,
maka ketersamaran juga harus diupayakan pada
berbagai bagian uji klinis, seperti pada saat
randomisasi, alokasi subyek, pelaksanaan uji klinis,
pengukuran, dan evaluasi hasil.
Salah satu Teknik ketersamaran yang banyak dipakai
adalah fase intervensi pada desain paralel atau desain
menyilang, adalah penggunaan placebo yang
diberikan pada kelompok control. Apabila digunakan
placebo, maka diperhatikan hal-hal dibawah ini:
a. Plasebo dapat dipergunakan bila belum ada obat
pada penyakit yang diteliti.
b. Plasebo lebih aman dipergunakan pada penyakit
yang tidak berat, pada penyakit yang berat,
apalagi bila ada indikasi sebelumnya bahwa obat
yang diteliti bermanfaat, penggunaan placebo
perlu dipertanyakan

81
Penggunaan placebo untuk mengurangi atau
menyingkirkan bias baik dari sisi peneliti, maupun
dari subyek penelitian. Jenis ketersamaran adalah
sebagai berikut:
a. Uji klinis terbuka (open trial)
Pada uji ini, baik peneliti maupun peserta
mengetahui obat yang diberikan. Desain ini
dipergunakan apabila ketersamaran tidak
mungkin dilaksanakan.
b. Tersamar tunggal (single mask)
Pada uji ini, salah satu pihak tidak mengetahui
terapi yang diberikan.
c. Tersamar ganda (double mask)
Pada uji ini, baik peneliti maupun peserta tidak
mengetahui obat yang diberikan. Pada prosedur
ini akan mengurangi terjadinya berbagai bias dan
dianggap sebagai baku emas untuk uji klinis.
d. Triple mask
Pada uji ini baik peserta, peneliti, maupun penilai
tidak tahu obat yang diberikan.
7. Mengukur variable efek
Sejak awal sudah direncanakan variabel efek yang
akan diukur dan teknik pengukuran yang akan
dipakai. Variable yang akan dinilai dapat berskala
nominal, ordinal, dan numerik. Kriteria penilaian
sudah harus dengan jelas dituliskan pada protocol
penelitian. Sangat dianjurkan agar pemeriksa variable
efek tidak mengetahui peserta masuk kelompok
perlakukan atau kelompok control.
8. Menganalisa data
Analisis data uji klinis dilaksanakan dengan
menggunakan uji statistic yang sesuai yang telah
dicantumkan dalam proposal penelitian. Hal-hal yang
perlu dipikirkan untuk uji hipotesis adalah skala
pengukuran, distribusi data, besar sampel, jumlah
kelompok serta jumlah variable.

82
Pemantauan Selama Penelitian
Pemantauan penelitian penting dilakukan untuk menilai
ketepatan penelitian. Hal yang perlu dipantau adalah
(Djaali, 2020) :
1. Kepatuhan pasien
Banyak faktor yang memengaruhi kepatuhan pasien,
yaitu karakteristik dan derajat penyakit, lamanya
observasi, karakteristik obat (rasa, frekuensi, efek
samping), biaya, penjelasan sebelum penelitian, sikap
dan cara pendekatan, Pendidikan, lokasi klinik, dan
lain sebagainya. Untuk mengurangi ketidakpatuhan
tersebut, kepada peserta perlu diberikan pengertian
mengenai tujuan dan cara penelitian dan berbagai
peraturan yang harus dipatuhi selama penelitian.
Kepada peserta juga harus diberikan kemudahan
yang cukup untuk melakukan komunikasi dengan
peneliti sehingga sewaktu-waktu bila diperlukan
peserta dapat menghubungi peneliti.
2. Drop Out
Kriteria drop out dan cara mengatasinya harus
dijelaskan dalam usulan. Drop out adalah peserta
penelitian yang telah dirandomisasi tetapi oleh suatu
sebab tidak lanjut dapat pengobatan. Calon peserta
yang menolak untuk berpartisipasi atau
mengundurkan diri sebelum dilakukan randomisasi
tidak dihitung sebagai drop out namun sebagai non-
responden
3. Efek samping dan adverse event
Efek samping selalu mungkin terjadi pada setiap
penggunaan obat. Dalam uji klinis laporan mengenai
efek samping obat sangat penting, karenanya
termasuk hal yang harus dinilai, meski tidak
dianalisis secara statistic. Dalam usulan penelitian
harus dicantumkan cara mengatasi efek samping,
yang ringan maupun berat.

83
Adverse even adalah setiap kejadian yang berkaitan
dengan kesehatan peserta baik yang berhubungan
dengan obat yang diuji maupun yang tidak. Adverse
even harus dicatat dan apabila derajatnya berat atau
potensial membahayakan jiwa peserta penelitian
harus dilaporkan kepada komisi etika penelitian.
4. Penyimpangan dari protocol
Dalam usulan penelitian, sebaiknya dikemukakan
cara mengatasi bila terjadi hal yang menyimpang dari
protocol. Peneliti harus senantiasa berusaha
menghindarkan terjadinya penyimpangan dari
protocol.

Pencatatan Data
Semua penelitian membutuhkan pencatatan data yang
cermat, teliti, sistimatis, serta terencana dengan baik.
Kualitas formular pencatatan sangat berperan dalam
keberhasilan uji klinis.
1. Organisasi Uji Klinis
Struktur organisasi uji klinis perlu dibuat terutama
pada suatu uji klinis multisenter, sehingga dapat
diketahui dengan jelas tugas dan tanggungjawab
personal yang turut dalam penelitian.
2. Persetujuan Setelah Penjelasan
Persetujuan dibutuhkan sebelum pengobatan
dilakukan. Ini dibuat sebagai bukti pengakuan dari
komite etika bahwa uji klinis tersebut telah
direncanakan dengan memperhatikan kode etik
penelitian.
3. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Klinis
(Sastroasmoro, 2014).
a. Kelebihan
1) Dengan dilakukannya randomisasi maka
factor bias dapat dikontrol secara efektif,
karena factor confounding akan terbagi
seimbang di antara kedua kelompok peserta.

84
2) Kriteria inklusi perlakukan dan outcome telah
ditentukan terlebih dahulu
3) Dari segi statistika akan lebih efektif, oleh
karena: jumlah kelompok perlakukan dan
control sebanding dan kekuatan statistika
tinggi
4) Uji klinis secara teori sangat menguntungkan
oleh karena banyak metode statistika harus
berdasarkan pemilihan peserta secara
random.
5) Kelompok peserta merupakan kelompok
sebanding sehingga intervensi dari luar
setelah proses randomisasi tidak banyak
berpengaruh terhadap hasil penelitian selama
intervensi tersebut mengenai kedua kelompok
peserta.
b. Kekurangan
1) Desain dan pelaksanaan uji klinis kompleks
dan mahal
2) Uji klinis mungkin harus dilakukan dengan
seleksi tertentuhingga tidak representative
terhadap populasi terjangkau dan populasi
target.
3) Uji klinis sering dihadapkan pada masalah
etika, misalnya perbedaan perlakukan
4) Uji klinis sangat tidak praktis

Kesimpulan
Tujuan penelitian klinis ialah untuk menilai manfaat dan
bahaya obat-obatan yang digunakan pada manusia.
Esensi penelitian klinis adalah perbandingan dengan
metode eksperimen. Hal yang membedakan uji klinis
dengan desain studi lainnya adalah pada uji klinis peneliti
mengalokasikan subyek yang menerima dan yang tidak
menerima pengobatan yang diteliti. Uji klinis tersamar
ganda merupakan baku emas untuk menguji terapi.
Randomisasi harus dilakukan pada semua uji klinis

85
dengan baik dan tepat sehingga bila ada perbedaan efek,
perbedaan tersebut adalah akibat perlakuan, bukan oleh
factor lain. Kepercayaan (Reliability) terhadap kesimpulan
yang diambil tergantung pada validitas perbandingan.

86
Daftar Pustaka
Adiputra Sudarma dan Trisnadewi, Wiwik Oktaviani, Seri
Asnawati, Viktor Trismanjaya, Indah B, Ahmad F,
Radeny R, Rosmauli J, Oky Ari, Baiq F, Sanya A, Andi
S, Efendi S, Suryana, (2021), Metodologi Penelitian
Kesehatan, Penerbit Yayasan Kita Menulis
Djaali D, (2020), Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta
Ibrahim J, (2022), Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan, Penerbit PT NEM, Jawa Tengah.
Masturoh, I. dan Temesvari, N. A. (2018). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Bahan Ajar Rekam Medis dan
Informasi kesehatan (RMIK), Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Edisi Tahun 2018.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Cetakan ketiga, Jakarta: Rineka Cipta
Praktiknyo A.W, (2000), Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Manajemen,
PT.Raja Grafindo, Persada, Jakarta, 145-163.
Siyoto S, (2015), Dasar Metodologi Penelitian, Penerbit
Literasi Media Publishing Yogyakarta
Sasroasmoro S, (2014), Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi kelima, Penerbit CV Sagung Seto, 187-
218
Sumantri A, (2015), Metodologi Penelitian Kesehatan,
Cetakan k3-3, Penerbit Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Suwartono, (2014), Dasar-Dasar Metodologi Penelitian,
Penerbit CV Andi Offset Yogyakarta
Tjokronegoro A, (1999), Metodologi Penelitian Bidang
Kedokteran, Balai Penerbit FKUI Jakarta, 58-74

87
Profil Penulis
Estelle Lilian Mua
Penulis dibesarkan bersama 9 (Sembilan) keluarga
kandung yang saat itu program Keluarga
Berencana belum berjalan dengan baik. Penulis
mengawali Pendidikan di Taman Kanak-kanak
pada tahun 1974 dan melanjutkan ke Sekolah
Dasar lulus tahun 1982. Pada tahun 1985 penulis
lulus di Sekolah Menengah Pertama dan lanjut ke sekolah
Menengah Atas pada tahun 1988. Selanjutnya penulis
melanjutkan keperguruan tinggi di Akademi Keperawatan
Manado dan lulus pada tahun 1991. Setelah itu penulis
mengajar di Sekolah Perawat Kesehatan dan pada tahun 2002
melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prodi Kesehatan
Masyarakat Jurusan Administrasi Kebijakan Kesehatan. Pada
tahun 2009 penulis melanjutkan Pendidikan ke Program Pasca
sarjana Universitas Indonesia jurusan Magister Keperawatan
dan lulus tahun 2011.
Saat ini penulis bekerja sebagai dosen di STIKes Bala
Keselamatan Palu dan aktif dalam mengajar di bidang
keperawatan. Selain itu sebagai seorang dosen, penulis juga
menjalan Tri Dharma secara aktif dengan melakukan penelitian
dan pengabdian masyarakat. Pengalaman menulis akan terus
penulis tingkatkan untuk membagi Ilmu dan mencerdasakan
anak bangsa.
Email Penulis: eslinmua@gmail.com

88
7
METODE PENELITIAN
EKSPERIMEN

Heryyanoor, S.Kep., Ns., M.Kep


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Intan Martapura

Pengertian
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),
penelitian merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan
menyajikan data yang dilakukan secara sistematis.
Eksperimen sendiri berasal dari bahasa latin “ex-periri”
yang berarti melakukan uji coba. Percobaan yang
dilakukan secara sistem untuk menguji kebenaran
suatu teori maupun hipotesis serta menemukan dampak
dari suatu perlakuan yang dilakukan peneliti.
Berdasarkan kedua arti kata tersebut maka penelitian
eksperimen merupakan suatu metode pengumpulan data
informasi tentang suatu subjek melalui pengamatan
secara sistem dan terencana untuk membuktikan
kebenaran suatu teori atau hipotesis yang ditentukan.
Penelitian eksperimen digunakan untuk mencari
hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan
penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap
variabel bebas (Payadnya et al, 2018).
Saat melaksanakan penelitian eksperimen, peneliti
harus memahami semua yang terkait dengan komponen
eksperimen seperti jenis variabel, hakikat eksperimen,
karakteristik, tujuan, syarat-syarat eksperimen, langkah
dalam melaksanakan penelitian eksperimen sampai
desain penelitian eksperimen. Hal ini penting agar

89
peneliti tepat dalam menentukan desain penelitian
eksperimen yang sesuai dengan tujuan dalam penelitian
yang sudah ditetapkan.

Tujuan Penelitian Eksperimen


Tujuan penelitian eksperimen pada dasarnya untuk
menemukan atau mengetahui pengaruh dari suatu
perlakuan terhadap kelompok tertentu. Tindakan atau
perlakuan dalam penelitian eksperimen disebut
treatment. Treatment diartikan sebagai semua tindakan,
variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai atau
ditemukan pengaruhnya. Selanjutnya hasil yang didapat
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
mendapatkan perlakuan berbeda.
Penelitian eksperimen juga digunakan untuk
mendapatkan hubungan sebab-akibat dari suatu
variabel atau antar variabel. Penelitian ini mengukur
pengaruh intervensi atau perlakuan terhadap sebuah
variabel. Contoh penelitian eksperimen dengan judul
efektifitas modul pembelajaran berbasis family centered
nursing terhadap pengetahuan keluarga tentang
malnutrisi. Hasil dari penelitian akan menjawab hipotesis
yang ditentukan apakah modul pembelajaran berbasis
family centered nursing berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan keluarga tentang malnutrisi
atau justru sebaliknya.

Variabel dalam Penelitian Eksperimen


Variabel merupakan sesuatu berbentuk apapun yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga
mendapatkan kesimpulan informasi (P Indra et al, 2019).
Pengertian lain yaitu suatu karakteristik yang
memberikan nilai pembeda atas sesuatu. Konsep dari
berbagai level abstrak yang diartikan sebagai suatu
fasilitas dalam pengukuran atau manipulasi penelitian.
Penelitian eksperimen memiliki beberapa variabel seperti
variabel terikat, bebas dan perancu. Variabel terikat
merupakan variabel yang diberi perlakuan sebagai
subjek penelitian. Variabel bebas adalah variabel terikat

90
yang diberikan perlakuan namun dimanipulasi. variabel
perancu adalah faktor lain yang bisa mempengaruhi
eksperimen yang berkontribusi pada perubahan yang
ada sehingga harus diobservasi. Terdapat dua jenis
variabel dalam penelitian eksperimen yaitu :
1. Variabel eksperimen
Variabel eksperimen adalah variabel yang berkaitan
langsung dan diberikan tindakan tertentu untuk
mengetahui pengaruh sebab-akibat dari eksperimen
yang dilakukan. Penelitian eksperimen membagi
variabel menjadi dua kelompok (eksperimen dan
kontrol) untuk mendapatkan perlakuan yang
berbeda dan mengetahui sejauhmana pengaruhnya.

Gambar 7.1 Variabel eksperimen


2. Variabel non-eksperimen
Variabel non-eksperimen adalah variabel yang tidak
sengaja mendapatkan perlakuan tertentu, namun
mempengaruhi hasil eksperimen. Variabel ini
biasanya juga disebut variabel kontrol, karena kedua
kelompok (eksperimen dan kontrol) masih dapat
dikontrol. Selain itu, terdapat juga variabel ekstrane
yang tidak mendapatkan perlakuan namun tetap
dikendalikan. Kedua variabel baik eksperimen dan
ektrane dapat mempengaruhi hasil penelitian
sehingga peneliti harus memprediksikan munculnya
variabel pengganggu.

91
Metode Penelitian Eksperimen
Metodologi adalah cara yang dilakukan untuk
memperoleh kebenaran dengan menggunakan
penelusuran untuk menemukan kebenaran atas fakta
yang sedang dikaji. Metode pada penelitian eksperimen
terbagi menjadi dua jenis yaitu metode eksperimen
dengan kelompok kontrol sebagai pembanding dan tidak
dengan kelompok kontrol. Perbedaan utama dari kedua
jenis metode ini terletak pada jumlah kelompok yang
diteliti, perlakuan yang berbeda dari setiap kelompok
dan makna hasil penelitian dimana metode yang tidak
menggunakan kelompok kontrol cenderung lebih bias.

Karakteristik Penelitian Eksperimen


Faktor utama yang menjadi ciri dalam penelitian
eksperimen yaitu hipotesis atau dugaan sementara
sebelum pelaksanaan penelitian, variabel independen,
variabel dependen dan subjek penelitian. Secara khusus
karakteristik penelitian eksperimen yaitu variabel yang
dimanipulasi, variabel yang dikontrol dan variabel yang
diobservasi langsung oleh peneliti.
Variabel yang dimanipulasi merupakan variabel bebas
yang diberikan perlakuan berdasarkan pertimbangan
ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Variabel
kontrol merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
variabel bebas/ terkait sehingga perlu dikontrol agar
konstan. Variabel yang diobservasi merupakan variabel
yang di amati peneliti secara langsung karena dapat
menimbulkan perbedaan hasil eksperimen antar
variabel penelitian.

Desain Metode Penelitian Eksperimen


Berdasarkan kemampuan dalam mengontrol suatu
variabel penelitian, rancangan penelitian terbagi atas
pra eksperimental, eksperimental semu, dan
eksperimental sebenarnya/ sungguhan (Nursalam,
2017), serta factorial design.

92
1. Pra eksperimental
Rancangan ini masih belum maksimal karena masih
ada variabel luar yang mempengaruhi terbentuknya
variabel dependen. Sehingga kemungkinan
pengaruh perlakuan yang dilakukan tidak maksimal
dipengaruhi variabel independen. Rancangan ini
juga ditandai dengan tidak adanya variabel kontrol
dan sampel dipilih tidak menggunakan
random/acak. Rancangan penelitian pra
eksperimental terbagi atas:
a. One shot case study
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan
perlakuan terhadap kelompok kemudian
dilakukan observasi hasilnya terkait variabel
dependen. Misalnya peneliti melakukan
observasi terhadap penurunan skor kecemasan
anak saat diberikan terapi intravena (dependen/
terkait) setelah dilakukan biblioterapi
(independen/ bebas).
Subjek Pra Perlakuan Pasca-
Perlakuan
- I O
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
- : Tidak dilakukan observasi sebelum
perlakukan
I : Diberikan perlakuan
O : Observasi setelah perlakuan
Contoh pada artikel penelitian Yurni & Hariati
(2022) dengan judul Pengaruh Stimulasi Tugas
terhadap Motivasi dan Pemahaman Membaca
Mahasiswa dengan Rancangan One Shot case
study. Saat penelitian dilakukan tidak ada pra tes
yang dilakukan akan tetapi langsung diberikan
perlakuan berupa stimulasi tugas dalam upaya
meningkatkan motivasi dan pemahaman
membaca mahasiswa.

93
Artikel lainnya dengan judul efektivitas belajar al-
qur’an dengan menggunakan aplikasi hijaiyah
berbasis budaya lokal “nggahi mbojo” (bahasa
bima) pada lansia di Kabupaten Dompu (Arifin et
al, 2020). Pada penelitian ini yang menjadi
variabel eksperimen yaitu kemampuan belajar Al-
quran lansia setelah diberikan aplikasi huruf
hijaiyah sebagai media pembelajaran mengenal
dan menghafal huruf al-quran.
b. One group pra post test design
Penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti
hubungan sebab akibat terhadap satu kelompok
yang diberikan perlakuan. Sebelum dilakukan
perlakuan terlebih dahulu dilakukan observasi
kemudian setelah dilakukan perlakuan kembali
dilakukan observasi.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-
Perlakuan
K O I OI
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
K : Subjek setelah perlakuan
O : Observasi skor kecemasan sebelum
dilakukan biblioterapi
I : Diberikan biblioterapi
OI : Observasi skor kecemasan setelah
dilakukan biblioterapi
Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan (pra dan pasca test).
Penelitian ini masih dikatakan lemah karena
tidak mempunyai kelompok kontrol sebagai
pembeda, sehingga sangat tergantung oleh
karakteristik suatu subjek.
Contoh artikel dengan judul efektifitas relaksasi
genggam jari terhadap penurunan nyeri pada
pasien post op appendiktomi di ruang bedah (al-
muizz) RS A. Pada penelitian yang dilakukan,
peneliti sebelumnya melakukan pra test terhadap

94
skala nyeri yang dialami pasien post op
appendiktomi. Kemudian diberikan tindakan
berupa genggam jari dan dilakukan post test
untuk mengukur kembali skala nyeri setelah
diberikan perlakukan (Hasaini, 2020).
Artikel penelitian lain tentang pencegahan
terjadinya masalah stunting di keluarga melalui
pendekatan komunikasi antar personal. Dalam
penelitian yang dilakukan, peneliti sebelumnya
mengukur terkait pengetahuan dan sikap
keluarga dalam mencegah stunting. Perlakuan
yang diberikan yaitu memberikan edukasi tentang
komunikasi antar personal di lingkup keluarga
terutama dalam upaya meningkatkan
pengetahuan dan sikap dalam mencegah
stunting, kemudian kembali dilakukan pos test
(Hidayat, Febriana, & Widniah, 2023)
c. Static group comparison design
Penelitian ini menentukan dampak dari suatu
perlakuan pada kelompok subjek, dibandingkan
dengan kelompok subjek lain yang tidak
diberikan perlakuan.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-
Perlakuan
K-A O I OI-A
K-B - - OI-B
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
K-A : Subjek perlakuan
K-B : Subjek kontrol, tidak dilakukan
perlakuan
- : Tidak di observasi dan tidak dilakukan
perlakuan
O : Observasi skor kecemasan sebelum
dilakukan biblioterapi
I : Diberikan biblioterapi
OI (A+B) : Observasi skor kecemasan setelah
dilakukan biblioterapi

95
Contoh artikel dengan judul pengaruh media
pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa.
Pada penelitian yang dilakukan terdapat dua
kategori responden yaitu responden yang
dilakukan pra test terkait motivasi belajar,
kemudian diberikan perlakuan berupa media
pembelajaran. Setelah itu dilakukan pengukuran
kembali terkait motivasi belajarnya. Sedangkan
responden lain sebagai kontrol hanya dilakukan
pos test (Fitra et al, 2022).
Artikel penelitian lain yaitu pengaruh metode
discovery learning berbantuan video terhadap
hasil belajar kimia siswa SMA. Hampir sama
dengan contoh di atas, penelitian ini berfokus
kepada hasil belajar kimia yang telah dilakukan
pra test dan diberikan perlakuan berupa bentuk
belajar dengan discovery learning berbantuan
video dalam upaya meningkatkan hasil belajar
kimia siswa. Sedangkan kelompok kontrol hanya
dilakukan post test saja (Atika, Nuswowati, &
Nurhayati, 2018)
2. Eksperimental semu
Penelitian dengan rancangan eksperimen semu
(quasi eksperimental) merupakan penelitian yang
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
melibatkan kelompok kontrol selain kelompok
perlakuan, namun tidak menggunakan teknik acak.
Karakteristik kedua kelompok yang menjadi subjek
tidak meski sama namun dapat berbeda dari awal
sebelum dilaksanakan penelitian. Sehingga hasil
penelitian nantinya bisa saja dipengaruhi karena
hasil perbedaan karakteristik tersebut, bukan
sepenuhnya dari dampak perlakuan.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-
Perlakuan
K-A O I OI-A
K-B O - OI-B
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

96
Keterangan :
K-A : Subjek perlakuan
K-B : Subjek kontrol, tidak dilakukan perlakuan
- : Diberikan aktivitas lainnya, selain
biblioterapi misal dengan terapi musik
O : Observasi skor kecemasan sebelum
dilakukan biblioterapi
I : Diberikan biblioterapi
OI (A+B) : Observasi skor kecemasan setelah dilakukan
biblioterapi
Pada penelitian ini kelompok eksperimen diberikan
perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak.
Namun pada proses awalnya kedua kelompok
tersebut dilakukan observasi atau pra test.
Contoh artikel penelitian dengan judul media
demonstrasi dan eksperimen berbasis animasi:
efektifitas meningkatkan keterampilan siswa
memecahkan masalah di era revolusi industri 4.0.
Terdapat dua kelompok dalam penelitian yang
dilakukan, dimana kedua kelompok telah dilakukan
pra test. Responden perlakukan diberikan intrevensi
dengan media demonstrasi sedangkan kelompok
kontral tidak diberikan perlakuan/ perlakuan lain,
kemudian kedua kelompok responden kembali di
ukur proses pembelajaran (Marlina, Hadi, & Rahim,
2021)
Hasil penelitian lain yang juga sudah dipublikasikan
music therapy and bibliotherapy to reduce child anxiety
when given intravenous therapy (Heryyanoor et al.,
2020) dan penelitian improving family knowledge and
attitudes on malnutrition through family centered
nursing-based modules and videos(Heryyanoor,
Hardiyanti, & Pertiwi, 2022).
Kedua penelitian ini merupakan penelitian dengan
desain quasi eksperimen dimana pada penelitian
pertama terdapat dua kelompok yang dilakukan pra
test. Kedua kelompok selanjutnya diberikan
perlakuan yang berbeda yaitu kelompok yang
diberikan biblioterapi dan kelompok yang diberikan
terapi musik sebelum post test dilaksanakan.

97
Penelitian kedua hampir serupa dengan penelitian
pertama, namun kelompok responden diberikan
modul dan video pembelajaran dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga
tentang malnutrisi.
3. Eksperimental sebenarnya/ sungguhan
Penelitian sebenarnya (true experimental) juga
menghubungkan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan yang diambil dengan teknik acak. Dalam
pelaksanaannya pada kelompok eksperimen
diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol
tidak diberikan. Penelitian ini biasanya
menggunakan binatang percobaan sebagai subjek.
Misalnya peneliti ingin meneliti pengaruh pemberian
obat B terhadap penyembuhan penyakit pada
kelompok perlakuan yang diberi bakteri penyakit
tertentu. Sedangkan pada kelompok kontrol juga
diberikan bakteri namun tidak diberikan pemberian
obat B atau hanya sebagai plasebo.
Contoh artikel yaitu efektifitas anti inflamasi daun
mangga (mangifera indica) terhadap luka bakar
derajat dua. Dalam penelitian yang dijalankan,
peneliti telah membuktikan cara daun mangga
menjadi anti inflamasi penyembuhan luka bakar
derajat dua, serta efektivitas daun mangga sebagai
anti inflamasi terhadap luka bakar derajat dua. Uji
di laboratorium penapisan fitokimia dilakukan
dengan sampel berupa mencit jantan berumur 2-3
bulan dengan berat 25-30 gram (Nuurul Annisa et al,
2019).
Penelitian lainnya yaitu uji daya hambat ekstrak
rumput laut gracilaria sp terhadap pertumbuhan
bakteri staphylococcus aureus. Penelitian bertujuan
mengetahui apakah ekstrak rumput laut (Gracilaria
sp.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Rancangan eksperimental
murni (true experimental design) dengan rancangan
penelitian posttest only (Torar S et al, 2015).

98
Berikut jenis rancangan penelitian yang termasuk
eksperimen sebenarnya yaitu:
a. Pasca tes dengan pemilihan
Pada rancangan penelitian ini hanya kelompok
eksperimen yang diberikan perlakuan. Kedua
kelompok (eksperimen dan kontrol) juga tidak
diberikan pra tes, hanya dilakukan post tes
setelah kelompok eksperimen diberikan
perlakuan.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-
Perlakuan
R - I O
R - - O
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
R : Random/acak
I : Diberikan perlakuan
O : Observasi setelah perlakuan
b. Pra dan pasca tes dengan kelompok perlakuan
dan kontrol yang di acak
Pada rancangan penelitian ini kelompok
eksperimen diberikan perlakuan, sedangkan
kelompok kontrol tidak. Kedua kelompok
(eksperimen dan kontrol) diberikan pra tes,
kemudian setelah kelompok eksperimen
diberikan perlakuan keduanya kembali
diberikan pos tes sama seperti prosedur
rancangan penelitian eksperimen semu, namun
subjek diambil secara acak.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-
Perlakuan
R O I O
R O - O
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
R : Random/acak
I : Variabel bebas/ diberikan perlakuan
O : Observasi sebelum/setelah diberikan perlakuan

99
c. Gabungan/ Rancangan solomon
Rancangan solomon merupakan penggabungan
dari rancangan pasca tes dengan pemilihan dan
rancangan pra-pasca tes dengan kelompok
perlakuan dan kontrol yang di acak. Pada bagan
membentuk rancangan dengan empat kelompok
yakini dua kelompok sebagai eksperimen dan
dua lainnya sebagai kelompok kontrol.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-
Perlakuan
R - I O
R - - O
R O I O
R O - O
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
R : Random/acak
I : Variabel bebas/ diberikan perlakuan
O : Observasi sebelum/setelah diberikan perlakuan
Kedua kelompok eksperimen diberikan
perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan. Pada masing-masing pasangan yaitu
kelompok eksperimen dan kontrol ada yang
diberikan pra tes dan pasangan lainnya tidak,
namun pengukuran pos tes dilakukan kesemua
kelompok setelah kelompok eksperimen
diberikan perlakuan.
Dibandingkan dengan rancangan penelitian
eksperimen yang lainnya, rancangan ini
merupakan rancangan yang kuat. Pada
rancangan ini terdapat perbandingan yang
komplek antara kelompok dan pengkajian
dampak dari pra tes terhadap pos tes, sehingga
mampu menutupi kelemahan rancangan
sebelumnya.
4. Factorial design
Factorial design merupakan rancangan penelitian
eksperimen hasil modifikasi true experimental yang

100
memantau variabel moderator yang mempengaruhi.
Variabel independen (perlakuan) terhadap variabel
dependen (hasil).

Tahapan Melakukan Penelitian Eksperimen


Tahapan dalam melakukan penelitian eksperimen tidak
berbeda jauh dari penelitian lain seperti identifikasi
masalah, merumuskan hipotesis dan tujuan penelitian,
menetapkan konsep dan metodologi penelitian,
melakukan proses penelitian, menganalisa hasil
penelitian, membuat laporan penelitian serta publikasi
artikel. Hal yang membedakan hanya pada jenis jenis
eksperimen dan desain penelitian yang akan
dilaksanakan. Namun, secara umum langkah penelitian
eksperimen sebagai berikut:
1. Tahapan persiapan
Pada tahap persiapan, hal yang perlu dirancang
yaitu desain penelitian eksperimen, meninjau
literatur, menetapkan populasi, sampel dan teknik
sampling, menentukan variabel,
membuatan/menetapkan instrumen penelitian, dan
menentukan analisa/ uji yang akan ditetapkan.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Secara umum, tahap pelaksanaan merupakan
tahapan kedua dari pelaksanaan penelitian
eksperimen, tahap pelaksanaan setidaknya terbagi
menjadi dua yaitu adanya pra tes dan pos tes. Pra
tes dilakukan sebelum subjek diberikan perlakuan,
sedangkan pos tes dilakukan setelah subjek
diberikan perlakuan.
3. Tahap pengolahan dan analisis
Tahap selanjutnya yaitu tahap pengolahan analisis
data penelitian menjadi grafik, tabel atau angka.
Pengolahan analisis data dilakukan menggunakan
program komputer dan dapat disajikan secara
disriktif dan inferensial/bivariate.

101
Daftar Pustaka
Arifin et al. (2020). Efektivitas Belajar Al-Qur’an Dengan
menggunakan Aplikasi Hijaiyah Berbasis Budaya
Lokal “Nggahi Mbojo” (Bahasa Bima) Pada Lansia di
Kabupaten Dompu. Ainara Journal (Jurnal Penelitian
Dan PKM Bidang Ilmu Pendidikan), 1(1), 24–30.
https://doi.org/10.54371/ainj.v1i1.10
Atika, D., Nuswowati, M., & Nurhayati, S. (2018).
Pengaruh Metode Discovery Learning Berbantuan
Video Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Sma. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 12(2), 2149 – 2158.
Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JIPK/art
icle/view/15474
Fitra et al. (2022). Pengaruh Media Pembelajaran
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas IX SMP N 1 Rao
Selatan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(6), 1349–
1358.
https://doi.org/https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i6.
9994
Hasaini, A. (2020). Efektifitas Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Op
Appendiktomi di Ruang Bedah (Al-Muizz) RSUD Ratu
Zalecha Martapura Tahun 2019. Dinamika Kesehatan
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1), 76–90.
https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1.394
Heryyanoor, H., Hardiyanti, D., & Pertiwi, M. R. (2022).
Improving Family Knowledge And Attitudes On
Malnutrition Through Family Centered Nursing-Based
Modules And Videos. 11(2).
Heryyanoor, H., Muhsinin, M., Rahmawati, R., Patarru’,
F., Handini, F. S., & Weu, B. Y. (2020). Music Therapy
and Bibliotherapy to Reduce Child Anxiety When
Given Intravenous Therapy. Jurnal Ners, 14(3), 340–
353. https://doi.org/10.20473/jn.v14i3.17182

102
Hidayat, T., Febriana, A., & Widniah, A. Z. (2023).
Pencegahan Terjadinya Masalah Stunting di Keluarga
Melalui Pendekatan Komunikasi Antar Personal.
Gorontalo Jpurnal Health and Science Community, 7(1),
19–26. Retrieved from
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index%0
APENCEGAHAN
Marlina, M., Hadi, S., & Rahim, A. (2021). Media
Demonstrasi Dan Eksperimen Berbasis Animasi:
Efektifitas Meningkatkan Keterampilan Siswa
Memecahkan Masalah Di Era Revolusi Industri 4.0.
Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 5(2), 60.
https://doi.org/10.23887/jpk.v5i2.33659
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pendekatan Praktis (4th ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Nuurul Annisa et al. (2019). Efektifitas Anti Inflamasi
Daun Mangga (Mangifera Indica) Terhadap Luka
Bakar Derajat Dua. Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu
Pengetahuan Alam, 8(1), 1.
https://doi.org/10.35580/sainsmat81101182019
P Indra et al. (2019). Cara Mudah Memahami Metodelogi
Penelitian. Sleman: Deeoublish.
Payadnya et al. (2018). Panduan Penelitian Eksperimen
Beserta Analisis Statistik dengan SPSS. Sleman:
Deeoublish.
Torar S et al. (2015). Uji Daya Hambat Ekstrak Rumput
Laut Gracilaria Sp terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Aureus. Jurnal Farmasi, 3(01), 156.
Yurni, Y., & Hariati, F. (2022). Pengaruh Stimulasi Tugas
Terhadap Motivasi dan Pemahaman Membaca
Mahasiswa Dengan Rancangan One Shot case study.
Jurnal Ilmiah Dikdaya, 12(2), 391.
https://doi.org/10.33087/dikdaya.v12i2.331

103
Profil Penulis
Heryyanoor, S.Kep., Ns., M.Kep
Penulis merupakan seorang perawat
kelahiran Pengaron tanggal 3 Juli 1986
dari orang tua (Hairuni dan Ariati).
Penulis memiliki istri (Annisa Febriana)
dan dikaruniai seorang putra
(Muhammad Rafli Al Hafidz).
Riwayat pendidikan keperawatan dimulai
dari Akademi Keperawatan Intan Martapura
lulus tahun 2011, melanjutkan Sarjana Keperawatan dan
Profesi Ners mulai 2014 lulus 2016 di Stikes Muhammadiyah
Banjarmasin sekarang UMB. Penulis kemudian melanjutkan
Magister Keperawatan peminatan Manajemen Keperawatan
mulai 2018 lulus 2020 di Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya.
Penulis bekerja dan diangkat sebagai Dosen Tetap sejak tahun
2021 di Stikes Intan Martapura dengan tugas tambahan sebagai
kepala unit penjaminan mutu (per-september 2022) sambil
menjalankan usaha Praktek Mandiri “JR Care dan Rumah
Sunat Al Haffidz” (Nursepreneur) dengan dasar keilmuan yang
ditunjang sertifikat kompetensi, pengalaman praktek/magang
diberbagai rumah sakit di wilayah Kalimantan Selatan, RS
Harapan Kita Jakarta, RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan
Hospital University Malaya Medical Center di Malayasia. Usaha
lain penulis di bidang Event Organizer JR Management dengan
aktif menyelenggarakan event dan menjadi narasumber serta
trainer nasional (Sertifikat BNSP) dalam berbagai seminar,
workshop dan pelatihan bidang kesehatan maupun
kewirausahaan.
Bebrapa karya ilmiah penulis berupa modul terdaftar HKI,
artikel hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah
diterbitkan di jurnal nasional terakrditasi sinta dan jurnal
Internasional bereputasi (terindeks scopus).
Email Penulis: heryyanoor37@gmail.com

104
8
PENDEKATAN
PENELITIAN KUALITATIF

Ir. Ahmad Syamil, MBA, PhD


BINUS (Bina Nusantara) University - Bandung

Pendahuluan
Definisi dan Karakteristik Pendekatan Penelitian
Kualitatif
Pendekatan penelitian kualitatif merupakan suatu metode
penelitian yang digunakan untuk mendalami pemahaman
mendalam tentang fenomena sosial dan perilaku manusia.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan
menganalisis makna, interpretasi, serta konteks di balik
berbagai fenomena, termasuk dalam konteks penelitian
kesehatan. Lebih dari sekadar mengumpulkan data,
penelitian kualitatif berusaha memahami nuansa
kompleks dan lapisan-lapisan makna yang mendasari
interaksi sosial dan pengalaman individu (Bairagi &
Munot, 2019).
Karakteristik utama dari pendekatan penelitian kualitatif
meliputi (Mukherjee, 2019):
1. Subjektivitas: Peneliti memahami bahwa pengetahuan
dan interpretasi bersifat subjektif, yang dipengaruhi
oleh pandangan, nilai, dan konteks individu yang
terlibat dalam penelitian.
2. Konteks: Fokus pada konteks sosial, budaya, dan
lingkungan di mana fenomena tersebut terjadi, untuk
memahami pengaruhnya terhadap perilaku dan
pandangan individu.

105
3. Fleksibilitas: Pendekatan kualitatif mengizinkan
peneliti untuk mengadaptasi dan merespons
perubahan dalam arah penelitian seiring berjalannya
proses penelitian.
4. Pengumpulan Data Kualitatif: Pendekatan ini
melibatkan pengumpulan data yang berupa narasi,
wawancara mendalam, observasi, dan dokumen-
dokumen untuk menggali makna dan pemahaman
yang lebih mendalam.
5. Analisis Induktif: Proses analisis data kualitatif
cenderung bersifat induktif, di mana pola-pola dan
temuan tematik muncul dari data itu sendiri daripada
diarahkan oleh teori sebelumnya.
6. Keanekaragaman Data: Pendekatan ini menghargai
keanekaragaman data, yang mencakup beragam
pandangan, pengalaman, dan interpretasi dari
berbagai individu yang terlibat.
Perbedaan antara Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Konteks Penelitian Kesehatan
Dalam konteks penelitian kesehatan, pendekatan
kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan mendasar
dalam pendekatan, tujuan, serta jenis data yang
dikumpulkan (Kharisma, Yahya, et al., 2023):
1. Pendekatan Kualitatif:
a. Tujuan utamanya adalah untuk memahami
kompleksitas dan konteks di balik fenomena
kesehatan, seperti persepsi pasien tentang
penyakit, pengalaman perawatan, dan interaksi
dengan penyedia layanan kesehatan.
b. Menggali makna dan interpretasi yang mendalam
dari individu atau kelompok yang terlibat, dengan
menekankan pada sudut pandang mereka.
c. Data yang dikumpulkan meliputi narasi,
wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan
konten dokumen yang memungkinkan peneliti
memahami nuansa pengalaman dan pandangan.

106
d. Analisis data bersifat induktif, dengan mencari
pola-pola dan tema tematik yang muncul dari
data.
e. Hasil penelitian kualitatif sering kali berbentuk
naratif dan deskriptif, membantu memahami
proses dan konteks yang mendalam.
2. Pendekatan Kuantitatif:
a. Tujuannya adalah untuk mengukur dan
menganalisis hubungan kausal, tren, dan pola
yang dapat diukur dalam fenomena kesehatan,
seperti prevalensi penyakit, faktor risiko, dan
dampak intervensi kesehatan.
b. Menggunakan instrumen pengukuran terstruktur
untuk mengumpulkan data, seperti kuesioner
atau skala, yang menghasilkan data numerik yang
dapat diolah secara statistik.
c. Analisis data kuantitatif melibatkan statistik
inferensial untuk menggeneralisasi temuan dari
sampel ke populasi yang lebih luas.
d. Hasil penelitian kuantitatif berbentuk angka,
grafik, dan tabel yang memungkinkan peneliti
untuk membuat generalisasi dan inferensi tentang
populasi.
Kedua pendekatan ini memiliki nilai dan peran yang
penting dalam penelitian kesehatan, dan sering kali
integrasi antara keduanya dapat memberikan
wawasan yang lebih kaya dan komprehensif tentang
masalah kesehatan yang diteliti.

Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif melibatkan pendekatan eksploratif
dan deskriptif untuk memahami fenomena sosial dalam
konteks alamiahnya. Berikut adalah beberapa jenis-jenis
penelitian kualitatif yang umum digunakan (Holloway &
Galvin, 2016):
1. Studi Kasus: Penelitian kasus melibatkan
pemeriksaan mendalam tentang suatu fenomena

107
dalam konteks nyata, sering kali fokus pada satu
kasus atau beberapa kasus terpilih. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam
tentang aspek tertentu dari fenomena tersebut.
2. Etnografi: Etnografi melibatkan pengamatan dan
partisipasi aktif dalam suatu kelompok atau
komunitas untuk memahami budaya, nilai, norma,
dan pola interaksi dalam konteksnya. Peneliti terlibat
dalam interaksi sehari-hari dengan subjek penelitian
3. Fenomenologi: Penelitian fenomenologi bertujuan
untuk memahami pengalaman hidup individu dalam
konteks tertentu. Peneliti berupaya mengidentifikasi
esensi dan struktur pengalaman manusia melalui
wawancara mendalam dengan partisipan.
4. Grounded Theory: Pendekatan ini mengacu pada
pengembangan teori yang "tertanam" dalam data.
Peneliti memulai tanpa hipotesis sebelumnya dan
mengembangkan teori berdasarkan pola-pola dan
hubungan yang muncul dari data.
5. Studi Fenomena: Studi fenomena berfokus pada
memahami suatu fenomena sosial atau kesehatan
tertentu dalam konteksnya. Ini dapat melibatkan
eksplorasi aspek tertentu dari pengalaman, proses,
atau kejadian yang menjadi fokus penelitian.
6. Studi Kualitatif Komparatif: Metode ini melibatkan
perbandingan berbagai kasus atau konteks untuk
mengidentifikasi perbedaan dan kesamaan dalam
pengalaman atau fenomena tertentu.
7. Penelitian Partisipatif: Penelitian partisipatif
melibatkan partisipasi aktif kelompok atau komunitas
yang diteliti. Tujuannya adalah untuk
memberdayakan partisipan dan menggabungkan
perspektif mereka dalam perumusan temuan.
8. Analisis Konten Kualitatif: Metode ini melibatkan
analisis mendalam atas konten dokumen, teks, atau
materi visual untuk mengidentifikasi tema-tema, pola,
dan makna dalam konteks yang lebih luas.

108
9. Penelitian Tindakan Kualitatif: Penelitian tindakan
melibatkan intervensi atau perubahan di dalam suatu
lingkungan, dan kemudian menganalisis dampaknya
dalam konteks kualitatif. Ini dapat melibatkan
partisipasi aktif kelompok yang terpengaruh.
10. Metode Penelitian Kualitatif Campuran (mixed
method): Ini adalah pendekatan yang
menggabungkan elemen-elemen kualitatif dengan
metode-metode kuantitatif dalam penelitian yang
sama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
kaya dan holistik.
Setiap jenis penelitian kualitatif memiliki pendekatan,
strategi, dan tujuan yang unik. Pemilihan jenis penelitian
tergantung pada pertanyaan riset, konteks, dan tujuan
penelitian yang ingin dicapai.

Filosofi Penelitian Kualitatif


Filosofi ini membentuk dasar bagaimana peneliti
memandang realitas, bagaimana mereka mendekati
penelitian, dan bagaimana mereka memahami makna dari
fenomena yang mereka teliti. Berikut adalah beberapa
aspek kunci dari filosofi penelitian kualitatif (Cresswell &
Clark, 2018):
1. Konstruktivisme: Filosofi penelitian kualitatif sering
kali berlandaskan pada konstruktivisme, yaitu
pandangan bahwa realitas tidak dapat dianggap
sebagai entitas yang terpisah dari pandangan dan
interpretasi manusia. Individu membentuk
pemahaman mereka tentang dunia melalui interaksi
sosial dan pengalaman.
2. Subjektivitas dan Interpretasi: Dalam penelitian
kualitatif, subjektivitas diakui sebagai aspek penting.
Peneliti memahami bahwa makna tidak hanya ada
dalam data tetapi juga dalam interpretasi dan
pandangan subjek yang terlibat. Peneliti menghargai
perspektif individu dan mencoba memahami dunia
dari sudut pandang partisipan.

109
3. Konteks dan Kompleksitas: Filosofi penelitian
kualitatif mengakui pentingnya konteks dalam
pemahaman suatu fenomena. Fenomena tidak dapat
dipisahkan dari konteks sosial, budaya, dan
sejarahnya. Selain itu, pendekatan kualitatif
menerima kompleksitas dari fenomena dan
menghindari reduksionisme.
4. Konstruksi Sosial dan Budaya: Penelitian kualitatif
memahami bahwa realitas dan pemahaman tentang
fenomena sosial dan kesehatan adalah hasil dari
konstruksi sosial dan budaya. Norma, nilai, dan
pandangan masyarakat mempengaruhi bagaimana
sesuatu diartikan dan dihayati.
5. Fleksibilitas dan Dinamika: Filosofi ini mendorong
pendekatan fleksibel dalam penelitian. Peneliti
memiliki kebebasan untuk beradaptasi dengan
perubahan dan nuansa yang muncul dalam proses
penelitian. Interaksi dan dinamika antara peneliti dan
partisipan dapat membentuk arah penelitian.
6. Pengalaman dan Refleksi: Penelitian kualitatif sering
mengandalkan wawancara, observasi, atau materi
tertulis dari partisipan. Fokus pada pengalaman
individu dan refleksi tentang makna yang diberikan
oleh partisipan dan peneliti sendiri adalah komponen
penting dari filosofi ini.
7. Makna dan Konteks: Penelitian kualitatif mencari
untuk memahami makna yang diatribusikan oleh
individu terhadap pengalaman mereka. Makna ini
selalu dalam konteks, dan peneliti berupaya
memahami makna dalam konteks yang lebih luas.
Filosofi penelitian kualitatif menciptakan kerangka kerja
konseptual yang membimbing seluruh proses penelitian,
mulai dari perencanaan hingga interpretasi hasil. Ini
memberikan dasar bagi peneliti untuk memahami peran
mereka sebagai pemerhati, penerjemah, dan pembentuk
makna dalam konteks penelitian kualitatif.

110
Pemilihan Sampel
Berikut adalah beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan sampel dalam penelitian
kualitatif kesehatan (Mishra & Alok, 2017):
1. Tujuan Penelitian: Pemilihan sampel harus selaras
dengan tujuan penelitian. Apakah Anda ingin
memahami pengalaman pasien dengan kondisi
tertentu, pandangan profesional medis, atau persepsi
masyarakat terhadap suatu isu kesehatan? Jelasnya
tujuan penelitian akan membantu Anda
mengidentifikasi kelompok yang tepat untuk diteliti.
2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi: Tetapkan kriteria yang
jelas mengenai siapa yang akan menjadi bagian dari
sampel Anda. Kriteria ini dapat berkaitan dengan
karakteristik demografis (usia, jenis kelamin,
etnisitas), kondisi kesehatan tertentu, pengalaman
tertentu, atau peran dalam sistem kesehatan.
3. Keragaman: Penting untuk memilih sampel yang
beragam dan mewakili variasi dalam pengalaman atau
pandangan yang Anda ingin teliti. Keragaman akan
membantu menghasilkan gambaran yang lebih
komprehensif tentang fenomena yang diteliti.
4. Pendekatan Purposive Sampling: Dalam penelitian
kualitatif, sering kali digunakan pendekatan
purposive sampling, di mana partisipan dipilih
berdasarkan pertimbangan yang mendalam terkait
tujuan penelitian. Ada beberapa jenis purposive
sampling seperti maximum variation sampling
(memilih partisipan yang memiliki variasi luas dalam
karakteristik tertentu), snowball sampling
(mengajukan pertanyaan kepada partisipan awal
untuk merekomendasikan partisipan lain), dan
theoretical sampling (memilih partisipan berdasarkan
temuan yang muncul selama penelitian).
5. Aksesibilitas: Pertimbangkan sejauh mana Anda
dapat mengakses partisipan yang relevan. Apakah
partisipan tersebut mudah dijangkau secara geografis
atau ada keterbatasan yang perlu diatasi?

111
6. Kehati-hatian Ethical: Pastikan bahwa pemilihan
sampel Anda memperhatikan etika penelitian,
terutama dalam hal kerahasiaan, perlindungan
privasi, dan persetujuan partisipan.
7. Pertimbangkan Konteks: Konteks sosial, budaya,
dan lingkungan partisipan harus diakui dalam
pemilihan sampel. Pengalaman dan pandangan
partisipan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor ini.
8. Fleksibilitas: Terkadang, selama penelitian
berlangsung, Anda mungkin perlu menyesuaikan
kriteria pemilihan sampel atau mengubah pendekatan
sampling berdasarkan temuan yang muncul.
9. Ukuran Sampel: Ukuran sampel dalam penelitian
kualitatif tidak ditentukan oleh statistik konvensional
seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun, peneliti
harus fokus pada mencapai kejenuhan data, yaitu
titik di mana data tambahan tidak lagi memberikan
wawasan baru.

Validitas dan Kepercayaan dalam Penelitian Kualitatif


Validitas merujuk pada sejauh mana temuan atau
interpretasi dalam penelitian mencerminkan realitas yang
sebenarnya. Kepercayaan (credibility) berkaitan dengan
seberapa kuat dan meyakinkan temuan penelitian
terhadap partisipan dan pembaca (FitzPatrick, 2019).

Validitas Internal melalui Triangulasi Data dalam


Penelitian Interaksi Pasien-Dokter
Triangulasi data adalah pendekatan yang digunakan
untuk meningkatkan validitas internal dengan
menggabungkan berbagai jenis data, sumber data, metode
pengumpulan data, atau peneliti yang berbeda dalam
suatu penelitian. Dalam penelitian interaksi pasien-
dokter, triangulasi data dapat diterapkan dengan
mengumpulkan data dari berbagai sumber, seperti
observasi langsung, wawancara dengan pasien dan
dokter, rekaman audio atau video, serta catatan medis.
Langkah-langkah dalam menggunakan triangulasi data
meliputi:

112
1. Mengumpulkan data dari berbagai sumber dan
metode untuk melihat konvergensi dan variasi dalam
temuan.
2. Membandingkan temuan dari berbagai jenis data
untuk melihat konsistensi dan perbedaan dalam
interpretasi.
3. Menggunakan temuan yang ditemukan dari beberapa
sumber untuk membangun narasi yang lebih kaya
dan komprehensif tentang interaksi pasien-dokter.

Kepercayaan dan Transferabilitas Temuan dalam


Konteks Penelitian Kesehatan
Kepercayaan (Credibility): Kepercayaan berkaitan dengan
sejauh mana hasil penelitian dianggap meyakinkan dan
layak dipercayai oleh partisipan dan pembaca. Beberapa
cara untuk meningkatkan kepercayaan dalam penelitian
kualitatif meliputi (Bougie & Sekaran, 2019):
1. Keterlibatan dalam pengumpulan data yang cermat
dan teliti untuk menggambarkan konteks dengan
akurat.
2. Reflexivitas peneliti, di mana peneliti mengungkapkan
pandangan, pengalaman, dan potensi bias yang
mungkin memengaruhi temuan.
Transferabilitas (Transferability): Transferabilitas merujuk
pada sejauh mana temuan dalam penelitian dapat
diterapkan atau diterjemahkan ke konteks yang berbeda.
Untuk meningkatkan transferabilitas (Pope & Mays,
2019).
1. Mendeskripsikan konteks penelitian dengan rinci agar
pembaca dapat memahami kondisi yang
mempengaruhi temuan.
2. Menyediakan informasi tentang karakteristik
partisipan, pengaturan, dan situasi yang
mempengaruhi hasil penelitian.

113
Analisis Data Kualitatif dalam Kesehatan
Dalam bagian ini, kita akan menjelaskan lebih lanjut
tentang pendekatan induktif dan deduktif dalam analisis
wawancara tentang persepsi masyarakat terhadap
vaksinasi, serta bagaimana perangkat lunak khusus
(Simanihuruk et al., 2023) dapat digunakan untuk
membantu analisis temuan dalam penelitian kualitatif
kesehatan (Holloway & Galvin, 2016)

Pendekatan Induktif dan Deduktif


Pendekatan Induktif: Pendekatan induktif dalam analisis
data kualitatif dimulai dengan mengumpulkan data tanpa
memiliki kerangka konseptual sebelumnya. Dalam
konteks penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap
vaksinasi, pendekatan ini akan melibatkan
mendengarkan wawancara dengan masyarakat tanpa
membuat asumsi atau hipotesis awal tentang apa yang
mungkin diungkapkan. Peneliti akan mengidentifikasi
pola-pola dan tema-tema yang muncul dari data tersebut.
Proses ini menghasilkan pemahaman yang mendalam dan
orisinal tentang pandangan masyarakat terhadap
vaksinasi.
Pendekatan Deduktif: Pendekatan deduktif melibatkan
penggunaan kerangka konseptual atau teori yang sudah
ada sebelumnya untuk membimbing analisis data. Dalam
konteks penelitian ini, peneliti dapat menggunakan teori-
teori atau konsep yang ada tentang persepsi masyarakat
terhadap vaksinasi, dan kemudian menganalisis data
wawancara untuk melihat sejauh mana temuan
mendukung atau melengkapi kerangka konseptual
tersebut.
Dalam prakteknya, pendekatan induktif dan deduktif
tidak harus eksklusif satu sama lain. Beberapa penelitian
dapat memulai dengan pendekatan deduktif dan
kemudian memungkinkan temuan baru untuk muncul
secara induktif dari data. Pendekatan ini disebut sebagai
pendekatan campuran.

114
Pemanfaatan Perangkat Lunak Khusus untuk
Membantu Analisis Temuan
Dalam penelitian kualitatif kesehatan, penggunaan
perangkat lunak khusus dapat mempermudah dan
mempercepat proses analisis data (Kharisma,
Miftachurohmah, et al., 2023). Beberapa perangkat lunak
yang sering digunakan meliputi NVivo, MAXQDA (mixed
methods), ATLAS.ti., Dedoose (mixed methods), dan QDA
MINER.

Etika dalam Penelitian Kualitatif Kesehatan


Mewawancarai individu dengan kondisi kesehatan sensitif
menimbulkan sejumlah pertimbangan etis yang penting
(Dewi et al, 2023). Beberapa langkah yang perlu
diperhatikan oleh peneliti dalam penelitian kualitatif
kesehatan yang melibatkan individu dengan kondisi
kesehatan sensitif meliputi (Mukhalalati & Awaisu, 2019):
1. Informed Consent (Persetujuan Informasi):
Memastikan partisipan sepenuhnya memahami
tujuan penelitian, proses wawancara, risiko, manfaat,
dan hak-hak mereka sebelum memberikan
persetujuan. Dalam kasus kondisi sensitif, peneliti
perlu memberikan informasi tambahan tentang
bagaimana data akan diperlakukan dan dijaga.
2. Voluntary Participation (Partisipasi Sukarela):
Menjamin bahwa partisipasi dalam penelitian adalah
suatu pilihan dan tidak ada tekanan untuk
berpartisipasi.
3. Kerahasiaan: Memastikan bahwa informasi yang
diberikan oleh partisipan dijaga kerahasiaannya.
Dalam kasus kondisi kesehatan sensitif, ini dapat
menjadi khusus penting karena partisipan mungkin
khawatir tentang pengungkapan identitas atau
informasi pribadi.
4. Perlindungan Emosional: Memahami bahwa
partisipan dengan kondisi kesehatan sensitif mungkin
mengalami emosi yang kuat selama wawancara.
Peneliti perlu menunjukkan empati dan kepekaan
dalam menangani tanggapan emosional tersebut.

115
Interpretasi dan Pelaporan Temuan
Merumuskan Temuan Kualitatif Menjadi Narasi yang
Bermakna
Merumuskan temuan kualitatif dalam bentuk narasi yang
bermakna adalah langkah penting dalam proses
interpretasi dan pelaporan penelitian. Langkah-langkah
yang dapat diambil dalam merumuskan temuan menjadi
narasi yang kohesif meliputi (Cresswell & Clark, 2018):
1. Mengidentifikasi Tema Utama: Setelah analisis data,
identifikasi tema-tema utama yang muncul dari
wawancara dan observasi. Tema ini mencerminkan
pola-pola penting dan pandangan yang muncul dari
data.
2. Membangun Alur Narasi: Susun narasi yang
menghubungkan tema-tema utama, menciptakan
alur cerita yang bermakna. Narasi ini harus
memberikan konteks, perkembangan, dan
pengembangan temuan secara kohesif.
3. Menggunakan Kutipan Ilustratif: Masukkan kutipan
langsung dari partisipan dalam narasi Anda. Kutipan
ini mewakili suara asli partisipan dan memberikan
kekuatan dan keautentikan pada narasi Anda.
4. Mencari Pola Hubungan: Cari pola-pola hubungan
antara tema-tema yang mungkin muncul dari data.
Identifikasi bagaimana tema-tema ini saling
berhubungan dan memberikan gambaran yang lebih
lengkap.
5. Menjelaskan Implikasi: Saat menyajikan narasi,
berikan pemahaman tentang implikasi temuan Anda
dalam konteks kesehatan. Diskusikan bagaimana
temuan Anda dapat memengaruhi pemahaman dan
praktik kesehatan.

116
Penyajian Hasil Penelitian melalui Kutipan dan
Narasi Ilustratif
Kutipan Ilustratif: Kutipan langsung dari partisipan
merupakan alat yang kuat untuk mengilustrasikan
temuan Anda. Kutipan ini membawa suara asli partisipan
ke dalam laporan penelitian Anda dan memberikan
kredibilitas pada temuan. Ketika memilih kutipan,
pilihlah yang paling menggambarkan pandangan,
pengalaman, atau emosi yang relevan dengan tema yang
sedang Anda bahas.
Narasi Ilustratif: Narasi atau cerita pendek yang
menggambarkan pengalaman konkret partisipan dapat
membantu pembaca memahami konteks dan perasaan
yang terkait dengan temuan. Narasi ilustratif ini
membantu temuan Anda menjadi lebih relevan dan
bermakna bagi pembaca.
Dalam penyajian hasil penelitian kualitatif kesehatan,
kombinasi antara narasi ilustratif dan kutipan langsung
dari partisipan dapat membawa dimensi manusia yang
kuat ke dalam temuan Anda.

Penutup
Dalam menjalankan penelitian kualitatif kesehatan,
penting untuk mengakui baik kelebihan maupun
keterbatasan dari pendekatan ini. Sementara pendekatan
kualitatif memberikan wawasan mendalam tentang
dimensi emosional dan konteks individu, perlu dilakukan
dengan kesadaran tentang batasannya dalam hal
generalisasi pada populasi luas. Selain itu juga, integrasi
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian
kesehatan memberikan pemahaman yang lebih kaya dan
holistik tentang isu-isu kesehatan (Stoecker & Avila,
2020).

117
Daftar Pustaka
Bairagi, V., & Munot, M. V. (Eds.). (2019). Research
methodology: A practical and scientific approach (1st
ed.). Chapman & Hall .
Bougie, R., & Sekaran, U. (2019). Research methods for
business: A skill building approach (8th ed.). Wiley.
Cresswell, J. W., & Clark, V. L. P. (2018). Designing and
Conducting Mixed Methods Research. Sage.
Dewi, I. C., Al Hamid, D. M., Syamil, A., Ginting, J. V. B.,
Basyirah, Hikmah, Butarbutar, M., Sukardi, Samsara,
L., Wardhana, A., Silalahi, M., & Ernawati. (2023).
Praktik Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Organisasi. Media Sains Indonesia.
FitzPatrick, B. (2019). Validity in qualitative health
education research. Currents in Pharmacy Teaching
and Learning, 11(2), 211–217.
Holloway, I., & Galvin, K. (2016). Qualitative research in
nursing and healthcare. Wiley.
Kharisma, L. P. I., Miftachurohmah, N., Jannah, U. M.,
Wahyudi, F., Datya, A. I., & Syamil, A. (2023). Analisis
& Perancangan Sistem: Berbasis Studi Kasus. PT.
Sonpedia Publishing Indonesia.
Kharisma, L. P. I., Yahya, S. R., Handayanto, R. T.,
Gunawan, I. M. A. O., Handika, I. P. S., Hatta, H. R.,
& Syamil, A. (2023). Metode SPK Favorit Di Masa
Depan: Teori dan Contoh. PT. Sonpedia Publishing
Indonesia.
Mishra, S., & Alok, S. (2017). Handbook of research
methodology. Educreation.
Mukhalalati, B., & Awaisu, A. (2019). Principles,
paradigms, and application of qualitative research in
pharmacy practice. In Encyclopedia of Pharmacy
Practice and Clinical Pharmacy (pp. 162–172).
Mukherjee, S. (2019). A guide to research methodology: An
overview of research problems, tasks and methods.
CRC Press.

118
Pope, C., & Mays, N. (2019). Qualitative research in health
care: Fourth edition. Qualitative Research in Health
Care, 1–235.
https://doi.org/10.1002/9781119410867
Simanihuruk, P., Sutrisno, B., Sriminarti, N., Alim, K.,
Hulu, D., Wulandari, I., Simatupang, A., Syamil, A., &
Munizu, M. (2023). Matematika Ekonomi & Bisnis:
Teori & Model Penerapan. PT. Sonpedia Publishing
Indonesia.
Stoecker, R., & Avila, E. (2020). From mixed methods to
strategic research design. International Journal of
Social Research Methodology, 24(6), 627–640.
https://doi.org/10.1080/13645579.2020.1799639

119
Profil Penulis
Ir. Ahmad Syamil, MBA, PhD
Ahmad Syamil meraih gelar Insinyur Teknik
Mesin dari ITB dan MBA dari University of
Houston, Houston, Texas, USA. Kemudian
dia mendapatkan beasiswa dari USA untuk
menyabet gelar PhD dari University of
Toledo, Toledo, Ohio, USA. Disertasi PhD nya
adalah finalis lomba disertasi terbaik yang diselenggarakan oleh
Academy of International Business (AIB) di Australia dengan
peserta dari seluruh dunia.
Dia pernah hidup di USA selama 25 tahun dan jabatan
terakhirnya adalah Associate Professor di Arkansas State
University, USA. Di Binus, Ahmad Syamil penah menjadi
Dekan Magister Management Program di Binus Business School
(BBS) Jakarta serta Dekan International Undergraduate
Program (IUP) BBS Jakarta.
Ia aktif publikasi di jurnal-journal internasional dan presentasi
di konferensi-konferensi tenama. Selain itu juga, dia menjadi
trainer di perusahaan-perusahaan terkemuka di Indonesia.
Dia memilki banyak sertifikasi profesional internasional. Ahmad
Syamil sudah diinterview dan dipublikasikan oleh banyak media
termasuk Voice of America (VOA), Radio Republik Indonesia
(RRI), majalah Tempo, koran Tribun (dimiliki oleh Kompas
Gramedia), Pikiran Rakyat (Bandung), majalah SWA, majalah
Warta Ekonomi, dll.
Email: asyamil@binus.edu ; asyamil@gmail.com
LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/asyamil/

120
9
POPULASI DAN SAMPEL
PENELITIAN KUANTITATIF
DAN KUALITATIF

Dr. Ina Debora Ratu Ludji, SKp., M.Kes.


Poltekkes Kemenkes Kupang

Pendahuluan
Dalam suatu penelitian, penting untuk memahami
metodologi penelitian. Metodologi penelitian berkaitan
dengan rancangan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel
(sampling), pengumpulan data, analisis data serta etika
penelitian. Seorang peneliti perlu menguasai dengan baik
metode penelitian tersebut agar dapat membuat proposal
penelitian yang baik. Beberapa hal penting yang menjadi
kendala utama dalam penyusunan usulan penelitian atau
proposal adalah penentuan populasi, sampel dan teknik
pengambilan sampel (sampling). Berdasarkan pengalaman
penulis dalam membimbing dan menguji mahasiswa dari
D3, D4, S1, S2 serta S3 pada umumnya kekeliruan terjadi
dalam menentukan populasi, salah menentukan sampel,
salah memilih rumus besar sampel, salah menentukan
teknik sampling, salah melakukan random/ acak
sampling atau teknik pengambilan sampel, sehingga
pelaksanaan penelitian tidak memberikan sesuai tujuan
dan manfaat penelitian. Dengan demikian perlu adanya
penjelasan yang rinci terkait populasi, sampel dan teknik
pengambilan sampel (sampling) pada penelitian kauntitatif
analitik inferensial dan kualitatif secara deskriptif.

121
Populasi
Populasi adalah: himpunan dari unit/ individu yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Populasi juga dapat
didefinisikan sebagai: keseluruhan subyek penelitian.
Populasi adalah kumpulan semua elemen atau individu
dari mana data atau informasi akan dikumpulkan.
Populasi didefinisikan menurut isi, keleluasan dan waktu.
Seorang peneliti perlu mencantumkan populasi dalam
metode penelitiannya dan konsekuensinya sampel perlu
diambil dari populasi. Populasi sebagai basis generalisasi
dari data yang diteliti dan inferensial. Populasi juga
sebagai basis pengambilan sampel. Jumlah elemen di
dalam suatu populasi dikatakan sebagai besar populasi
atau ukuran populasi (population size) yang pada
umumnya dinyatakan dengan simbol N (Kuntoro, 2015).
Semakin jelas populasi, semakin jelas pula kepada
populasi mana hasil penelitian dapat diberlakukan.
Idealnya penelitian dilakukan terhadap populasi
(penelitian populasi sama dengan studi populasi atau
sensus). Berdasarkan besarnya populasi dibagi menjadi:
populasi finit dan populasi infinit. Ada kemungkinan
populasi sangat besar atau tidak diketahui secara pasti
besarnya, dan (biasanya) karena keterbatasan waktu,
biaya dan tenaga, maka biasanya penelitian tidak
dilakukan terhadap seluruh elemen populasi tetapi
penelitian diambil sebagian dari populasi yang disebut
sampel.
Populasi juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan
semua unit sampling yang terdaftar di kerangka sampling
atau frame. Penetapan kerangka sampling merupakan
masalah yang rumit karena berkaitan dengan kemudahan
untuk memperolehnya yang tentunya tergantung dengan
biaya yang tersedia. Sebagai ilustrasi unit sampling yang
terdiri dari Kepala Keluarga (KK) dapat diperoleh di tingkat
Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) atau Kantor
Kelurahan karena arsip Kartu Keluarga tersimpan di
tempat tersebut, dengan demikian biaya lebih murah.
Namun jika peneliti menghendaki unit sampling adalah
Wanita Usia Subur (WUS) atau remaja, maka ia harus
menyeleksi kartu keluarga terlebih dahulu sehingga

122
membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih besar.
Sekali seorang peneliti bisa memperoleh kerangka
sampling maka ia dapat melakukan pengambilan sampel
secara random/ acak dan memungkinkan dilakukan
generalisasi.
Bila kerangka sampling tidak tersedia, sebagai contoh
daftar nama daftar nama Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
illegal maka peneliti tidak dianjurkan untuk
menggunakan sampling random (pengambilan sampel
secara acak), Dalam hal ini peneliti bisa menggunakan
sampling non random seperti sampling aksidental,
sampling purposive, atau bmsampling kuota. Dengan
demikian peneliti tidak perlu melakukan generalisasi
termasuk tidak perlu melakukan penaksiran parameter
populasi ataupun uji hipotesis, Dalam hal ini peneliti
cukup menggunakan metode statistik deskriptif untuk
menganalisis data yang diperolehnya (Kuntoro, 2015).

Kriteria Populasi
Dalam mendefinisikan populasi. peneliti harus berfokus
pada kriteria yang telah diterapkan Dalam pertimbangkan
penentuan kriteria populasi, meliputi:
1. Biaya. Jika kita ingin meneliti pada populasi Suku
Timor atau Bunak di Kabupaten Belu NTT maka
peneliti harus belajar budaya dan Bahasa Tetun dan
Bahasa Bunak, agar dapat terjadi interaksi dengan
baik. Keadaan tersebut memerlukan waktu yang lama
sehingga juga memerlukan biaya tambahan.
2. Praktik. Kesulitan dalam melibatkan populasi sebagai
subjek karena berasal dari daerah yang sulit
dijangkau (misalnya, masyarakat suku Boti yang
tinggal di daerah pedalaman TTS, NTT).
3. Kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam
penelitian. Kondisi kesehatan seseorang yang menjadi
subjek harus dijadikan bahan pertimbangan datam
penentuan populasi. Misalnya orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ), tidak sadar, dan kondisi
mental yang tidak stabil perlu dikeluarkan sebagai
kriteria populasi.

123
4. Pertimbangan rancangan penelitian. Pada penelitian
dengan menggunakan rancangan eksperimen, maka
diperlukan populasi yang mempunyai kriteria
homogenitas datam upaya untuk mengendalikan
variabel random, perancu, dan variabel lainnya yang
akan mengganggu dalam penelitian.

Sampel dan Sampling


Sampel bagian dari populasi dari mana data atau
informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh secara
langsung. Proses pengambilan sampel dari populasi
disebut sampling. Sampling adalah proses menyeleksi
bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi yang
ada. Sampel yang diambil dari populasi harus bersifat
representatif (mewakili). Jika jumlah sampel tidak
representatif maka hasil penelitian tidak bisa mewakili
populasi atau tidak dapat digeneralisasikan ke populasi.
1. Syarat-syarat sampel
Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi
saat menetapkan sampel, yaitu (1) representatif
(mewakili) dan (2) sampel harus cukup banyak. Syarat
penting untuk suatu generalisasi atau inferensi.
Semakin homogen populasi, semakin kecil sampel,
semakin heterogen populasi, semakin besar sampel.
Tujuan penentuan besar sampel: (1) mewakili
populasi (representativeness) (2) keperluan analisis
Sampel yang representatif adalah sampel yang dapat
mewakili populasi yang ada. Untuk memperoleh hasil
kesimpulan penelitian yang menggambarkan keadaan
populasi penelitian, maka sampel yang diambil harus
mewakili populasi yang ada. Misalnya, kita ingin
meneliti hubungan antara pengetahuan klien dan
ketaaatan diet pada pasien hipertensi. Dasar
pendidikan klien ada yang tidak sekolah, tidak lulus
SD, Lulus SD, SMP, SMU, akademi perguruan tinggi,
dan lain lain. Semua tingkat pendidikan tersebut
harus terdapat dalam sampel. Istilahnya terwakili
dalam sampel penelitian kalau semua tingkat
pendidikan klien ada dalam populasi terwakili.

124
Pengambilan sampel penelitian harus memperhatikan
beberapa hal: jenis dan rancangan penelitian, tujuan
penelitian/ analisis, jumlah populasi, karakteristik
populasi/ cara pengambilan sampel (teknik sampling),
jenis (skala pengukuran) data, tingkat kepercayaan
dan penyimpangan yang ditolerir (ketelitian).
Generalisasi/ Inferensi adalah penarikan kesimpulan
dari hal yang jumlah elemennya lebih sedikit (sampel)
ke hal yang jumlah elemennya lebih banyak atau lebih
luas atau dikenal dengan populasi. Syaratnya adalah:
sampel mewakili (representatif) populasi adalah: besar
sampel, cara pengambilan sampel dan kecermatan
memasukkan ciri-ciri populasi.
2. Sampel harus cukup banyak
Semakin banyak sampel maka hasil penelitian
mungkin akan lebih representative. Prinsip umum
yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian
digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Namun
demikian, penggunaan sampel sebesar 10%-20%
untuk subjek dengan jumlah lebih dari 1000
dipandang sudah cukup. Makin kecil jumlah
populasi, persentasi sampel harus semakin besar.
3. Kriteria sampel inklusi dan eksklusi
Penelitian kriteria sampel sangat membantu
penelitian untuk mengurangi bias hasil Penelitian.
Khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol
ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang
kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi
dua bagian. Yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam,
2020)
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu popolusi target yang
terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah
harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria
inklusi. Misalnya, kita akan meneliti tentang
pengaruh mobilisasi pada klien pascaoperasi
terhadap percepatan peristaltik usus, maka yang

125
menjadi bahan pertimbangan dalam kriteria
inklusi adalah jenis anestesi yang digunakan dan
umur klien. Karena kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi hasil dari intervensi yang
dilakukan.
b. Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena pelbagai sebab, antara
lain terdapat keadaan atau penyakit yang
mengganggu pengukuran maupun interpretasi
hasil. Misalnya, dalam studi komparatif (kasus
kontrol) yang mencari hubungan suatu factor
risiko dengan kejadian penyembuhan luka
pascaoperasi laparatomi maka subjek dengan
kelainan imunologis tidak boleh diikutsertakan
dalam kelompok kasus.
1) Terdapat keadaan yang mengganggu
kemampuan pelaksanaan, seperti subjek yang
tidak mempunyai tempat tinggal tetap
sehingga sulit ditindaklanjuti karena
hambatan etis dan subjek menolak
berpartisipasi.
2) Penetapan kriteria sampel (inklusi dan
eksklusi) diperlukan dalam upaya untuk
mengendalikan variabel penelitian yang tidak
diteliti, tetapi ternyata berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Besar Sampel
Syarat penting untuk suatu generalisasi atau inferensi
adalah: (1) semakin homogen populasi, semakin kecil
sampel, semakin heterogen populasi, semakin besar
sampel. (2) tujuan penentuan besar sampel: mewakili
populasi (representativeness), keperluan analisis. Hal-hal
yang Perlu diperhatikan dalam penentuan besar sampel
adalah: jenis dan rancangan penelitian, tujuan penelitian/
analisis, jumlah populasi, karakteristik populasi/ cara
pengambilan sampel (teknik sampling, jenis (skala
pengukuran) data, tingkat kepercayaan dan
penyimpangan yang ditolerir (ketelitian).

126
Estimasi
Satu (1) Populasi

θ - SE < θ <θ + SE θ =θ ± SE


θ = θ ± Z1-α/2 . √Var (θ)
d = Z1-α/2 . √Var (θ)
Estimasi interval untuk mean (data kontinyu)
X - Z1-α/2 . σ/√n < µ < X + Z1-α/2 . σ/√n
d = Z1-α/2 . σ/√n
Z1-α/22 . σ2
n = - ---------------
d2
Bila populasi finit
dikoreksi dengan (N-n)/(N-1), sehingga
d = Z1-α/2 . √ σ2/n . (N-n)/(N-1)
maka:
N . Z1-α/2 2. σ2
n = ---------------------------
(N-1) d2 + Z1-α/2 2. σ2

Estimasi interval untuk proporsi


Variansi = p . (1-p) / n
p-Z1-α/2.√p.(1-p)/n < π < p+Z1-α/2.√p.(1-p)/n
d = Z1-α/2 . √ p.(1-p)/n

127
Z1-α/22 . p . (1-p)
n = ----------------------
d2
Untuk populasi finit
d = Z1-α/2 . √ p.(1-p)/n . (N-n)/(N-1)
N . Z1-α/2 2. p . (1-p)
n = ----------------------------------
(N-1) d2 + Z1-α/2 2. p . (1-p)
Dua (2) Populasi

c = P0 + Z1-α/2 . √ P0.(1- P0)/n


c = Pa - Z1-β . √ Pa.(1- Pa)/n
P0 + Z1-α/2 . √ P0.(1- P0)/n = Pa - Z1-β . √(Pa.(1- Pa)/n
Pa - P0 = Z1-α/2 . √ P0.(1- P0)/n + Z1- β . √ Pa.(1- Pa)/n
{Z1-α/2√ P0 (1-P0) + Z1-β√ Pa (1-Pa)}2
n = -------------------------------------------
(Pa- P0)2

128
Satu Populasi (Estimasi)
Simple random sampling atau systematic random
sampling
data kontinyu (populasi infinit)
Z21-α/2 σ2
n = -------------
d2
n = besar sampel minimum
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada
tertentu
σ2 = harga varians di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat
ditolerir
Contoh:
Suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui rerata
kadar Hb ibu hamil trimester III. Jika dari penelitian
sebelumnya diketahui simpangan baku kadar Hb ibu
hamil trimester III sebesar 2,0 berapa besar sampel ibu
hamil yang dibutuhkan sehingga rerata kadar Hb yang
diduga berada dalam interval 0,5 di atas dan di bawah
mean yang sesungguhnya dengan tingkat kepercayaan
95%?
Penyelesaian:
1,962 22
n = -------------
0,52
n = 61,47 = 62 ibu hamil

129
Satu Populasi (Estimasi)
Simple random sampling atau systematic random
sampling
data kontinyu (populasi finit)
N Z21-α/2 σ2
n = --------------------------
(N-1) d2 + Z21-α/2 σ2
N = besar populasi
Jika populasi ibu hamil = 1000 orang maka
1000 . 1,962 . 22
n = -------------------------------
(1000-1) 0,52 + 1,962 . 22
n = 57,96 = 58 ibu hamil
Simple random sampling atau systematic random
sampling
data proporsi (populasi infinit)
Z21-α/2 P (1-P)
n = --------------------
d2
n = besar sampel minimum
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α
tertentu
P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Contoh:
Ingin diketahui proporsi penduduk miskin di suatu
kabupaten. Jika dari literatur jumlah penduduk miskin di
suatu daerah diperkirakan 20%, berapa besar sampel
keluarga yang dibutuhkan sehingga proporsi yang diduga
berada dalam interval 5% di atas dan di bawah proporsi
yang sesungguhnya dengan tingkat kepercayaan 95%?

130
Penyelesaian:
1,962 . 0,2 . 0,8
n = -------------------
0,052
n = 245,86 = 246 keluarga

Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling
merupakan cara- cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel, agar memperoleh sampel yang benar benar sesuai
dengan keseluruhan objek penelitian. Cara pengambilan
sampel dapat digolongkan menjadi dua yaitu probability
sampling dan nonprobability sampling (Basuki Hari, 2015).

Probability Sampling
Prinsip Utama probability adalah bahwa setiap subjek
dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih
atau tidak terpilih sebagai sampel. Setiap bagian populasi
mungkin berbeda satu dengan lainnya tapi mengingatkan
populasi parameter mempunyai kesempatan yang sama
menjadi sampel yang representatif. Dengan menggunakan
sampling random peneliti tidak bisa memutuskan bahwa
X lebih baik daripada Y untuk penelitian. Demikian juga
peneliti tidak bisa ceritakan orang yang telah dipilih
sebagai subjek karena mereka tidak setuju. Teknik
random sampling adalah 1) sampling random sederhana
(simple random sampling); 2) sampling random sistematik
(systematic random sampling); 3) sampling random
berstrata (stratified random sampling); 4) sampling random
rumpun (cluster random sampling, dan 5) sampling
random bertingkat dua (two stage random sampling)
1. Simple random sampling
Prinsip dari simple random sampling adalah 1)
mengambil sejumlah elemen dari sejumlah N elemen
secara random; 2) kerangka sampling atau ”frame”; 3)

131
tabel bilangan random atau komputer atau
kalkulator; 4) bila populasi yang diteliti homogen.
Untuk mencapai ini setiap elemen diseleksi secara
acak. Jika sampling frame kecil maka bisa diaduk dan
dilotre dengan bantuan sebuah kotak.

2. Systematic sampling
Pengambilan sampel ini mirip simple random sampling
menggunakan cara sistematis. unit sampel 1: simple
random. Unit sampel 2, 3, ….. dst secara sistematis
dengan interval tertentu. Intervalnya adalah N/n.
Pengambilan sampel secara sistematik dapat
dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang
dibutuhkan. Jika jumlah populasi adalah N= 1200
dan sampel yang dipilih 50. Maka setiap kelipatan 24
orang akan menjadi sampel (1200/50 = 24). sampel
yang dipakai didasarkan pada nomor kelipatan 24,
yaitu sampel No. 24, 48 dan seterusnya.
3. Stratified random sampling
Stratified artinya strata atau kedudukan subjek
seseorang di masyarakat. Jenis sampling ini
digunakan peneliti untuk mengetahui beberapa
variabel pada populasi yang merupakan hal yang
penting untuk mencapai sampel representatif.
Pengambilan sampel secara stratified pada populasi
bisa dipisah menurut stratifikasi tertentu. Strata: 1)
subpopulasi dari populasi awal, 2) tiap strata
homogen, 3) antar strata heterogen. Contoh: Petani
dibagi menjadi 3 strata: petani kaya, petani cukup
kaya, dan petani miskin. Contoh lain misalnya, Jika
kita merencanakan ada 100 sampel peneliti
mengelompokkan subjek dengan tingkat pendidikan
tidak sekolah dan tidak tamat; sekolah dasar (SD dan

132
SMP); SLTA; dan perguruan tinggi. Pada waktu
melakukan sampling ini harus diyakinkan bahwa
semua variabel yang diidentifikasi akan mewakili
populasi.

4. Cluster sampel/ Area Random Sampling


Cluster berarti pengelompokan sampel berdasarkan
wilayah atau lokasi populasi. Jenis sampling dapat
dipergunakan dalam dua situasi. (1) jika simple
random sampling tidak memungkinkan karena alasan
jarak dan biaya; (2) peneliti tidak mengetahui alamat
dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan
menyusun sampling frame. Populasi bisa dipisah
menurut rumpun/ cluster tertentu. Cluster/ rumpun:
1) subpopulasi dari populasi awal 2) tiap rumpun
heterogen 3) antar rumpun homogen. Contoh:
rumpun (blok) rumah (RT, RW), kloter jamaah haji.

Sampling Non Probabilistik (Non Random)


Pada penelitian kualitatif, sampling yang bertujuan
generalisasi/ inferensi, hanya untuk analisis deskriptif.
Peneliti kualitatif sering menggunakan teknik purposive
sampling. Macam sampling non probabilistik adalah:
accidental sampling, judgmental (purposive) sampling,
quota sampling dan snowball sampling.

133
1. Accidental Sampling adalah sampel dipilih yang
kebetulan ditemui
2. Purposive sampling
Purposive sampling disebut juga jugjement sampling.
Adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Dipilih sampel yang relevan dengan tujuan penelitian,
dengan ciri-ciri khusus. Ciri-ciri khusus tersebut
ditentukan oleh keputusan (judgment) peneliti.
Judgmental sampling. Misalnya tujuan: mengetahui
perilaku masyarakat, sampel yang dipilih adalah:
tokoh masyarakat, tenaga kesehatan dan lain lain.
3. Consecutive sampling
Pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan)
adalah pemilihan sampel dengan menetapkan subjek
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan data
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga
jumlah klien yang diperlukan sampling yang terbaik
dan cara yang agak mudah. Untuk dapat menyerupai
probability sampling, dapat diupayakan dengan
menambahkan jangka waktu pemilihan klien.
Misalnya, terjadinya wabah demam berdarah selama
kurun waktu tertentu di mana waktu tersebut
menunjukkan terjadinya puncak insiden demam
berdarah. Jenis sampling ini sering dipergunakan
pada penelitian epidemiologi di komunitas.
4. Convinience sampling
Pemilihan sampel convinience adalah pemilihan
sampel didasarkan pada ketersediaan elemen dan
kemudahan untuk mendapatkannya. Sampling ini
dipilih apabila kurangnya pendekatan dan tidak
memungkinkan untuk mengontrol bias. Subjek
dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di
tempat dan waktu secara bersamaan pada
pengumpulan data. Misalnya, pada waktu penelitian

134
praktik di ruangan kerja peneliti menjumpai klien
(sesuai masalah penelitian) maka peneliti
melanjutkan mengambil sampel tersebut. Setelah
beberapa lama, peneliti melanjutkan lagi pemilihan
objek demikian seterusnya.
5. Quota sampling (Judgement sampling)
Teknik penentuan sampel datam kuota menetairkan
setiap strata populasi berdasarkan tanda-tanda yang
mempunyai pengaruh terbesai pada penelitian yang
akan diselidiki. Artinya penerapan subjek
berdasarkan kapasitas/ daya tampung yang
diperlukan dalam penelitian. Misal, dalam penelitian
didapatkan adanya 50 populasi terseda, peneliti
menetapkan kuota 40 subjek untuk dijadikan sampel
maka cara tersebut dinamakan kuota. Memilih
sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam
jumlah/ kuota yang diinginkan. Misal: dipilih staf
bagian gizi sejumlah n orang dan bagian imunisasi x
orang, sebagai sampel.
6. Snowball sampling
Teknik sampling dilakukan dengan cara
menggunakan informasi sampel pertama untuk
mengetahui sampel lainnya yang memenuhi kriteria.
Masing-masing menunjuk rekannya yang baru,
kemudian menunjuk kawannya lagi, dan seterusnya,
sampai jumlah tertentu. Untuk meneliti hubungan
antar manusia dalam kelompok yang akrab. Misalnya
Pada Klien HIV AIDS.

135
Daftar Pustaka
Lemeshow. S, Lwanga S.K, 1991. Sample size
determination in health studies a practical manual.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/
40062/9241544058_%28p1-
p22%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Lemeshow, S, Hosmesr D,W Klar, J &Lwanga, S.K. 1997.
Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan,
Jogjakarta; Gajahmada university press
Kuntoro, 2010. Metode Sampling dan Penentuan Besar
Sampel
Ravikiran, A.S. 2023. Population vs Sample: Definitions,
Differences and
Examples.https://www.simplilearn.com/tutorials/ma
chine-learning- tutorial/population-vs-
sample#what_is_a_sample
Kuntoro, 2007. Metode Statistik. Pustaka Melati.
Surabaya.
Fauzi, A., 2019, Metode Sampling, Jakarta: Universitas
Terbuka, Kemenristeksikti, Tangerang Selatan.
Nusrsalam, 2020. Metodologi Penelitian Keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta.
Basuki H, 2015. Populasi Sampel dan Sampling, Surabaya.
Unair.

136
Profil Penulis
Dr. Ina Debora Ratu Ludji, SKp., M.Kes
Lahir di Pulau Timor, Kabupaten Belu,
Perbatasan dengan Negara Timor Leste dari
Ayah dan Ibu Suku Sabu, Suami Suku Bunak,
memiliki 4 orang anak: 2 Perempuan dan 2
Laki-laki. Menghabiskan studi dari TK
sampai SMA di Kabupaten Belu, Atambua.
Tahun 1986 melanjutkan pendidikan Keperawatan di AKPER
Denpasar tamat tahun 1989, sebagai tenaga sukarela di RSU
Atambua dan Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, menjadi PNS
Bekerja di Puskesmas Oesao sejak 1990 sd tahun 1994 sebagai
Perawat kemudian melanjutkan pendidikan di PSIK Universitas
Indonesia Jakarta Tamat Tahun 1997, Bekerja di Dinas
Kesehatan Kabupaten Kupang kemudian pada tahun 1998
menjadi Dosen pada AKPER MSA Kupang (Saat ini Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang). Melanjutkan
pendidikan di S2 Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga,
llmu Kesehatan Masyarakat Minat Epidemologi, tamat tahun
2005. Menyelesaikan Pendidikan Doktor di Bidang Kesehatan
Masyarakat (Kesehatan Ibu dan Anak/KIA), tamat tahun 2013.
Saat ini aktif sebagai dosen tetap di Poltekkes Kemenkes
Kupang, Dosen tidak tetap S2 Pasca Sarjana di Universitas
Nusa Cendana (Undana Kupang), Dosen tamu di Universitas Da
Paz Timor Leste, sebagai Tim Expert Covid 19 Provinsi NTT, Tim
Pakar IAKMI Pengda NTT, Fasilitator Nasional MTBS,
Konsultan KIA serta pencegahan Stunting, Konsultan
Pembuatan PERDA Sistem Kesehatan Daerah (SKD),
Pendamping Teknis Kampanye Immunisasi Measles Rubella
(MR), dan Filariasis, Penanggung Jawab Teknis (PJT) Riset
Tenaga Kesehatan (Risnakes) Tahun 2017 dan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Tahun 2018. Mengasuh Mata Kuliah
Metodologi Penelitian/ Riset, Biostatistik, Epidemiologi,
Keperawatan Maternitas, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Manajemen Penyakit Infeksi, HIV AIDS, Pemberdayaan
Masyarakat, Kebijakan Kesehatan Nasional, Keperawatan
Keluarga serta Mata Kuliah Penunjang Lainnya: Etika
Keperawatan, Komunikasi Keperawatan dan Caring dalam
Keperawatan. Aktif menulis buku antara lain : Asuhan
Keperawatan Maternitas: Kehamilan Risiko Tinggi dan Asuhan
Keperawatan Maternitas: Pasca Partum, Buku Ajar Prinsip
Konseling Perawatan dan Pengobatana Pasien TB HIV/AIDS
Positif, Buku Ajar Pengantar Riset Keperawatan, Monograf
Social Ecological Model of Health Behavior Ina Djayaku Abadi

137
untuk Penurunan Angka Kematian Ibu, menulis artikel di
jurnal dan koran, menjadi nara sumber di radio swasta, RRI dan
TVRI, menulis Policy Brief dan advokasi kebijakan kesehatan
di Provinsi NTT terkait Penyakit Menular dan Tidak Menular
dalam rangka pencapaian Target RPJMN dan RPJMD,
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting serta
perumusan RAD Pencegahan dan penanggulangan stunting.
Reviewer Nasional Simlitabkes Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Dosen Poltekkes Kemenkes se Indonesia, Reviewer
Ethical Clearance, Assesor Laporan Kinerja Dosen dan Beban
Kerja Dosen (BKD). Aktif dalam penelitian dan pengabdian
masyarakat dosen di Poltekkes Kemenkes Kupang maupun
dengan mitra perguruan tinggi negeri lain, swasta dan
Filantropi. Demikian sekilas info. Selamat membaca. Semoga
bermanfaat dan dapat menjadi acuan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Serta menjadi input dan inovasi untuk penelitian dan
pengabdian masyarakat ke depan.
Email : hottaru19@gmail.com dan Hp: 081339294324

138
10
VARIABEL DAN HUBUNGAN
ANTAR VARIABEL

Dr. Robi Adikari Sekeon, SKM., M.Kes., MM.


STIKes Bala Keselamatan Palu

Pengertian
Variabel didefinisikan oleh beberapa pakar, antara lain
(Adiputra, 2021):
1. Menurut Zigmund tahun 1997, sebuah variabel
adalah segala sesuatu yang bervariasi atau berubah
nilainya. Karena suatu variabel mewakili kualitas
yang dapat menunjukkan perbedaan nilai, berupa
besar atau kekuatannya. Secara umum variabel
adalah segala sesuatu yang mungkin diasumsikan
dengan nilai numerik atau kategori yang berbeda.
2. Menurut Nan Lin tahun 1976, variabel didefinisikan
sebagai karakteristik yang dapat terdiri dari satu atau
dua kategori yang berbeda.
3. Menurut Labovits and Hagedom ta hun 1976, variabel
adalah dimensi dari konsep yang dapat diukur atau
konsep yang terukur yang memiliki dua atau lebih
nilai, baik dari satu unit (individu atau kelompok) ke
unit berikutnya untuk setiap unit pada periode waktu
yang berbeda.
4. Menurut Hatch and Farhady tahun 1981, variabel
adalah seseorang atau objek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek
dengan obyek yang lain (Masturoh dan Temesvari,
2018).

139
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka secara
umum variabel dalam suatu penelitian merupakan nilai
yang berbeda dan bervariasi antara satu objek/ kategori
dengan obyek/ kategori yang lain, nilai tersebut dapat
dinyatakan dalam satu ukuran atau dapat diukur. Contoh
variable: umur, jenis kelamin, berat badan, tekanan
darah, dan lain-lain. Setiap variable tentu akan berbeda
dan bervariasi antara individu, sehingga untuk
mendapatkan nilai yang bervariasi, maka penelitian harus
diambil dari kelompok objek yang bervariasi pula.

Jenis-Jenis Variabel
Satu jenis variabel dapat berfungsi berbeda, bergantung
kepada konteks penelitian. Jenis variabel dan pembagian
variabel dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara
menurut beberapa peneliti.
1. Menurut Siyoto dan Sodik (2015) secara garis besar
terdapat tiga jenis klasifikasi variabel yang penting
berdasarkan Karlinger tahun 2006, yaitu:
a. Variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi
dan menjadi penyebab perubahan dari variabel
terikat. Variabel bebas disebut juga variabel
independen, stimulus, prediktor atau anteseden,
kausa, determinan. Variabel bebas yang
mengalami perubahan nilai akan menyebabkan
variabel lain berubah (Masturoh dan Temesvari,
2018).
Contoh: Gizi ibu akan memengaruhi kelancaran
ASI Ibu menyusui, maka variabel bebas adalah
gizi ibu, sedangkan kelancaran ASI adalah
variabel terikat. Dapat diamati, jika gizi ibu baik,
maka ASI akan lancar.
Variabel terikat adalah variabel yang pada
umumnya dilakukan pengamatan atau diukur.
Variabel terikat disebut juga variabel dependen
atau variabel tergantung. Dalam suatu penelitian
eksperimental, variabel bebas akan diubah atau

140
dilakukan variasi pada nilainya sehingga diamati
apakah variabel terikat juga ikut berubah.
Penelitian non eksperimental, umumnya yang
ditetapkan sebagai variabel terikat adalah akibat
dari variabel bebas, variabel terikat mengalami
perubahan yang disebabkan variabel bebas yang
berubah.
Contoh: hubungan antara gizi ibu dengan
kelancaran ASI maka variable terikat adalah
kelancaran ASI. Apabila variabel gizi ibu diubah,
maka kelancaran ASI juga akan berubah. Dalam
suatu penelitian, dapat ditemukan satu variabel
terikat dan beberapa variabel bebas. Begitu pula
variabel bebas tertentu juga dapat menunjukkan
beberapa variabel terikat. Umumnya hubungan
antara variabel bebas dan terikat adalah
hubungan sebab akibat.
b. Variabel aktif dan variabel atribut
Variabel aktif adalah variabel bebas yang
dimanipulasi, sedangkan variabel atribut tidak
dapat dimanipulasi dan dikendalikan atau
variabel yang menjadi ciri pada subjek penelitian.
Contoh: Pengaruh fasilitas belajar (variabel aktif)
terhadap motivasi belajar mahasiswa (variable
atribut) maka semua faktor yang menjadi
pencetus motivasi belajar merupakan variabel
aktif yang akan diukur dan dapat dimanipulasi.
Variabel atribut tidak dapat dikendalikan oleh
peneliti, karena variabel tersebut melekat pada
subyek penelitian.
Contoh: Hubungan diet tinggi protein dengan
anemia pada penduduk perkotaan. Pada subjek
penelitian yaitu penduduk perkotaan, peneliti
tidak bisa mengendalikan jenis kelamin, usia, ras,
sosial ekonomi dari subyek penelitian. Namun,
peneliti bisa mengelompokkan subyek penelitian
tersebut ke dalam satu kelompok yang homogen.

141
Variabel yang tidak dapat dikendalikan tersebut
adalah variabel atribut.
c. Variabel kontinu memiliki harga dalam satu
kisaran tertentu. Harga-harga pada variabel
kontinu dapat menunjukkan urutan peringkat.
Contoh berat badan seseorang dalam suatu
pengukuran mungkin saja 40,0 kg, 45,2 kg, atau
60,1 kg bergantung alat dan kecermatan
pengukurannya. Variabel kategori berkaitan
dengan skala pengukuran yang disebut
pengukuran nominal. Contohnya dalam satu
pengukuran kadar hemoglobin pada pria
dikategorikan berdasarkan kisaran normal
menjadi (1) di bawah kisaran normal (< 13,5 g/
dL); (2) normal (13,5-17,5 g/ dL); atau (3) diatas
kisaran normal (>17,5 g/dL).
2. Pembagian kategori variabel berdasarkan sifat
(Masturoh dan Temesvari, 2018). Jenis variabel
menurut sifatnya, dapat dibedakan menjadi:
a. Variabel kategorik (kualitatif). Variabel kategorik
seperti yang dijelaskan pada jenis variabel
berdasarkan Siyoto and Sodik (2015). Variabel ini
adalah hasil dari pengklasifikasian data.
Klasifikasi data pada variabel kategorik biasanya
dalam bentuk kata dan tidak dijumpai angka dan
merupakan data dari skala pengukuran nominal
atau ordinal.
b. Variabel numerik (kuantitatif) adalah hasil
pengukuran langsung dalam bentuk angka.
Variabel ini menunjukkan pengukuran pada skala
interval dan rasio.
3. Variabel lain yang diketahui dalam suatu penelitian
menurut (Supino, 2012), yaitu:
a. Variabel moderator. Pada suatu penelitian
mungkin saja terjadi ketika variabel bebas tidak
memengaruhi subjek penelitian, namun peneliti
menduga ada variabel lain yang berperan maka
variabel lain ini disebut dengan variabel

142
moderator atau effect modifier. Istilah moderator
sebagai variabel sekunder yang diukur atau
dimanipulasi peneliti untuk menentukan apakah
variabel tersebut mengubah hubungan antara
variabel bebas dan terikat pada penelitian.
Variabel moderator dapat digabungkan ke dalam
model statistik multivariat untuk menguji
pengaruh interaksinya dengan variabel bebas
atau digunakan sebagai dasar pengelompokan
sampel menjadi dua atau lebih sub kelompok,
pengaruh variabel bebas dapat diperiksa secara
terpisah.
b. Variabel control, merupakan variabel lain yang
memungkinkan dapat menguji hubungan antara
variabel bebas dan terikat. Variabel kontrol
digunakan sebagai pengontrol untuk memastikan
apakah variabel bebas memang memiliki
pengaruh terhadap variabel terikat dan bukan
pengaruh lainnya. Jika variabel yang diduga
memiliki kemungkinan untuk memengaruhi
variabel terikat maka dapat dijadikan sebagai
variabel kontrol (Nasution, 2017). Variabel kontrol
ini dapat menjadi variabel pengganggu atau
penekan. Contoh variabel kontrol: usia, jenis
kelamin, riwayat kesehatan, penyakit penyerta,
dan sebagainya.
c. Variabel intervening atau mediasi atau perantara,
merupakan variabel yang dapat menjelaskan
bagaimana dan mengapa variabel bebas dan
variabel terikat berkaitan. Hal ini penting ketika
hubungan kedua variabel tersebut tidak nampak
jelas. Variabel perantara dapat juga merupakan
faktor internal dari suatu individu seperti
motivasi, tujuan, keinginan, kewaspadaan dan
sebagainya.
d. Variabel perancu, sering disebut juga sebagai
variabel pengganggu atau confounding variabel.
Variabel ini dapat menyebabkan bias pada hasil
penelitian (Masturoh dan Temesvari, 2018).
Biasanya, keberadaan variabel perancu

143
berhubungan dengan variabel bebas dan terikat
namun bukan termasuk variabel perantara.
Terjadinya bias pada hasil penelitian dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi dan
mengontrol variabel perancu tersebut. Variabel
perancu yang relevan mungkin juga terletak pada
subjek dan seringkali diabaikan karena tidak
terlihat (Singh, 2006).
Contoh: Penelitian yang bertujuan mengamati
pengaruh gizi pada ibu hamil terhadap berat
badan lahir rendah (BBLR) bayi. Desain penelitian
yang dilakukan adalah melakukan studi kohort
dengan merekrut dua kelompok wanita hamil,
yaitu wanita hamil gizi baik dan gizi kurang baik.
Peneliti mengidentifikasi gizi ibu sebagai faktor
risiko BBLR. Namun ternyata peningkatan risiko
BBLR tidak hanya terjadi karena gizi, namun
tingkat sosial ekonomi juga memengaruhi.
Tingkat Pendidikan yang rendah (low educational)
akan memicu seorang ibu untuk memiliki gizi
kurang, selain itu tingkat pendidikan yang rendah
juga meningkatkan risiko BBLR. Jadi tidak jelas
apakah peningkatan risiko BBLR karena gizi,
tingkat Pendidikan atau keduanya (Supino, 2012)
sehingga tingkat pendidikan dapat dianggap
sebagai variabel perancu.

Skala Pengukuran Variabel


Pada penelitian kuantitatif variabel harus dapat diukur.
Variabel dapat dibedakan berdasarkan pada skala
pengukurannya atau peranan variabel tersebut pada
hipotesis. Berdasarkan Supino (2012), variabel dapat
diklasifikasikan berdasarkan bagaimana variabel dapat
terukur dengan baik seperti sejumlah informasi yang
dapat didapat dalam pengukuran tertentu dari suatu
atribut. Klasifikasi sistem pengukuran variabel dilakukan
pada 1946 oleh Stevens, yaitu nominal, ordinal, interval
dan rasio (N-O-I-R). Pemahaman perbedaan masing-
masing skala sangat penting karena dapat mengukur
karakteristik yang akan menentukan metode statistik

144
yang akan digunakan untuk menganalisis data yang
terkait dengan variabel. Skala pengukuran variabel
bermanfaat dalam memudahkan analisis dan pengelolaan
data (Masturoh, 2018).
1. Skala nominal.
Skala pengukuran variabel nominal mewakili nama,
kategori sebagai pembeda karakteristik, sebagai
contoh jenis kelamin, warna rambut, golongan darah,
ada atau tidaknya faktor risiko dari suatu penyakit.
Skala pengukuran nominal ini tidak menunjukkan
tingkatan, tidak memiliki nilai nol mutlak. Satuan
atau data yang didapatkan berbentuk kata-kata
bukan angka, penomoran atau pelabelan dilakukan
untuk mengategorikan variabel bukan untuk
menunjukkan tinggi rendahnya tiap kategori. Skala
nominal ini tidak dapat dimanipulasi secara
matematis (Sastroasmoro, 2014). Uji statistik yang
tepat digunakan adalah statistik non parametrik.
Ketika semua variabel yang ditentukan pada suatu
penelitian adalah dengan skala data nominal, maka
akan membatasi metode statistik yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2018)
2. Skala ordinal.
Skala pengukuran berikutnya adalah ordinal, yaitu
pengukuran yang dianggap semi kuantitatif. Skala ini
memiliki kemiripan dengan skala nominal meliputi
kategori yang disusun dalam urutan atau peringkat
seperti nilai bertingkat yang menunjukkan kurang
atau lebih dari kuantitas tertentu (Supino, 2012).
Urutan atau tingkatan dari skala ordinal dapat
dimulai nilai terendah sampai tertinggi atau
sebaliknya. Serupa dengan skala nominal, satuan dari
data yang diukur pada skala ordinal adalah berupa
kata-kata dengan uji statistik yang digunakan adalah
pendekatan non parametrik (Masturoh dan
Temesvari, 2018). Contoh variabel yang digunakan
dengan skala pengukuran ordinal adalah tingkat
penghasilan, indeks massa tubuh, stadium klasifikasi
tumor, status gizi, dan sebagainya. Skala ordinal ini

145
tidak dapat dimanipulasi secara matematis
(Sastroasmoro, 2014).
3. Skala interval
Data dengan skala interval mempunyai interval,
selang, atau jarak dengan data yang lain. Interval data
satu dengan lainnya memiliki bobot dan skor yang
sama. Skala interval tidak memiliki nilai nol (0) yang
mutlak seperti nol derajat Celcius dapat diubah
menjadi 32 derajat Fahrenheit (Masturoh and
Temesvari, 2018). Skala interval menunjukkan
variabel yang dapat diukur atau kuantitatif, yang juga
dapat menunjukkan angka positif atau negatif. Pada
skala ini memiliki informasi yang akurat dan presisi
dibandingkan variabel ordinal karena interval atau
jarak antara data berurutan adalah tepat, dan setara.
Seperti perbedaan antara suhu 650C dan 760C
menunjukkan angka yang sama persis dibandingkan
dengan perbedaan antara suhu 650F dan 760C. Pada
saat akan menganalisis data dengan skala interval,
satu dapat ditambahkan atau dikurangi tetapi tidak
dapat dikali atau dibagi. Sebagian besar analisis
statistik dapat digunakan seperti rerata, median atau
modus, standar deviasi. Pengujian statistik pada
hipotesis dapat menggunakan uji korelasi, regresi, uji
T, ataupun analisis variansi (Supino, 2012).
4. Skala rasio.
Menurut Ary (2014), skala rasio seperti skala interval,
yang memiliki nilai dasar yang tidak dapat diubah.
Jarak atau interval di antara nilai berurutan pada
skala rasio adalah sama dan memiliki nilai nol yang
mutlak. Pada skala ini, data yang didapatkan berupa
angka sehingga dapat diuji secara statistik
parametrik. Contoh variabel dengan pengukuran data
berskala rasio adalah tekanan darah, denjut nadi,
kadar glukosa, usia, tinggi badan, dan sebagainya.
Data yang didapatkan dengan skala ini dapat
dianalisis dengan semua penghitungan matematika
yang tersedia seperti penambahan, pengurangan,
perkalian atau pembagian (Sastroasmoro, 2014).

146
Dari keempat skala pengukuran variabel, skala interval
dan rasio adalah variabel kuantitatif. Variabel kuantitatif
mungkin berupa variabel kontinu atau bisa jadi diskrit.
Variabel diskrit pada skala interval dan rasio contohnya
pada ilmu perilaku, data yang diperoleh umumnya berupa
tingkatan data (ordinal) yang diperlakukan sebagai
variabel kontinu (Supino, 2012).

Cara Mengontrol Variabel Perancu


Bias yang terjadi pada penelitian dapat terjadi karena
variabel perancu yang belum teridentifikasi sebelumnya.
Terjadinya bias tentu tidak diinginkan karena dapat
menyebabkan hasil penelitian yang juga tidak tepat
sehingga harus dilakukan pengulangan. Berikut beberapa
upaya yang dapat dilakukan agar dapat mencegah
dampak yang diakibatkan dari variabel perancu
(Masturoh dan Temesvari, 2018), yaitu:
1. Identifikasi Variabel Perancu
Penyusunan metodologi penelitian sangat penting jika
diawali dengan telaah literatur. Pertanyaan yang akan
dijawab dari penelitian akan menstimulasi peneliti
untuk mencari hipotesis berdasarkan dasar dan
kerangka teorinya. Konsep penelitian yang terbentuk
akan memuat berbagai variabel penelitian baik yang
diteliti atau yang tidak. Dari pemahaman teori, konsep
tersebut akan dapat diidentifikasi variabel-variabel
yang akan membuat rancu variabel yang diteliti.
2. Eliminasi Variabel Perancu
Setelah variabel perancu diidentifikasi maka
selanjutnya harus mengeliminasi dan menyingkirkan
variabel perancu. Variabel perancu dapat dieliminasi
pada desain penelitian atau pada analisis penelitian.
a. Menyingkirkan perancu dalam desain, melalui
cara:
1) Restriksi, yaitu menyingkirkan variabel
perancu dari setiap subyek penelitian.
Misalnya penelitian hubungan kebiasaan
minum kopi dengan kejadian penyakit

147
jantung coroner, karena kebiasaan merokok
merupakan variabel perancu, maka subyek
yang dipilih adalah mereka yang tidak
merokok. Cara ini memiliki kelemahan, yakni:
sulit memperoleh subyek penelitian dalam
dunia nyata dan generalisasi hasil penelitian
menjadi terbatas (Sastroasmoro, 2014).
2) Penyeragaman Variabel Perancu/matching,
adalah menyeragamkan atau
menghomogenkan variabel perancu pada
kedua kelompok. Misalnya variabel perancu
tidak bisa dihilangkan, berarti variabel
perancu harus dikendalikan dengan cara
menyeragamkan variabel perancu di antara
kelompok yang akan diteliti. Penyeragaman
atau matching dapat dilakukan untuk
beberapa variabel perancu, namun umumnya
hanya dua atau tiga variabel perancu yang
disarankan. Over matching mungkin saja
terjadi yaitu matching terhadap variabel yang
bukan perancu, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya penyimpangan hasil penelitian.
Penyeragaman ini lebih umum dilakukan
pada studi case-control. Studi kohort
memerlukan jumlah sampel yang besar dan
dilakukan dalam waktu yang relatif lebih
lama, sehingga melakukan penyeragaman
akan susah dan kemungkinan variabel
perancu mungkin berubah dalam jangka
waktu tertentu (Supino, 2012)
3) Randomisasi, adalah salah satu prosedur
dalam upaya untuk mencapai validasi internal
yang dapat diterima. Randomisasi secara
statistik tidak menghilangkan atau
mengontrol variabel perancu. Validitas
internal dicapai sampai batas tertentu dengan
pemilihan atau pengendalian variabel perancu
(Singh, 2006). Penentuan subyek penelitian
secara acak yang seragam di semua kelompok
dilakukan dalam upaya randomisasi. Proses

148
randomisasi dengan membagi variabel
perancu secara rata pada kelompok kasus
maupun kontrol dapat dilakukan jika jumlah
subyek penelitian besar (lebih dari 100 sampel
per kelompok), dan prosedur pengacakan
dilakukan dengan tepat (Masturoh and
Temesvari, 2018).
b. Menyingkirkan perancu dalam analisis. Dalam
keadaan tertentu perancu tidak mungkin
disingkirkan dalam desain. Restriksi biasanya
baru mampu dilaksanakan apabila variabel
perancu hanya satu atau dua, bila lebih maka
sulit untuk memilih subyek yang bebas dari tiga
variabel perancu. Dalam kondisi ini masih
tersedia teknik statistika yang dapat
menyingkirkan berbagai factor perancu tersebut
dalam analisis. Ada dua teknik yang paling sering
dipergunakan dalam analisis data, yaitu:
1) Stratifikasi, merupakan cara yang lazim
untuk meniadakan satu variabel perancu, bila
lebih dari satu maka stratifikasi menjadi
kompleks dan sulit diinterpretasi. Teknik yang
digunakan adalah statistika Mantel-Haenszel,
baik untuk studi cross sectional, kasus-
kontrol, kohort, atau uji klinis.
2) Analisis Multivariat, Teknik statistika untuk
set data variabel tergantung multiple (lebih
dari satu). Terdapat banyak jenis analisis
multivariaat dari yang sederhana sampai yang
paling rumit, seperti: analisis regresi multiple
dan model regresi logistic. Dengan kedua
teknik tersebut dapat diketahui asosiasi antar
variabel dengan menyingkirkan variabel lain,
termasuk variabel perancu.

Hubungan Antar Variabel


Penelitian kuantitatif akan menentukan hubungan antar
variabel berdasarkan teori yang ditelaah. Hipotesis dalam
penelitian ini akan menggambarkan hubungan antar

149
variabel. Dalam penelitian, hipotesis satu variabel
(univariable) atau hipotesis dua atau lebih variabel
(multivariabel). Pada hipotesis yang melibatkan dua atau
lebih variabel merupakan hipotesis kausal atau sebab
akibat dapat menggambarkan hasil atau akibat dari suatu
kasus dan berkaitan dengan pertanyaan penelitian.
Pengujian hipotesis dapat dilakukan melalui beberapa hal
(Priyono, 2008), yaitu:
1. Arah Hubungan
Hubungan antara dua variabel berdasarkan sifatnya
dibagi menjadi hubungan simetris, hubungan
resiprokal dan hubungan asimetris. Hubungan
simetris yaitu satu variabel yang diukur tidak
dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lainnya,
sehingga akan susah untuk menjelaskan variabel
mana yang memengaruhi variabel lainnya. Contoh:
variabel jenis kelamin dengan makanan kesukaan.
Dua variabel ini tidak ada yang saling memengaruhi.
Hubungan resiprokal terjadi jika dua variabel saling
memengaruhi. Contohnya variabel aktivitas fisik dan
massa otot. Semakin sering seseorang melakukan
aktivitas fisik maka massa ototnya akan semakin
besar, sebaliknya semakin besar massa otot biasanya
aktivitas fisik juga meningkat. Hubungan asimetris
yaitu variabel yang dapat dipastikan akan
memengaruhi variabel lainnya dan bukan sebaliknya.
Contohnya kebiasaan merokok dan penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK). Merokok akan menyebabkan
terjadinya PPOK, bukan sebaliknya PPOK
menyebabkan merokok.
2. Bentuk Hubungan
Bentuk hubungan antar variabel yang bersifat kausal
dibedakan menjadi hubungan linier dan non linier.
Perubahan nilai dari suatu variabel akan mengubah
nilai variabel lain secara konsisten disebut dengan
hubungan linier. Contoh hubungan antara berat
badan dan indeks massa tubuh. Semakin bertambah
berat badan subjek, maka indeks massa tubuhnya
akan bertambah, mengikuti perubahan berat badan

150
secara konstan. Hubungan non linier atau kuadratik
terjadi pada saat perubahan nilai dari suatu variabel
yang diikuti perubahan nilai variabel lain ke arah
tertentu yang pada titik tertentu mengalami
perubahan ke arah yang berlawanan. Hubungan ini
berbentuk kurva, atau tidak lurus. Pada hubungan
non linier ini dapat digunakan contoh kasus
pertumbuhan bakteri dalam media dan sumber energi
yang memadai, yang mengikuti model eksponensial
3. Hubungan Positif dan Negatif
Hubungan linier atau non linier akan terbagi lagi
menjadi hubungan positif dan negatif. Hubungan
positif akan menunjukkan peningkatan atau
penurunan nilai variabel tertentu dan diikuti oleh
peningkatan atau penurunan nilai variabel yang lain.
Contoh: meningkatnya konsumsi fast food akan
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, begitu
pula sebaliknya. Hubungan negatif terjadi jika
peningkatan nilai pada variabel tertentu akan
menurunkan nilai variable lainnya (hubungan tegak
lurus). Contoh peningkatan jumlah sel limfosit T pada
individu akan menurunkan jumlah bakteri di dalam
tubuhnya.
4. Kekuatan Hubungan
Kekuatan hubungan antar variabel terbagi menjadi
hubungan cenderung kuat, cenderung lemah dan
tidak ada hubungan. Hubungan kuat jika perubahan
nilai pada variabel tertentu akan cenderung diikuti
oleh sebagian besar atau seluruh nilai pada variabel
lain ke arah yang sama. Hubungan yang lemah antar
variabel terjadi jika perubahan nilai pada variabel
tertentu akan diikuti oleh sebagian kecil nilai dari
variabel lainnya. Variabel yang tidak memiliki
hubungan terjadi jika perubahan nilai dari satu
variabel tidak diikuti oleh perubahan nilai (tetap)
variabel lainnya.

151
Pengubah Efek
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hubungan antar
variabel adalah modifikasi efek, yaitu interaksi terjadi bila
derajat hubungan antar variabel ditentukan oleh variabel
ketiga (disebut effect modifier). Berbeda dengan variabel
perancu yang harus disingkirkan, effect modifier tidak
perlu dihilangkan namun justru perlu dielaborasi atau
diperjelas maknanya. Variabel yang sering merupakan
effect modifier adalah jenis kelamin, kelompok umur,
keadaan klinis tertentu (Sastroasmoro, 2014).

Kesimpulan
Variabel menduduki tempat sentral dalam penelitian,
sebab variabel yang akan diukur, diintervensi,
diobservasi, dan hasilnya dianalisis. Variabel yang
dianggap berpengaruh terhadap variable lain disebut
sebagai variabel bebas (independen, predictor, risiko,
kausa), sedangkan variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain disebut sebagai variabel tergantung (dependen,
outcome, efek, event). Variabel yang berhubungan dengan
variabel bebas dan dengan variabel tergantung disebut
variabel perancu (confounding). Variabel ini harus
diwaspadai karena dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Perancu dapat disingkirkan dalam desain (restriksi,
matching, dan randomisasi), atau dalam analisis
(stratifikasi dan analisis multivariat). Pada umumnya
menyingkirkan perancu dalam desain lebih baik daripada
dalam analisis. Effect modifier adalah variabel yang
mengubah derajat hubungan antar variabel dan tidak
harus disingkirkan bahkan harus dielaborasi. Sebelum
dipastikan adanya hubungan sebab-akibat, harus
ditelaah lebih dahulu apakah syarat-syarat yang
mendukung hubungan kausal dipenuhi, yakni hubungan
waktu, kekuatan hubungan, konsistensi, koherensi,
hubungan dosis, kesamaan dengan penelitian lain, dan
biological plausibility.

152
Daftar Pustaka
Adiputra Sudarma dan Trisnadewi, Wiwik Oktaviani, Seri
Asnawati, Viktor Trismanjaya, Indah B, Ahmad F,
Radeny R, Rosmauli J, Oky Ari, Baiq F, Sanya A, Andi
S, Efendi S, Suryana, (2021), Metodologi Penelitian
Kesehatan, Penerbit Yayasan Kita Menulis
Ardiana, Mawati, A.T, Supinganto, A, Simarmata, J,
Yuniwati, Adiputra, Purba, (2021), Metodologi
Penelitian Bidang Pendidikan. Cetakan 1. Yayasan
Kita Menulis
Ary, M. (2014) ”Identifikasi Perilaku Calon Mahasiswa
Baru dalam Memilih Program Studi Menggunakan
Analisis Faktor’, Jurnal Oaradigma, 16(1), pp. 35-45
Budi Manfaat (2018) ‘Analisis Data Kuantitatif’,
(December). doi: 10.13140/RG.2.2.31212.82566.
Dharmawan, Y. (2014) ‘Dasar Penelitian Kesehatan’,
Penelitian Kesehatan.
Dianna, D. N. (2020) ‘Dasar-Dasar Penelitian Akademik :
Analisis Data Kualitatif dan Kuantitatif’, (March), pp.
1–10.
Masturoh, I. and Anggita T, N. (2018) Metodologi
Penelitian Kesehatan. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Masturoh, I. dan Temesvari, N. A. (2018). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Bahan Ajar Rekam Medis dan
Informasi kesehatan (RMIK), Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Edisi Tahun 2018.
Nasution, S. (2017) ‘Variabel Penelitian, Program Studi
Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) , 5(2), pp.
1–9.
Notoatmodjo, S. (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan.
Cetakan Ketiga, Jakarta: Rineka Cipta.
Priyono, (2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Sidoarjo:
Zifatama Publishing, pp. 57-61.

153
Sastroasmoro, S. and Ismael, S. (2014) Dasar-dasar
metodologi penelitian klinis: edisi ke-5. 5th edn.
Jakarta: Sagung Seto.
Singh (2006). Fundamental of Research Methodology and
Statistics, New Delhi: New Age International (P)
Limited publishers, pp.81.
Siyoto Sandu; Sodik M. Ali (2015) Dasar Metodologi
Penelitian. Edited by Ayup. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing
Supino, P. G. (2012), Principles of Research Methodology,
Chapter 3, New York: Springer, pp. 31-54.

154
Profil Penulis
Robi Adikari Sekeon
Penulis dibesarkan bersama 4 (empat) keluarga
kandung yang saat itu program Keluarga
Berencana belum berjalan dengan baik. Penulis
mengawali Pendidikan tinggi di Akper Manado
dan lulus tahun 1989. Selanjutnya mengambil
jurusan Administrasi Kebijakan Kesehatan di
STIK IJ Palu dan lulus pada tahun 2001. Penulis
mengambil Magister Kesehatan di Universitas Hasanuddin
jurusan Promosi Kesehatan dan lulus pada tahun 2008.
Bersamaan dengan itu penulis juga mengambil magister
Manajemen di Universitas tadulako dan lulus pada tahun 2009.
Selanjutnya penulis mengambil Pendidikan S3 di UMI Makasar
dan mendapat gelar Doktor di bidang Manajemen pada tahun
2016.
Saat ini penulis bekerja sebagai dosen di STIKes Bala
Keselamatan Palu dan aktif dalam mengajar di bidang
keperawatan dan Kesehatan. Selain itu sebagai seorang dosen,
penulis juga menjalan Tri Dharma secara aktif dengan
melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Penulis juga
dipercayakan oleh Gereja Bala keselamatan untuk menjadi
Direktur Pendidikan Tinggi Bala keselamatan di Indonesia sejak
tahun 2021- sekarang.
Pengalaman menulis akan terus penulis tingkatkan untuk
membagi Ilmu dan mencerdasakan anak bangsa.
Email Penulis: eslinmua@gmail.com

155
156
11
INSTRUMEN PENELITIAN
KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Aditya Wardhana
Universitas Telkom

Pengertian Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian kuantitatif adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan ilmiah dan metode statistik
untuk mengukur variabel-variabel tertentu dalam suatu
populasi, sehingga diperoleh hasil yang objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Instrumen
penelitian kuantitatif yang umum digunakan antara lain
adalah kuesioner, angket, tes, dan observasi terstruktur.
Pengolahan dan analisis data dari instrumen penelitian
kuantitatif biasanya menggunakan teknik statistik untuk
menghasilkan temuan yang lebih obyektif dan ilmiah
(Kreutzer, 2023; Wardhana, Aditya, et al, 2022b; Colton,
dan Covert, 2021; Lee, dan Jeon, 2021; Leedy, dan
Ormrod, 2021; Saha, dan Onwuegbuzie, 2021; Brown,
2020; Gao, et al, 2020; Grinnell Jr., Richard dan Unrau,
2020; McClure, 2020; Zareiyan, dan Danesh, 2018; Allen,
Healy, dan Asher, 2014).
Instrumen penelitian kualitatif adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk memahami fenomena sosial dalam
konteks alami di mana fenomena tersebut terjadi, dengan
cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan makna

157
dari data yang diperoleh. Instrumen penelitian kualitatif
yang umum digunakan antara lain adalah panduan
wawancara, pedoman observasi, dan catatan lapangan.
Panduan wawancara digunakan untuk memandu
percakapan antara peneliti dan responden dengan tujuan
untuk mengumpulkan data mengenai pengalaman,
persepsi, atau pandangan responden terhadap fenomena
yang diteliti. Pedoman observasi digunakan untuk
memandu pengamatan langsung yang dilakukan oleh
peneliti terhadap fenomena yang diteliti (Kreutzer, 2023;
Wardhana, Aditya, et al, 2022b; Colton, dan Covert, 2021;
Leedy, dan Ormrod, 2021; Saha, dan Onwuegbuzie, 2021;
Gao, et al, 2020; Grinnell Jr., Richard dan Unrau, 2020;
McClure, 2020; Allen, Healy, dan Asher, 2014).

Jenis-Jenis Instrumen Kuantitatif


Berikut beberapa jenis instrumen penelitian kuantitatif
yang umum digunakan (Kreutzer, 2023; Wardhana,
Aditya, et al, 2022b; Colton, dan Covert, 2021; Lee, dan
Jeon, 2021; Saha, dan Onwuegbuzie, 2021; Wang, et al,
2021; Gao, et al, 2020; Grinnell Jr., Richard dan Unrau,
2020; McClure, 2020; Zareiyan, dan Danesh, 2018):
1. Kuesioner. Instrumen ini berupa serangkaian
pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden
untuk diisi dan kemudian diolah data-datanya.
Berikut adalah beberapa jenis kuesioner pada
instrumen penelitian kuantitatif yang umum
digunakan:
a. Kuesioner terstruktur. Kuesioner ini berisi daftar
pertanyaan yang ditulis sebelumnya dan
menjelaskan semua kemungkinan jawaban.
Contohnya:
1) Apakah Anda puas dengan pelayanan di
Restoran XYZ? a. Sangat puas b. Puas c. Tidak
puas d. Sangat tidak puas
2) Seberapa sering Anda mengunjungi Restoran
XYZ dalam sebulan? a. Lebih dari 5 kali b. 3-
5 kali c. 1-2 kali d. Tidak pernah (Wardhana,
Aditya, et al, 2022b)

158
b. Kuesioner tak terstruktur. Kuesioner ini
memungkinkan responden untuk memberikan
tanggapan yang lebih bebas dan tidak terikat pada
pilihan yang telah disediakan. Contohnya:
1) Bagaimana pengalaman Anda saat bekerja di
perusahaan ini?
2) Apa hal terbaik dan terburuk yang pernah
Anda alami dalam pekerjaan Anda?
(Wardhana, Aditya, et al, 2022b)
c. Kuesioner semi-terstruktur. Kuesioner ini
menggabungkan elemen dari kuesioner
terstruktur dan tak terstruktur. Contohnya:
1) Apa yang memotivasi Anda untuk membeli
produk atau jasa melalui iklan di media
sosial? a. Harga yang terjangkau b. Kualitas
produk atau jasa yang baik c. Rekomendasi
dari teman atau keluarga d. Iklan menarik
atau informatif e. Lainnya, silakan sebutkan.
(Wardhana, Aditya, et al, 2022b)
d. Kuesioner skala likert. Kuesioner ini
menggunakan skala likert untuk mengukur
tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan
responden terhadap suatu pernyataan.
Contohnya Pertanyaan: Seberapa setuju Anda
dengan pernyataan berikut ini?
1) Saya merasa nyaman menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi dalam kegiatan
sehari-hari. a. Sangat setuju b. Setuju c.
Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju
2) Saya yakin bahwa teknologi informasi dan
komunikasi dapat membantu meningkatkan
produktivitas kerja saya. a. Sangat setuju b.
Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak
setuju (Wardhana, Aditya, et al, 2022b)
e. Kuesioner skala semantik. Kuesioner ini
digunakan untuk mengukur pandangan atau
persepsi responden terhadap suatu topik atau

159
pernyataan. Contohnya Pertanyaan: Beri nilai
pada skala semantik diferensial di bawah ini
berdasarkan pengalaman Anda saat mengikuti
pelatihan online.
1) Mudah – Sulit
2) Nyaman – Tidak nyaman (Wardhana, Aditya,
et al, 2022b; Cheng, dan Chen, 2020; Li, Yang,
dan Yang, 2019).
f. Kuesioner skala Guttman. Kuesioner ini
digunakan untuk mengukur kepercayaan
responden terhadap suatu topik atau fenomena.
Responden diminta untuk menunjukkan sejauh
mana mereka setuju dengan setiap pernyataan
(Storch, Mayes, dan Lewin, 2015). Contohnya
kesiapan siswa untuk kuliah di luar negeri. Beri
peringkat dari 1 hingga 5, di mana 1 = "sangat
tidak siap" dan 5 = "sangat siap", untuk setiap
pernyataan di bawah ini.
1) Saya merasa nyaman dengan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar kuliah di luar
negeri.
2) Saya memahami budaya asing dan siap untuk
beradaptasi dengan lingkungan baru.
(Wardhana, Aditya, et al, 2022b)
g. Kuesioner skala interval. Kuesioner ini
menggunakan skala interval untuk mengukur
atau mengevaluasi variabel tertentu. Contohnya:
1) Berapa kali dalam seminggu Anda melakukan
olahraga? a. Tidak Pernah b. 1-2 Kali c. 3-4
Kali d. 5-6 Kali e. 7 Kali atau Lebih
2) Berapa lama waktu tidur Anda setiap malam?
a. Kurang dari 4 jam b. 4-6 jam c. 6-8 jam d.
8-10 jam e. Lebih dari 10 jam
Skala interval juga memungkinkan peneliti untuk
melakukan analisis statistik seperti mean,
median, dan standard deviation untuk

160
menggambarkan karakteristik sampel (Wardhana,
Aditya, et al, 2022b; Brown, 2020).
h. Kuesioner skala nominal. Kuesioner ini digunakan
untuk mengukur variabel kategorikal atau
variabel yang dapat dikategorikan dalam bentuk
jawaban ya atau tidak. Contoh kuesioner skala
nominal adalah sebagai berikut:
1) Apakah Anda pernah menggunakan produk
X? (ya/tidak)
2) Jenis kelamin Anda? (laki-laki/perempuan)
(Wardhana, Aditya, et al, 2022b)
i. Kuesioner skala rasio. Kuesioner memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: memiliki titik nol yang tidak
dapat diabaikan atau dianggap sebagai nilai lain
pada skala tersebut. Contoh dari skala rasio
adalah pengukuran berat badan, tinggi badan,
atau usia seseorang; memiliki i urutan nilai dari
yang terendah hingga yang tertinggi, serta
memiliki jarak yang sama antara nilai-nilai pada
skala tersebut. Contoh dari skala rasio adalah
pengukuran waktu atau jarak; memungkinkan
untuk dilakukan operasi matematika seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian pada nilai-nilai yang terukur pada
skala tersebut (Wardhana, Aditya, et al, 2022b;
Liew, Wang, dan Vaughn, 2017). Contoh
kuesioner skala rasio:
1) Berapa banyak uang yang Anda keluarkan
dalam sebulan untuk kebutuhan makan dan
minum? a. Kurang dari Rp 500.000 b. Rp
500.000 - Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 - Rp
2.000.000 d. Lebih dari Rp 2.000.000
2) Berapa persen penghasilan yang Anda
habiskan untuk rekreasi setiap bulan? a.
Kurang dari 10% b. 10-25 % c. 26-50% d.
Lebih dari 50%

161
2. Tes. Instrumen penelitian kuantitatif ini digunakan
untuk mengukur kemampuan atau prestasi
responden pada suatu bidang tertentu. Berikut ini
beberapa contoh tes yang sering digunakan dalam
instrumen penelitian kuantitatif:
a. Tes IQ (Intelligence Quotient Test). Tes ini
mengukur kecerdasan seseorang melalui tes
tertulis, tes verbal, tes numerik, dan tes memori
(Wardhana, Aditya, et al, 2022b).
b. Tes psikologi (psychological tests atau psycho test).
Tes ini digunakan untuk mengukur aspek-aspek
psikologi seperti kepribadian, emosi, dan perilaku
(Hedrih, 2019; Zimmerman, Tortolero, dan
Markham, 2016).
c. Tes kemampuan atau potensi akademik. Tes ini
digunakan untuk mengukur kemampuan
akademik seseorang dalam berbagai mata
pelajaran seperti matematika (Liew, Wang, dan
Vaughn, 2017), fisika, dan bahasa Inggris.
d. Tes keterampilan. Tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu keterampilan tertentu seperti
mengemudi, memasak, atau memperbaiki barang
elektronik (Nizam, Ahmad, dan Redzuan, 2015).
e. Tes fisik. Tes ini digunakan untuk mengukur
kemampuan fisik seseorang seperti kecepatan,
kekuatan, dan daya tahan tubuh (Ngaage, Yang,
dan Taylor, 2019; Sergeeva, Nikitina, dan
Maksimov, 2014).
f. Tes bahasa. Tes ini digunakan untuk mengukur
kemampuan seseorang dalam berbahasa seperti
tes kemampuan membaca, menulis, dan
berbicara dalam bahasa tertentu (Wardhana,
Aditya, et al, 2022b).
g. Tes matematika. Tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan seseorang dalam
matematika seperti tes kemampuan menghitung

162
dan menyelesaikan soal matematika lainnya
(Liew, Wang, dan Vaughn, 2017)
3. Observasi. Instrumen penelitian kuantitatif ini
digunakan untuk mengamati perilaku atau kejadian
secara langsung dan mencatatnya dengan
menggunakan kategori atau variabel tertentu.
Contohnya:
a. Observasi pada tingkat pendidikan. Untuk
mengamati tingkat pendidikan dalam suatu
populasi, peneliti dapat menggunakan data yang
telah dikumpulkan dari sumber-sumber
terpercaya seperti BPS atau institusi pendidikan
lainnya (Wardhana, Aditya, et al, 2022b).
b. Observasi pada perilaku konsumen. Untuk
mengamati perilaku konsumen dalam membeli
produk tertentu, peneliti dapat menggunakan
metode survei atau kuesioner yang dapat
mengukur tingkat kepuasan atau preferensi
konsumen (Tiwari, Koley, dan Lata, 2018).
c. Observasi pada kesehatan. Untuk mengamati
kondisi kesehatan dalam suatu populasi, peneliti
dapat menggunakan data medis atau catatan
kesehatan lainnya yang tersedia (Lee, dan Jeon,
2021; Wang, et al, 2021; Zhang, et al, 2019;
Rzewuska, Owen, dan Anokye, 2017; Chen, Yu,
dan Zhang, 2016).
d. Observasi pada kemampuan kognitif. Untuk
mengukur kemampuan kognitif dalam suatu
populasi, peneliti dapat menggunakan tes atau
skala yang dapat mengukur kemampuan
memecahkan masalah, berpikir kritis, atau
kemampuan verbal (Wardhana, Aditya, et al,
2022b).
e. Observasi pada pola makan. Untuk mengamati
pola makan dalam suatu populasi, peneliti dapat
menggunakan jurnal makanan atau kuesioner
yang dapat mengukur jumlah makanan dan

163
nutrisi yang dikonsumsi dalam satu periode
waktu tertentu (Wardhana, Aditya, et al, 2022b).
4. Data sekunder. Instrumen penelitian kuantitatif ini
mencakup data yang diperoleh dari sumber yang
sudah ada seperti basis data, publikasi, atau laporan.
Contohnya adalah dokumen yang berisi data
kuantitatif yang dikumpulkan oleh sumber-sumber
terpercaya seperti BPS, institusi pendidikan, atau
organisasi terkait yang dapat digunakan untuk
analisis statistik (Wardhana, Aditya, et al, 2022b;
Brown, 2020; Harlow, Jaffe, dan Kogan, 2017; Haldar,
Berman, dan Lundqvist, 2014).

Jenis-Jenis Instrumen Kualitatif


Berikut beberapa jenis instrumen penelitian kualitatif
yang umum digunakan (Kreutzer, 2023; Wardhana,
Aditya, et al, 2022b; Çalışkan, Dağlı, Sarı, 2021; Colton,
dan Covert, 2021; Saha, dan Onwuegbuzie, 2021; Billups,
2020; Gao, et al, 2020; Grinnell Jr., Richard dan Unrau,
2020; McClure, 2020):
1. Wawancara mendalam (in-depth interview or depth
interview). Instrumen ini digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam dan detail tentang
pengalaman, pandangan, sikap, keyakinan, dan
perilaku peserta penelitian yang biasanya dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang
memungkinkan peserta penelitian untuk memberikan
jawaban dengan lebih rinci dan mendalam
(Wardhana, Aditya, et al, 2022b; MacBride, Wallace,
dan Munro, 2018). Contohnya Topik Penelitian:
Pengalaman Keluarga yang Memiliki Anak dengan
Gangguan Spektrum Autisme. Pertanyaan:
a. Apa pengalaman Anda ketika mengetahui anak
Anda memiliki gangguan spektrum autisme?
b. Bagaimana kondisi keluarga Anda dalam
merespon anak dengan gangguan spektrum
autisme? (Wardhana, Aditya, et al, 2022b; Chen,
Yu, dan Zhang, 2016)

164
2. Focus Grup Discussion (FGD). Instrumen ini
digunakan untuk mendapatkan informasi dari
sekelompok orang yang memiliki pengalaman atau
pandangan yang sama tentang suatu topik tertentu
(Wardhana, Aditya, et al, 2022b; Rzewuska, Owen,
dan Anokye, 2017; Chen, Yu, dan Zhang, 2016).
Contohnya Topik Penelitian: Pengalaman Masyarakat
dalam Menerapkan Protokol Kesehatan Selama
Pandemi COVID-19.
Peserta:
a. Kelompok 1: 5 orang pakar kesehatan terkait
dengan penerapan protokol kesehatan selama
pandemi COVID-19
b. Kelompok 2: 5 orang pakar sosial budaya terkait
dengan penerapan protokol kesehatan selama
pandemi COVID-19
Pertanyaan:
a. Apa saja tantangan atau hambatan yang dihadapi
dalam menerapkan protokol kesehatan selama
pandemi COVID-19?
b. Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah atau
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam menerapkan protokol
kesehatan selama pandemi COVID-19?
(Wardhana, Aditya, et al, 2022a; Lee, dan Jeon,
2021; Wang, et al, 2021; Zhang, et al, 2019)
3. Observasi partisipan. Instrumen ini digunakan untuk
memperoleh data dengan cara mengamati dan
mengikuti partisipan dalam situasi alamiah mereka
(Liew, Wang, dan Vaughn, 2017). Contohnya Topik
Penelitian: Strategi Pembelajaran Online dalam Masa
Pandemi COVID-19. Situasi Observasi: Kelas virtual di
sebuah sekolah dasar saat pelajaran matematika.
Pertanyaan observasi:
a. Bagaimana guru memfasilitasi pembelajaran di
kelas virtual?

165
b. Bagaimana siswa merespons pembelajaran
online?
c. Bagaimana guru mengatasi tantangan atau
hambatan yang ditemui dalam pembelajaran
online? (Wardhana, Aditya, et al, 2022a; Cheng,
dan Chen, 2020; Li, Yang, dan Yang, 2019; Funk,
Kearney, dan Greer, 2015).
4. Observasi non-partisipan. Instrumen ini digunakan
untuk memperoleh data dengan cara mengamati
partisipan dari luar situasi yang diamati. Contohnya
Topik Penelitian: Pola Konsumsi Masyarakat
Terhadap Produk Kemasan Plastik. Situasi Observasi:
Supermarket di sebuah kota besar. Pertanyaan
observasi:
a. Bagaimana pola konsumsi masyarakat terhadap
produk kemasan plastik?
b. Apa saja alasan masyarakat memilih produk
kemasan plastik? (Wardhana, Aditya, et al,
2022b).
5. Dokumen. Instrumen ini mencakup dokumen tertulis
atau rekaman audio atau video yang digunakan untuk
mendapatkan data seperti arsip, memo, surat, atau
transkrip wawancara (Lee, dan Jeon, 2021; Wang, et
al, 2021; Zhang, et al, 2019; Harlow, Jaffe, dan Kogan,
2017; Rzewuska, Owen, dan Anokye, 2017; Haldar,
Berman, dan Lundqvist, 2014). Contohnya Topik
Penelitian: Persepsi Masyarakat tentang Program
Vaksinasi COVID-19. Dokumen:
a. Dokumen pedoman program vaksinasi COVID-19
dari Kementerian Kesehatan Indonesia.
b. Catatan harian petugas kesehatan selama
melakukan vaksinasi COVID-19 di salah satu
puskesmas.
c. Dokumen kebijakan program vaksinasi COVID-19
dari pemerintah setempat.

166
d. Arsip dari klinik atau rumah sakit yang merekam
data vaksinasi COVID-19 (Wardhana, Aditya, et al,
2022a).
6. Triangulasi. Instrumen ini digunakan untuk
memverifikasi atau memperkuat kesimpulan dari
analisis data dengan membandingkan dan
mengintegrasikan data dari beberapa sumber atau
teknik pengumpulan data (Bazargan-Hejazi, Mojtabai,
dan Gelberg, 2020). Contohnya topik penelitian:
Pengalaman Mahasiswa dalam Mengikuti Kuliah
Daring. Sumber data dan teknik pengumpulan data:
a. Wawancara mendalam dengan mahasiswa yang
mengikuti kuliah daring.
b. Dokumen tugas kuliah yang dikerjakan oleh
mahasiswa.
c. Observasi pada mahasiswa selama mengikuti
kuliah daring.
Penggunaan Triangulasi:
a. Membandingkan temuan dari hasil wawancara
dengan mahasiswa dan dokumen tugas kuliah
yang dikerjakan oleh mahasiswa. Jika terdapat
kesesuaian antara hasil wawancara dan dokumen
tugas kuliah, maka dapat dikatakan bahwa hasil
temuan tersebut lebih dapat diandalkan dan
memiliki keabsahan (Braverman, 2022;
Wardhana, Aditya, et al, 2022b; Chen, Yu, dan
Zhang, 2016; Hamid, Yaacob, dan Yasin, 2016).
b. Membandingkan temuan dari hasil observasi
dengan hasil wawancara dan dokumen tugas
kuliah. Jika hasil observasi mengkonfirmasi hasil
temuan dari wawancara dan dokumen tugas
kuliah, maka dapat dikatakan bahwa hasil
temuan tersebut lebih dapat diandalkan dan
memiliki keabsahan (Braverman, 2022;
Wardhana, Aditya, et al, 2022b; Chen, Yu, dan
Zhang, 2016; Hamid, Yaacob, dan Yasin, 2016).

167
Daftar Pustaka
Allen, Laura K., Healy, Karyn L., dan Asher, Jana J.
(2014). Development and Validation of the Sport
Concussion Assessment Tool 3 (SCAT3) in Rugby
Union. British Journal of Sports Medicine, 48(10), 758-
763
Bazargan-Hejazi, Shahrzad., Mojtabai, Ramin., dan
Gelberg, Lillian. (2020). Validation of a Survey
Instrument for Psychiatric Outpatient Satisfaction.
Journal of Psychiatric Practice, 26(5), 379-386
Billups, Felice D. (2020). Qualitative Data Collection Tools:
Design, Development, and Applications (Qualitative
Research Methods). Los Angeles: SAGE Publication
Braverman, Marc T. (2022). Evaluating Program
Effectiveness: Validity and Decision-Making in Outcome
Evaluation (Evaluation in Practice Series). Los Angeles:
SAGE Publication
Brown, James Dean. (2020). Understanding Research in
Second Language Learning: A Teacher's Guide to
Statistics and Research Design. New York, NY:
Cambridge University Press
Çalışkan, İpek., Dağlı, Gökmen., Sarı, ve Seher. (2021).
The Development of a Qualitative Research
Instrument: The Case of Pre-Service Physical
Education Teachers’ Professional Development.
Journal of Education and Practice, 12(1), 1-10
Cheng, Tsu-Jui., dan Chen, Chein-Hsiang. (2020).
Developing a Measurement Instrument for Online
Learning Engagement: A Validity and Reliability.
Journal of Educational Technology & Society, 23(2),
134-146
Chen, Xiaojun., Yu, Zhenghong., dan Zhang, Shuqin.
(2016). Development and Validation of a Scale to
Measure Healthcare Empowerment Among Patients
with Chronic Conditions. Patient Education and
Counseling, 99(12), 2024-2031

168
Colton, David., dan Covert, Robert W. (2021). Designing
and Constructing Instruments for Social Research and
Evaluation. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, Inc.
Funk, Kylee L., Kearney, Christopher A., dan Greer, Brian
D. (2015). Development and Validation of the School
Anxiety Inventory-Short Form: A Four-Factor Model of
Anxiety and Worry Among Students in Elementary and
Secondary School. Journal of Psychoeducational
Assessment, 33(6), 563-576
Gao, Yuan., et al. (2020). A Comparison of Qualitative and
Quantitative Measurement Instruments for Urban
Public Space Quality. Sustainability, 12(10), 1-16
Grinnell Jr., Richard M., dan Unrau, Yvonne A. (2020).
Social Work Research and Evaluation: Quantitative and
Qualitative Approaches. New York, NY: Oxford
University Press
Hamid, Tengku Aizan., Yaacob, Siti Nor., dan Yasin, Mohd
Azhar Mohd. (2016). The Development and Validation
of the Malay Spiritual Well-Being Scale. Journal of
Religion and Health, 55(6), 2082-2097
Haldar, Marit K., Berman, Anne H., dan Lundqvist, Lars-
Olov. (2014). Development and Psychometric
Evaluation of the Drinking Refusal Self-Efficacy
Questionnaire for Adolescents. Alcohol and Alcoholism,
49(3), 345-351
Harlow, Lisa D., Jaffe, Anna E., dan Kogan, Steven M.
(2017). Development and Psychometric
Characteristics of a Measure of Daily Parenting Stress
for Parents of Young Children. Child Psychiatry and
Human Development, 48(2), 245-261
Hedrih, Vladimir. (2019). Adapting Psychological Tests and
Measurement Instruments for Cross-Cultural Research:
An Introduction. London: Routledge
Kreutzer, Ralf T. (2023). Practice-Oriented Marketing:
Basics – Instruments – Case Studies. Heidelberg,
Germany: Springer

169
Lee, Chul-Joo., dan Jeon, Hye-Sun. (2021). Development
and Validation of a Quantitative Instrument to
Measure Attitudes Toward Wearable Healthcare
Devices. Journal of Medical Systems, 45(2), 1-10
Leedy, Paul D., dan Ormrod, Jeanne Ellis. (2021). Practical
Research: Planning and Design. Boston, MA: Pearson
Education Limited
Li, Li., Yang, Liqiong., dan Yang, Xiaoping. (2019).
Developing and Validating a Scale to Measure
Preschool Teachers' Intention to Use Educational
Technology. International Journal of Emerging
Technologies in Learning, 14(4), 89-103
Liew, Jeffrey M., Wang, Qinjun., dan Vaughn, Sherry S.
(2017). Development and Validation of a Math Interest
Inventory for Chinese Middle School Students. Journal
of Psychoeducational Assessment, 35(2), 161-176
MacBride, Tamsin B., Wallace, Ian M. J., dan Munro,
Kevin G. (2018). Development and Validation of a
Questionnaire to Measure Hearing Difficulties in
Adults. Ear and Hearing, 39(3), 573-581
McClure, Kelly S. (2020). Selecting and Describing Your
Research Instruments (Concise Guides to Conducting
Behavioral, Health, and Social Science Research).
Washington, DC: American Psychological Association
Ngaage, Denise D., Yang, Yifan., dan Taylor, Marion P.
(2019). A Systematic Review of Self-Efficacy Measures
and Their Psychometric Properties for the Promotion
of Physical Activity in Older Adults. Maturitas, 126(1),
27-44
Nizam, A.K. Mohd., Ahmad, H.H., dan Redzuan, M. (2015).
Development and Validation of a Science Process
Skills Test for Secondary School Students. Asia-Pacific
Forum on Science Learning and Teaching, 16(1), 1-21
Rzewuska, Magdalena., Owen, Alice., dan Anokye, Nana.
(2017). Development and Psychometric Properties of
the Diabetes Illness Representation Questionnaire:

170
Malaysian Version. Health and Quality of Life
Outcomes, 15(1), 1-8
Saha, Lawrence J., dan Onwuegbuzie, Anthony J. (2021).
Handbook of Research Methods in Education and the
Social Sciences. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, Inc.
Sergeeva, Elena Yu., Nikitina, Larisa M., dan Maksimov,
Evgeniy V. (2014). Development and Psychometric
Evaluation of the Russian Version of the Buss-Perry
Aggression Questionnaire. Psychological Assessment,
26(2), 597-602
Storch, Eric A., Mayes, Taryn L., dan Lewin, Adam B.
(2015). The Environmental Anxiety Scale:
Development and Psychometric Properties. Journal of
Clinical Psychology, 71(2), 121-130
Tiwari, Chetan., Koley, Munmun., dan Lata, Kusum.
(2018). Development and Validation of a Scale to
Measure Consumer Perception of Organic Foods in
India. Journal of Cleaner Production, 202(1), 572-582
Wang, Ke., et al. (2021). Development and Validation of a
Quantitative Measurement Instrument for
Organizational Climate of Health Care Workers in
China. Journal of Healthcare Engineering, 1(1), 1-11
Wardhana, Aditya, et al. (2022a). Menakar Ekonomi Di Era
Pandemi COVID-19 & New Nomal. Bandung: Media
Sains Indonesia.
Wardhana, Aditya, et al. (2022b). Metodologi Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi. Bandung: Media
Sains Indonesia.
Zareiyan, Armin., dan Danesh, Farshid. (2018).
Development and Validation of a Scale to Measure the
Factors Affecting Smart Phone Adoption in Mobile
Banking Services. Journal of Retailing and Consumer
Services, 41(1), 51-61
Zhang, Hua., et al. (2019). Development and Validation of
a Health Literacy Measurement Instrument for
Chinese Cancer Patients. BMC Public Health, 19(1), 1-
10

171
Zimmerman, Marc A., Tortolero, Susan R., dan Markham,
Christine M. (2016). Development and Validation of
Brief Scales to Measure Emotional Connectedness to
School and Classmates Among Early Adolescents.
Journal of School Health, 86(2), 110-119

172
Profil Penulis
Aditya Wardhana
Penulis merupakan dosen tetap Universitas
Telkom. Penulis menyelesaikan studi Sarjana
Ekonomi (SE) di Universitas Padjadjaran pada
tahun 1997 sebagai wisudawan terbaik.
Kemudian, menyelesaikan studi Magister Sains
(MSi) di Universitas Padjadjaran tahun 2003 dan Magister
Manajemen (MM) di Universitas Pasundan tahun 2012 sebagai
wisudawan terbaik. Saat ini penulis sedang melanjutkan studi
Doktor Ilmu Manajemen di prodi Manajemen Universitas
Pasundan. Penulis memiliki kepakaran di bidang manajemen
sumber daya manusia, manajemen pemasaran, dan manajemen
strategik. Penulis memiliki pengalaman praktisi di Citibank dan
di PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan meraih predikat the best
employee serta sebagai konsultan di beberapa BUMN seperti
Surveyor Indonesia, Badan Klasifikasi Kapal Indonesia,
Pertamina, BNI 46, PTPN VIII, Biofarma, Kementerian
Koordinator Perekonomian RI dan Kementerian Perhubungan.
Penulis juga aktif melakukan berbagai penelitian terindeks
Scopus dan Sinta dan telah menulis lebih dari 250 buku dalam
bidang bisnis. Penulis mendapatkan penghargaan sebagai
dosen dengan kinerja penelitian terbaik tahun 2022 dari
LLDIKTI Wilayah 4 Jawa Barat dan memiliki Sertifikasi Penulis
Buku Non-Fiksi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
RI.
Email Penulis: adityawardhana@telkomuniversity.ac.id

173
174
12
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Yuliana Dafroyati, SKep, Ns, M.Sc.


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kupang

Pendahuluan
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan
data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak
dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara,
pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain.
Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan
teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang
diteliti. Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya
merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen
yang telah ditentukan dan diuji validitas dan
reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data
diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan
peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai
fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai
dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya,
pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui
pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif
(Sugiyono, 2013).

Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data. Pengumpulan data adalah
pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau

175
keterangan atau karakteristik Sebagian atau seluruh
elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung
penelitian (Hasan, 2022) Untuk memperoleh data
dibutuhkan angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan
salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah
yang dihadapi atau yang diteliti (Dwi Anjani et al., 2021).
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik
pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga
benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas
data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian
dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas
instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan
dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang
telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu
dapat menghasilkan data yang valid atau reliabel, apabila
instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam
pengumpulan datanya. Untuk mengetahui bagaimana
teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif maka
akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya. Dalam
suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu
tahap yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil
penelitian yang akan dilaksanakan tersebut.
Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data
dalam satu penelitian, akan berakibat langsung terhadap
proses dan hasil suatu penelitian. Kegiatan pengumpulan
data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan
metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji
validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan
yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau
menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi
lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam
prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan

176
melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data
diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan
proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan
peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data
lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji
hipotesis (untuk penelitian kuantitatif). Dan data yang
dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji
hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan, karena data yang diperoleh akan dijadikan
landasan dalam mengambil kesimpulan, data yang
dikumpulkan haruslah data yang benar. Agar data yang
dikumpulkan baik dan benar, instrument pengumpulan
datanya pun harus baik.
Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh
metodologi penelitian, apakah kuantitatif atau kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan
data: observasi, focus group discussion (FGD), wawancara
mendalam (indent interview), dan studi kasus (case study).
Sedangkan dalam penelitian kuantitatif dikenal teknik
pengumpulan data: angket (questionnaire), wawancara,
dan dokumentasi.

Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai
setting dan berbagai sumber dan berbagai cara. Bila
dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada
setting alamiah (natural seting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai
responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data pada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau

177
teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner
(angket), observasi (Sugiyono, 2013)
1. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah Teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara
kepada responden, dan jawaban responden dicatat
atau direkam (Hasan, 2022). Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/ kecil. Sutrisno Hadi (1986)
mengemukakan bahwa hal penting yang perlu ketahui
oleh peneliti dalam melakukan wawancara:
a. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang
paling tahu tentang dirinya sendiri.
b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada
peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
c. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya
adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh
si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
dengan tatap muka maupun lewat telepon.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi

178
pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya. Dalam melakukan wawancara,
selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul
data juga dapat menggunakan alat bantu seperti
tape recorder, gambar, brosur dan material lain
yang dapat membantu pelaksanaan wawancara
berjalan dengan lancar (Ibnu, 1999) contoh
wawancara: (Arifin, 2020)
Bagaimanakah tanggapan Saudara/I terhadap
pelayanan yang ada di RS X?
1) Sangat bagus
2) Bagus
3) Tidak bagus
4) Sangat tidak bagus
Bagaimanakah tanggapan Saudara/i terhadap
pelayanan Administrasi di RS X?
1) Sangat bagus
2) Bagus
3) Tidak bagus
4) Sangat tidak bagus
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur merupakan teknik
wawancara dimana pewawancara tidak
menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isian
sebagai penuntun selama dalam proses
wawancara atau dengan kata lain wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan (Hasan, 2022).

179
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa
yang bisa diharapkan dari responden
mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket
yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2013):
a. Prinsip penulisan angket
1) Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud
disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan.
Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap
pertanyaan harus ada skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang diteliti.
2) Bahasa yang digunakan, bahasa yang
digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa
responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan
dalam angket dapat berupa terbuka atau
tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur
dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif dan negatif.
4) Pertanyaan tidak mendua
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Pertanyaan tidak menggiring, artinya
usahakan pertanyaan tidak menggiring pada
jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam
angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga akan membuat jenuh responden
dalam mengisi.

180
8) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam
angket, dimulai dari yang umum menuju ke
hal yang spesifik, atau dari yang mudah
menuju hal yang sulit.
3. Observasi
Dalam menggunakan observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapinya dengan format atau
blangko pengamatan sebagai instrumen
pertimbangan kemudian format yang disusun berisi
item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh
suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi
bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian
kepada skala bertingkat. Misalnya memperhatikan
reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat
reaksi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut
apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa
yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).

Teknik Pengumpulan Data Kualitatif


Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
yang utama adalah observasi partisipatif dan wawancara
mendalam, ditambah kajian dokumen, yang bertujuan
tidak hanya untuk menggali data, tetapi juga untuk
mengungkap makna yang terkandung dalam latar
penelitian. Dalam melakukan observasi partisipatif,
peneliti berperan aktif dalam kegiatan di lapang, sehingga
peneliti dengan mudah mengamati, karena berbaur
dengan yang diteliti. Penggunaan cheklist hanya sebagai
pelengkap, utamanya adalah membuat catatan lapangan
yang terdiri dari catatan deskriptif yang berisi gambaran
tempat, orang dan kegiatannya, termasuk pembicaraan
dan ekspresinya, serta catatan reflektif yang berisi
pendapat, gagasan dan kesimpulan sementara peneliti
beserta rencana berikutnya (Djaelani, 2013) Dalam
metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan
dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif,
yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3). dokumentasi, dan
4). diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Pada

181
pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-masing
teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di
sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh
setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing
teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa,
dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan
teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik
observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan.
Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi
yang diperoleh.
1. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi
untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya
jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian (Fadhallah, 2021). Dengan kemajuan
teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa
saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media
telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi
secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang
diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Dalam wawancara mendalam sebaiknya digunakan
wawancara terbuka yang dapat secara leluasa
menggali data selengkap mungkin dan sedalam
mungkin sehingga pemahaman peneliti terhadap
fenomena yang ada sesuai dengan pemahaman para
pelaku itu sendiri, jika perlu dibantu alat perekam.
FGD atau diskusi kelompok terarah dapat digunakan
untuk mengungkap data dan pemaknaannya dari
sekelompok orang berdasarkan hasil diskusi yang
terfokus atau terarah pada suatu permasalahan yang
akan diteliti. FGD merupakan bagian dari wawancara
kelompok, karena kebenaran data bukan lagi
subyektif individual, tetapi menjadi kebenaran
kelompok. Kajian dokumen dilakukan dengan cara

182
menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan,
manuskrip, file, foto dan hal-hal lain yang sudah
didokumentasikan. Keabsahan data dilakukan pada
saat pengumpulan data untuk menjaga agar hasil
penelitian tetap valid dan reliabel. Dengan cara
meningkatkan derajat kepercayaan, keteralihan,
kebergantungan dan kepastian. Analisis data
dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data
dilakukan (Djaelani, 2013). (Byrne, 2001)
menyarankan agar sebelum memilih wawancara
sebagai metoda pengumpulan data, peneliti harus
menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat
dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih sebagai
partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk
menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti
untuk memfasilitasi wawancara. (Hancock et al.,
2021) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan
dalam melakukan wawancara, yaitu:
a. The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi
lapangan penelitian yang sebenarnya untuk
membantu dalam merencanakan pengambilan
data. Hal-hal yang perlu diketahui untuk
menunjang pelaksanaan pengambilan data
meliputi tempat pengambilan data, waktu dan
lamanya wawancara, serta biaya yang
dibutuhkan.
b. The actors, mendapatkan data tentang
karakteristik calon partisipan. Di dalamnya
termasuk situasi yang lebih disukai partisipan,
kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan dan
sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
c. The events, menyusun protokol wawancara.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni:
1). wawancara mendalam (in-depth interview), di
mana peneliti menggali informasi secara
mendalam dengan cara terlibat langsung dengan
kehidupan informan dan bertanya jawab secara
bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan
sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan

183
dilakukan berkali-kali. 2). wawancara terarah
(guided interview) di mana peneliti menanyakan
kepada informan hal-hal yang telah disiapkan
sebelumnya. Berbeda dengan wawancara
mendalam, wawancara terarah memiliki
kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena
peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Sering terjadi
pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan
daftar pertanyaan yang diajukan daripada
bertatap muka dengan informan, sehingga
suasana terasa kaku (Fadhallah, 2021)
2. Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah
satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim
dalam metode penelitian kualitatif. Observasi
hakikatnya merupakan kegiatan dengan
menggunakan pancaindera, bisa penglihatan,
penciuman, pendengaran, untuk memperoleh
informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan
perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan
untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian
(Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).Bungin (2007:
115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi,
yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak
terstruktur, dan 3). observasi kelompok. Berikut
penjelasannya:
Observasi partisipasi adalah (participant observation)
adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan di mana peneliti
terlibat dalam keseharian informan. Observasi tidak
terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan. Observasi
kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh

184
sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang
diangkat menjadi objek penelitian.
3. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi
juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam
bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data
berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk
menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti
perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai
semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar
barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990)
4. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah
lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion),
yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh
sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari
diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti.
Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu
diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang
lebih objektif.

Kesimpulan
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik
pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga
benar-benar didapat data yang valid dan reliable. Kegiatan
pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan
dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan
yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau
menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi
lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam
prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan
melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data

185
diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan
proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai
setting dan berbagai sumber dan berbagai cara. Bila
dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada
setting alamiah (natural seting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai
responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data pada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau
teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner
(angket), observasi. Dalam metode penelitian kualitatif,
lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2).
observasi, 3). dokumentasi, dan 4). diskusi terfokus
(Focus Group Discussion). Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami. Sebelum
masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci,
perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang
harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan
mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk
memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus
masalah mana yang memerlukan teknik wawancara,
mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang
harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat
tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.

186
Daftar Pustaka
Arifin, Z. (2020). Metodologi penelitian pendidikan. Jurnal
Al-Hikmah, 1(1).
Byrne, B. M. (2001). Structural equation modeling with
AMOS, EQS, and LISREL: Comparative approaches to
testing for the factorial validity of a measuring
instrument. International Journal of Testing, 1(1), 55–
86.
Djaelani, A. R. (2013). Teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif. Majalah Ilmiah Pawiyatan, 20(1),
82–92.
Dwi Anjani, A., Devy Lestari Nurul Aulia, Mb., & dr
Suryanti, Mb. (2021). METODOLOGI PENELITIAN
KESEHATAN (2021st ed., Vol. 1).
Fadhallah, R. A. (2021). Wawancara. Unj Press.
Faisal, S. (1990). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan
aplikasi. Ya3.
Hancock, D. R., Algozzine, B., & Lim, J. H. (2021). Doing
case study research: A practical guide for beginning
researchers.
Hasan, I. (2022). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik
(Edisi kedua). Bumi Aksara.
Ibnu, H. (1999). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Kualitatif dalam Pendidikan Cet. II; Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan
pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.

187
Tentang Penulis
Yuliana Dafroyati, S.Kep., Ns., M.Sc.
Lahir di Damer 18 Februari 1972. Lulus
Akademi Keperawatan PEMDA Kupang tahun
1996, melanjutkan pendidikan Keperawatan di
Universitas Airlangga Surabaya dengan
perolehan gelar (S.Kep) tahun 2004 dan (Ns)
pada tahun 2005. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan di
Universitas Gadjah Mada dengan peminatan Maternal Perinatal,
lulus tahun 2010 dengan gelar (MSc). Saat ini sebagai Dosen
aktif di Jurusan Keperawatan Kupang. Semenjak menjadi
Dosen, Penulis menekuni bidang keperawatan maternitas dan
remaja. Penulis aktif melakukan penelitian, pengabdian
masyarakat dan publikasi karya ilmiah baik pada Jurnal
Nasional maupun Jurnal Internasional Bereputasi. Penulis
merupakan fasilitator pelayanan kesehatan peduli remaja
(PKPR). Bersama tim Dosen keperawatan maternitas penulis
telah menyusun Buku Panduan Praktik Klinik dan Pencapaian
Kompetensi keperawatan Maternitas II terbitan Forum Ilmu
Kesehatan (Forikes) dan Buku Praktik Profesi Ners Keperawatan
Maternitas terbitan Media Sains Indonesia. Harapannya semoga
buku-buku yang kami tulis bermanfaat bagi Dosen, Mahasiswa
kesehatan khususnya dan Masyarakat umum.

188
13
ANALISIS DATA KUANTITATIF
DAN KUALITATIF

Aliyah Fahmi S.Si., M.Si


Universitas Efarina

Pendahuluan
Kegiatan penelitian baik di bidang Kesehatan maupun di
bidang lainnya, seharusnya menggunakan prinsip-prinsip
metode ilmiah. Untuk memenuhi prinsip ilmiah tersebut,
terdapat tahapan kegiatan yang harus dilakukan salah
satunya adalah analisis. Analisis merupakan aktivitas
mengamati objek dengan cara menjelaskan komposisi
objek serta menyusun kembali komponen-komponennya
untuk dikaji atau dipelajari secara detail. (Syafitri, 2020).
Analisis merupakan hal terpenting di dalam proses
mengkaji data. Ketelitian dilakukan agar tujuan analisis
dapat tercapai.
Terkait dengan tujuan dari analisis data kuaantitatif dan
kualitatif, keduanya memiliki tujuan analisis antara lain:
1. Mengidentifikasi sejumlah data perolehan dari
populasi tertentu. Tujuannya agar suatu kesimpulan
untuk menetapkan kebijakan dan mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah,
2. Tetapkan tujuan tertentu secara spesifik. Tujuannya
agar data terkumpul untuk menunjukkan
pemahaman yang lebih spesifik dan lebih mudah
dipahami.
3. Menghubungkan sejumlah data perolehan dari
lingkungan tertentu. Tujuannya untuk menarik

189
kesimpulan dan mendapatkan pemahaman yang lebih
detail dari jumlah data yang diperoleh dari berbagai
sumber, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut,
4. Memilih langkah-langkah alternatif. Tujuannya untuk
mengatasi masalah berdasarkan kondisi dan
kebutuhan (Saputro, 2021)
Metode dalam melakukan analisis terhadap data sebelum
menarik kesimpulan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1. Analisis data kualitatif merupakan metode analisis
yang cenderung dimaknai derajat tinggi (high degree)
yang digunakan pada data kuantitatif melalui
wawancara dan observasi dengan menjawab
pertanyaan seperti apa, mengapa atau bagaimana.
2. Analisis data kuantitatif merupakan metode analisis
yang cenderung dimaknai dengan sejumlah bentuk
simbol angka atau bilangan. (Helaluddin, 2019)
Creswell (2013) menyebutkan terdapat tiga perbedaan
yang mendasar antara penelitian kuantitatif dan
kualitatif, yaitu:
1. Asumsi filosofis dasar yang dipakai;
2. Strategi atau metodologi penelitian yang digunakan,
misalnya desain eksperimen yang bersifat kuantitatif
atau desain studi lapangan yang bersifat kualitatif;
dan
3. Metode-metode spesifik penelitian yang digunakan,
misalnya dalam pengumpulan data apakah
menggunakan instrumen survey yang bersifat
kuantitatif atau menggunakan observasi lapangan
yang bersifat kualitatif.

Analisis Data Kuantitatif


Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang
sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
kausalitas hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian
kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan
model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis
yang berkaitan dengan suatu fenomena. Proses

190
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian
kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang
fundamental antara pengamatempiris dan ekspresi
matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan baik dalam ilmu
alam maupun ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga
sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan
sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari
pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering
dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk
membedakannya dengan penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah metode pengukuran data
kuantitatif dan statistika objektif melalui perhitungan
ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk
yang diminta menjawab sejumlah pertanyaan tentang
survei untuk menentukan frekuensi dan persentase
tanggapan penduduk tersebut.
Menurut Bryman terdapat 4 (empat) model dalam
menggabungkan penelitian dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif, yaitu:
1. Penelitian kualitatif digunakan untuk memfasilitasi
penelitian kuantitatif.
2. Penelitian kuantitatif digunakan untuk memfasilitasi
penelitian kualitatif
3. Kedua pendekatan diberikan bobot yang sama
5. Triangulasi
(Kominfo, 2011)
Penelitian menggunakan analisis data kuantitatif ini
dapat hanya dapat digunakan pada fenomena yang bisa
dikuantifikasi. Karakteristik penelitian kuantitatif antara
lain:
1. Melakukan pengumpulan dan analisis data numerik
2. Melakukan pengukuran terhadap masalah penelitian
(skala, jarak, frekuensi, dsb)
3. Lebih sulit dalam penyusunan proposal

191
4. Lebih detail dan terstruktur
5. Hasilnya lebih mudah digabungkan dan disajikan
secara statistik
(Heryana, 2019).

Ciri-Ciri Analisis Data Kuantitatif


Untuk bisa membedakan antara data yang satu dengan
yang lainnya, tentu saja praktisi data harus mengetahui
ciri-ciri setiap data. Ada beberapa ciri dari data
kuantitatif, yaitu:
1. Digunakan untuk mengukur satu atau lebih variabel
penelitian.
2. penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk
mengukur hubungan atau korelasi atau pengaruh
antara dua variabel atau lebih.
3. Teori dijadikan sebagai dasar untuk menemukan
konsep yang terdapat dalam teori tersebut, juga
sebagai dasar untuk menentukan variabel.
4. Menggunakan perspektif etik, yaitu data yang
dikumpulkan akan dibatasi dan ditentukan oleh
peneliti dalam hal pilihan indikator atau atribut
variabel, baik jumlah maupun jenisnya.
5. Menentukan jumlah sampel yang akan digunakan
dengan menggunakan persentase, rumus atau tabel
populasi-sampel agar sampel yang diambil dapat
merepresentasikan populasi.

Kelebihan Analisis Data Kuantitatif


Beberapa kelebihan dari analisis data kuantitatif
adalah data kuantitatif dapat diinterpretasikan dengan
analisis statistik. Ilmu statistik didasarkan pada prinsip-
prinsip matematika, sehingga pendekatan kuantitatif
dipandang sebagai objektif secara ilmiah, dan rasional.
Selain itu, kemungkinan perubahan perilaku dari objek
penelitian juga sangat sedikit jika dibandingkan analisis
data kualitatif.

192
Kekurangan Analisis Data Kuantitatif
Penelitian kuantitatif bisa tidak terjadi alami. Dalam
penelitian ini, setiap responden hanya bisa menjawab
pertanyaan secara singkat tanpa perlu menjelaskan
alasannya, sehingga peneliti tidak bisa melihat dari
kacamata yang berbeda. Selain itu, kurangnya
pengetahuan akan penerapan analisis statistik akan
sangat berbahaya dan bisa berdampak negatif terhadap
hasil analisis. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,
tidak jarang analisis ini akan memerlukan sampel yang
berukuran besar. Peneliti sangat jarang yang melakukan
pengamatan fenomena karena harus fokus pada
pengujian teori atau hipotesis daripada teori generasi
hipotesis sehingga bisa terjadi bias konfirmasi
(Nursyafitri, 2021).

Teknik Analisis Data Kuantitatif


Dalam teknik analisis data kuantitatif, biasanya
menggunakan 2 cara statistik yaitu statistik deskriptif dan
inferensial. Teknik analisis statistik deskriptif, merupakan
salah satu metode dalam menganalisis data dengan
menggambarkan data yang sudah dikumpulkan, tanpa
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
(generalisasi). Dalam teknik ini, akan diketahui nilai
variabel independen dan dependennya. Teknik analisis ini
akan memberi deskripsi awal untuk setiap variabel dalam
penelitian. Di mana pada gambaran data tersebut, setiap
variabelnya bisa dilihat dari nilai mean (rata-rata),
maksimum–minumum, dan standar deviasi. Biasanya,
metode analisis ini akan dipaparkan dalam bentuk:
1. Visual: diagram batang, diagram lingkaran, polygon,
kurva ogive, kurva Scatter maupun pie chart.
2. Tabel, distribusi frekuensi, tabulasi silang.
3. Ukuran tendensi sentral: mean (nilai rataan), median,
modus.
4. Ukuran letak: kuartil, desil, persentil.
5. Ukuran penyebaran data: standar deviasi, mean
deviasi, deviasi kuartil, varian, range dan lainnya.

193
Dalam metode ini, kamu sebagai peneliti hanya akan
memaparkan angka-angka hasil pengolahan instrumen
data, sehingga informasi yang disampaikan akan lebih
mudah dimengerti maknanya. Karena, metode ini hanya
berfungsi dalam hal pengelompokkan data, yaitu
mengklasifikasikan data variabel berdasar kelompoknya
agar lebih tertata dan mudah diinterpretasikan
maknanya.
Teknik analisis data secara statistik inferensial lebih
ditekankan pada proses generalisasi yang lebih luas
dalam wilayah populasi. Nantinya, kamu akan membuat
kesimpulan berdasarkan hasil penelitianmu, pada
sejumlah sampel terhadap populasi yang lebih besar.
Metode ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu untuk penelitian
korelasional dan komparasi (eksperimen). Analisis
korelasional lebih menekankan pada adanya pengaruh
atau hubungan antara 2 variabel atau lebih.
Ada beberapa teknik saat melakukan analisis data
(disertai analisis parametriknya), antara lain:
1. Korelasi: Bisa memilih korelasi nir jenjang, ganda,
semi parsial, parsial atau pun kanonik.
2. Komparasi: Menggunakan Uji t (dengan 2
kelompok komparasi), analisis varian atau yang lebih
dikenal dengan ANOVA, MANOVA (Multivariate
Analysis of Variance), ANCOVA (Analysis of
Covariance) maupun MANCOVA (Multivariate of
Covariance).
3. Regresi: Ada banyak pilihan seperti regresi
sederhana, ganda, model linier; non linier; polinomial,
logistik, patah, variabel dummy atau pun ganda
binary.
4. Univariat: Bisa memilih teknik univariat jika
penelitianmu terdiri dari satu variabel saja, terutama
untuk penelitian deskriptif.
5. Bivariat: Bisa menggunakannya untuk mengamati
adanya hubungan pada 2 variabel pokok, yaitu
variabel bebas dan terikat.

194
6. Multivariat: Prinsipnya hampir sama dengan
bivariat. Tetapi, variabel yang dianalisis lebih dari 2,
di mana variabel bebas memiliki sub-subnya. Bisa
memilih analisis faktor, jalur, deskriminan, konikal,
Principal Component, Cluster, hiloglinier, MANOVA
atau MANCOVA.
7. Multivariat Gen-2: Ada LISREL (Linier Structural
Relationship), PLS (Partial Least Square) dan AMOS
(Analysis of Moment Structure).
(Sugiono,.2009; Laili, 2020)
Contoh artikel yang terbit perihal analisis data kuantitatif
di bidang kesehatan adalah:
1. Coding untuk menganalisis data pada penelitian
kualitatif di bidang kesehatan. (Priharsari, D., &
Indah, R. 2021)
2. Analisis Kualitas Fisik Air Desa Cranggang Kecamatan
Dawe Kabupaten Kudus. (Caesar, D. L., & Prasetyo, E
(2017)
3. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun
Bawang Batak (Allium chinense G. Don) Terhadap
Streptococcus mutans dan Bacillus cereus Sebagai
Bakteri Gram Positif. (Fahmi, A. 2020).

Analisis Data Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses
dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat
untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil
penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran
landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan
penelitian kuatitatif. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir
pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang
digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti

195
bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Berbeda dengan kuantitatif, objek dalam penelitian
kualitatif umumnya berjumlah terbatas. Dalam penelitian
ini, peneliti ikut serta dalam peristiwa/kondisi yang
sedang diteliti. Untuk itu hasil dari penelitian ini
memerlukan kedalaman analisis dari peneliti. Selain itu,
hasil penelitian ini bersifat subjektif sehingga tidak dapat
digeneralisir. Secara umum, penelitian kualitatif
dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.
Melalui metode ini, peneliti akan menganalisis data yang
didapatkan dari lapangan dengan detail. Peneliti tidak
dapat meriset kondisi sosial yang diobservasi, karena
seluruh realitas yang terjadi merupakan kesatuan yang
terjadi secara alamiah. Hasil dari penelitian kualitatif juga
dapat memunculkan teori atau konsep baru, apabila hasil
penelitiannya bertentangan dengan teori dan konsep yang
sebelumnya dijadikan kajian dalam penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, identitas dan peran informan
serta informasi-informasi yang disampaikan menjadi hal-
hal yang berharga sehingga peneliti harus memiliki
tanggungjawab untuk memperlakukan identitas diri dan
informasi yang disampaikan oleh informan. Identitas dan
informasi tersebut dapat dibuka atau tertutup untuk
khalayak, tergantung dari kesepakatan antara peneliti
dan informan yang tertulis dalam formulir kesepakatan
(consent form). Peneliti boleh membuka identitas selama
informan sepakat dan peneliti juga harus menghargai
keputusan apabila informan ingin identitasnya dilindungi.
Dalam pengambilan data penelitian kualitatif, sebaiknya
peneliti mendapatkan izin baik secara tertulis ataupun
lisan sehingga penelitian tidak melanggar norma-norma
yang mungkin dianut oleh informan atau objek penelitian.
Ciri-ciri penelitian kualitatif dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Data yang dikumpulkan dalam kondisi asli atau
alamiah (natural setting).

196
2. Peneliti berperan sebagai alat penelitian, artinya:
peneliti merupakan alat utama pengumpul data/
sebagai pengamat wawancara.
3. Data sebisa mungkin dikumpulkan secara deskriptif,
yang kemudian dituliskan dalam bentuk laporan.
4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses
daripada hasil.
5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari
maknanya.
6. Menggunakan metode triangulasi metode atau
triangulasi data.
7. Mementingkan rincian kontekstual. (Kriyantono,
2006)

Model Analisis Data Kualitatif


1. Analisis Domain: Bergunan untuk mencari dan
memperoleh gambaran umum atau pengertian yang
bersifat secara menyeluruh. Contoh: Domain dalam
dunia seni mencakup: seni lukis, seni tari, seni ukir,
desain komunikasi visual. Cara Menganalisis: cara
menganalisis domain ialah dengan menggunakan
analisis semantis yang bersifat universal.
2. Analisis Taksonomi: Didasarkan pada fokus terhadap
salah satu domain (struktur internal domain) dan
pengumpulan hal-hal/elemen yang sama.
3. Analisis Komponensial: Analisis komponensial
menekankan pada kontras antar elemen dalam suatu
domain, hanya karakteristik-karakteristik yang
berbeda saja yang dicari. Contohnya adalah mencari
karakteristik yang berbeda diantara objek yang diteliti
dengan dimensi yang kontras seperti „tidak standar‟,
„semi standar‟, dan „standar‟.
4. Analisis Tema Kultural: Cara analisis ini adalah
dengan mencari benang merah yang ada yang
dikaitkan dengan nilai-nilai, orientasi nilai, nilai dasar

197
atau utama, premis, etos, pandangan dunia, dan
orientasi kognitif.
5. Analisis Komparasi Konstan (Grounded Theory
Research): Cara melakukan analisis ini dengan
mengumpulkan data untuk menyusun atau
menemukan suatu teori baru. Kemudian,
berkonsentrasi pada deskripsi yang rinci mengenai
sifat atau ciri dari data yang dikumpulkan untuk
menghasilkan pernyataan teoritis secara umum. Lalu,
membuat hipotesis jalinan hubungan antara gejala
yang ada, kemudian mengujinya dengan bagian data
yang lain. Didasarkan dari akumulasi data yang telah
dihipotesisikan, peneliti mengembangkan suatu teori
baru. (Sugiyono, 2009)
Penelitian dengan analisis data kualitatif menitikberatkan
kegiatan pada fenomena kualitatif, yaitu fenomena yang
berhubungan dengan atau di dalamnya terdapat kualitas,
atau sejenis kualitas. Penelitian kualitatif digunakan
untuk memperolah jawaban atau informasi mendalam
tentang pendapat, persepi, dan perasaan seseorang.

Karakteristik Metode Kualitatif


Karakteristik metode kualitatif dapat terbagi menjadi 3
elemen utama, yaitu desain, proses pengumpulan data,
dan analisis data.
1. Desain. Penelitian kualitatif bersifat naturalistik atau
sesuai dengan keadaan sebenarnya dilapangan,
sehingga peneliti harus terbuka dengan semua
fenomena yang mungkin akan muncul.
2. Proses Pengumpulan Data. Dalam proses
pengumpulan data, pengalaman peneliti akan
menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Karena pada
penelitian kualitatif, semakin mendalam
pengumpulan narasi atau wawancara yang dapat
dilakukan, maka akan semakin baik.
3. Analisis Data. Pada proses analisis data, riset
kualitatif akan melibatkan proses induktif, dimana
hasil pengamatan akan dijadikan dasar untuk

198
menemukan pola dan tema penelitian. Meskipun
begitu, karena keadaan sosial yang terbilang cukup
sensitif, peneliti mungkin akan menemukan
perubahan temuan jika keadaan di lapangan berubah.
(Anggito, 2018)

Kelebihan Metode Kualitatif


Beberapa kelebihan yang mungkin akan kamu temui
dalam metode kualitatif adalah sebagai berikut,
1. Bersifat lebih detail dan mendalam, mengingat
penelitian ini berfokus pada kualitas.
2. Hasil penelitian dapat menggambarkan pandangan
realistis terhadap dunia sosial yang telah dialami oleh
narasumber, dimana hal ini tidak bisa diukur secara
numerik.
3. Proses pengumpulan data bersifat fleksibel sesuai
keadaan di lapangan.
4. Interaksi dilakukan dengan bahasa yang digunakan
narasumber sehari-hari, karena semakin dengan
dengan narasumber, maka akan semakin mendalam
proses pengumpulan datanya.

Kekurangan Metode Kualitatif


Selain memiliki kelebihan, penelitian ini juga memiliki
kekurangan antara lain:
1. Penelitian ini lebih banyak menggunakan subjektif
para narasumber yang berisiko kuat mengurangi
objektivitas hasil penelitian.
2. Karakter peneliti akan mempengaruhi hasil
penelitian, bisa jadi ketika bertemu dengan peneliti
lain dengan karakter yang berbeda, hasilnya akan
berbeda. Itulah mengapa dibutuhkan pendekatan
terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian.
3. Desain penelitian sulit digunakan ulang untuk
penelitian yang sama di lokasi lain.

199
4. Sulit melakukan analisis hubungan sebab-akibat dari
sebuah fenomena sosial, mengingat ada banyak
penyebab yang memungkinan fenomena sosial terjadi.
5. Tidak begitu mampu untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian.
(Nursyafitri, 2021).

Teknik Analisis Data Kualitatif


Teknik analisis data yang digunakan dalam analisis
kualitatif memiliki empat tahap yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan langkah terakhir adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Langkah-langkah
tersebut sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis
data kualitatif. Reduksi data merupakan
penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang
tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data
tersebut dapat menghasilkan informasi yang
bermakna dan memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Banyaknya jumlah data dan
kompleksnya data, diperlukan analisis data melalui
tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan untuk
pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan
akhir.
2. Display Data
Display data atau penyajian data juga merupakan
tahap dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian
data merupakan kegiatan saat sekumpulan data
disusun secara sistematis dan mudah dipahami,
sehingga memberikan kemungkinan menghasilkan
kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif bisa
berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan),
matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Melalui
penyajian data tersebut, maka nantinya data akan
terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah dipahami.

200
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan
tahap akhir dalam teknik analisis data kualitatif yang
dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengacu
pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini
bertujuan untuk mencari makna data yang
dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan,
atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai
jawaban dari permasalahan yang ada.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan memungkinan mengalami perubahan
apabila tidak ditemukan bukti yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid, maka kesimpulan
yang dihasilkan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Verifikasi dimaksudkan agar penilaian tentang
kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam
konsep dasar analisis tersebut lebih tepat dan obyektif.
Salah satu cara dapat dilakukan adalah dengan Peer
debriefing (Rezkia, S., 2021). Contoh artikel yang terbit
perihal analisis data kualitatif di bidang kesehatan
adalah:
1. Studi Kualitatif Perilaku Masyarakat dalam
Pencegahan Malaria di Manokwari Barat, Papua
Barat, Indonesia (Province, et.al., 2020).
2. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dengan
Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Antang
Kota Makassar (Purnamasari, 2020).
3. Efektifitas Pelayanan Kesehatan Pada Masa Pandemi
Covid-19 Di Puskesmas Bangkala Kabupaten
Jeneponto (Bakhtiar, A.A., 2021).

201
Daftar Pustaka
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian
kualitatif. CV Jejak (Jejak Publisher).
Bakhtiar, A. A. (2021). Efektivitas Pelayanan Kesehatan
pada Masa Pandemi COVID-19 di Puskesmas
Bangkala Kabupaten Jeneponto (Doctoral
dissertation, Universitas Hasanuddin).
Caesar, D. L., & Prasetyo, E. (2017). Analisis Kualitas Fisik
Air Desa Cranggang Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus. JKM (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Cendekia
Utama, 5(1).
Creswell, J. (2013). Research Design: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran (A. Fawaid (Ed.);
3rd ed.). Pustaka Pelajar.
Fahmi, A. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Metanol Daun Bawang Batak (Allium chinense G. Don)
Terhadap Streptococcus mutans dan Bacillus cereus
Sebagai Bakteri Gram Positif. BIOLINK (Jurnal Biologi
Lingkungan Industri Kesehatan), 6(2), 138-145.
Helaluddin; Wijaya, Hengki (2019). Analisis Data
Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori & Praktik. Sekolah
Tinggi Theologia Jaffray. hlm. 10. ISBN
9786239051570.
Heryana, A. (2019). Buku Ajar Metodologi Penelitian pada
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: e-book tidak
dipublikasikan.
Kriyantono, Rachmat,. 2006. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Prenada
Kominfo (2011). "Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya”. Studi
Komunikasi dan Media.
Laili, (2020). Diakses dari
https://tambahpinter.com/teknik-analisis-
penelitian-kuantitatif. Diakses pada tanggal 17 Juni
2023

202
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan: Metode
Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Buku
Obor Saputro,
Nursyafitri, G. S (2021). Diakses dari
https://dqlab.id/metode-analisis-data-kualitatif-
karakteristik-kelebihan-dan-kekurangannya. Diakses
pada tanggal 17 Juni 2023.
Priharsari, D., & Indah, R. (2021). Coding untuk
menganalisis data pada penelitian kualitatif di bidang
kesehatan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 21(2).
Province, W. P. (2020). Studi Kualitatif Perilaku
Masyarakat dalam Pencegahan Malaria di Manokwari
Barat, Papua Barat, Indonesia. Jurnal Promkes: The
Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education, 8(2), 132-145.
Puput (2021). Pengertian Analisis Adalah Proses
Penguraian Data, Pahami Metode-Metodenya.
plus.kapanlagi.com. Diakses tanggal 9 Juni 2023
Rezkia, S., (2020). Diakses dari https://dqlab.id/data-
analisis-pahami-teknik-pengumpulan-data. Diakses
pada tanggal 17 Juni 2023
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Syafitri, Irmayani (2020). "Pengertian Analisis, Fungsi dan
Tujuan, Jenisnya Beserta Contoh Analisis".
nesabamedia.com. Diakses tanggal 10 Juni 2023

203
Profil Penulis
Aliyah Fahmi S.Si, M.Si
Ketertarikan penulis terhadap metode penelitian
di bidang kesehatan sejalan dengan studi
Penulis yang merupakan cabang dari Ilmu Kimia
yang merupakan ilmu dasar perkembangan
teknologi saat ini. Penulis memulai perkuliahan
pada program studi D3 Analis Kimia di Universitas Sumatera
Utara, yang dilanjutkan S1 Kimia pada tahun 2005 s/d 2007.
Penulis kemudian melanjutkan perkuliahan pada jenjang
magister di tahun 2014 s/d 2016 dan menjadi Dosen Kimia di
Universitas Efarina, Pematang Siantar. Penulis ditempatkan di
Fakultas Kesehatan, tepatnya di Program Studi D3 Analis
Kesehatan atau Analis Teknik Laboratorium Medik. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis didanai oleh LPDP
dan Kemenristek DIKTI. Selain menjadi Peneliti, Penulis juga
aktif menulis buku dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan negara Indonesia.
Email Penulis: aliyahfahmi0984@gmail.com

204
14
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
PENELITIAN KUANTITATIF
DAN KUALITATIF

Yuldensia Avelina, S.Kep., Ns., M.Kep.


Universitas Nusa Nipa Maumere

Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif


Pengertian Validitas
Validitas menurut arti kata itu sendiri “valid” yang artinya
tepat, akurat. Hal itu berarti bahwa apakah kuesioner
yang dihasilkan ini mampu memberikan data yang akurat
atau tidak. Validitas data merupakan sejauh mana
ketepatan sebuah instrumen penelitian dalam mengukur
sebuah variabel. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahan
suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila
dapat mengungkapkan variabel data yang diteliti secara
tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan
sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
variabel yang dimaksud (Nasution, 2011).
Validitas penelitian kuantitatif berakar pada pandangan
empirisme yang menekankan pada bukti, objektivitas,
kebenaran, deduksi, nalar, fakta dan data numerik. Alat
pengukuran yang umum dipakai ialah kuesioner dan tes.
Dalam konteks ini, alat ukur kuesioner tersebut perlu
disusun sedemikian rupa agar dapat dijadikan instrumen
yang tepat untuk mendapatkan, menemukan,
mendeskripsikan, mengeksplorasi, dan/ atau
membandingkan berbagai informasi, topik, dan variabel
penelitian (Budiastuti & Bandur, 2018).

205
Tujuan Validitas
Uji validitas bertujuan memastikan apakah item
instrumen (kuesioner) secara tepat dapat mengukur
setiap variabel penelitian. Kuesioner merupakan alat
ukur yang harus tepat menjelaskan maksud masing-
masing variabel. Diibaratkan seperti mengukur panjang
suatu benda, maka yang tepat digunakan adalah meteran.

Jenis-Jenis Validitas Penelitian Kuantitatif


Validitas isi (content validity)
Validitas isi berkaitan dengan apakah butir-butir
pernyataan (item-item) yang tersusun dalam kuesioner
atau tes sudah mencakup semua materi yang hendak
diukur sehingga diharapkan agar item-item tersebut
dapat mewakili seluruh landasan teoretis tentang topik
penelitian tersebut (Budiastuti & Bandur, 2018). Validitas
konten atau validitas isi fokus memberikan bukti pada
elemen-elemen yang ada pada alat ukur dan diproses
dengan analisis rasional. Validitas konten dinilai oleh ahli.
Saat alat ukur diuraikan dengan detail maka penilaian
akan semakin mudah dilakukan. Beberapa contoh elemen
yang dinilai dalam validitas konten adalah sebagai
berikut. 1) Definisi operasional variabel 2) Representasi
soal sesuai variabel yang akan diteliti 3) Jumlah soal 4)
Format jawaban 5) Skala pada instrumen 6) Penskoran 7)
Petunjuk pengisian instrumen 8) Waktu pengerjaan 9)
Populasi sampel 10) Tata bahasa 11) Tata letak penulisan
(format penulisan). Setelah melakukan uji validitas konten
kepada ahli, kemudian instrumen direvisi sesuai saran
dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara konten
tergantung dari ahli. Ahli bebas memberikan penilaian
apakah instrumen ini valid atau tidak. Indikator bahwa
suatu instrumen telah valid adalah ahli sudah menerima
instrumen, baik secara isi maupun formatnya, tanpa ada
perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih meminta
ada perbaikan, maka revisi masih perlu dilakukan hingga
ahli benar-benar menerima instrumen tanpa perbaikan
lagi (Fraenkel, Walen, & Hyun, 2012).

206
Validitas Kriteria Pembanding
(Criterion Related Validity)
Criterion validity berkaitan dengan apakah alat
pengukuran yang baru sudah tepat sesuai dengan
instrumen pengukuran lainnya yang dianggap sebagai
model atau telah dipakai secara luas dalam bidang ilmu
tertentu. Dalam konteks ini, peneliti perlu
membandingkan instrumen penelitian yang baru dengan
instrumen penelitian lainnya. Huck (2012) menjelaskan
bahwa Korelasi Pearson dipakai untuk melihat korelasi
kedua skor instrumen. Semakin besar nilai korelasi
Pearson (r) kedua instrumen, semakin tinggi tingkat
validitas instrumen tersebut (Budiastuti & Bandur, 2018).
Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen
yang telah dikembangkan dengan instrumen lain yang
dianggap sebanding dengan apa yang akan dinilai oleh
instrumen yang telah dikembangkan. Instrumen lain ini
disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas kriteria: 1)
Validitas Kriteria Prediktif dan 2) Validitas Kriteria
Bersamaan (Concurrent) (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
Perbedaan kedua uji validitas kriteria tersebut terletak
pada waktu pengujian instrumen dengan kriterianya. Jika
pengujian instrumen dan kriterianya dilakukan pada
waktu yang berbeda, maka disebut dengan validitas
kriteria prediktif, sedangkan jika pengujian instrumen
dengan kriterianya dilakukan pada waktu yang
bersamaan maka disebut dengan validitas kriteria
bersamaan (concurrent). Hasil dari uji instrumen dan
kriterianya kemudian dihubungkan dengan uji korelasi.
Nilai koefisien validitas berkisar antara +1,00 sampai -
1,00. Nilai koefisien +1,00 mengindikasikan bahwa
individu pada uji instrumen maupun uji kriteria, memiliki
hasil yang relatif sama, sedangan jika koefisien validitas
bernilai 0 mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan
antara instrumen dengan kriterianya. Semakin tinggi nilai
koefisien validitas suatu instrumen, maka semakin baik
instrumen tersebut.

207
Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas ini berkaitan dengan apakah alat penelitian yang
dipakai telah disusun berdasarkan kerangka (construct)
teoritis yang tepat dan relevan. Kuesioner yang memiliki
validitas konstruk tinggi selalu berdasarkan definisi atau
batasan para ahli tentang konsep tersebut, bukan pada
definisi kamus.
Validitas konstruk fokus pada sejauhmana alat ukur
menunjukkan hasil pengukuran yang sesuai dengan
definisinya. Definisi variabel harus jelas agar penilaian
validitas konstruk mudah. Definisi tersebut diturunkan
dari teori. Jika definisi telah berlandaskan teori yang
tepat, dan pertanyaan atau pernyataan item soal telah
sesuai, maka instrumen dinyatakan valid secara validitas
konstruk (Fraenkel, Walen, & Hyun, 2012).

Besar Sampel untuk Dilakukan Uji Validitas


Meyers, Gamst, Guarino, (2006) menunjukkan bahwa
ukuran sampel yang sesuai tergantung pada jumlah item
yang tersedia yaitu untuk 10 item diperlukan 200 sampel,
25 item diperlukan 250 sampel, 90 item dibutuhkan 400
sampel, dan seterusnya. Atau dibutuhkan minimal
sampel 5 – 10 x jumlah item yang digunakan. Atau, untuk
jumlah item kuesioner sebanyak 10, dapat menggunakan
minimal 50 responden sebagai ujicoba.

Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu
pengukuran. Reliabilitas menunjukkan apakah
pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika
instrumen digunakan kembali secara berulang. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu (Budiastuti & Bandur, 2018).

Tujuan Reliabilitas
Tujuan utama uji reliabilitas instrumen penelitian ialah
untuk mengukur konsistensi alat ukur yang digunakan
peneliti kuantitatif. Dalam konteks ini, peneliti hendak

208
mengetahui apakah terdapat ketepatan hasil pengukuran
pada sampel yang sama dalam waktu yang berbeda.
Sebuah instrumen penelitian, misalnya kuesioner
dinyatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat
menyediakan hasil skor yang konsisten pada setiap
pengukuran. Dengan demikian, alat pengukuran tersebut
(butir-butir pernyataan/pertanyaan) tetap menyediakan
hasil pengukuran yang konsisten dalam waktu yang
berbeda (Budiastuti & Bandur, 2018).

Cara Menentukan Tingkatan Uji Reliabilitas


Dua cara umum yang digunakan banyak peneliti untuk
menentukkan tingkatan reliabilitas dalam penelitian
kuantitatif: (1) Test-retest reliability dan (2) Tes konsistensi
internal (Internal consistency) (Budiastuti & Bandur,
2018). Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan beberapa
uji reliabilitas. Beberapa uji reliabilitas suatu instrumen
yang bisa digunakan antara lain test-retest, ekuivalen,
dan internal consistency. Internal consistency sendiri
memiliki beberapa teknik uji yang berbeda. Teknik uji
relibilitas internal consistency terdiri dari uji split half, KR
20, KR 21, dan Alfa Cronbach. Namun, setiap uji memiliki
kriteria instrumen seperti apa yang bisa diuji dengan
teknik tersebut (Yusup, 2018).
1. Test-retest
Pendekatan test-retest atau disebut juga pengukuran
ulang, metode tes ulang, reliabilitas ulang-uji, tes
ulang tes digunakan ketika seorang peneliti
melakukan tes pada sampel penelitian yang sama
dalam waktu yang berbeda. Semakin tinggi tingkat
korelasi pada tes pertama dan kedua, makin baik
reliabilitas skala pengukuran Anda. Sugiyono (2010)
meyakini test-retest reliability sebagai stability test,
sesungguhnya yang terjadi bukanlah sebuah
stabilitas yang permanen tetapi hanya bersifat
sementara karena situasi tes pertama dan kedua yang
berbeda (Budiastuti & Bandur, 2018).

209
Pengujian reliabilias dengan test-retest dilakukan
dengan cara mencobakan satu jenis instrumen
beberapa kali pada subjek (responden) yang sama.
Reliabilitas instrumen diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan percobaan
selanjutnya. Instrumen dinyatakan reliabel jika
koefisien korelasi positif dan signifikan. Korelasi
antara hasil uji pertama dengan hasil uji selanjutnya
diuji dengan korelasi Product Moment untuk mencari
koefisien korelasinya. Nilai t tabel yang digunakan
disesuaikan dengan signifikansi penelitian yang
digunakan. Signifikansi yang tersedia pada t tabel
antara lain 0,50; 0,25; 0,20; 0,05; 0,02; 0,01; dan
0,0005. Derajat kebebasan (dk) merupakan hasil
jumlah responden dikurangi dua (dk = n – 2).
Signifikansi korelasi antara dua instrumen termasuk
signifikan apabila t hitung > dari t tabel (t > tt)
(Sugiyono, 2014).
2. Tes konsistensi
Pengujian reliabilias dengan uji internal consistency,
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali
saja pada subjek penelitian. Pengujian ini dapat
dilakukan dengan teknik belah dua (split half) dari
Spearman Brown, KR 20, KR 21, atau dengan teknik
Alfa Cronbach. Hasil pengujian tersebut kemudian
dianalisis dengan teknik tertentu tergantung jenis
instrumennya.
a. Spearman Brown (Split Half)
Teknik split half dari Spearman-Brown dilakukan
pada instrumen yang memiliki satu jawaban
benar. Instrumen tersebut misalnya pilihan
ganda, mencocokkan, dan yang lainnya yang
hanya memiliki satu jawaban benar. Uji
reliabilitas menggunakan teknik spit half
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja pada subjek penelitian kemudian hasil
uji dibagi menjadi dua. Pembagian ini biasanya
didasarkan pada soal ganjil-genap. Pertama,
koefisien korelasi dari kumpulan soal ganjil

210
dengan soal genap dihitung menggunakan rumus.
Koefisien ini menggambarkan derajat kesamaan
hasil antara kedua belahan yang menggambarkan
konsistensi internal dari sebuah instrumen.
Kemudian, koefisien reliabilitas dihitung
menggunakan rumus yang dikenal dengan istilah
Spearman-Brown. Suatu instrumen dikatakan
reliabel saat nilai koefisien reliabilitas Spearman-
Brown lebih dari 0,70 (ri > 0,70). Jika nilai
koefisien reliabilitas Spearman-Brown kurang dari
0,70, maka jumlah soal ditambah dengan soal
yang sesuai dengan aslinya (Fraenkel, Walen, &
Hyun, 2012).
b. KR 20 dan KR 21
Teknik pengujian reliabilitas dengan uji internal
consistency yang selanjutnya dibahas adalah
teknik Kuder Richardson atau sering disingkat
KR. Instrumen yang dapat diuji reliabilitasnya
menggunakan KR adalah instrumen dengan satu
jawaban benar saja. Rumus KR yang sering
digunakan adalah KR 20 dan KR 21. Saat
instrumen tidak dapat dipastikan bahwa setiap
item soal memiliki tingkat kesulitan yang sama,
maka instrumen tersebut dianalisis reliabilitasnya
menggunakan rumus KR 20 (Fraenkel, Walen, &
Hyun, 2012).
c. Alfa Cronbach
Pengujian reliabilitas menggunakan uji Alfa
Cronbach dilakukan untuk instrumen yang
memiliki jawaban benar lebih dari 1 (Adamson &
Prion, 2013). Instrumen tersebut misalnya
instrumen berbentuk esai, angket, atau
kuesioner.
Menurut (Streiner, 2003) menyatakan bahwa
instrumen dikatakan reliabel jika koefisien
reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,70 (ri > 0,70)
dan (Streiner, 2003) menyatakan bahwa koefisien
reliabilitas Alfa Cronbach, tidak boleh lebih dari
0,90 (ri < 0,9).

211
Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach kurang
dari 0,70 (ri < 0,70), (Tavakol & Dennick, 2011)
menyarankan untuk merevisi atau
menghilangkan item soal yang memiliki korelasi
yang rendah. Cara mudah menentukan item soal
tersebut adalah dengan bantuan program di
komputer. Jika koefisien reliabilitas Alfa
Cronbach lebih dari 0,90 (ri > 0,90), mereka pun
memiliki saran. Mereka menyarankan untuk
mengurangi jumlah soal dengan kriteria soal yang
sama meskipun dalam bentuk kalimat yang
berbeda.
3. Equivalent
Pengujian reliabilias dengan uji equivalent dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen yang berbeda
tetapi ekuivalen (sebanding). Percobaan dilakukan
satu kali saja pada responden yang sama. Reliabilitas
instrumen diukur dari koefisien korelasi antara
percobaan instrumen satu dengan percobaan
instrumen yang lainnya. Instrumen dinyatakan
reliabel jika koefisien korelasi positif dan signifikan.
Pengujian koefisien korelasi dan signifikansinya
dilakukan seperti pada uji test-retest menggunakan
rumus korelasi Product Moment dan diuji
signifikansinya menggunakan r tabel atau uji t.

Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif


Pengertian Validitas Penelitian Kualitatif
(Mareceki, 2009) menjelaskan validitas sebagai ‘evaluation
of an extent to which the research evidence supports or
justifi es the interpretations and conclusions that are based
on it’. Dalam konsep ini, validitas dilihat sebagai evaluasi
untuk menentukan apakah interpretasi dan kesimpulan
penelitian didukung oleh bukti-bukti atau data yang ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas
dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan ketepatan
prosedur melakukan penelitian sehingga hasil penelitian
dan kesimpulan penelitian tersebut dapat dipercaya
sebagai suatu kebenaran umum.

212
Teknik Pencapaian Validitas
1. Kredibilitas (pencapaian validitas internal)
Kredibel berarti peneliti dipercaya telah
mengumpulkan data yang real di lapangan serta
menginterpretasi data autentik tersebut dengan
akurat. Berikut ini merupakan teknik-teknik yang
dapat kita lakukan untuk mencapai penelitian yang
kredibel baik pada tahap prosedur sebelum
pengumpulan data, selama pengumpulan data
maupun selama proses analisis data.
a. Triangulasi
Triangulasi terdiri atas (a) triangulasi teknik
pengumpulan data; (b) triangulasi sumber data;
(c) triangulasi teori; dan (d) triangulasi peneliti.
Berkaitan dengan triangulasi teknik
pengumpulan data, peneliti sebaiknya
menggabungkan tiga teknik pengumpulan data
yang telah diyakini mampu menghasilkan data
yang mendalam dan mendetail, yakni wawancara,
FGDs, dan observasi.
b. Feedbeck
Feedback sangat penting untuk mengurangi bias
personal peneliti. Untuk itu, peneliti kualitatif
perlu mendapatkan masukan dari orang-orang
yang familiar dengan masalah penelitian dan
orang-orang lain yang asing dengan masalah
penelitian tersebut. Masing-masing feedback yang
diberikan dari kedua kelompok tersebut tentu
berbeda, tetapi semua itu akan bernilai untuk
validitas penelitian.
c. Member check
Dalam konteks ini, peneliti kualitatif perlu
mendapatkan masukan dari orang-orang yang
telah diteliti. Masukan mereka sangat signifikan
untuk mengukur apakah analisis Anda sesuai
dengan harapan dan kenyataan yang mereka
alami. Dalam praktik, member check ini dapat

213
diperoleh peneliti dengan meminta informan kunci
penelitian untuk memberikan masukan terhadap
laporan penelitian yang telah dilakukan.
d. Perbandingan hasil penelitian
Studi-studi kualitatif yang berasal dari
lingkungan yang berbeda (multi-site studies) dan
kasus-kasus yang banyak (multi-case studies)
perlu dibandingkan untuk meningkatkan validitas
keutuhan studi tersebut. Fokus perbandingan
dapat dilihat pada apakah hasil yang sama
diperoleh dengan metode yang sama atau apakah
perbedaan metode yang digunakan menentukan
perbedaan hasil penelitian.
e. Pernyataan kesediaan informan
Dalam meningkatkan kredibilitas proses dan hasil
penelitian kualitatif, sangat penting bagi peneliti
untuk menyediakan format surat pernyataan
tersebut (consent form), peneliti harus
menyatakan beberapa kesepakatan yang
berkaitan dengan peran partisipan dalam
penelitian.
f. Memahami setting penelitian
Peneliti kualitatif disarankan perlu mengenal
setting penelitian dengan baik sebelum
melakukan penelitian sehingga proses
pengumpulan data dapat dilakukan dengan baik.
Karena itu, peneliti dituntut untuk melakukan
kontak awal dengan para informan kunci dalam
komunitas atau organisasi yang hendak diteliti..
g. “Thick description” berdasarkan rich data
’Thick and rich description’ mengacu pada proses
analisis data yang mendetail dan mendalam.
Proses analisis seperti ini hanya bisa dilakukan
jika peneliti memiliki informasi yang memadai
tentang masalah penelitian yang diteliti dan
dengan penggunaan multi-teknik, peneliti dapat
memiliki informasi dari berbagai sumber.

214
h. Pertanyaan Iteratif
Salah satu keahlian yang dituntut bagi seorang
peneliti kualitatif ialah kemampuannya
mengajukan pertanyaan-pertanyaan feedback
berdasarkan alur tema diskusi atau wawancara.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan untuk
mengkonfirmasi apa yang telah disampaikan
informan selama proses wawancara atau FGDs.
i. Kualifikasi dan pengalaman peneliti
Kredibilitas penelitian kualitatif juga dapat
ditentukan oleh latar belakang pendidikan,
kualifikasi, dan pengalaman peneliti dalam
melakukan penelitian. Dengan demikian, dalam
menentukan topik penelitian, peneliti perlu
memperhatikan apakah topik dan masalah
penelitian telah sesuai dengan kualifikasi dan
pengalaman peneliti.
j. Temuan yang beda dengan kajian literatur
Agar hasil analisis data memiliki validitas internal
yang baik, peneliti perlu juga mencantumkan
tema-tema utama yang muncul dari lapangan
penelitian, tetapi tidak sesuai dengan kajian
literatur atau kerangka teoretis.
2. Transferabilitas (validitas eksternal)
Transferabilitas berkaitan dengan sejauhmana hasil
analisis data penelitian dapat diaplikasikan pada
setting penelitian yang lain. Agar mencapai validitas
eksternal penelitian kualitatif, peneliti perlu secara
mendetail menjelaskan: (a) konteks
organisasi/komunitas yang diteliti (mengapa
organisasi tersebut dipilih dan berapa jumlah
organisasi yang terlibat); (b) persyaratan menjadi
informan penelitian (apa kriteria-kriteria utama
memilih informan penelitian); (c) jumlah partisipan
yang berpartisipasi; (d) alasan penggunaan metode
penelitian tertentu (mengapa tidak menggunakan
metode yang lain); (e) waktu yang dibutuhkan untuk

215
wawancara/FGDs/observasi; dan (f) waktu yang
dibutuhkan keseluruhan penelitian tersebut.

Reliabilitas Penelitian Kualitatif


Pengertian
Konsep reliabilitas dalam periode modern diartikan
sebagai konsistensi metode dan hasil penelitian. Suatu
penelitian kualitatif dikatakan reliabel jika hasil penelitian
tersebut dapat direplikasi oleh para peneliti lainnya.
Untuk menghasilkan penelitian kualitatif yang reliabel,
para peneliti kualitatif mendokumentasi catatan
lapangannya baik dalam bentuk jurnal harian (log book)
maupun catatan-catatan lapangan lainnya dalam bentuk
memo.

Teknik Pencapaian Reliabilitas Penelitian Kualitatif


1. Audit proses penelitian (Inquiry audit)
Konsistensi data dapat diperoleh dari hasil penilaian
terhadap data-data primer yang autentik, proses
reduksi data melalui koding tematik dan analitik serta
bukti hasil koding yang tersimpan dalam nodes.
2. Audit trail
Audit trail merupakan teknik yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk menunjukkan proses
pengumpulan dan analis data penelitian yang lengkap
dan mendetail serta dapat dibuat dalam bentuk grafik.
3. Review hasil analisis data
Dalam konteks penelitian yang dilakukan bersama-
sama dengan tim peneliti, kita dapat meminta kolega
peneliti untuk melakukan koding terhadap data yang
sama. Namun dalam konteks penelitian tunggal yang
hanya dilakukan oleh seorang peneliti, pencapaian
konsistensi hasil analisis data dapat diperoleh dengan
expert-review, yakni meminta ahli atau dosen
pembimbing untuk memberikan penilaian terhadap
hasil koding sesuai dengan tujuan penelitian.

216
Uji Reliabilitas Koding (Inter Coder Reliability)
Tujuan utama dari teknik pengujian reliabilitas koding
kualitatif (Inter-Coder Reliability/ ICR) ialah untuk
mengurangi bias subjektif dari peneliti. ICR dalam
penelitian kualitatif digunakan untuk menentukan
konsistensi hasil koding sehingga menutut adanya lebih
dari satu koder atau rater. Konsistensi koding tersebut
ditentukan berdasarkan tingkat persetujuan (agreement)
dua atau lebih koder. Secara khusus perlu dipahami
bahwa persetujuan dalam konteks ini berkaitan dengan
kesamaan kedua koder (peneliti) untuk menentukan
makna ungkapan informan kunci penelitian. Pemaknaan
terhadap informasi yang disampaikan oleh para informan
penelitian kualitatif merupakan suatu proses analitis yang
dilakukan peneliti. Proses ini menghasilkan tema-tema
dan subtema hasil analisis data yang disebut dengan
codes.
Pengujian reliabilitas koding penelitian kualitatif, kita
dapat melaporkan persentase persetujuan koding
dan/atau melaporkan hasil koefisien Cohen yang
ditemukan tahun 1960 (Campbell et al., 2013) yang
populer disebut Cohen’s kappa formula. Karena itu,
dipandang perlu untuk menjelaskan apa syarat atau
kriteria utama penggunaan ITR dan apa syarat utama
penggunaan koefisien kappa. Berkaitan dengan itu,
beberapa ahli (Campbell et al., 2013; Eccleston, Werneke,
Armon, Stephenson, & MacFaul, 2001) menentukan
kriteria bahwa jikacategory/subcatecories/codes bersifat
ekslusif, artinya satu informasi hanya ditempatkan
(dikoding) pada satu codes (kategori/sub-kategori), maka
uji Kappa lebih tepat digunakan. Namun jika satu
informasi dapat dikoding pada beberapa codes atau
dengan kata lain, beberapa codes dapat mengacu pada
satu informasi dari seorang informan kunci, maka ITR
wajib digunakan (mandatory).

217
Daftar Pustaka

Adamson, K. A., & Prion, S. (2013). Reliability: Measuring


internal consistency using cronbach's. Clinical
simulation in nursing, 179-180.
Bandur, A. (2016). Penelitian Kualitatif: Metodologi,
Desain, dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Budiastuti, D., & Bandur, A. (2018). Validitas dan
Reliabilitas Penelitian. DIlengkapi analisis dengan
NVIVO, SPSS, dan AMOS. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Fraenkel, J. L., Walen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How
to design and evaluate research in education (Eight
Edition ed.). New York: Mc Graw Hill.
Lewis, J. (2009). Redefining Qualitative Methods:
Believability in the fith moment. International Journal
of Qualitative Methods, 8(2), 1-13.
Mareceki, J. (2009). Dancing through Minefi elds: Toward a
Qualitative Stance in. (R. &. J. E. \ P. M. Camic, Ed.)
Washington DC: American Psychological Association.
Mertens, D. M. (2010). Research and Evaluation in
Education and Psychology: Integrating.
Miles, M. B. (2014). Qualitative Data Analysis. California:
SAGE Publications.
Nasution. (2011). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Streiner, D. L. (2003). Starting at beginning: an
introduction to coeficient alpha and internal
consistency. Journal of personaliti assesment, 80(1),
99-103.
Sugiyono. (2014). Statistika untuk penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Tavakol, M., & Dennick, R. (2011). Making Sense of
Cronbach's Alpha. International journal of medical
education, 53-55.

218
Yusup, F. (2018). Uji validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian kuantitatif. Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmu
Kependidikan, 7(1), 17-23.

219
Profil Penulis
Yuldensia Avelina, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Penulis lahir di Kewapante, 06 Desember 1986.
Lulus S1 pada Program Studi Sarjana Keperawatan
di Universitas Nusa Nipa Maumere-NTT pada
tahun 2009 kemudian melanjutkan Pendidikan
Profesi Ners pada institusi yang sama dan lulus
pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan
S2 pada Program Studi Magister Keperawatan Peminatan
Keperawatan Jiwa di Universitas Brawijaya Malang dan lulus tahun
2016.
Penulis saat ini adalah sebagai dosen tetap pada Program Studi
Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Nusa Nipa
Maumere NTT. Mata kuliah yang diampu saat ini adalah
keperawatan jiwa, ini merupakan fokus penulis baik dalam bidang
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Aktif dalam
publikasi karya ilmiah baik pada jurnal maupun seminar
keperawatan tingkat nasional dan internasional.
Penulis saat ini aktif dalam organisasi profesi perawat yakni
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tingkat Kabupaten
Sikka dengan masa bakti kepengurusan dari tahun 2019-2024.
Email Penulis: nersyoully@gmail.com

220
15
PENYUSUNAN PROPOSAL
PENELITIAN KUANTITATIF
DAN KUALITATIF

Nurbaety, S. SiT., M.KM.


Akademi Kebidanan Harapan Bunda Bima

Penelitian Kuantitatif
Pengertian Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang spesifikasinya adalah sitematis, terencana
dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuat
desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak
menuntut penggunaan angka, mulai pengumpulan data,
pengamanan terhadap data tersebut serta penampilan
dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan
akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik,
atau tampilan lainnya. Namun bukan berarti penelitian
kuantitatif bersih dari data yang bersifat informasi
kualitatif.

Penyusunan Proposal Penelitian Kuantitatif


Pengajuan Judul
Judul penelitian ilmiah umumnya mencerminkan isi dan
tujuan utama penelitian, dan juga menunjukkan metode
penelitian yang digunakan. Judul yang baik memuat
butir-butir item berikut:

221
1. Judul berbentuk pernyataan.
2. Memperlihatkan adanya hubungan dua variable atau
lebih berupa hubungan kolerasi/ hubungan kasual.
3. Adanya satuan analisis (populasi): kelompok tertentu
terhadap siapa inferensi/ generalisasi akan buat.
4. Adanya satuan pengamatan (sampel): kelompok dari
mana informasi diperoleh
Contoh judul:
Hubungan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pemberian MP-ASI dini dengan Kejadian Stunting.

Pengajuan Masalah (BAB I)


Biasanya Pengajuan masalah terdapat pada proposal
penelitian BAB I. Masalah dalam penelitian ini diartikan
sebagai penyimpangan atau kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan kenyataan. Selain itu, masalah juga
bersifat tidak terisolasi dengan faktor-faktor lainnya.
Secara kronologis dapat disimpulkan dengan lima
kegiatan dalam langkah, yaitu:
1. Latar Belakang Masalah
Pada bagian ini berisi tentang sejarah dan peristiwa-
peristiwa yang sedang terjadi pada suatu obyek
penelitian, tetapi dalam peristiwa itu, tampak ada
penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ada,
baik standar yang bersifat keilmuan ataupun aturan-
aturan. Oleh karena itu dalam latar belakang ini,
peneliti harus dapat menunjukkan adanya suatu
penyimpangan yang ditunjukkan dengan data dan
menuliskan mengapa hal ini perlu diteliti. Sehingga
menunjukkan adanya kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan kenyataan yang ada di lapangan.
2. Identifikasi Masalah
Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah
yang ada pada objek yang diteliti. Semua masalah
dalam objek, baik yang akan diteliti maupun yang
tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan.

222
Peneliti harus benar-benar menguasai masalah
dengan baik sehingga dapat mengumpulkan masalah
yang relevan dan terfokus pada yang dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan. Untuk dapat
mengidentifikasi masalah dengan baik, maka penelti
perlu melakukan studi pendahuluan ke objek yang
diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke
berbagai sumber sehingga semua permasalahan
dapat diidentifikasi.
3. Pembatasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga,
teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan
secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah
yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu
peneliti memberi batasan dimana akan dilakukan
penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta
bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel
lain.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka
selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian.
Setelah masalah yang akan diteliti ditemukan
(variabel apa saja yang akan diteliti, dan bagaimana
hubungan variabel satu dengan yang lain), dan
supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka
masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan
secara spesifik. Pertimbangan dalam memilih masalah
penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan
untuk diteliti meliputi:
a. Masalah masih baru
“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut
belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang
lain dan topik masih hangat di masyarakat,
sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan,
sebelum menentukan masalah, peneliti harus
banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian
maupun media elektronik tentang penelitian
terkini.

223
b. Aktual
Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut
benar-benar terjadi di masyarakat. Sebagai
contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan
meneliti tentang masalah gangguan konsep diri
pada pasien yang telah mengalami hemodialise
berulang, maka sebelumnya peneliti tersebut
harus melakukan survey dan memang
menemukan masalah tersebut, meskipun tidak
pada semua pasien.
c. Praktis
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai
nilai praktis, artinya hasil penelitian harus
bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan
suatu pemborosan atau penghamburan sumber
daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.
d. Memadai
Masalah penelitian harus dibatasi ruang
lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak
terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan
memberikan hasil yang kurang jelas dan
menghamburkan sumber daya, sebaliknya
masalah penelitian yang terlalu sempit akan
memberikan hasil yang kurang berbobot.
e. Sesuai dengan kemampuan peneliti
Seseorang yang akan melakukan penelitian harus
mempunyai kemampuan penelitian dan
kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika
tidak, hasil penelitiannya kurang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah
(akademis) maupun praktis.
f. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
Masalah-masalah yang bertentangan dengan
kebijaksanaan pemerintah, undang-undang
ataupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti,
karena akan banyak menemukan hambatan
dalam pelaksanaan penelitiannya nanti.

224
g. Ada yang mendukung
Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga
sejak awal sudah dipertimbangkan darimana asal
biaya tersebut akan diperoleh.
Rumusan masalah yang baik adalah yang
mempertanyakan adanya hubungan antara dua
variable atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan.
5. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari
tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat
tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab secara
akurat maka sekarang manfaatnya apa. Manfaat hasil
penelitian ada dua hal menurut yaitu:
a. Manfaat untuk mengembangkan ilmu/ manfaat
teoritis.
b. Manfaat praktis, yaitu membantu memecahkan
dan mengantisipasi masalah yang ada pada obyek
yang diteliti.

Kajian Pustaka (BAB II)


1. Deskripsi Teori
Deskripsi teori adalah teori-teori yang relevan yang
dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel
yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi
jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan (hipotesis), dan penyusunan instrumen
penelitian. Teori-teori yang digunakan bukan sekedar
pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi
teori yang betul-betul telah teruji kebenarannya
secara empiris.
Di sini juga diperlukan dukungan hasil-hasil
penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada
kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Jumlah
teori yang dikemukakan tergantung pada variabel
yang diteliti. Kalau variabel yang diteliti ada lima,
maka jumlah teori yang dikemukakan juga ada lima.

225
2. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka berpikir dalam suatu
penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih.
Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel
atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan
peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis
untuk masing- masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.

Gambar 15.1 Kerangka Pemikiran


3. Hipotesis Penelitian
Jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang
memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang
permasalahan kita, maka hipotesis merupakan
kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti,
tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji
kebenarannya. Hipotesis merupakan sesuatu di mana
penelitian kita arah-pandangkan ke sana, sehingga
ada yang menuntut kegiatan kita.

Metode Penelitian (BAB III)


Dalam penyusunan proposal kuantitatif pada Bab III
terdiri dari beberapa item penunjang yaitu:
1. Tujuan Penelitian
Strategi mengatur latar penelitian agar peneliti
memperoleh data yang valid yang sesuai sesuai
dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.
Dalam penelitian experimental, rancangan penelitian
yang dipilih adalah yang paling memungkinkan
peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain
yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-
variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian

226
dalam penelitian experimental selalu mengacu pada
hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian
nonexperimental, bahasa dalam sub bab rancangan
penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian
yang akan dilakukan ditinjau dari tujuan dan
sifatnya.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Dimana lokasi penelitian tersebut dilakukan harus
dijelaskan sedemikian rupa sehingga pembaca
mendapatkan gambaran dan mengenal lokasi
penelitian itu dilaksanakan. Tempat dalam penelitian
ini adalah di mana si peneliti akan mengambil sampel
untuk penelitian. Kalau waktu penelitian berisikan
kapan si peneliti akan melakukan penelitian dan
selama berapa bulan.
3. Metode Penelitian
Metode atau cara mengadakan penelitian seperti
halnya: ekperimen atau non eksperimen. Tetapi di
samping itu juga menunjukkan jenis atau tipe
penelitian yang akan diambil, dipandang dari segi
tujuan misalnya eksploratif, deskriptif atau historis.
Masih ada lagi pandangan dari subjek penelitiannya,
misalnya populasi atau kasus. Termasuk didalamnya
metode penarikan sampel, model penelitian yang akan
digunakan.
4. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang
diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian serta menganalisis data. Dalam judul yang
kita berikan terdapat desain atau rancangan
penelitian menggunakan desain eksperimen Random
Two Group Posttest Only Design.
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, dapat
berupa manusia, wilayah geografis, waktu, organisasi,
kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar,
majalah dan sebagainya.

227
Sedangkan sampel adalah sebahagian dari jumlah
atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representative (mewakili).
Berapa banyak sampel itu hingga bisa dikatakan
representative terhadap populasinya, besarnya
sampel tergantung pada beberapa hal, yaitu: (1) tipe
sampel yang digunakan (sempel sederhana, berstrata,
berjenjang, dan lain-lain (2) spesifikasi hipotesisnya
(3) persentasi kemungkinan salah yang diterima, dan
(4) biaya (dalam arti waktu dan uang).
6. Teknik Pengumpulan Data
Yang diperlukan di sini adalah teknik pengumpulan
data mana yang paling tepat, sehingga betul-betul
didapat data yang valid dan reliabel. Tidak semua
metode pengumulan data (angket, observasi,
wawancara) diicantumkan kalau sekiranya tidak
dapat dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dari
mencantumkan ke tiga metode pengumpulan data itu
adalah: setiap metode pengumpulan data yang
dicantumkan harus disertai datanya. Memang untuk
mendapatkan data yang lengkap dan obyektif
penggunaan berbagai metode sangat diperlukan,
tetapi bila satu metode di pandang mencukupi maka
metode yang lain bila digunakan akan menjadi tidak
efisien.
7. Instrumen Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengukur suatu gejala
akan menggunakan instrumen penelitian. Jumlah
instrumen yang akan digunakan tergantung pada
variabel yang diteliti. Bila variabel yang diteliti
jumlahnya lima, maka akan menggunakan lima
instrumen. Dalam hal ini perlu dikemukakan
instrumen apa saja yang akan digunakan untuk
penelitian, skala pengukuran yang ada pada setiap

228
jenis instrumen, prosedur pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen.
8. Teknik Analisis Data
Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif,
maka analisis data penelitian ini berkenaan dengan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan
pengujian hipotesis yang diajukan. Bentuk hipotesis
mana yang diajukan, akan menentukan teknik
statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat
rancangan, maka analisis data penelitian ini telah
ditentukan. Bila peneliti tidak membuat hipotesis,
maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu
dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan masalah itu
dijawab, maka sulit membuat generalisasi, sehingga
kesimpulan yang dihasilkan hanya dapat berlaku
untuk sampel yang digunakan, tidak dapat berlaku
untuk populasi.

Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif adalah study yang meneliti kualitas
hubungan, aktivitas, situasi, atau berbagai material.
Penelitian Kualitatif lebih menekankan pada deskriptif
holistik, yang menjelaskan secara detail tentang kegiatan
atau siatuasi apa yang sedang berlangsung daripada
membandingkan efek perlakuan tertentu, atau
menjelaskan tentang sikap atau perilaku orang.

Penyusunan Proposal Penelitian Kualitatif


1. Pengajuan judul
Penelitian kualitatif yang telah dirumuskan masih
bersifat sementara. Judul penelitian kualitatif tentu
saja tidak harus mencerminkan permasalahan dan
variable yang teliti, tetapi pada usaha untuk
mengungkapkan fenomena dalam situasi social
secara luas dan mendalam, serta menemukan
hipotesis dan teori.

229
2. BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang masalah perlu
dikemukakan gambaran keadaan yang sedang
terjadi, selanjutnya dikaitkan dengan peraturan/
kebijakan, perencanaan, tujuan, teori,
pengalaman, sehingga terlihat adanya
kesenjangan yang merupakan masalah, dan
masalah ini perlu dikemukakan dalam bentuk
data.
Bagian latar belakang menggambarkan secara
utuh dan menyatu tentang: tema sentral masalah
yang dikaji, mekanisme proses timbulnya
masalah tersebut, motivasi yang mendasari
dilakukan penelitian dan harapan yang
diinginkan dari pelaksanaan penelitian. Tema
sentral masalah menjadi kajian dalam penelitian
bersifat kondisional atau situasional yang
didalamnya terdapat tantangan, tuntutan dan
kesempatan. Sehubungan dengan hal itu tidak
jarang dalam pengungkapan tema sentral
masalah penelitian diungkapkan terlebih dahulu
fenomena atau gejala yang dihadapi serta
akibatnya. Kehangatan, aktualitas serta relevansi
perlu menjadi bahan pertimbangan.
Mekanisme timbulnya masalah yang
diungkapkan dalam latar belakang masalah juga
memaparkan proses terjadinya masalah dari awal
sampai dewasa ini yang belum tersentuh secara
lengkap dan utuh dalam suatu bidang ilmu
sehingga menjadi masalah dalam kehidupan
manusia.
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini merupakan panduan awal
bagi peneliti untuk penjelajahan pada objek yang
diteliti. Pokok permasalahan atau focus penelitian
ditentukan dengan memilih pokok permasalahan
(focus penelitian) yang diungkapkan pada awalnya

230
sangat umum dan berlanjut kepada uraian yang
lebih bersifat spesifik.
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terkait dengan rumusan
masalah yaitu untuk mengetahui segala sesuatu
setelah rumusan masalah itu terjawab melalui
pengumpulan data. Tujuan penelitian merupakan
sasaran hasil yang ingin di capai dalam penelitian
ini sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.
Tujuan penelitian dirumuskan secara utuh dan
berorientasi kepada pertanyaan-pertanyaan
dalam permasalahan (fokus penelitian).
d. Manfaat penelitian
Untuk penelitian manfaat kualitatif penelitian
lebih bersifat teoritis, yaitu pengembangan ilmu,
namun juga tidak menolak manfaat praktisnya
untuk memecahkan masalah. Kegunaan
penelitian ditujukan untuk pengembangan ilmu
dan berguna dalam pelaksanaan pembangunan.
Melalui paparan ini dapat disimpulkan bahwa
permasalahan yang diteliti layak dilaksanakan
dan fungsional secara ilmiah dan praktis.
3. BAB II Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis
dan referensi lain yang terkait dengan nilai, budaya,
norma yang berkembang pada situasi social yang
diteliti.dan ada tiga terkait teori yang digunakan
sebagai landasan penelitian yaitu: relevansi,
kemutahiran dan kaslian.
Terdapat tiga kriteria teori yang digunakan sebaga
landasan dalam penelitian, yaitu relevansi,
kemutakhiran, dan keaslian. Relevansi berarti teori
yang dikemukakan sesuai dengan permasalahn yang
diteliti. Kalau yang diteliti masalah kepemimpinan,
maka teori yang dikemukakan berkenan dengan
kepemimpinan, bukan teori sikap atau, otivasi.
Kemutakhiran berarti terkait dengan kebaruan teori
atau referensi yang digunakan. Pada umumnya

231
refernsi yang sudah lebih dari lima tahun diterbitkan
dianggap kurang muktahir. Penggunaan jurnal atau
internet sebagai referensi untuk mengemukakan
landasan teori lebih diutamakan. Kaslian terkait
dengan keaslian sumber dalam mengemukakan teori.
Jangan sampai peneliti mengutip dari kutipan orang
lain dan sebaiknya dicari sumber aslinya.
Dalam landasan teori ini perlu dikemukakan definisi
setiap focus yang akan diteliti, ruang lingkup
keluasan serta kedalamannya. Dalam definisi setiap
focus perlu dikemukakan defines-definisi yang sejalan
maupun tidak sejalan.
Kajian teori bermanfaat sebagai pemandu agar focus
penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan. Di
samping itu landasan teori bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Peran landasan teori dalam penelitian kualitatif jauh
berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif berangkat dari teori ke data serta berakhir
pada penolkan atau penerimaan teori yang diajukan.
Sedangkan penelitian kualitatif peneliti bertolak dari
data, memanfaatkan teori sebagai bahan penjelas dan
berakhir dengan suatu teori.
4. BAB III Metode Penelitian
a. Metode penelitian
Bagian ini memaparkan tentang metode serta
Langkah-langkah penelitian secara operasional,
meliputi pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi
penelitian sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data, pengecekan keabsahan data,
serta tahap-tahap penelitian. Pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Orientasi
teoritik yang dapat digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah fenomenologis, interaksi
simbolik, kebudayaan, etnometodologis serta
hermeneutic. Jenis penelitian yang dapat
digunakan yaitu: etnografis, studi kasus,

232
grounded theory, interaktif, ekologis,
partisipatoris dan sebagainya.
b. Tempat penelitian
Dalam hal ini perlu dikemukakan tempat dimana
situasi social tersebut akan diteliti. Paparan
tentang lokasi penelitian menyangkut dengan
identifikasi karakteristik lokasi, alasan memilih
lokasi serta cara peneliti memasuki lokasi
tersebut.
c. Instrument penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrument adalah peneliti sendiri atau anggota
tim peneliti.
d. Sampel Sumber Data
Teknik pengumpulan data yang utama adalah
observasi partisipan, ringkasan mendalam, studi
kerugian dan gabungan keiga.
e. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data banyak dilakukan bersamaan
dengan pengumpulan data. Tahapannya adalah
tahap pertama memasuki lapangan dengan teknik
pengumpulan data, analisis datanya dengan
analisis domain.Tahap kedua adalah
menentukkan focus, teknik pengumpulan data
dengan minitour pernyataan, analisis data
dilakukan dengan analisis taksonomi.Selanjutnya
pada tahap pemilihan, pernyataan yang
digunakan adalah pernyataan structural, analisis
data dengan analisis kompensional kemudian
dilanjutkan dengan analisis tema.
f. Rencana pengujian keabsahan data
Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data,
uji dependabilitas data, data uji tranferbilitas dan
data uji kofirmabilitas. Namun yang utama adalah
uji kredibilitas data.

233
5. Organisasi penelitian dan jadwal penelitian
a. Organisasi
Organisasi penelitian perlu dikemukakan apabila
penelitian dilakukan oleh tim. Dalam organisasi
penelitian terdiri dari ketua tim peneliti, beberapa
anggota peneliti, pengumpul data, bendahara dan
tenaga administrasi.
b. Jadwal penelitian
Pada umunya penelitian kualitatif memerlukan
waktu yang relative lama antara 6 bulan sampai
24 bulan. Untuk itu perlu direncanakan jadwal
pelaksanaan penelitian.
6. Pembiayaan
Biaya merupakan hal yang sangan penting dalam
penelitian. Jumlah biaya yang diperlukan disesuaikan
dengan penelitian itu sendiri.

234
Daftar Pustaka
Chairunnissa, Connie. 2017. Metode Penelitian Ilmiah
Aplikasi dalam Pendidikan dan Sosial. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Hardani, Auliya H.N. Andriani H. Fardani, A.R. Ustiawaty
J. Utami F.E. Sukmana J.D. Istiqomah, R.R. 2020.
Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakatya:
Pustaka Ilmu.
Ibrahim, Theresia Kristianty. 2014. Penelitian Ilmiah
Konsep dan Implementasi (Pedoman untuk
membuat skripsi, tesis dan disertasi). Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Notoatmodjo, S.2002, Metodologi Penelitian Kesehatan,
Rineka Cipta, Jakarta
Lexy J. Moleong, M.A. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Sugiyono (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Penerbit Alfabeta, Bandung.

235
Profil Penulis
Nurbaety, S.SiT. M.K.M.
Lahir di Bima, 02 September 1986. Saat ini penulis
tinggal di Salama, Kota Bima, Nusa Tenggara
Barat. Pendidikan tinggi ditempuh mulai dari D-III
di Stikes Ngudi Waluyo Ungaran (lulus 2009),
melanjutkan D4 Pendidik di Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran (Lulus 2010). Penulis dipercaya untuk
menjadi dosen pengajar di DIII Kebidanan Harapan Bunda
Bima. Tahun 2018 penulis diberikan kesempatan untuk
melanjutkan ke jenjang S2 Kesehatan Masyarakat (KIA &
Kespro) di Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (lulus
tahun 2020).
Aktivitas penulis saat ini selain mengajar pada jenjang DIII
Kebidanan Harapan Bunda Bima adalah sebagai Wakil Direktur
II Bidang Administrasi Umum, Kepegawaian dan Keuangan
periode 2020-2025 di institut tersebut. Penulis juga
berkesempatan menjadi Pengawas Pusat Ujian Kompetensi
Bidan tahun 2020, dan aktif melakukan penelitian serta
pengandian kepada masyarakat. Selain melakukan penelitian
dan pengandian kepada masyarakat, penulis juga aktif menulis
buku dengan harapan dapat bermanfaat bagi generasi bangsa
yang positif di dunia kesehatan khususnya di bidang
kebidanan.
Email Penulis: bettygindi@gmail.com

236
16
TATA CARA PENULISAN
KUTIPAN/ REFERENSI

Meilin Anggreyni, S.Pd., M.Pd.


STIKes Bala Keselamatan Palu

Pendahuluan
Umumnya para penulis karya ilmiah membutuhkan
sumber atau pendapat para ahli sebagai penguat dari
argumennya dan menambah bobot keilmiahan sebuah
karya tulis, sehingga dibutuhkan kutipan dalam sebuah
karya tulis. Kutipan dapat dijadikan sebagai pendukung
argumentasi penulis terutama karya ilmiah yang harus
logis dan sesuai fakta, tidak asal-asalan maka perlu
gagasan-gagasan pendukung dari para ahli atau hasil
penelitian sebelumnya (Hermawan, 2019). Dalam menulis
teks akademik kutipan menjadi hal yang penting karena
kutipan diperlukan untuk memperkuat berbagai
argumen, landasan teori karya ilmiah, pandangan atau
acuan yang disampaikan oleh penulis.
Setelah mengambil kutipan milik orang lain, penulis wajib
untuk mencantumkan sumber informasi. Ghufron (2014)
menyatakan bahwa kutipan merupakan bukti pengakuan
penulis bahwa yang tertuang dalam suatu publikasi
adalah milik penulis lain. Hal ini juga berarti bahwa
kutipan dan daftar isi juga berguna untuk mencegah
terjadinya plagiarisme. Kutipan sangat penting dalam teks
akademik karena untuk merujuk informasi berupa
pendapat atau teori yang dikemukakan oleh para ahli.
Informasi itu bisa berupa data atau pendapat para ahli
yang digunakan untuk membantu penulis dalam

237
mengembangkan pokok masalah yang dibahas.
Memberikan petunjuk kepada pembaca yang ingin
mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang dibacanya
serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan
bidang studinya. Sebagai bentuk keterbukaan dan
kejujuran penulis mengenai sumber-sumber yang
dipergunakannya.

Pengertian Kutipan
Saat membaca buku, jurnal, novel dan lain sebagainya,
pasti pernah terlihat kutipan atau kalimat kutipan.
Kalimat kutipan ini biasanya diawali dengan tanda baca
kutip dan diakhiri dengan tanda baca kutip juga.
Kutipan ini biasanya disajikan di dalam sebuah materi.
Biasanya, akademisi menggunakan beberapa referensi di
dalam tulisannya dan tak jarang di dalam referensi
tersebut terdapat kalimat kutipan untuk menambah
keakuratan sebuah teori yang diambil dari referensi
tertentu. Secara umum, pengertian kutipan adalah
merupakan kalimat pinjaman dari seorang pengarang,
penulis terdahulu, atau seorang tokoh terkenal yang
terdapat atau dimuat di dalam buku, surat kabar,
majalah, dan lain sebagainya. Sementara itu, pengertian
dari kutipan juga dapat diartikan sebagai pengulangan
suatu kalimat terkenal yang ditandai dengan tanda
kutip.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pengertian kutipan adalah pengambilalihan satu kalimat
atau lebih dari sebuah karya tulisan lain yang dijadikan
tujuan ilustrasi untuk memperkuat atau memperkokoh
argumen yang terdapat di dalam tulisan itu sendiri.
Berdasarkan pengertian kutipan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), dapat diartikan bahwa
pengertian kutipan ini bisa ditulis oleh penulis atau
penulis dapat menulis ulang terhadap bahan bacaan
atau pustaka atau referensi yang sudah dibaca dan akan
dijadikan acuan dan harus dapat
dipertanggungjawaban. Oleh sebab itu, pengertian
kutipan ini memang harus ditulis secara valid dan harus

238
dapat dipertanggungjawabkan dalam kegiatan menulis
ulang tersebut. Pengertian kutipan biasanya dijadikan
sebagai acuan untuk menulis ringkasan atau ikhtisar
suatu karya tulis. Pengertian kutipan juga biasanya
merupakan serangkaian proses reproduksi penulis.
Di mana penulis dapat mengambil gambaran terhadap
bacaannya dan dapat memilih bahan bacaan yang bisa
digunakan di dalam karya ilmiahnya sebagai rujukan.
Pengertian kutipan yang ditulis oleh penulis dan dikutip
bisa diyakini dan dapat mendukung materi atau teori
dalam penyusunan karya ilmiah. Dengan demikian,
definisi atau pengertian kutipan secara umum adalah
suatu kegiatan menulis satu kalimat atau lebih dari
karya tulis lain yang kemudian harus dapat
dipertanggungjawabkan untuk tujuan memberikan
ilustrasi atau memperkuat argumen penulis dalam
menyusun penyusunan karya tulis atau karya
ilmiahnya.
Pengertian Kutipan Menurut Para Ahli:
1. Patilima.
Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat,
buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian
dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah
terdokumentasi.
2. Keraf
Kutipan adalah bagian dari suatu pernyataan
maupun pendapat yang telah terdokumentasi.
Pengertian kutipan dilakukan apabila penulis sudah
memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap.
Meskipun kutipan dari seseorang ahli itu
diperkenankan, namun bukan berarti bahwa
keseluruhan tulisan hanya berisi kutipan-kutipan.
Kutipan bisa dijadikan pilihan dan menjadi
berfungsi apabila pengertian kutipan hanya
diselipkan sebagai bahan bukti untuk dapat
menunjang pendapat penulis.

239
3. Hariwijaya dan Triton
Karena mengutip adalah pekerjaan yang
menunjukkan kredibilitas penulis, maka Hariwijaya
dan Triton mengungkapkan pengertian kutipan harus
dipelajari mengenai teknik pengutipan sesuai dengan
standar ilmiah. Jika diambil kesimpulan dari
pendapat para ahli di atas, maka pengertian dari
kutipan adalah suatu pernyataan yang ditulis
berdasarkan pendapat, buah pikiran, definisi,
rumusan, dan lain sebagainya yang telah
terdokumentasi sebelumnya. Pengertian kesimpulan
ditulis sebagai bahan untuk memperkuat argumen
atau teori dalam suatu karya ilmiah.
Meski demikian, karya ilmiah tidak boleh hanya
ditulis dari berbagai kutipan demi kutipan, tetapi
hanya bisa disisipi kutipan sebagai penguat dan
pelengkapnya, serta harus memuat materi dan teori
yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
4. Siregar & Nurliana.
Pengutipan dapat diartikan sebagai aktivitas yang
dilakukan penulis dengan menggunakan ide, gagasan,
konsep, teori, serta dokumen dari orang lain atau
sumber lain yang dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung.

Manfaat dan Tujuan Kutipan


1. Manfaat Penggunaan kutipan yaitu:
a. Untuk membuktikan kebenaran dari sebuah
pernyataan yang dibuat oleh penulis
b. Untuk memperlihatkan kepada pembaca materi
dan teori yang digunakan penulis
c. Untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap
bahan kutipan yang digunakan
d. Untuk menunjukkan bagian atau aspek topik
yang akan dibahas.

240
e. Untuk mencegah penggunaan dan pengakuan
bahan tulisan orang lain sebagai milik sendiri
(plagiat).
2. Tujuan Kutipan
Dalam tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis,
skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan.
Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam
sebuah karangan. Seorang penulis tidak perlu
membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang
sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain,
penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.
Dengan demikian kutipan memiliki tujuan sebagai:
landasan teori, penguat pendapat penulis, penjelasan
suatu uraian, dan bahan bukti untuk menunjang
pendapat itu.

Jenis-Jenis Kutipan
Secara umum kutipan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (Rinanti et
al., 2020). Di bawah ini akan dijelaskan mengenai
pengertian hingga contoh kutipan langsung dan kutipan
tidak langsung.
1. Kutipan Langsung
Pengertian kutipan langsung merupakan suatu
penggunaan kutipan yang dilakukan oleh penulis
dengan cara menulis kembali pendapat, pikiran, ide,
atau gagasan orang lain yang sama persis dengan
aslinya. Bisa juga dikatakan bahwa penulis
menggunakan teknik salin tempel atau copy
paste tanpa mengubah kalimat asli. Akan tetapi, ada
syarat yang harus dipenuhi saat menulis kutipan
langsung ini. Meski ditulis secara mirip atau bahkan
sama persis dan tidak diubah, kutipan langsung
tidak disebut plagiasi karena ditulis lengkap dengan
sumbernya. Ada beberapa ciri-ciri kutipan langsung,
yaitu tidak mengalami perubahan terhadap teks
yang dikutip, menggunakan titik tiga berspasi […]
jika terdapat bagian kata-kata dari kutipan yang
dihilangkan karena alasan tertentu, menambahkan

241
sumber kutipan menggunakan sistem APA, MLA,
atau sistem lainnya yang berlaku, kutipan ditulis
sesuai isi atau kandungan artinya, dan jika berbahasa
asing penulis menerjemahkan dengan bahasa sendiri.
Hal ini dilakukan karena teks aslinya memang tidak
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Cara Menulis Kutipan Langsung:


Berikut ini beberapa langkah kutipan langsung:
1. Jarak spasi
Beri jarak spasi selebar 2.5 spasi antara teks asli dan
teks kutipan. Cara ini bisa dipakai apabila kutipan
yang diambil berjumlah 4 baris atau lebih. Perlu
diperhatikan posisi teks kutipan harus berada di
bawah teks asli yang ditulis. Kutipan boleh ditulis
dengan menggunakan tanda petik ataupun tidak.
Selain itu di dalam teks asli perlu juga menuliskan
format nama penulis (tahun terbit: halaman buku).
Cara ini dilakukan bila kutipan yang diambil
berjumlah 4 baris atau lebih.
Contoh: Seorang mahasiswa aytau peneliti yang
hendak melakukan penelitian, mesti mengetahui
terlebih dahulu topik atau tema apa yang hendak
dibahas dalam penelitian yang dibuat. Menurut
Patilima (2013:17) menyatakan sejumlah cara yang
dapat dilakukan untuk menentukan sebuah topik
penelitian, yaitu: “Pada penentuan topik penelitian,
pusatkan perhatian dengan menggambarkan secara
ringkas (maind mapping), menyusun judul, dan
mempertimbangkan apakah topik tersebut dapat
diteliti. Mahasiswa atau peneliti dapat mengawali
dengan menyusun dua kata, misalnya “penelitian
mengenai…” tergantung kepada kita melanjutka
kalimat tersebut.”
2. Menyatukan teks asli dan kutipan
Cara ini dilakukan jika kutipan yang diambil hanya
berjumlah dua baris. Caranya juga sama dengan
sebelumnya. Nama penulis yang dikutip, tanggal dan

242
halaman buku yanf dikutip harus dicantumkan
sebelum kutipan. Contoh: Tombol navigasi sangat
penting bagi blog seseorang. Menurut Sya’ban
(2010:197), navigasi adalah “…tombol yang
digunakan oleh pembaca blog untuk memudahkan
mereka dalam mendapatkan berbagai informasi yang
ada pada blog Anda.”
3. Menghilangkan beberapa kutipan dengan
menggunakan tiga tanda titik atau elipsis (…)
Jika ingin mengutip hanya beberapa bagian kutipan
saja maka penggunaan tanda titik tiga atau elipsis
berperan. Tiga randa titik tersebut dapat dipakai di
awal, tengah dan akhir kutipan, tergantung bagian
kutipan mana yang akan dihilangkan. Contoh:
“Tombol navigasi ini biasanya berada di atas header
blog atau di bawah header blog…”
4. Menggunakan tanda titik untuk satu baris penuh
Untuk mempersingkat kutipan dapat menggunakan
tanda titik satu pada baris penuh. Cara ini dipakai
jika kutipan yang seharusnya dua baris, dikutip
menjadi satu baris saja. Adapun baris yang tidak
dikutip diganti dengan tanda titik-titik untuk
memenuhi baris yang kosong tersebut. Contoh:
“Pada penentuan topik penelitian, pusatkan
perhatian dengan menggambarkan secara ringkas
(maind mapping), menyusun judul, dan
mempertimbangkan apakah topik tersebut dapat
diteliti. Mahasiswa atau peneliti dapat mengawali
dengan menyusun dua kata, misalnya “penelitian
mengenai…” tergantung kepada kita melanjutkan
kalimat tersebut.”
……………………………………………………………………
…………………………………………………………….
5. Menyisipkan tanda kurawal [ ] atau tanda [sic!]
Kurawal bisa digunakan jika penulis ingin
menambahkan keterangan pada kutipan yang
dipakai. Sementaran tansa [sic!] dipakai jika ada

243
bagian kutipan yang salah, apakah itu salah secara
makna maupun secara penulisan.
Contoh: “Pada penentuan topik penelitian, pusatkan
perhatian dengan menggambarkan secara ringkas
(maind mapping) [sic!], menyusun judul, dan
mempertimbangkan apakah topik tersebut dapat
diteliti [atau tidak]. Mahasiswa atau peneliti dapat
mengawali dengan menyusun dua kata, misalnya
“penelitian mengenai…”[lalu, kalimat seterusnya
diteruskan] tergantung kepada kita melanjutkan
kalimat tersebut.”
2. Kutipan Tidak Langsung
Pengertian kutipan tidak langsung merupakan
penggunaan kutipan yang dilakukan oleh penulis
dengan cara mengambil pendapat, ide, atau gagasan
orang lain dan kemudian disampaikan dalam sebuah
karya tulis dengan kalimat penulis itu sendiri.
Artinya, penulis tidak menulis persis dengan tulisan
yang ia kutip, tetapi hanya merangkum dan
merangkai kalimat berdasarkan referensi yang
digunakan. Berikut ini adalah ciri-ciri kutipan tidak
langsung: mengalami perubahan kalimat pada teks
yang dikutip, tidak ada suatu perubahan ide pikiran
dari pendapat orang yang dikutip, disampaikan sesuai
pemahaman penulis terhadap teori yang dikutip dan
diawali dan diakhiri dengan tanda petik dua.
Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung
Berikut ini beberapa langkah kutipan tidak langsung:
1. Kutipan ditulis ulang dengan gaya bahasa sendiri
Kutipan tidak langsung merupakan kutipan yang
mengambil sebuah referensi yang ditulis oleh penulis
karya ilmiah menggunakan gaya bahasa sendiri
berdasarkan pemahamannya sendiri. Pada
penulisan yang telah ditulis ulang tersebut tidak
perlu diberi tanda kutip. Adapun kutipan yang telah
ditulis ulang tersebut tidak perlu diberi tanda kutip.
Contoh:

244
Tombol navigasi adalah tombol yang digunakan
oleh pembaca blog untuk memudahkan mereka
dalam mendapatkan berbagai informasi yang
ada pada blog Anda. (Teks Asli)
Tombol navigasi merupakan tombol yang
berfungsi untuk mempermudah pembaca dalam
mencari informasi yang dibutuhkan di dalam
sebuah blog. (teks kutipan tidak langsung).
2. Diakhiri dengan nomor kutipan dan tidak
menggunakan tanda petik
Di poin sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa
kutipan tidak langsung tidak perlu menggunakan
tanda petik di dalam kutipannya. Sebagai gantinya,
kutipan tidak langsung tersebut diganti dengan
nomor kutipan yang menerangkan sumber dari
kutipan tidak langsung tersebut.
Contoh: Tombol navigasi merupakan tombol yang
berfungsi untuk mempermudah pembaca dalam
mencari informasi yang dibutuhkan di dalam sebuah
blog¹. ¹Wahyu Sya’ban, Build Your Blogger XML
Template (Yogyakarta, Andi:2010), hlm 197.
3. Jarak spasi
Ada perbedaan mengutip kutipan yang kurang dari
4 baris dan lebih dari 4 baris. Jika menuliskan
kutipan lebih dari 4 baris bisa menggunakan jarak
spasi 2.5. jarak antar kutipan adalah satu spasi dan
tidak boleh dimiringkan. Kutipan boleh
menggunakan tanda petik atau tidak. Sumber
kutipan juga harus ditulis dengan format nama
penulis (tahun terbit: halaman buku)
Contoh: Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak dan
luas. Raymond Williams dalam Keywords (1976:97)
mengemukakan: “Penggunaan istilah kebudayaan
yang banyak dipakai dewasa ini. Pertama, mengenai
perkembangan intelektual, spiritual dan estetik
individu, kelompok atau masyarakat. Kedua,
menangkap sejumlah aktivitas intelektual dan

245
artistic serta produk-produknya (film, kesenian, dan
teater). Ketiga, mengenai seluruh cara hidup,
aktivitas, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang,
kelompok atau masyarakat”
Sementara jika mengutip kutipan kurang dari 4
baris maka kutipan harus ditulis dalam satu
paragraf. Kemudian bisa menggunakan tanda petik
(“…”) untuk membedakan kutipan dengan teks.
Untuk jarak dengan teks adalah 2 spasi sertakan
indentitas pengarang, tahun terbit, dan halaman.
Contoh: Kelompok adalah sekumpulan manusia
yang merupakan kesatuan dan memiliki identitas,
dimana identitas tersebut dapat berupa adat istiadat
dan sistem norma yang mengatur pola interaksi
masyarakat manusia yang hidup di dalam
masyarakat.
Selain itu pengertian kelompok menurut Homans
(1950:76) mengatakan bahwa “kelompok merupakan
sejumlah individu yang berkomunikasi satu dengan
lainnya dalam jangka waktu tertentu yang
jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga hal
tersebut memberikan kesempatan bagi semua
anggota untuk berkomunikasi secara langsung”.
4. Kutipan dengan beberapa pengarang
Dalam menuliskan beberapa kutipan memang harus
mencatumkan pengarang. Ada perbedaan dalam
pencantuman pengarang, apalagi jika lebih dari
satu. Jika menggunakan referensi yang ditulis
beberapa pengarang, maka kutipan ditulis dalam
format nama-nama pengarang, tahun terbit buku,
dan letak halaman yang ditulis dalam satu tanda
kurung.
Tanda titik koma (;) memisahkan setiap nama
pengarang. Contoh: …dalam pembangunan
ekonomi (Rahman, 1997:8; Anwar, 1979:10;
Wirawan, 1989:12). Lain halnya ketika mengutip
hanya dengan 2 Pengarang. Kutipan dengan format
nama akhir dari kedua pengarang.

246
Jika lebih dari dua, maka Anda bisa menggunakan
kata “dkk”.
Contoh: Kuisioner adalah suatu daftar yang berisi
rangkaian pertanyaan tentang suatu hal (Sumardjan
dan Koentjaraningrat, 1967:63). Dalam penulisan
nama pengarang perlu diperhatikan letak tulisan.
Kutipan dengan nama pengarang ditulis sesudah
kutipan. Untuk menuliskan kutipan tidak langsung,
buat kalimat pengantar yang sesuai dengan topik
kutipan yang diambil. Kemudian tulis nama akhir
pengarang, tahun terbit, titik dua dan nomor
halaman di dalam kurung. Contoh: Lebih tegas lagi,
dikatakan bahwa amoniak dikirimkan secara
kontinu untuk memenuhi keperluan PT. Petro Kimia,
dan diekspor ke Filipina, India, Thailand, Korsel, dan
Jepang (Subandi, 1987:40).

Cara Menulis Kutipan yang Pernah Dikutip


Mengutip tulisan yang sudah dikutip oleh orang lain, hal
tersebut dapat dilakukan yakni dengan cara
menyertakan nama pengarang aslinya kemudian diikuti
dengan kata “dalam”.
Contoh:
Hendry (dalam Budianto, 2005: 17) menjelaskan bahwa
manajemen merupakan suatu proses untuk melakukan
perencanaan dan pengontrolan sumber daya agar tujuan
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Pada contoh di atas, Hendry merupakan pengarang
kutipan asli yang pendapatnya dikutip oleh Budianto.

Cara Menulis Kutipan dari Internet


Sementara jika Anda ingin mengutip sebuah tulisan dari
internet sebenarnya caranya tidak jauh berbeda saat
Anda mengutip dari jurnal atau buku. Cukup tuliskan
sumber yang berupa nama pengarang diikuti dengan
tahun terbit artikel.
Lalu bagaimana dengan tautan dan judul artikel?

247
Untuk judul artikel, alamat/URL, dan waktu akses bisa
kamu cantumkan di dalam daftar pustaka saja.
Menulis kutipan dari internet bisa kita lihat pada contoh
artikel yang kami kutip pada halaman ini.
Contoh:
Sesuai arti kata fiksi yakni cerita rekaan, khayalan,
tidak berdasarkan kenyataan. Jadi buku fiksi adalah
sebuah karya yang dihasilkan oleh penulis berdasarkan
imajinasinya.
Isi dalam sebuah buku fiksi merupakan hasil imajinasi,
khayalan, atau rekaan. Yang berarti cerita yang
dibangun oleh penulis bersifat fiktif. Contoh buku fiksi
adalah buku kumpulan puisi, novel, buku antologi
cerpen, dan sebagainya (Salmaa Awwaabiin, 2021).

248
Daftar Pustaka
Ghufron, Syamsul. (2014). Artikel Ilmiah: Anatomi,
Bahasa, dan Kesalahannya. Edu-Kata, 1(1): 1-10.
Hariwijaya & Triton. (2011). Pedoman Penulisan Ilmiah
Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Oriza
Hermawan, Iwan. (2019). Teknik Menulis Karya Ilmiah
Berbasis Aplikasi dan Metodologi. Kuningan:
Hidayatul Quran.
Intan, Novia. (2021). Cara Menulis Kutipan Langsung dan
Tidak Langsung dari Buku, Jurnal dan Internet.
Diakses pada 10 Juni 2023,
dari https://penerbitdeepublish.com/kutipan-dalam-
buku-ajar/#Pengertian_Kutipan
Keraf, G. (2007). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Patilima, Hamid. (2013). Metode penelitian kualitatif.
Bandung: Elfabeta.
Rinanti, A., Fachrul, M. F., Hendrawan, D. I., & Septiani,
W. (2020). Pedoman-Penulisan-Sitasi.
Siregar, A. Z., & Nurliana, H. (2019). Strategi dan teknik
penulisan karya tulis ilmiah dan publikasi (1st ed.).
Penerbit Deepublish.
Wibowo, Wahyu. 2010. Tata Permainan Bahasa Karya
Tulis Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

249
Profil Penulis
Meilin Anggreyni, S.Pd.,M.Pd.
Penulis merupakan seorang akademisi. Ibu dari
satu anak ini lahir di Kota Palu, Provinsi Sulawesi
Tengah pada 10 Mei 1985. Menyelesaikan
pendidikan sarjana Pendidikan Bahasa Inggris di
Universitas Tadulako. Ketertarikan penulis
terhadap dunia pendidikan membuatnya memilih
untuk melanjutkan program magister di bidang
yang sama dan lulus pada tahun 2011. Satu tahun kemudian
tepatnya pada tahun 2012 menjadi dosen tetap di STIKes Bala
Keselamatan Palu hingga saat ini. Pengajaran, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat menjadi pintu baginya untuk
berkarya dalam pengembangan keilmuannya khususnya bagi
tenaga kesehatan yang Ia jalani dengan penuh loyalitas dan
kesungguhan sehingga pada tahun 2018 penulis menerima
sertifikat pendidik dan tunjangan sertifikasi dosen dari
pemerintah Indonesia. Untuk mewujudkan karir sebagai dosen
professional, penulis aktif sebagai peneliti dan penulis dibidang
pendidikan dan kesehatan dengan harapan dapat memberikan
kontribusi dan dedikasi bagi bangsa dan negara Indonesia yang
dicintai dan institusi tempat penulis melayani yaitu STIKes Bala
Keselamatan Palu yang sangat dibanggakannya.
Email Penulis: memeymadude@ymail.com

250
17
PENULISAN
LAPORAN PENELITIAN

Halimatussakdiyah Lubis, S.Tr.Keb., M.K.M


Universitas Nurul Hasanah Kutacane

Sistem Penulisan Laporan Penelitian


Sistematika penulisan penelitian kuantitatif dan kualitatif
akan dijelaskan disini, dan sistematika penulisan
penelitian kualitatif dan kuantitatif akan dijelaskan.
Mulai Bagian
Sistematika penulisan bagian awal proposal disertasi
untuk jenis penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut
(Penyusun T., 2016):
1. Halaman Sampul
Halaman sampul memuat judul studi, tujuan studi,
logo universitas, nama dan nomor mahasiswa, nama
proyek penelitian, nama staf, nama universitas, nama
kota, dan tahun studi.
a. Judul penelitian ditulis singkat, jelas, dan
konsisten dengan pertanyaan penelitian.
Disajikan dalam huruf kapital, berpusat di sekitar
12-15 kata. Jika judul yang panjang tidak dapat
dihindari, dapat ditulis dalam dua baris atau
sebagai subjudul.
b. menulis kata thesis
c. Tujuan penelitian proposal tesis atau tujuan
penulisan tesis

251
d. Aturan Baku Penggunaan Logo Universitas.
e. Nama Lengkap Mahasiswa adalah nama peneliti
atau mahasiswa yang menulis skripsi. Nama tidak
boleh disingkat dan tidak boleh mencantumkan
gelar beasiswa. Nomor siswa ditulis di bawah
nama siswa.
f. Tuliskan nama program studi, nama dosen, nama
universitas, nama kota, dan tahun pembuatan
proposal tesis. Semuanya diurutkan dalam
urutan menurun.
2. Halaman Judul
Isi halaman judul sama dengan halaman sampul.
Perbedaannya adalah penambahan nomor halaman
dalam huruf latin pada halaman judul.
3. Halaman Pengesahan Atau Pengesahan
Proposal disertasi dianggap sah dan dapat diajukan
diseminarkan jika ada halaman pengesahan yang
ditandatangani oleh Pembimbing I dan Pembimbing II
serta pimpinan program penelitian.
4. Daftar Isi
Halaman daftar isi digunakan untuk menggambarkan
keseluruhan isi proposal disertasi dan berfungsi
sebagai panduan bagi pembaca yang ingin merujuk
langsung ke bab atau subbab dengan nomor halaman.

Bagian Utama
Secara lengkap, rencana penelitian kualitatif dan
kuantitatif yang sama hanya memiliki 3 bab, yang
meliputi bab dan subbab berikut ini (Compiler T., 2013):
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat yang diharapkan.
a. Latar belakang, berisi penjelasan mengapa
pertanyaan tersebut memerlukan penelitian
(didukung dengan data referensi).
Mendeskripsikan letak masalah yang akan
252
dipelajari dalam konteks masalah yang lebih
spesifik. Uraian juga memuat orisinalitas
penelitian atau secara jelas menyatakan
perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti lain.
b. Rumusan Masalah, pertanyaan yang akan dikaji
akan dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau
pertanyaan yang harus dijawab dalam
pembelajaran.
c. Tujuan penelitian harus spesifik.
d. Manfaat Penelitian adalah manfaat (manfaat
praktis) bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan pembangunan negara bangsa.
2. Daftar Pustaka
Kajian pustaka memuat uraian secara sistematis
tentang hasil penelitian terdahulu dan relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Fakta-fakta yang
disebutkan diambil dari sumber aslinya. Semua
sumber yang digunakan harus disebutkan, termasuk
nama penulis dan tahun publikasi. Deskripsi dalam
tinjauan pustaka juga dapat mencakup dasar-dasar
teoretis, yang diartikulasikan oleh siswa dari tinjauan
pustaka dan disusun oleh siswa sendiri, sebagai
panduan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan
mengembangkan hipotesis.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian memuat uraian tentang; bahan
atau bahan penelitian, alat, prosedur pelaksanaan
penelitian atau metode kerja, variabel dan data yang
perlu dikumpulkan, serta analisis hasil. Metode
penelitian dapat disesuaikan dengan kebutuhan
sebagai berikut:
a. Waktu dan tempat belajar
Jenis Penelitian, yang menggambarkan jenis
penelitian yang dilakukan. (Sesuaikan dengan
bidang studi yang dijalani).

253
b. Material atau Bahan Kajian, merujuk pada bahan
yang digunakan dalam kajian, harus
mencantumkan sifat atau spesifikasi. Bagian ini
juga dapat berupa populasi atau sampel, tetapi
harus dengan jelas menyatakan besar populasi
dan sampel, bagaimana populasi dan sampel
ditentukan, dan syarat-syaratnya.
c. Alat atau Instrumen Penelitian, menggambarkan
peralatan atau instrumen yang digunakan untuk
melakukan penelitian. Uraian tentang alat atau
instrumen dan fungsinya harus diuraikan dengan
jelas.
d. Variabel (bila perlu) adalah hal-hal yang akan
dipelajari beserta data yang akan dikumpulkan.
Variabel dijelaskan dengan jelas, termasuk jenis
dan ruang lingkupnya.
e. Definisi operasional (bila perlu), yaitu
pendefinisian atau batasan variabel yang
didefinisikan.
f. Kriteria objektif atau indikator penelitian
menentukan besarnya variabel baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
g. Prosedur penelitian atau pengumpulan data,
memuat uraian yang cukup rinci tentang
bagaimana penelitian dan pengumpulan data
dilakukan.
h. Pengolahan data
Analisis data (hasil), meliputi deskripsi model dan
bagaimana hasil dianalisis. Jadwal kajian yang
menunjukkan tahapan kajian, rincian kegiatan
pada tiap tahapan, dan waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tiap tahapan. Proposal
penelitian dapat disajikan dalam bentuk matriks
atau deskriptif.

254
Bagian Akhir
Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi tentang kumpulan judul buku,
majalah, artikel, laporan atau bahan pustaka lainnya
seperti sumber yang diperoleh dari internet yang
digunakan sebagai acuan di dalam penulisan skripsi.
Daftar pustaka disusun menurut abjad yang berdasar
pada nama penuls, judul dan subjek karangan. Penulisan
daftar pustaka wajib mengacu pada APA (American
Psychological Association).
Penulisan pustaka mengikuti tata cara penulisannya
(Penyusun T. , 2013):
1. Buku: nama penulis, tahun terbit, judul buku (ditulis
miring), jilid, terbitan ke- (edisi), nama penerbit, kota
tempat penerbit.
2. Makalah atau artikel dalam jurnal atau majalah
ilmiah: nama penulis, tahun terbit, judul makalah
atau artikel, nama jurnal atau majalah ilmiah
singkatan resminya (ditulis miring), volume dan
nomor terbitan (keduanya ditulis tebal. Nomor ditulis
dalam tanda kurung setelah volume), halaman (jika
ada).
3. Makalah atau artikel dalam prosiding: nama penulis,
tahun terbit, judul makalah atau artikel, nama
prosiding (ditulis miring), tempat pertemuan, waktu
pelaksanaan pertemuan (tanggal, bula, dan tahun),
halaman.
4. Makalah atau artikel yang dipresentasikan dalam
workshop atau seminar: nama penulis, tahun
penulisan, judul tulisan (ditulis miring), nama
kegiatan (workshop atau seminar), tempat kegiatan,
waktu pelaksanaan kegiatan (tanggal, bulan, dan
tahun).
5. Makalah atau artikel internet (jurnal ilmiah online);
nama penulis, tahun penulisan, judul makalah atau
artikel, nama jurnal atau mjalah ilmiah dalam
singkatan resminya (ditulis miring), volume dan

255
nomor terbitan (keduanya ditulis tebal. Nomor ditulis
dalam tanda kurung setelah volume), halaman (jika
da), nama website, waktu akses (tanggal, bulan, dan
tahun).
6. Buku yang diterbitkan oleh instasi atau lembaga
tertentu tanpa ada nama penulis: nama lembaga yang
menerbitkan (dalam singkatan resminya), tahun
terbit, judul buku (ditulis miring), nama lembaga, kota
tempat lembaga tersebut.
7. Skripsi, tesis, atau disertasi: nama penulis, tahun,
judul skripsi, tesis atau disertasi (ditulis miring), nama
Perguruan Tinggi, tempat Perguruan Tinggi.
Pada masing-masing bidang ilmu memiliki sedikit
perbedaan satu sama lain dalam cara penulisan (misalnya
dalam penggunaan tanda baca), tetapi garis besarnya
tetap sama.

Lampiran
Lampiran adalah bagian skripsi yang merupakan
keterangan atau informasi tambahan yang dianggap perlu
untuk menunjang kelengkapan tulisan. Keterangan yang
dapat dilampirkan dalam skripsi misalnya kuesioner,
hasil uji coba, panduan wawancara, peta objek, gambar,
table, bagian yang mendukung bagian penyajian.

Daftar Riwayat Hidup


Riwayat hidup penulis ditulis dapat dalam bentuk butir
per butir maupun dalam bentuk essai padat yang antara
lain memuat nama, tempat dan tanggal lahir, data
orangtua penulis, riwayat pendidikan, pengalaman kerja
dan tanda penghargaan yang pernah diterima (Penyusun
T. , 2009).

Langkah-Langkah Penulisan Laporan Penelitian


Dalam kegiatan penulisan laporan penelitian terdapat
langkah atau tahan yang harus dilakukan oleh peneliti,
langkah-langkah penelitian tersebut adalah (Hermayulis,
2011):

256
1. Menetapkan masalah
Untuk menetapkan masalah diperlukan kepekaan
peneliti dalam mengamati fenomena-fenomena alam.
Masalah dalam penelitian, pada dasarnya tidak akan
muncul dengan sendirinya sehingga harus dicari oleh
peneliti meskipun kemampuan dan atau kepekaan
dalam menemukan masalah penelitian itu berbeda-
beda. Kemampuan dan kepekaan peneliti dalam
menemukan masalah penelitian dapat dilatih melalui
usaha secara aktif mengkaji informasi-informasi dari
berbagai sumber seperti membaca referensi, artikel
dari internet, mengikuti diskusi, seminar, work shop,
melakukan observasi lapangan, mengumpulkan
informasi dari lingkungan sekitar, dan sebagainya
(Nugrahani, 2014).
2. Studi pendahuluan
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan suatu masalah dapat dilaksanakan
penelitian ataukah tidak. Selain itu juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan informasi guna lebih
memperjelas dan mempertajam masalah yang akan
diteliti.
3. Merumuskan anggapan dasar
Fungsi dari anggapan dasar adalah sebagai landasan
bagi peneliti dalam mengungkap masalah yang
ditemukan, untuk itu anggapan dasar merupakan
suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang
berbentuk asumsi.
4. Menetapkan (masalah) pendekatan
Pendekatan dalam hal ini adalah metode atau cara
mengadakan penelitian seperti survey, eksperimental
atau studi kasus sangat memberikan manfaat dalam
menentukan variabel atau obyek yang akan diteliti
dan subyek atau sumber data penelitian.
5. Menentukan obyek dan subyek data penelitian
Dalam penentuan obyek dan subyek akan
memberikan manfaat untuk menetapkan alat yang

257
digunakan dalam mengumpulkan data. Obyek dan
subyek dapat ditentukan dengan menjawab
pertanyaan apa yang akan diteliti dan darimana data
dapat diperoleh.
6. Menetapkan dan menyusun instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
akan sangat tergantung kepada jenis dan sumber data
yang akan diteliti. Misalnya untuk mengetahui
tingkah laku siswa dalam kelas, maka tentunya data
dapat diperoleh dari guru yang mengajar dalam kelas.
7. Pengumpulan data
Pengumpulan data bukanlah merupakan suatu
kegiatan yang mudah. Kesalahan data yang
terkumpul hanya dapat diperbaiki dengan melakukan
pengumpulan data baru yang tepat. Hal ini akan
menjadi pemborosan waktu, biaya dan tenaga. Untuk
itu pengumpulan data hendaklah dilakukan dengan
sangat hati-hati dan benar, karena data merupakan
kunci penentu dalam sebuah penelitian.
8. Analisis data
Analisis data merupakan bagian terpenting dalam
penelitian, karena analisis data digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian. Proses analisis data
dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Data
yang beraneka ragam tersebut dibaca dengan cermat,
dipelajari, dan direduksi dengan jalan membuat
rangkuman inti (abstraksi). Setelah itu data disusun
sesuai tema-temanya, kemudian dilakukan
penafsiran untuk memperoleh temuan sementara
yang secara berulang-ulang perlu direduksi agar
mampu menjadi sebuah teori substantif (Nugrahani,
2014). Dalam hal ini menganalisis data dibutuhkan
ketekunan dan pemahaman terhadap jenis data yang
terkumpul, sehingga teknik pengolahan data yang
digunakan dapat disesuaikan.

258
9. Merumuskan kesimpulan
Kesimpulan dapat dirumuskan dari hasil analisis data
yang dicocokkan dengan hipotesis atau asumsi yang
telah dirumuskan.

Aturan Penulisan Laporan Penelitian


Laporan penelitian merupakan bentuk karya tulis ilmiah.
Dalam penulisan sebuah laporan penelitian tentu berbeda
ketika menulis cerita yang dituangkan dalam bentuk
novel atau lainnya. Penulisan laporan penelitian harus
mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam penulisan
karya ilmiah. Berikut adalah beberapa aturan penulisan
karya ilmiah menurut G.E.R Burrough(Penyusun, 2013):
1. Penulis laporan yang dalam hal ini adalah peneliti
harus mengetahui benar kepada siapa laporan
tersebut akan ditujukan
2. Penulis laporan harus menyadari bahwa pembaca
laporan tidak mengikuti serangkaian kegiatan dalam
proses penelitian. Namun dalam hal ini peneliti
mengajar orang lain untuk mencoba mengikuti apa
yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, langkah
demi langkah harus dikemukakan secara jelas
termasuk alasan-alasan mengapa hal tersebut
dilakukan.
3. Penulis harus menyadari bahwa latar belakang
pengetahuan, pengalaman, serta minat pembaca
tidaklah sama. Oleh sebab itu apabila peneliti
memahami betapa pentingnya penelitian itu
hendaknya laporan tersebut dikemukakan dengan
jelas letak dan kedudukan hasil penelitiannya dalam
konteks pengetahuan secara umum.
4. Laporan penelitian merupakan elemen penting dalam
proses kemajuan pengetahuan. Tidak semua yang
dikerjakan selama penelitian berlangsung dapat
dilaporkan. Oleh karena itu, dalam menulis laporan
penelitian yang terpenting adalah jelas dan
meyakinkan.

259
Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah Atau Penelitian
Kode etik adalah seperangkat norma yang perlu
diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Norma ini
berkaitan dengan pengutipan dan perujukan, perijinan
terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber
data atau informan. Dalam penulisan karya ilmiah,
penulis harus secara jujur menyebutkan rujukan
terhadap bahan atau pikiran yang diambil dari sumber
lain. Pemakaian bahan atau pikiran dari sumber atau
orang lain yang tidak disertai dengan rujukan
diidentikkan dengan pencurian.
Penulis karya ilmiah harus menghindarkan diri dari
tindak kecurangan yang berupa pengambilan tulisan atau
pemikiran orang lain yang diakui sebagai hasil tulisan
atau hasil pemikirannya sendiri. Oleh karena itu,
penulisan skripsi wajib membuat dan mencamtumkan
pernyataan dalam skripsinya bahwa karyanya itu
bukanmerupakan pengambil alihan atau plagiasi atas
tulisan atau pemikiran orang lain.
Dalam menulis karya ilmiah, rujuk-merujuk dan kutip-
mengutip merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari.
Kegiatan ini sangat dianjurkan, karena perujukan dan
pengutipan akan membantu perkembangan ilmu. Dalam
menggunakan bahan dari suatu sumber (misalnya
instrument, bagan, gambar, dan table), penulis wajib
meminta ijin kepada pemilik bahan tersebut. Permintaan
ijin dilakukan secara tertulis. Jika pemilik bahan tidak
dapat dijangkau, penulis harus menyebutkan sumbernya
dengan menjelaskan apakah bahan tersebut diambil
secara utuh, diambil sebagian, dimodifikasi, atau
dikembangkan (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2018).

260
Daftar Pustaka
Anggito, Albi & Johan Setiawan. (2018). Metodologi
Penelitian Kualitatif. CV. Jejak. Sukabumi.
Bachri, Bachtiar S. (2010). Meyakinkan Validitas Data
Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif.
Kurikulum Dan Teknologi.
Bungin, Burhan. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Kencana. Jakarta.
Chariri, A. (2009). Landasan filsafat dan metode penelitian
kualitatif.
Dasim M, Sarnawi. (2012). Implementasi Pendidikan
Karakter Dalam Pembelajaran Sains Di Sekolah
Dasar. Skripsi
Farida Nugrahani, Farida. (2014). Metode Penelitian
Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa.
Surakarta. Deepublish
Hamdi, Asep Saepul & Bahrarudin E. (2014). Metode
Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan. CV.
Budi Utama. Yogyakarta.
Hermayulis. (2011). Penulisan Laporan Hasil Penelitian.
Manzilati, Asfi. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif:
Paradigma, Metode dan Aplikasi. Universitas
Brawijaya Press (UB Press). Malang.
Penyusun. (2013). Menulis Laporan. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Rianse, Usman. & Abdi. (2012). Metodologi Penelitian
Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Alfabeta.
Bandung. Deepublish
Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif
(Qualitatif Research Approach). Deepublish
Silalahi, Ulber. (2015). Metode Penelitian Sosial Kuantitatif.
PT Refika Aditama. Bandung.
Tim Penyusun. (2009). Pedoman Penulisan Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

261
Tim Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Tim Penyusun. (2016). Pedoman Penulisan Skripsi.
Universitas Mulawarman.
Tim Penyusun. (2018). Panduan Penulisan Skripsi.
Universitas Jambi.
Unuja. (2018). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Universitas Nurul Jadid. Probolinggo
Wasmana. (2011). Penulisan Karya Ilmiah.
Yusuf, Muri. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif & Penelitian Gabungan. Kencana. Jakarta.

262
Profil Penulis
HalimatussakdiyahLubis, S.Tr.Keb., M.K.M
Lahir di Medan 10 Maret 1992. Menyelesaikan
pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan
di Akademi Kebidanan Helvetia Medan pada
tahun 2014, sedangkan Program Studi Diploma
IV Bidan Pendidik di STIKes Helvetia Medan pada
tahun 2015. Menyelesaikan program Pasca
sarjana (S2) pada peminatan Kesehatan Reproduksi (Kespro) di
Institusi Kesehatan Helvetia Medan pada tahun 2018. Selain
sebagai Dosen, penulis pernah menjabat sebagai Pudir III di
Akademi Kebidanan Kharisma Husada Binjai pada tahun 2018,
Dosen Pengajar di FKM UINSU Medan pada tahun 2019. Penulis
saat ini tercatat sebagai dosen tetap di Universitas Nurul
Hasanah Kutacane.

263
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai