Anda di halaman 1dari 5

Nama : Vanessa Wagiu

Prodi : PAK

MK : Psikologi

Dosen : Ir. Hostine Karundeng, M.Th, M.Pd

Upaya Peningkatan Kesehatan Spiritual

bagi Lansia Dalam Menghadapi Kematian

BAB I

PENDAHULUAN

Lansia meupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap orang.
Kenyataan saat ini setiap kali menyebut kata “Lansia” yang terbersit di benak kita adalah
seseorang yang tidak berdaya dan memiliki banyak keluhan kesehatan (Dodi Ahmad Kurtubi).
Gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia merupakan akibat dari proses alami karena
adanya penurunan beberapa fungsi dalam tubuh lansia itu sendiri. Masalah kesehatan yang
dapat muncul pada lanjut usia selain dari masalah kesehatan fisik adalah masalah pada
psikososial seperti kesepian, depresi, dan perasaan cemas menghadapi kematian (Elsa Annisa,
Herman, Yoga Pramana). Untuk itu diperlukan kebutuhan spiritual yang dapat membantu lansia
dalam mengurangi kecemasan, stress, dan depresi. Jika spiritualitas terpenuhi, maka itu
meningkatkan kualitas hidup lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

 Pengertian Lansia

Masa lanjut usia (lansia) atau menua merupakan tahap paling akhir dari siklus kehidupan
seseorang. World Health Organization (WHO) membagi masa lanjut usia menjadi empat
golongan, yaitu usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (1). Menurut
Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro lanjut usia (getriatric age) berkisar antara usia > 65 tahun
atau 70 tahun (2). Masa lanjut usia (getriatric age) itu sendiri dibagi menjadi 3 batasan umur,
yaitu young old (usia 70-75 tahun), old (usia 75-80 tahun), dan very old (usia > 80 tahun).
Sedangkan menurut Depkes RI lanjut usia digolongkan menjadi 2 yaitu, masa lansia awal (46-55
tahun) dan masa lansia akhir (56-65 tahun) (1). Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat
disimpulkan lansia merupakan seseorang yang berusia diatas 60 tahun (Ananda Ruth Naftali).

 Konsep Sehat

Definisi sehat menurut “World Health Organization” (WHO) merumuskan dalam cakupan yang
sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dari gambaran yang telah dijelaskan, maka
dapat disimpulkan bahwa sehat menurut WHO mengandung pengertian kondisi kesehatan
ideal, baik dari segi biologis, psikologis, dan sosial. Hal ini juga tentunya akan membuat
seseorang dapat melakukan aktivitas secara maksimal dan optimal. Pada awalnya, model
kesehatan hanya bersifat biomedis atau terbatas pada penyakit kesehatan secara fisik.
Kemudian pada tahun 1977 model kesehatan biomedis digantikan dengan biopsikososial yaitu
model kesehatan yang menggabungkan antara kesehatan fisik dengan psikologis serta sosial
(DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA, STATISTIK DAN PERSANDIAN KOTA PALANGKA RAYA)

Model kesehatan biopsikososial terdiri atas tiga aspek, yaitu biologis, sosial, dan psikologis.
Berikut komponen dari masing-masing aspek kesehatan dari model biopsikososial:
• Biologis. Contohnya fungsi genetik, biologis, dan fisiologis tubuh.

• Sosial. Contohnya gaya hidup, aktivitas, kondisi finansial, dan hubungan dengan orang lain.

• Psikologis. Contohnya spiritual, emosi, perasaan, dan pikiran (Dr. Ivan Sebastian).

 Konsep Spiritualitas

Spiritualitas dalam konteks perawatan kesehatan adalah bidang yang relatif baru namun
menjadi semakin penting. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah menunjukkan
bahwa keyakinan dan praktik agama dikaitkan dengan berbagai aspekkesehatan, seperti
kemampuan untuk mengatasi penyakit, pemulihan setelah dirawat di rumah sakit, dan sikap
positif dalam situasi yang sulit, termasuk kesehatan (Albers et al. 2010; Puchalski dkk.2009;
Phelps dkk.2009). Manfaat dari keyakinan spiritual seseorang untuk kesehatan mental dan
kesejahteraan memiliki konsekuensi fisiologis yang berdampak pada kesehatan fisik,
mempengaruhi risiko penyakit, dan mempengaruhi respons terhadap pengobatan (Fides A.,
2020). Meskipun perawatan spiritual selalu menjadi bagian dari domain keyakinan agama,
perspektif yang lebih kontemporer adalah bahwa perawatan spiritual merupakan bagian dari
jiwa manusia yang berkaitan dengan pemberian kasih sayang dan empati selama periode stress,
kesusahan, dan kecemasan yang meningkat dalam perawatan.

 Pengertian Kematian

Kematian merupakan sebuah kenyataan hidup yang harus dialami oleh setiap manusia siapapun
dia. Menghadapi kenyataan ini sadar atau tidak, kita sering merasa takut akan kenyataan akhir
hidup kita di dunia ini. Kematian lalu dipandang sebagai suatu kenyataan yang akan menghapus
segala keberadaan hidup manusia (Yustinus Hendro Wuarmanuk, S. Fils). Kematian sudah
merupakan hal yang pasti dan tidak diragukan lagi bagi kita kalangan manusia. Semenjak
kejatuhan pertama yang dilakukan manusia pertama. "IN this world nothing can be said to be
certain, except death and taxes" (Tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali kematian dan pajak),
tulis Benjamin Franklin dalam suratnya kepada Jean-Baptiste Le Roy pada tahun 1789.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual lansia adalah
dengan melibatkan peran keluarga sebagai orang terdekat, diharapkan keluarga mampu untuk
mencurahkan segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia, khususnya kesejahteraan spiritual
mereka. Kebutuhan spiritual pada usia lanjut adalah kebutuhan untuk memenuhi kenyamanan,
mempertahankan fungsi tubuh dan membantu untuk menghadapi kematian dengan tenang
dan damai. Dapat merubah cara pandang dari para lansia terhadap pengertian mengenai
kematian, pengalaman kehilangan, tempat yang diinginkan ketika menghadapi kematian, orang
yang akan mendampingi ketika kematian dan tempat yang dituju setelah kematian, merupakan
upaya kelak harus dilakukan, sedangkan ketidaksiapan lansia dalam menghadapi kematian
dipengaruhi oleh perbuatan yang dilakukan semasa lansia hidup maupun faktor keluarga
seperti masih ingin hidup lebih lama bersama keluarga.

BAB III

KESIMPULAN

Adanya kesiapan dan ketidaksiapan lansia dalam menghadapi kematian dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa kematian tidak dapat ditolak, perbuatan masa lalu yang dilakukan, dan
keinginan untuk terus bersama keluarga yang dicintai (Fitria1, Nandang Mulyana).
Ketidakpastiannya lansia dalam menghadapi kematian dipengaruhi oleh keadaan spiritualitas
dalam diri mereka sendiri. Yang dipengaruhi juga oleh kurangnya keintiman dalam keluarga dan
seharusnya bisa mendukung para lansia atau turut menolong para lansia ini agar dapat
meningkatkan spiritualitas yang sehat dalam kehidupan pribadi dari para lansia ini, sehingga
lansia akan punya kesiapan yang matang ketika akan menghadapi kematian

Daftar Pustaka

https://palangkaraya.go.id/definisi-sehat-menurut-world-health-organization-who-
merumuskan-dalam-cakupan-yang-sangat-luas-yaitu-keadaan-yang/
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/viewFile/
48010/75676589938

https://jurnal.unpad.ac.id/focus/article/download/34267/15793

Anda mungkin juga menyukai