Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : Teologi Pastoral

Dosen : Perobahan Nainggolan, M.Th

Tugas : Konseling Pastoral Kepada Lansia (Krisis Eksistensialis)

Oleh/Nim : Jesika Sinaga/191087, Micha Marpaung/1910091, Novtin


Sipayung/1910094, Roby Tumangger/1910102, Yosua Padang/1810054

I. Pendahuluan
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai  menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
            Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Secara umum orang lanjut usia dalam meniti
kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan
diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia
usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok
ini tidak mau menerima realitas yang ada.
 Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan
dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru,
saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka
lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan
orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai
perbedaan teori, namun para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan oleh faktor gen.

1
Individu usia lanjut umumnya memiliki sikap yang lemah, baik lemah
terhadap kondisi fisik maupun lemah menyesuaikan dengan lingkungannya. Yang perlu
digaris bawahi adalah meraih usia panjang tidak hanya persoalan untuk menjaga fisik pada
lansia, tetapi yang lebih penting adalah mental seseorang dalam menyikapi rentang
hidupnya. Seperti halnya usia lanjut disini mereka harus mampu menyikapi rentang
hidupnya dengan berusaha memahami keadaan yang ada pada dirinya.
Mencoba memberikan pelayanan yang tepat untuk lansia adalah salah satu cara
untuk membantu lansia agar dapat menerima keadaanya yang sesungguhnya ia jalani,
dengan begitu jika lansia dapat memahami dirinya maka ia akan berusaha untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, sosial, dan psikologis dengan tepat. Dengan
memperlakukan lansia sesuai keinginannya hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa
lansia perlahan-lahan akan lebih dapat menerima diri.
Dalam makalah ini peyaji akan menjelaskan Materi dengan judul konseling pastoral
kepada lansia (krisis ekstitensis).

II. Pembahasan
1.1. Pengertian Usia Lanjut (Lansia)
Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan
terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan
ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun
mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada
orang lain untuk menghidupi dirinya. Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.1 Selain itu Berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia, maka
yang dimaksud dengan lansia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas.2 Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia juga ditandai dengan kegagalan

1
https://books.google.co.id/books?
id=qN8hEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Konseling+pastoral&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Konseli
ng%20pastoral&f=false
2
Agus Setyo Utomo, Status Kesehatan Lansia Berdayaguna ( Surabaya: Media sahabat Cendikia, 2019) h. 29

2
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual.3

Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana
seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada
yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun.4
Proses menua menghadapkan kita pada kenyataan yang tidak dapat
dihindarkan, suatu tahap perkembangan hidup yang sulit diterima. Oleh karena itu
mempersiapkan untuk menghadapi usia lanjut itu sangat penting dan jangan
menjadikan orang kehilangan Semangat hidup karena merasa tidak berguna lagi,
gelisah karena tidak mempunyai tujuan hidup. Banyak lansia mulai kehilangan
rasa percaya diri karena sudah tidak bekerja lagi, bingung harus melakukan apa
jika tidak melakukan apa-apa dan menjadi beban bagi keluarga. Proses menua
menghadapkan kita pada kenyataan yang tidak dapat dihindarkan, suatu tahap
perkembangan hidup yang sulit diterima. Oleh karena itu mempersiapkan untuk
menghadapi usia lanjut itu sangat penting dan jangan menjadikan orang
kehilangan Semangat hidup karena merasa tidak berguna lagi, gelisah karena tidak
mempunyai tujuan hidup. Banyak lansia mulai kehilangan rasa percaya diri karena
sudah tidak bekerja lagi, bingung harus melakukan apa jika tidak melakukan apa-
apa dan menjadi beban bagi keluarga.5

2.1. Ciri-Ciri Masa Lanjut Usia (lansia)


Ciri-ciri masa lanjut usia
a) Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh
faktor fisik dan psikologis.

3
Ferry Efendi, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan Praktik dalam Keperawatan ( Jakarta: Salemba
Medika, 2009) h. 243
4
https://www.dosenpendidikan.co.id/lansia-adalah/
5
Hanna Santoso, Memahami Krisis Lanjut Usia, Uraian Medis & Pendagogis-Pastoral (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009) h. 7

3
b) Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini
sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya
sebagai hukuman.
c) Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap
orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah
melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang
yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat
sekitar.
d) Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok
yang lebih muda.
e) Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif
yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.

Kemandirian lansia dalam kemampuan aktifitas sehari-hari didefinisikan


sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi
kehidupannya sehari- hari dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal.6

2.2. Pengertian Krisis Eksistensial

Psikolog mendefinisikan krisis eksistensial sebagai titik balik di mana


Anda mulai mempertanyakan makna dan tujuan hidup secara lebih dalam. Ini
adalah momen ketika Anda merasa perlu menemukan makna atau tujuan dalam
hidup, dan sering disebut sebagai malam gelap bagi jiwa. Krisis eksistensial
dapat terjadi ketika Anda berada dalam segala jenis krisis, stres, atau
menghadapi keputusan yang sulit. Itu juga bisa terjadi pada saat teduh ketika
hidup tampak tidak berguna, atau Anda terputus dari orang lain di sekitar saat
Anda sedang berjuang untuk memahami tujuan hidup Anda sendiri. 7

Krisis eksistensial , juga dikenal sebagai ketakutan eksistensial , adalah

6
Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan
(Jakarta : Erlangga,1996) h. 380
7
https://m.merdeka.com/jatim/mengenal-krisis-eksistensial-dan-bagaimana-cara-mengatasinya- kln.html?page=2

4
momen ketika individu mempertanyakan apakah hidup mereka memiliki makna
, tujuan, atau nilai, dan dipengaruhi secara negatif oleh kontemplasi. Krisis-krisis
eksistensial yang menyangkut hakikat dan makna kehidupan itu sendiri.
Manusia modern mengalami kemampuan spritual, Krisis makna dan legitimasi
hidup, kehilangan visi untuk apa hidup, dan keterasingan (alineasi) terhadap
dirinya sendiri.8

Binswanger adalah terapis pertama yang menekankan sifat dasar


eksistensial dari tipe krisis yang dialami pasien dalam pengalaman terapi. Ia
yakin bahwa krisis dalam psikoterapi biasanya merupakan titik pilihan kritis.
Orang-orang eksistensial seperti Binswager tida lari dari sisi gelap kehidupan. 9

2.3. Jenis-jenis Krisis Eksistensial


1. Kebebasan dan Tanggung Jawab
Banyak orang mengira bahwa makna hidup yang paling hakiki adalah
kebebasan penuh. Namun kebebasan datang dengan tanggung jawab. Ketika Anda
secara mental menerima kebebasan untuk membuat pilihan, dalam kaitannya
dengan batasan agama dan moralitas tradisional Anda tidak bisa lagi
menyalahkan orang lain atas apa yang Anda lakukan.

2. Kematian dan Keterbatasan

Anda tidak dapat memilih kapan akan mati. Anda tidak dapat memilih
untuk menjadi tidak terbatas. Apa yang dapat Anda lakukan adalah memilih
apakah akan mengakui kematian dan keterbatasan secara psikologis daripada
mengembangkan krisis makna akan keduanya.
3. Isolasi dan Keterhubungan

Jenis krisis eksistensial lainnya adalah antara isolasi dan keterhubungan,


yang berada pada kontinum dan bukan sebagai keadaan on-off. Meskipun
isolasi total tampak nyaman dan lebih mudah dikelola, isolasi gagal memenuhi

8
Ahmad Y. Sumantho, Peradaban Atlantis Nusantara, ( Jakarta : PT. Ufuk Press, 2014) h. 520

9
Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia ( Grasindo, 2009) h. 58-59

5
kebutuhan sosial yang penting bagi manusia. Keterhubungan yang lengkap, di
sisi lain, mungkin memuaskan secara sosial. Tetapi dapat membatasi
kebebasan dan krisis eksistensial dapat terjadi.

4. Arti dan Makna

Manusia mencari makna untuk hidup mereka. Ketika mereka tidak dapat
menemukannya, manusia membuatnya. Ketika kita tidak dapat menemukan
makna.

5. Emosi, Pengalaman, dan Perwujudan

Psikologi eksistensial mengakui pentingnya emosi. Ahli teori psikologi


eksistensial Amerika, Rollo May, menyarankan bahwa kecemasan harus
diterima secara positif. Ini sejalan dengan karya Nietzsche, yang mendorong
penerimaan pengalaman emosional.10

2.4. Penyebab Krisis Eksistensial Pada Lansia

Krisis eksistensial adalah ketika Anda mulai mempertanyakan keberadaan


Anda, dan ada banyak cara untuk memicunya. Berikut beberapa pemicu atau
penyebab krisis eksistensial;

1. Usia, Saat Anda masih remaja atau baru beranjak dewasa, Anda mungkin
mulai mempertanyakan keberadaan diri dan apakah nantinya Anda dapat
memberi pengaruh pada dunia atau tidak. Ini bisa menjadi semacam krisis
identitas. Ketika Anda bertambah tua, krisis paruh baya mungkin datang
dalam bentuk depresi eksistensial atas kematian.

2. Kerugian besar, Anda mungkin mulai mempertanyakan keberadaan diri


sendiri atau untuk apa keberadaan orang lain.

3. PerubahanPerubahan keyakinan, Misalnya, jika Anda tidak lagi percaya pada


agama Kristen, Anda mungkin bertanya-tanya mengenai apa tujuan hidup

10
https://m.merdeka.com/jatim/mengenal-krisis-eksistensial-dan-bagaimana-cara-mengatasinya- kln.html?page=3

6
yag sebenarnya.

4. Terkadang, krisis eksistensial terjadi tanpa alasan sama sekali. Anda


mungkin merasa gelisah dan putus asa meski hidup berjalan dengan baik.
Eksistensi manusia pada dasarnya memang aneh dan tidak bisa ditebak.11

2.5. Cara Mengatasi Krisis Eksistensial


Krisis eksistensial dapat membuat cemas, tetapi jika Anda bisa menahan
rasa sakit emosional yang menyertainya, maka Anda bisa bertahan lebih lama.
Namun jika tidak, berikut adalah beberapa alasan untuk segera mendapatkan
bantuan secara profesional:

 Anda memiliki pikiran, rencana, atau perilaku untuk bunuh diri.

 Anda secara serius mempertimbangkan untuk menemukan makna dengan


menyakiti orang lain dan mendapati diri Anda membuat rencana untuk
melakukannya.
 Apa pun kasusnya, Anda harus segera pergi ke klinik kesehatan mental atau
rumah sakit setempat.

Berbicara dengan terapis eksistensial dapat membantu Anda melewatinya.


Dalam jenis terapi ini, konselor memungkinkan Anda untuk mengarahkan jalannya
terapi, membicarakan apa yang penting bagi Anda dan menyelesaikan masalahnya
sendiri.12

III. Mamfaat Praktis

1. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir

11
https://m.merdeka.com/jatim/mengenal-krisis-eksistensial-dan-bagaimana-cara-mengatasinya- kln.html?page=6
12
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.88-89

7
2. Proses menua menghadapkan kita pada kenyataan yang tidak dapat
dihindarkan, suatu tahap perkembangan hidup yang sulit diterima.

3. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,


jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional Pada manusia.

4. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi.

5. Krisis eksistensial dapat terjadi ketika Anda berada dalam segala jenis
krisis, stres, atau menghadapi keputusan yang sulit.

IV. Tinjauan Teologi

Menjadi tua adalah anugerah. Karena itu berarti Tuhan memberikan berkat
umur panjang. Tetapi berbeda dengan saat ini banyak orang yang tidak menjalani
kehidupan sampai di usia lansia. Ini terbukti dengan banyaknya jumlah kematian
orang yang masih muda. Mengingat demikian firman Tuhan dalam Yesaya 46: 4
dikatakan bahwa : Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih
rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung
kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. Ini menjadi salah
satu bukti dari banyaknya ayat alkitab yang mendukung bahwasanya masa tua kita
akan selalu Tuhan pelihara. Berhubungan dengan krisis eksistensial yang terjadi
dimasa tua, dimana usia lansia dihantui dengan apa makna hidupnya selama ini, oleh
karena itu firman Tuhan ini mengingatkan bahwasanya Dia tetap sama sekalipun
kita menua. Untuk itu marilah selagi mudan dan masih kuat untuk terus melakukan
kebaikan dan perjuangan iman yang benar dihadapan Tuhan. Sehingga di usia lansia
kita tetap optimis dan percaya diri bahwa hidup kita Tuhan sediakan rencana yang
indah.

V. Kesimpulan

8
Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas
dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang masih aktif beraktivitas dan bekerja
ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung
kepada orang lain untuk menghidupi dirinya.
 Ciri-ciri masa lanjut usia
 Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh factor
fisik dan psikologis.
 Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini
sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai
hukuman.
 Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap
orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah
melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang
yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat
sekitar.
 Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok
yang lebih muda.
 Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif
yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.

 Jenis-jenis Krisis Eksistensial


 Kebebasan dan Tanggung Jawab
 Kematian dan Keterbatasan
 Isolasi dan Keterhubungan
 Arti dan Makna
 Emosi, Pengalaman, dan Perwujudan
 Cara mengatasi Eksistensial

 Anda memiliki pikiran, rencana, atau perilaku untuk bunuh diri.

 Anda secara serius mempertimbangkan untuk menemukan makna dengan


menyakiti orang lain dan mendapati diri Anda membuat rencana untuk

9
melakukannya.
 Apa pun kasusnya, Anda harus segera pergi ke klinik kesehatan mental atau
rumah sakit setempat.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=qN8hEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Konseling+pastoral&hl=id&sa=X&redir_es
c=y#v=onepage&q=Konseling%20pastoral&f=false
Agus Setyo Utomo, Status Kesehatan Lansia Berdayaguna ( Surabaya: Media sahabat
Cendikia, 2019) h. 29
Ferry Efendi, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan Praktik dalam Keperawatan
( Jakarta: Salemba Medika, 2009) h. 243
https://www.dosenpendidikan.co.id/lansia-adalah/
Hanna Santoso, Memahami Krisis Lanjut Usia, Uraian Medis & Pendagogis-Pastoral
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) h. 7

Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


kehidupan (Jakarta : Erlangga,1996) h. 380

https://m.merdeka.com/jatim/mengenal-krisis-eksistensial-dan-bagaimana-cara-
mengatasinya- kln.html?page=2

Ahmad Y. Sumantho, Peradaban Atlantis Nusantara, ( Jakarta : PT. Ufuk Press, 2014) h. 520

Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia ( Grasindo, 2009) h. 58-59

https://m.merdeka.com/jatim/mengenal-krisis-eksistensial-dan-bagaimana-cara-
mengatasinya- kln.html?page=3

https://m.merdeka.com/jatim/mengenal-krisis-eksistensial-dan-bagaimana-cara-
mengatasinya- kln.html?page=6
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012),
hal.88-8

11
12

Anda mungkin juga menyukai