Anda di halaman 1dari 14

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN LANSIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
pada manusia seseorang mengalami kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu.

Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki masa lansia,
yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun.
Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia
yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara
nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.

Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya
cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang
ada (Hurlock, 1996 : 439) Usia lanjut sering punya masalah dalam hal makanan, antara
lain nafsu makan menurun. Padahal meskipun aktivitasnya  menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, ia tetap membutuhkan asupan zat gizi lengkap, seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Iapun masih tetap membutuhkan energi untuk
menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya. 

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian lansia dan kepribadian lansia?
2. Bagaimana ciri-ciri kepribadian lansia?
3. Bagaimana faktor yang mempengaruhi kepribadian lansia?
4. Bagaiamana permasalahan psikologis lansia dan upaya mengatasinya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi lansia serta kepribadian lansia
2. Untuk mengidentifikasi ciri-ciri kepribadian lansia
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kepribadian lansia
4. Untuk mengetahui permasalahan psikologis lansia dan uapaya menanganinya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia dan Kepribadian Lansia


Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun
ke atas. Undang- undang republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia Bab I Pasal I, yang dimaksud dengan lanjut Usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Lanjut Usia Potensial
adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan jasa. Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun
wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi
dirinya. Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat
perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat
hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan. Aging process atau proses menua merupakan suatu proses
biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara
normal, ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain
sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada
usia berapa penampilan seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat
tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun aat menurunya.
Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun.
Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.
Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut para ahli :
1. Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu: young
old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
2. Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari
65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old);
dan lebih dari 80 tahun (very old).
3. Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai
usia 60-74 tahun.
4. Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika
usianya telah mencapai 65 tahun ke atas
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki fase selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
siapapun orangnya, tentu telah siap untuk menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Proses
penuaan berarti menurunnya daya tahan fisik, menurut Kartari (1993) lanjut usia
disebabkan oleh meningkatnya usia, sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi sel,
jaringan serta system organ.
Kepribadian lansia adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang
terhimpun dalam diri seseorang yang sudah lanjut usia dan digunakan untuk bereaksi
serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam.
Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada
seseorang. Perkembangan kepribadian dinamis, artinya selama individu masih bertambah
pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka
akan semakin matang dan mantap kepribadiannya. kepuasan hidup adalah kesejahteraan
psikologis secara umum atau kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan. Kepuasan
hidup mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada orang dewasa lanjut. Pendapatan,
kesehatan, suatu gaya hidup yang aktif, serta jaringan pertemanan dan keluarga menjadi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup pada usia lanjut. Neugarten
(1968 dalam Haditono, 1989:6), dari data empiris menemukan empat golongan
kepribadian orang lanjut usia yang melibatkan sifat kognitif dan afektifnya yaitu:
a. Golongan Integrated
Golongan integrated mempunyai kehidupan batin yang kaya dan kemampuan
kognitif (daya pikir) yang (masih) baik. Mereka mempunyai kontrol diri yang cukup,
terbuka untuk masukan yang baru, luwes dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Model kepribadian tipe ini sejak muda umumnya mudah menyesuaikan diri dengan
baik terhadap perubahan dan pola kehidupannya. Sejak muda perilakunya positif dan
konstruktif serta hampir tidak pernah bermasalah, baik di rumah, di sekolah maupun
dalam pergaulan sosial. Dapat dikatakan bahwa tipe kepribadian model ini adalah tipe
ideal karena tipe kepribadian ini mudah menyesuaikan diri, dalam arti juga pandai
mengatasi segala permasalahan dalam kehidupannya.
b. Golongan Armored-Defended
Golongan armored-defended adalah orang lanjut usia yang berambisi dengan
pertahanan diri yang kuat terhadap proses ketuaannya. Mereka berusaha keras
melawan proses ketuaan dengan tetap aktif dan kerja keras sampai titik yang
penghabisan. Atau sebaliknya dari golongan ini yang melawan ketuaan justru dengan
mengurangi aktivitas dan interaksi sosialnya untuk penghematan energi. Pada lansia
dengan tipe kepribadian ini timbul gejolak dan khawatir kehilangan anak buah,
teman, kelompok, jabatan, status, dan kedudukan sehingga cenderung ia menunda
untuk pensiun karena takut untuk menghadapinya (post power syndrome).
c. Golongan Passive –Dependent
Golongan passive-dependent adalah para lanjut usia yang suka mencari
perlindungan pada orang lain. Sebagian dari golongan ini sangat pasif dan apatis.
Tipe kepribadian ini ditandai dengan perilaku yang pasif dan tidak berambisi sejak
anak-anak, remaja dan masa muda. Pada saat pensiun, mereka dengan senang hati
menerima pensiun, dan dapat menikmati hari tuanya. Masalah akan timbul jika
pasangan hidupnya meninggal terlebih dulu, karena pasangan hidupnya baik istri
ataupun suami adalah orang yang paling utama dijadikan perlindungan dan tempat
menggantungkan hidup mereka.
d. Golongan Disintegrated
Golongan disintegrated menunjukkan tingkah laku kemunduran yang hebat,
kerusakan dalam fungsi psikologis,kehilangan control emosi dan kemerosotan fungsi
berpikir,meskipun sebagian dari mereka masih dapat mempertahankan diri dalam
kehidupan bermasyarakat. Golongan yang terakhir inilah yang mungkin dapat disebut
golongan lanjut usia yang jompo.
B. Ciri-ciri Lanjut Usia
Ciri-ciri lanjut usia (Hurlock, 2006) adalah:
a. Periode kemunduran
Kemunduran pada lanjut usia sebagai datang dari faktor fisik yang merupakan
suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses
menua. Selain itu kemunduran lanjut usia juga datang dari faktor psikologi yaitu
sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan kehidupan yang
terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
b. Perbedaan individual pada efek menua
Setiap orang yang menjadi tua pasti berbeda karena mereka mempunyai sifat
bawaan yang berbeda pula, sosio ekonomi, latar pendidikan yang berbeda dan pola
hidup yang berbeda. Perbedaan kelihatan di antara orang-orang yang mempunyai
jenis kelamin yang sama dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita
karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin.
c. Dinilai dengan kriteria yang berbeda
Pada waktu anak-anak mencapai remaja, mereka menilai lanjut usia dalam cara
yang sama dengan penilaian orang dewasa, yaitu dalam hal penampilan diri, apa yang
dapat dan tidak dapat dilakukannya. Dengan mengetahui bahwa hal tersebut
merupakan dua kriteria yang amat umum untuk menilai usia mereka banyak orang
berusia lanjut melakukan segala apa yang dapat mereka sembunyikan atau samarkan
yang menyangkut tanda-tanda penuaan fisik dengan memakai pakaian yang biasa
dipakai orang muda dan berpura-pura mempunyai tenaga muda. Inilah cara mereka
untuk menutupi dan membuat ilusi bahwa mereka belum lanjut usia.
d. Stereotipe pada orang lanjut usia.
Pendapat klise yang telah dikenal masyarakat tentang lanjut usia adalah pria dan
wanita yang keadaan fisik dan mentalnya loyo, sering pikun, jalannya membungkuk
dan sulit hidup bersama dengan siapa pun, karena hari-harinya yang penuh manfaat
telah lewat, sehingga perlu dijauhkan dari orang-orang yang lebih muda.
e. Sikap sosial terhadap lanjut usia
Pendapat klise tentang usia lanjut mempunyai pengaruh yang besar terhadap usia
lanjut maupun terhadap orang berusia lanjut dan kebanyakan pendapat klise tersebut
tidak menyenangkan, maka sikap sosial tampaknya cenderung tidak menyenangkan.
f. Menua membutuhkan perubahan peran
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lanjut usia, pujian yang
mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia bukan dengan keberhasilan mereka.
Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lanjut usia menumbuhkan rasa
rendah diri dan kemarahan, yaitu suatu perasaan yang tidak menunjang proses
penyesuaian sosial seseorang.
g. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri lanjut usia
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lanjut usia, yang
nampak dalam cara orang memperlakukan mereka, maka tidak heran lagi kalau
banyak orang usia mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan. Hal ini
cenderung diwujudkan dalam bentuk perilaku yang buruk dengan tingkat kekerasan
yang berbeda pula.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Lansia
Masa dewasa lanjut merupakan masa lanjutan atau dewasa akhir ( 60 keatas).
Pada usia ini terjadi permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan fisik yang cukup
menyita perhatian. Pada usia ini mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis,
perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian makna hidup
selanjutnya. Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki integrity vs despair yaitu
kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip
positif dan negatif yang mampu memengaruhi kepribadian lansia.
1. Perkembangan fisik
Berkurangnya tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot-otot
juga mengakibatkan pengaturan suhu badan menjadi sulit. Selain itu, pada usia
lanjut terjadi penurunan waktu tidur yang diperlukan dan kenyenyakan tidurnya.
Orang lanjut usia pada umumnya menderita gangguan susah tidur ( insomnia).
Lalu perubahan pencernaan yang paling kelihatan. Kesulitan dalam makan
sebagian diakibatkan pada gigi tanggal yang merupakan gejala umum bagi orang
lanjut usia dan daya penciuman serta perasa kurang tajam. Perubahan fisik pada
lansia diantaranya adalah daerah kepala, daerah tubuh, daerah persendian.
Akibat perubahan fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan
sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya.
Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang
dimilikinya. Hal ini mengakibatkan terjadinya kehilangan peran ditengah
masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.
2. Perkembangan kognitif
Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa
akhir. Beberapa orang dewasa akhir kurang mampu mengeluarkan kembali
informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Meskipun kecepatan tersebut
perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan
ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas menunjukkan
pengaruhnya terhadap kehidupan kita dalam beberapa segi subtansial.
Pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan adalah tiga komponen yang paling
berpengaruh pada fungsi kognitif. Pendidikan memiliki korelasi positif dengan
skor-skor pada tes intelegensi. Pengalaman kerja menekankan pada orientasi
kognitif. Peningkatan penekanan pada proses informasi didalam kerjaannya akan
mempertinggi kecaapan intelektual individu. Sedangkan kesehatan yang buruk
berkaitan dengan tes-tes intelegensi pada dewasa akhir oleh karena itu dianjurkan
untuk olahraga sebagai perbaikan fungsi kognitif.
3. Perkembangan psikis dan intelektual
Kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan
organisme secara umum, hampir semua lansia terus menerus mengalami
penurunan. Kemerosotan intelektual lansia tidak dapat dihindarkan hal ini
disebabkan berbagai faktor seperti: penyakit, kecemasan atau depresi.
4. Perubahan peran sosial di masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik
dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran berkurang, pengliatan
kabur, dll sehingga menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup agar tidak merasa terasing atau diasingkan.1
D. Permasalahan Psikologis Lansia dan Upaya Menanganinya
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat hubungannya dengan perubahan
psikososialnya. Pengaruh yang muncul akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut
jika tidak teratasi dengan baik, cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara
menyeluruh yang mengarah pada kualitas hidup lansia. Permasalahan psikologis yang
dialami lansia di rumah merupakan bagian dari komponen yang menentukan kualitas
hidup seseorang yang berhubungan dengan dukungan keluarga. Interaksi sosial dan
dukungan sosial yang terjalin dalam keluarga dapat berjalan dengan baik apabila keluarga
menjalankan fungsi keluarganya dengan baik, terutama dalam fungsi pokok kemitraan
(partnership), kasih sayang (affection), dan kebersamaan (resolve). Kenyataannya,
pemenuhan kebutuhan sosial lansia di komunitasnya cenderung lebih baik dari pada di
rumah, karena interaksi lansia di komunitasnya pada dasarnya lebih luas dari pada lansia
di rumah. Mereka saling berbagi kasih, cerita, pengalaman hidup, saling menasehati satu
sama lainnya sesama lansia. Hal ini dapat disebabkan karena adanya penurunan efisiensi
keseluruhan, sosialisasi, tingkat keterlibatan dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari,
serta penurunan dukungan dari anggota keluarga. Perubahan pada lansia seperti
menurunnya derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan, dianggap sebagai individu yang
tidak mampu lagi, seiring dengan hal ini membuat orang lanjut usia secara perlahan
menarik diri dari hubungannya dengan keluarga, masyarakat sekitar sehingga hal ini yang
turut mempengaruhi interaksi sosial lansia.

1
Encep Sudirjo dan Muhammad Nur Alif, Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik (UPIS Press : Jawa Barat,
2018) 94-102.
Faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa
mereka adalah penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan
aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, perubahan dalam peran
sosial di masyarakat, dan penurunan kondisi fisik. Setelah orang memasuki masa lansia
umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda
(multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput,
gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat
ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan
kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang
sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologis
maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang
bersifat memforsir fisiknya.
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya
penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial
yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
- Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
- Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya
- Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabilakehidupan keluarga selalu harmonis
makapada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal
makapasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaannya.
- Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
- Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

Permasalahan psikologis yang dialami oleh lansia pada umumnya antara lain:

a) Kesepian dikarenakan kehilangan pasangan hidup atau berada jauh dengan anak-anak
yang telah mempunyai kesibukannya masing-masing kadang membuat para lansia merasa
kesepian. Namun ada juga lansia yang memiliki aktivitas sosial yang tinggi tidak merasa
kesepian ketika ditinggal atau berada jauh dengan orang yang dicintainya.
b) Duka cita, yaitu duka cita akibat kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang dapat
menimbulkan depresi yang sangat mendalam pada lansia sehingga memicu gangguan
fisik dan kesehatannya. Depresi dikarenakan duka cita biasanya bersifat self limiting
c) Kecemasan yang berlebihan, gangguan kecemasan biasanya terjadi karena depresi, efek
samping obat ataupun penghentian konnsumsi suatu obat.
d) Parafenia, merupakan suatu bentuk scizofenia yang berbentuk pada rasa curiga yang
berlebihan. Hal ini terjadi pada lansia yang terisolasi atau menarik diri dari kehidupan
sosial.
e) Sindroma diganose, keadaan dimana seorang lansia menunjukan tingkah atau prilaku
yang mengganggu seperti bermain-main dengan urin atau menumpuk barang-barangnya
dengan tidak teratur.
Hal penting dalam menyikapi perubahan psikologis yang dialami lansia adalah
peran penting keluarga dalam membina kondisi psikisnya. Keluarga khususnya sangat
berperan penting dalam memberi dukungan sosial bagi lansia agar lansia mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Secara umum dukungan sosial dapat dikaitkan dengan
perasaan sejahtera dan kesehatan mental positif yang kemudian mengoptimalkan proses
pengasuhan. Dukungan keluarga yang bermakna akan memberikan dampak positif bagi
lansia dalam membina hubungan sosialnya dan mempertahankan status kesehatannya.
Rendahnya dukungan keluarga akan mempengaruhi perilaku lansia dalam pemeliharaan
kesehatannya yang akan berdampak pada penurunan kualitas hidup. Dukungan keluarga
yang cukup pada lansia akan termotivasi untuk merubah perilaku dalam menjalani hidup
sehat lebih optimal sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya.
Salah satu faktor yang dapat menunjang kualitas hidup lansia adalah dukungan sosial
karena dukungan sosial berfungsi sebagai strategi pencegahan guna mengurangi stres dan
akibat negatifnya. Pada umumnya lansia yang masih memiliki keluarga masih sangat
beruntung karena masih memiliki keluarga yang merawat dan memperhatikan dengan
penuh kesabaran. Namun, pada lansia yang sudah tidak punya pasangan hidup, anak-anak
atau kerabat dan ada pula yang memang memilih membujang sepanjang hidupnya
seringkali menjadi terlantar karena tidak ada yang merawatnya.
Upaya yang bisa dilakukan keluarga dalam membina psikis lansia yaitu keluarga
harus menyediakan waktu untuk mengajak lansia berbicara dari hati ke hati sehingga
lansia tersebut tidak merasa kesepian dan mengungkapkan segala keluh kesahnya,
memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman serta motivasi, memahami
apa yang mereka rasakan dan mencari penyebab permasalahannya, keluarga harus dapat
memberi penjelasan agar lansia tersebut menerima perubahan dirinya dengan lapang dada
dan dengan senang hati memasuki tinkatan kehidupan yang baru, berusaha meningkatkan
rasa percaya diri mereka dengan membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain, dan
apabila lansia menghadapi masalah gangguan mental yang cukup menggangu diharapkan
segera dikonsultasikan kepada ahli.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian Lansia dan Kepribadian Lansia Orang lanjut usia adalah sebutan bagi
mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan seseorang yang
berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan
bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya. Kepribadian lansia adalah
semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam diri seseorang yang
sudah lanjut usia dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala
rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Faktor yang dihadapi para lansia yang
sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah penurunan kondisi fisik, penurunan
fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan
dengan pekerjaan, perubahan dalam peran sosial di masyarakat, dan penurunan kondisi
fisik. Upaya yang bisa dilakukan keluarga dalam membina psikis lansia yaitu keluarga
harus menyediakan waktu untuk mengajak lansia berbicara dari hati ke hati sehingga
lansia tersebut tidak merasa kesepian dan mengungkapkan segala keluh kesahnya,
memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman serta motivasi.

\
DAFTAR PUSTAKA

Ariswanti, Diana Triningtyas & Siti Muhayati. (2018). Mengenal Lebih Dekat Tentang Lanjut
Usia. Jawa Timur: CV AE Media Grafika.

Endah Cahya, Hanna Harnida & Vivin Indrianti. Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas
Hidup Lansia di Posyandu Lansia Wiguna Karya Kebonsari Surabaya. Jurnal
Keperawatan dan Kebidanan Vol 1 No 1.

Indriana, Yeniar. (2012). Gerontologi & Progreria. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jaenudin, Ujam dan Adang Hambali. (2015). Dinamika Kepribadian. Bandung: CV Pustaka
Setia.

Sudirjo, Encep & Muhammad Nur Alif. (2018). Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik. Jawa Barat:
UPIS Press.

Suherlan, Herlan & Yono Budhiono. (2013). Psikologi Pelayanan. Bandung: Media Perubahan.

Wardha, Galia Alvita & Sholihul Huda. (2016). Hubungan Tipe Kepribadian dengan Tingkat Interaksi
Sosial Lansia. Vol 10 No 2.

Anda mungkin juga menyukai