4. Penutup
Lansia yang secara aktif menggunakan kognisi, kepercayaan, dan
praktek keagamaan dalam mengadapi stressor kehidupan, memberikan
dampak positif terhadap kesehatan mentalnya. Hal ini pun tergambar dari
hasil observasi penulis terhadap lansia. Seseorang yang telah memasuki
usia lanjut, cenderung mengembangkan religious coping untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi termasuk karena
tingginya penglihatan akan kematian. Ditambah pula dengan kondisi
pandemi Covid-19 saat ini, dimana lansia merupakan kelompok umur
yang rentan terpapar virus dan mengadapi risiko signifikan mengalami
kondisi kronis hingga kematian (WHO, 2020).
Penulis tidak mengasumsikan bahwa individu yang menggunakan
positive religious coping menjadi selalu adaptif atau yang menggunakan
negative religious coping menjadi naladaptif. Karena pada dasarnya,
keduanya merupakan sarana pendekatan kepada Tuhan namun dengan
cara pandang yang berbeda (Pargament dkk., 2011). Pargament, Smith,
Koenig, dan Perez (1998) mengatakan bahwa penggunaan negative
religious coping ini mungkin relatif berbahaya bagi sebagian orang,
mungkin tidak penting bagi orang lainnya, dan mungkin juga dapat
menjadi sumber pertumbuhan bagi yang lainnya. Hal ini tergambar pada
beberapa lansia yang merasa mempertanyakan kekuasaan Tuhan,
mempertanyakan cinta kasih Tuhan, dan merasa dihukum oleh Tuhan
akan keberadaan stressor pada hidupnya merupakan salah satu bentuk
penghambaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pargament dkk. (2011),
yang mengatakan bahwa keberhasilan suatu metode koping ditentukan
dari interaksi antara faktor-faktor personal, situasional, dan juga sosial
budayanya, termasuk juga dukungan yang diberikan oleh orang-orag
terdekatnya.
Dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang
menunjukkan religious coping secara umum dan kedua dimensinya
(positive religious coping dan negative religious coping) mempengaruhi
kesehatan mental lansia. Diharapkan, hasil ini dapat digunakan sebagai
salah satu solusi untuk lansia terutama pada masa pandemi Covid-19 ini,
dimana lansia menjadi salah satu kelompok umur yang rentan terpapar
virus Covid-19, sebagai sarana self-heal jika terjadi peningkatan stress,
psikosomatis, atau penurunan kesehatan baik fisik, maupun mental. Dan
juga dapat menjadi sarana untuk tetap dapat menjaga kondisi mental
agar tetap merasa sejahtera dalam situasi saat ini.
Selain itu, disarankan kepada para lansia agar bisa meningkatkan
mindfulness yaitu dengan memperhatikan diri sendiri dan lingkungan
sekitar namun juga tidak terlalu banyak menyerap informasi negatif, lebih
terbuka untuk menceritakan perasaan dan kecemasan yang dialami dan
fokus terhadap diri dan kehidupannya saat ini. Mendekatkan diri kepada
Allah SWT juga menjadi cara untuk tetap sehat secara mental
berdasarkan hasil penelitian di atas. Selain itu untuk para significant
others dari para lansia diharapkan dapat mendampingi dan membantu
lansia dalam mengembangkan aspek-aspek yang berpengaruh positif
terhadap kesehatan mental lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Profil Penulis