BAB I
PENDAHULUAN
degenerative baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat
kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan orang lanjut usia secara
perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat
merupakan bagian yang cukup penting untuk kesehatan fisik, mental, dan
kognitif, kematian teman, fasilitas hidup atau home care(Estelle, Kirsch, &
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan, serta tidak bisa terlepas dari satu
dikemukakan oleh Gillin dan Gillin (1951) dalam Maryati dan Suryawati
memenuhi dua persyaratan, yaitu adanya komunikasi serta kontak sosial yang
individu sampai akhir hayat. Namun, sebagian dari individu masih merasa
orang lain karena merasa berbeda dengan orang lain (Probosuseno, 2007).
menekan kesehatan fisik dan mental pada lansia (Copel, 1998 dalam Juniarti,
2008).
terjadi pada lansia di Amerika (Treacy et al, 2004). Sebuah laporan yang
kesepian itu adalah masalah personal mereka. Beberapa penelitian pada orang
Eropa menyatakan bahwa 2/3 dari lansia tidak merasakan kesepian, 1/5
tahun atau 11.2% dari seluruh populasi mengalami peningkatan untuk hidup
orangIrlandia.
yang ada di Cina yaitu 3,5 % dari sampel lansia yang melaporkan bahwa
mereka mengalami kesepian tingkat tinggi (Wang dalam Treacyet al, 2004).
mengalami kesepian tidak akan turun setelah usia 60 tahun (Treacyet al,
membentuk suatu wadah yang dinamakan panti werdha atau lebih dikenal
dengan nama panti jompo. Pada awalnya panti jompo diperuntukan bagi
lansia yang terlantar atau dalam keadaan ekonomi keluarga yang serba
4
bagi lansia maka kini berkembang panti-panti berbasis swasta yang umumnya
2007).
didapatkan bahwa keempat lansia merasa kesepian karena jauh dari keluarga
Khotimah Pekanbaru.
Lansia”.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang
Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau
lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini
Menurut Azizah (2011) lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh
berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini
normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar
kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996).
menjadi empat yaitu : Usia Pertengahan (middle age) 45-59 tahun, Lanjut
usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun. Demikian juga batasan lanjut usia yang
tahun dan maksimal 75 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia. Bila
masyarakat yang menganggap bahwa orang lebih tua jika menunjukkan ciri
fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi. Dalam peran
masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti
pria yang tidak lagi terkait dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk
jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi.
tidak bergejolak. Tipe ini pada saat mengalami pensiun biasanya tidak
mempunyai inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan dapat diterima
masyarakat.
Lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa
curiga.
9
perubahan seksual.
a. Perubahan penampilan
mengapur.
menjadi sulit.
d. Perubahan seksual
pria datang lebih lama dibanding masa menopause pada wanita, dan
a) Kekuatan
diri dan rasa letih dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
12
b) Kecepatan
lebih lambat dalam belajar dibanding orang yang lebih muda dan
d) Kekakuan
cepat dilupakan.
3. Perubahan Spiritual
ini dapat dilihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. Satu hal pada
lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu
13
4. Perubahan Psikososial
1) Pensiun
dapat dijalani.
antara lain:
b) Kehilangan Status
dengan fasilitasnya.
(Azizah, 2011).
4) Perubahan Minat
(Azizah, 2011).
adalah:
baik.
mengiginkan kehidupan dan umur yang panjang, akan tetapi bagi usia
lanjut yang diperlukan bukan hanya umur panjang, tetapi juga kondisi sehat
Kondisi demikian sering disebut sebagai harapan hidup untuk tetap aktif
apabila umur panjang itu dilalui dengan keadaan sakit. Menjadi tua dengan
untuk orang yang berbeda aktivitas tidak hanya penting untuk dirinya
sebuah kontinuitas dari sebuah gaya hidup seseorang. Untuk orang lanjut
usia yang selalu aktif dan diliputi peran peran sosial, mungkin hal ini akan
Selain itu, seseorang yang memiliki aktivitas sedikit pada masa lalunya,
mungkin akan lebih bahagia pada “kursi goyang” dan menjadi penghuni
pekerjaan atau aktifitas luang sama dengan hal yang mereka nikmati pada
tergantung pada orang yang memberikan mereka kasih sayang, dan bingung
harus membuat rencana hidup yang baru. Adaptasi yang berhasil tergantung
pada dukungan dari keluarga, teman ataupun institusi sosial. Pemikiran ini
negara yang berusaha untuk menjaga orang lanjut usia keluar dari intitusi
mungkin.
rendah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain banyaknya
lansia yang memiliki ketergantungan yang kuat terhadap anak atau keluarga
yang lain, selain kurang produktif. Dari segi pendidikan kebanyakan lansia
dan kemandirian .
sosial pada lansia jauh lebih sulit. Dengan demikian dibutuhkan kondisi
hidup yang menunjang agar lansia dapat menjalani masa lansia dengan baik
dan memuaskan, kondisi hidup yang menunjang juga dibutuhkan agar lansia
tidak tertekan karena memasuki masa lansia. Kondisi hidup ini antara lain
pindah ke kota lain atau negara, dan cucu menjadi lebih mandiri. Pensiun
biasa mereka lakukan dengan orang lain, atau mungkin berarti hilangnya
dan masyarakat. Kemudian juga bisa saja teman-teman dan pasangan yang
19
ada disekeliling lansia menjadi sakit atau mati. Inilah dilema yang terjadi,
dan ibu yang telah senja karena alasan pekerjaan dan kesibukan lainnya,
membuat keluarga tidak memiliki waktu untuk lebih banyak bersama kedua
orang tua.
2.2 Kesepian
menunjuk pada kegelisahan subjektif yang kita rasakan pada saat hubungan
sosial yang dirasakan atau terbuang. Dengan demikian, kesepian yang lebih
pengalaman yang dirasakan adalah hasil dari hubungan sosial yang tidak
memadai.
pada hubungan yang ada pada dukungan sosial, baik secara mental dan
yang berbeda dari isolasi sosial dan dukungan sosial (Rebecca et al. 2011).
kendala. Namun, tidak semua individu yang terisolasi secara sosial atau
sosial yang aktual dan yang diinginkan tidak cukup untuk merasakan
kesepian yang terjadi, akan tetapi hal itu sendiri dimodulasi oleh proses
kontrol. Apapun itu, jelas bahwa ada yang kuat saat hubungan antara
menunjukkan hubungan erat antara kesepian dan depresi pada usia yang
dua arah karena ada beberapa bukti bahwa depresi dapat menyebabkan
21
selalu sendirian dan jarang bergaul, adalah individu yang sedang mengalami
kuantitasnya.
1) Kesepian emosional
Timbul dari ketiadaan figure kasih sayang yang intim, seperti yang
biasa diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau yang biasa
2) Kesepian sosial
yang berkaitan dengan tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda, yaitu:
intim,; orang dewasa yang lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh
besar.
1. Faktor Psikologis
1) Kesepian Eksistensial
2) Pengalaman Traumatis
2. Faktor Situasional
orang-orang tertentu.
6) Pindah tempat
kesepian.
bagi seseorang untuk mengenal satu sama lain secara lebih dekat.
kesepian pada lanjut usia antara lain karena beberapa hal sebagai berikut :
a. Teralienasi (Terasing)
b. Anomie
Suatu situasi ketika terjadi suatu keadaan tanpa aturan, yaitu collective
pada bentuk keluarga inti, lanjut usia tidak jarang terpisah jauh dari
dicintainya.
harga dirinya.
dan takut untuk berkata ya atau tidak untuk hal yang tidak sesuai.
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
2011).
sedang berduka, atau juga pada lansia yang tali sosialnya berkurang
1) Tahap awal
peneliti/fasilitator.
2) Pemanasan
3) Menari
musik oleh pemain tamu.
8) Menyimpulkan fase.
1. Pengertian
kelompoknya.
2. Jenis-jenis TAK
bertahap.
interaksi interpersonal.
sesi, adalah:
kelompok.
topic percakapan.
sosialisasi kelompok.
kebutuhan.
secara fisik)
dengan halusinasi)
C. Meditasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Data Biografi
Nama : Tn.M
TTL/Umur : Payakumbuh/…./1942
Pendidikan : SMP
Suku : Minang
Agama : Islam
2. Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal Dunia
38
3. Riwayat Hidup :
Nama : Tn.M
Umur : 68 Tahun
Anak-anak : 5 orang
Hidup : 4 orang
4. Riwayat Pekerjaan :
Saat ini Tn. M tidak bekerja lagi, Tn. M tinggal di PSTW sejak tahun
2005.
b. Pekerjaan sebelumnya
ruang tamu, dapur, kamar mandi dan teras, mempunyai pintu dan
jendela.
39
b. Jumlah Kamar
Wisma melati terdiri dari 4 kamar, mempunyai satu pintu dan jendela,
c. Penghuni Rumah
Wisma melati dihuni oleh 6 orang. Yaitu Tn.M, Tn.D, Tn.Y, Tn. B,
d. Derajad Privasi
e. Tetangga
6. Riwayat Rekreasi :
a. Hobbi/ minat
b. Keikutsertaan Organisasi
Saat ini Tn. M jarang keluar dari kamar dan bersosialisasi dengan
orang lain, Tn. M mengatakan badan lagi tidak enak dan kaki terasa
TV.
c. Liburan
liburan saja.
40
Jam 05. 00 wib klien bangun dan melaksanakan sholat subuh, jam 06.00
wib klien biasanya nonton TV, JAM 07,00 klien mengambil makanan
yang diantar oleh pramuwisma dan sarapan. Jam 12.30 wib klien sholat
dzuhur lalu makan siang, Jam 16.00 wib klien sholat ashar, Klien hanya
keluar jika di motivasi, jam 18.20 wib klien sholat magrib dikamar dan
makan malam. Jam 19.45 wib sholat Isa dan setelah itu klien istirahat
dikamar.
8. Riwayat Kesehatan:
a. Keluhan Utama:
Saat ini Tn. M mengeluhkan nafas terasa sesak setelah berjalan, kedua
kaki terasa sakit, badan lemah dan kulit terasa gatal-gatal. Klien
b. Keluhan sekarang
3. Region : Kedua Kaki
setiap hari
c. Trauma
11. Terapi
Aterum 2x1
Salp kulit
b. Waktu Pemberian:
d. Tanggal Resep:
sekitarnya.
14. Nutrisi
a. Jam makanan:
yang berarti.
makan.
43
a. TTV
TD:110/70 mmhg
ND: 74 x/m
RR:20 x/m
SUHU:36x/m
b. Kesadaran: Composmentis
disekitarnya.
Reflek : normal
A: Adaptasi
P: Partnertship
G: Growth
yang baru.
44
A: Affection
R: Resolve
Yaitu hampir tidak pernah ada hubungan dan peran dalam keluarga. Hal
Intruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Score total : 10
Interprestasi hasil :
Skore Uraian
A. Kesedihan
B. Pesimisme
C. Rasa Kegagalan
D. Ketidakpuasan
47
E. Rasa Bersalah
. Keragu-raguan
K. Kesulitan Kerja
L. Keletihan
M. Anoreksia
Penilaian:
adalah :
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali. Diberi nilai 1
1
klien menunjukan kondisi di atas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
1
1
Mata tertutup
51
kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi diatas.
0
Perputaran leher
1
Membungkuk
kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa
Beri nilai 1jika klien menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien
1
1
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret
kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (≥2 inci). Beri nilai 1 jika klien
kondisi tersebut.
1
klien)
satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai. Beri nilai 1 jika
0
langkah yang lebih panjang, masalah dapat terjadi pada pinggul, lutut,
kondisi tersebut.
0
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi. Beri
nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas, beri nilai 0 jika klien
menunjukkan tersebut.
0
sebagai berikut :
sedang
keluarga
56
nyeri pada klien dapat diatasi dengan 2) Observasi reaksi nonverbal dari
kriteria hasil:
ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri (tahu
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
penyebab nyeri, mampu
mengetahui pengalaman nyeri pasien
menggunakan tehnik
4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nonfarmakologi untuk
5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
mengurangi nyeri, mencari
6) Bantu pasien untuk mencari dan menemukan
bantuan)
57
Tanda vital dalam rentang normal 10) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
nyeri
Klien terbebas dari cedera dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien
personal bersih
59
membahayakan
penyebab penyakit.
depresi pada lansia b/d Loneliness Severity 1. Gunakan komunikasi terapeutik untuk
resiko kesepian pada klien dapat 3. Dorong klien untuk berdoa dan selalu
Klien tidak menunjukkan respon 2. Apresiasi setiap apa yang diungkapkan oleh
kesepian klien.
klien.
spiritual.
61
pasien
5) Mengevaluasi pengalaman
dukungan
nyeri
penanganan nyeri
(farmakologi, non
personal)
intervensi
non farmakologi
mengurangi nyeri
kontrol nyeri
Resiko Injury b/d 1) Menyediakan lingkungan yang S : Tn. M mengatakan kakinya masih terasa sakit
immobilisasi
dan susah untuk bergerak
aman untuk pasien
O:
2) Mengidentifikasi kebutuhan
- Pasien tampak masih sering memegangi
keamanan pasien, sesuai dengan kakinya dan memasang koyok dikakinya
- TTV: TD: 130/100 mmHg HR: 95
kondisi fisik dan fungsi kognitif
x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36,50C
pasien dan riwayat penyakit
- Pasien tampak sulit bergerak dan lebih
terdahulu pasien banyak tidur dikamar
A : Masalah belum teratasi
3) Menghindarkan lingkungan
P: Lanjutkan intervensi
65
memindahkan perabotan)
cukup
6) Menganjurkan pramulansia
kebisingan
8) Memindahkan barang-barang
penyebab penyakit.
Gangguan alam 1) Menggunakan komunikasi S : Tn. M mengatakan sedih jika teringat akan
perasaan: depresi pada
keluarganya.
lansia b/d kurangnya terapeutik untuk membangun
perhatian keluarga O:
hubungan saling percaya dan
- Pasien tampak sering menyendiri
empati - Pasien tampak kecewa dan sedih
- Hasil mpengkajian depresi Beck masih
2) Membantu klien untuk
menunjukkan depresi berat
mengingat pengalaman spiritual
A : Masalah belum teratasi
pada masa lalu P: Lanjutkan intervensi
SWT
pendekatan spiritual.
8) Mengevaluasi keberhasilan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
dapat terjadi pada semua tingkatan umur tetapi pada lansia akan rentan
sering dialami oleh lansia tetapi hal tersebut juga di pengaruhi oleh
4.2 Saran
berkelanjutan agar hal tersebut menjadi acuan ilmu yang dapat dipertanggung
jawabkan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Hartono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI.