DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2:
DWI NOPRITASARI
HERRY RANTUNG
MUTMA INNAH
• Bakteri
• Virus
• Faktor predisposisi
• Faktor maternal
• Faktor Imunologi
Faktor resiko terjadinya meningitis :
• Infeksi sistemik
• Trauma kepala
• Kelainan anatomis
Manifestasi Klinis
• Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang,
muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan
menangis lemah.
• Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang
diikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau
maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda kernig dan
brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau
pruritus (menunjukkan adanya infeksi meningococcal).
• Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dan
merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan
Brudzinsky positif.
Patofisiologi
Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan
meningitis, antara lain:
•Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi
subdural).
•Hidrosepalus
•Abses otak.
• Epilepsi
•Retardasi mental.
•Serangan meningitis berulang
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
•Isolasi
•Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil
kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
•Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
•Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
•Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
•Mempertahankan ventilasi
•Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
•Penatalaksanaan syok bacterial
•Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
•Memperbaiki anemia
b. Penatalaksanaan Medis
•Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
•Steroid untuk mengatasi inflamasi
•Antipiretik untuk mengatasi demam
•Antikonvulsant untuk mencegah kejang
•Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
•Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
•Pemberian cairan intravena
•Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang
•Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya dan
rangsangan polusi.
•Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
•Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melalui section dan memposisikan anak
pada posisi kepala miring hiperekstensi.
• Penatalaksanaan di Rumah:
• Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak
terlalu panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang
baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang
cukup karena anakyang menderita demam terjadi peningkatan
metabolisme aerobik yang praktis membutuhkan masukan
oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga
berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi
dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit
perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi
sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari
lingkungan.
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
• Pengkajian
• Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma
riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala
• Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks
menghisap kurang, muntah
• Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah
yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak,
penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky
positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
• Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dangan merintih,
ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
• Diagnosa Keperawatan
– Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : cerebral) berhubungan dengan
gangguan sirkulasi darah cerebral / peningkatan TIK
– Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran dan
hipoventilasi.
– Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
– Kurang perawatan diri : makan, mandi, toiletting berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
– Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
– Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
dan perubahan sirkulasi
– Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
– Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi F
Rencana Asuhan
Keperawatan
2.2 Hidrosepalus
Resiko cidera b.d Setelah dilakukan kunjungan 1) Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan
ketidakmampuan keluarga selama 3x diharapkan keluarga bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial
mengenal masalah kesehatan, mampu menciptakan lingkungan cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya
ketidakmampuan mengambil kondusif dengan kriteria hasil: menggunakan penyanggah tempat tidur,
keputusan, ketidakmampuan Keselamatan fisik dapat usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan
sederhana, ketidak mampuan Adanya pelindung dan alat 2) Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan
menciptakan lingkungan bantu untuk klien pada anak dan cara pencegahan untuk cidera.
kesehatan keselamatan.
hygiene)
waktu makan
dikonsumsi anak
Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan selama 3x 1) Kaji ketidakmampuan klien
toileting , berpakaian.