Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS DN

HIDROSEPALUS PADA ANAK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2:
DWI NOPRITASARI
HERRY RANTUNG
MUTMA INNAH

DOSEN: Dr. Ns. Hj. Rifa Yanti, S. Kep, M. Biomed


2.1 Konsep Meningitis
• Meningitis adalah radang pada
meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh
virus, bakteri atau organ-organ
jamur. (NANDA, 2012)
• Meningitis adalah peradangan
pada meninges, membran dari
otak dan sumsum tulang belakang.
Hal ini paling sering disebabkan
oleh infeksi (bakteri, virus, atau
jamur), tetapi juga dapat
diproduksi oleh iritasi kimia,
perdarahan subarachnoid, kanker
dan kondisi lainnya. (WHO, 2014)
2.1.2 Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan


berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
•Meningitis purulenta
•Meningitis serosa
Sedangkan berdasarkan
etologinya meningitis
terbagi atas:
• Meningitis Bakterial
• Meningitis Virus
• Meningitis Jamur
Etiologi

• Bakteri
• Virus
• Faktor predisposisi
• Faktor maternal
• Faktor Imunologi
Faktor resiko terjadinya meningitis :
• Infeksi sistemik
• Trauma kepala
• Kelainan anatomis
Manifestasi Klinis
• Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang,
muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan
menangis lemah.
• Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah yang
diikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau
maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus. Tanda kernig dan
brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau
pruritus (menunjukkan adanya infeksi meningococcal).
• Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dan
merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan
Brudzinsky positif.
Patofisiologi
Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan
meningitis, antara lain:
•Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi
subdural).
•Hidrosepalus
•Abses otak.
• Epilepsi
•Retardasi mental.
•Serangan meningitis berulang
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapeutik
•Isolasi
•Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil
kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
•Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
•Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
•Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
•Mempertahankan ventilasi
•Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
•Penatalaksanaan syok bacterial
•Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
•Memperbaiki anemia
b. Penatalaksanaan Medis
•Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
•Steroid untuk mengatasi inflamasi
•Antipiretik untuk mengatasi demam
•Antikonvulsant untuk mencegah kejang
•Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
•Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
•Pemberian cairan intravena
•Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang
•Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya dan
rangsangan polusi.
•Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
•Pembebasan jalan nafas denga menghisap lendir melalui section dan memposisikan anak
pada posisi kepala miring hiperekstensi.
• Penatalaksanaan di Rumah:
• Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak
terlalu panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang
baik berfungsi mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang
cukup karena anakyang menderita demam terjadi peningkatan
metabolisme aerobik yang praktis membutuhkan masukan
oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga
berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi
dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit
perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi
sebaliknya kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari
lingkungan.
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
• Pengkajian
• Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma
riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala
• Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks
menghisap kurang, muntah
• Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah
yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak,
penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky
positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
• Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas
makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dangan merintih,
ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
• Diagnosa Keperawatan
– Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : cerebral) berhubungan dengan
gangguan sirkulasi darah cerebral / peningkatan TIK
– Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran dan
hipoventilasi.
– Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
– Kurang perawatan diri : makan, mandi, toiletting berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
– Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
– Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
dan perubahan sirkulasi
– Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan penurunan
kesadaran.  
– Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi F
Rencana Asuhan
Keperawatan
2.2 Hidrosepalus

• Hidrosefalus adalah akumulasi


cairan serebro spinal dalam
ventrikelserebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural
(Suriadi dan Yuliani, 2001).
• Hidrosefalus merupakan keadaan
patologis otak yang mengakibatkan
bertmbahnya cairan serebro
spinalis tanpa atau pernah dengan
tekanan intracranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngastiyah,2007).
ETIOLOGI 

• Hidrosefalus terjadi bila terdapat


penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan
CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarackhnoid.
akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruangan CSS diatasnya.
• Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
– Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau
infeksi intrauterine meliputi :
• Stenosis aquaductus sylvi
• Spina bifida dan kranium bifida
• Syndrom Dandy-Walker
• Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
– Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
• Infeksi
• Neoplasma
• Perdarahan
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
KLINIS 
• Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak diatas usia 2
tahun.
– Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
• Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
• Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
• Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-vena kulit kepala.
• Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi seperti pot
kembang yang retak pada perkusi.
• Perubahan pada mata.
• bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita. Sclera nampak
diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam
• strabismus divergens
• nystagmus
• refleks pupil lambat
• atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
• papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
– Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh karena pada usia ini
ubun-ubun sudah tertutup
KOMPLIKASI 

• Peningkatan tekanan intrakranial


• Kerusakan otak
• Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meni
ngitis,ventri kulitis,abses otak.
• Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi
mekanik.
• Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi
organ dalam rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
• Kematian
PEMERIKSAAN
PENUNJANG 
• Pemeriksaan fisik:
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk
melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
• Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
• Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan
ada infeksi sisa
• X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
• USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
• CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
PENATALAKSANAAN 
– Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari
trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
– Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg
BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat
diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide
juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ±
40 – 50 % kasus.
– Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN 
A. Pengkajian Keperawatan Hidrosefalus
– Anamnesa
–Riwayat penyakit / keluhan utama
• Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan
ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
–Riwayat Perkembangan
• Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak. Kekejangan : Mulut dan perubahan
tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
– Pemeriksaan Fisik
– Inspeksi :
• Anak dapat melihat keatas atau tidak.
• Pembesaran kepala.
• dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
– Palpasi
• Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
• Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
– Pemeriksaan Mata
• Akomodasi.
• Gerakan bola mata.
• Luas lapang pandang
• Konvergensi.
• Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
• Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
Diagnosa Keperawatan
– Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
– Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil
keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan
menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
– Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
– Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil
keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidakmampuan
menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Rencana Asuhan
Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

Resiko cidera b.d Setelah dilakukan kunjungan 1) Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan

ketidakmampuan keluarga selama 3x diharapkan keluarga bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial

mengenal masalah kesehatan, mampu menciptakan lingkungan cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya

ketidakmampuan mengambil kondusif dengan kriteria hasil: menggunakan penyanggah tempat tidur,

keputusan, ketidakmampuan Keselamatan fisik dapat usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan

melakukan perawatan dipertahankan pencahayaan malam hari siapkan lampu panggil

sederhana, ketidak mampuan Adanya pelindung dan alat 2) Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan

menciptakan lingkungan bantu untuk klien pada anak dan cara pencegahan untuk cidera.

kondusif, ketidakmampuan 3) Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala

memanfaatkan fasilitas aktifitas klien yang membahayakan

kesehatan keselamatan.

4) Beri alat bantu misal:tongkat


Resiko gangguan nutrisi : kurang Setelah dilakukan kunjungan selama 3x 1) Berikan makanan lunak tinggi kalori

dari kebutuhan tubuh diharapkan keluarga mampu melakukan tinggi protein.

perawatan sederhana dirumah  dengan 2) Berikan klien makan dengan posisi

kriteria hasil: semi fowler dan berikan waktu yang

         Berat badan ideal cukup untuk menelan.

         Tidak muntah 3) Ciptakan suasana lingkungan yang

         Tidak terjadi malnutrisi nyaman dan terhindar dari bau –

bauan yang tidak enak..

4) Timbang berat badan bila mungkin.

5) Jagalah kebersihan mulut ( Oral

hygiene)

6) Berikan makanan ringan diantara

waktu makan

7) Beri penjelasan pada keluarga

tentang makanan yang baik

dikonsumsi anak
Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan selama 3x 1) Kaji ketidakmampuan klien

diharapkan keluarga dapat menciptakan dalam perawatan diri

lingkungan  kondusif dengan kriteria 2) Kaji tingkat fungsi fisik

hasil: 3) Kaji hambatan dalam

Klien dapat melakukan perawatan diri berpartisipasi dalam perawatan

dengan mandiri atau dibantu diri, identifikasi untuk

Klien bersih dan tidak bau modifikasi lingkungan

4) Jelaskan pada keluarga

pentingnya kebersihan diri

5) Jelaskan dan ajarkan cara

perawatan diri meliputi:mandi,

toileting , berpakaian.

Anda mungkin juga menyukai