Oleh :
04084882124008
Pembimbing:
b. Latar Belakang
Besar Masalah Kematian ibu di Indonesia
Data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 305/100.000 Kelahiran Hidup
(KH). Survei lain yang dilakukan oleh Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2017 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB)
24/1000 KH. Kedua hasil survei tersebut masih belum memenuhi target
daripada Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 yakni
dengan jumlah AKI mencapai 70/100.000 KH, sedangkan AKB 12/1000
KH.
c. Tujuan
Antisipasi masalah kematian ibu dapat diupayakan melalui peningkatan
peran kader posyandu agar lebih proaktif mendampingi ibu-ibu hamil
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan (K1-K4) serta penyuluhan-
penyuluhan yang lebih intens diharapkan dapat menyadarkan ibu-ibu
hamil akan kondisi kesehatannya dan mengutamakan pertolongan
persalinan dari tenaga kesehatan yang berkompeten (Dokter dan Bidan).
Program Jampersal yang telah diluncurkan sejak tahun 2012 yang telah
dilanjutkan di era JKN saat ini diharapkan dapat memenuhi tujuan
utamanya dalam mendekatkan akses layanan untuk seluruh ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir ke fasilitas.
d. Kebijaksanaan
1) Dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar, mengenai Pemeriksaan Kehamilan atau
Antenatal Care
2) Berkolaborasi dengan fasilitas kesehatan
3) Berkerjasama dengan fasilitas laboratorium untuk mengecekan lab
rutin pada ibu hamil
4) Memberikan tatalaksana dan obat maupun vitamin yang di perlukan
oleh ibu hamil
e. Strategi
Fokus harus diarahkan kepada penjaminan ketersediaan sumber daya dan
pelaksanaan Antenatal Care oleh dokter kebidanan, dokter umum, bidan,
dan sarana lainnya.
f. Kegiatan
1) Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya melakukan dan
mencari layanan antenatal care.
2) Pemeriksaan Antenatal Care sesuai dengan standar pelayanan
(minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan,dan minimal 2 kali
pemeriksaan oleh dokter pada trimester I)
3) Melakukan pemeriksaan 10T kepada ibu hamil Timbang berat badan
dan ukur tinggi badan
- Ukur tekanan darah
- Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas/LILA)
- Pemeriksaan puncak rahim ( tinggi fundus uteri )
- Tentukan presentasi janin dan denyut janin ( DJJ )
- Skrining status imunisasi tetanus dan beikan imunisasi tetanus
toksoid (TT) bila diperlukan.
- Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan.
- Tes laboratorium, tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya), pemriksaan protein urin (bila ada indikasi) yang
pemberian pelayanan disesuaikn dengan trimester kehamilan.
- Tatalaksana/penanganan kasus sesuia kewenangan.
- Temu wicara (konseling)
Daftar Pustaka
- Asuhan Kebidanan Kehamilan, Kemenkes RI , 2016
2. Inisiasi Menyusui Dini, Pemberian ASI eksklusif dan lama menyusui
maupun fasilitas laktasi (termasuk lingkungan kerja yang tidak
mendukung fasilitas laktasi)
a. 5W1H
What : Masalah kesehatan apa yang terjadi?
Pemberian ASI Eksklusif yang tidak adekuat
Who : Siapa yang terkena masalah ?
Ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0 sampai 6 bulan.
Pelaksana Program
Where : Dimana masalah tersebut terjadi ?
Posyandu
When : Kapan masalah tersebut terjadi, dan kapan lebih intens?
Kegiatan posyandu 1 bulan sekali, namun penyuluhan ASI
Eksklusif tidak menentu.
Why : Kenapa masalah itu terjadi pada kelompok tertentu,
kenapa terjadi terus menerus?
Pendataan lebih lanjut melalui sistem kuisioner ataupun
wawancara langsung diharapkan dapat menemukan alasan
terjadinya permasalahan ini.
How : Apa masalah ada hubungan dengan kondisi tertentu?
Program ini membutuhkan dana dari BOK dan dana dari
sumber daya masyarakat. Hambatan penyaluran dana dari
BOK hingga ke pelaksanaan posyandu mungkin
berhubungan dengan terjadinya permasalahan
b. Latar Belakang
Laporan World Health Organisation (WHO) dalam Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2015) menyebutkan bahwa dari 18
negara anggota The Association of Southeast Asian Nations dan Regional
Comittee for South-East Asia bahwa cakupan ASI Eksklusif di negara Sri
Langka sebesar 76%, Kamboja sebesar 66%, Korea Utara 65%, Nepal
32% dan Timor Leste 52%.2,3 Sementara Indonesia cakupan ASI
Eksklusif hanya sebesar 42,70% (Kemenkes RI, 2015).
Data profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, di Indonesia cakupan
pemberian ASI eksklusif sebesar (55,7%) (Kemenkes RI, 2016). Pada
tahun 2017, cakupan pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan
menjadi 54,0% (Kemenkes RI, 2017). Menurut Riset Kesehatan Dasar
(riskesdas) tahun 2018 cakupan pemberian ASI eksklusif bayi usia 0 – 5
bulan mencapai 37,3%. Berdasarkan data Kemenkes RI (2015)
didapatkan data pencapaian pemberian ASI eksklusif ditingkat Nasional
pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasional cakupan pemberian
ASI Eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target. Berdasarkan data
SPM bulan Januari 2019 – Desember 2019 bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif di kota Palembang mencapai 78,3%.
c. Tujuan
1) Untuk memberikan edukasi pentingnya ASI eksklusif dan
manajemen laktasi pada ibu saat masa kehamilan, saat bayi baru
lahir hingga anak berusia 6 bulan.
2) Mengedukasi manfaat ASI eksklusif pada bayi yaitu untuk
meningkatkan daya tahan tubuh bayi, sebagai nutrisi bagi selama 6
bulan, meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan bayi,
memberikan pertumbuhan yang baik pada anak sehingga
mengurangi risiko stunting dan kemungkinan obesitas pada anak.
Manfaat ASI eksklusif bagi ibu adalah mengurangi kejadian kanker
payudara, mencegah perdarahan pasca persalinan, mempercepat
pengecilan kandungan, dapat digunakan sebagai metode KB
sementara dan meningkatkan imunitas ibu.
3) Melatih petugas kesehatan di puskesmas dalam memberikan
penyuluhan ASI eksklusif serta penyediaan fasilitas ruang laktasi di
puskesmas.
d. Kebijakan (Kebijaksanaan)
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
2) Kepmenkes RI 450/Menkes/SK/IV. Tentang Pemberian ASI secara
Eksklusif.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 240/MENKES/PER/V/1985
tentang pengganti ASI
4) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 237/MENKES/SK/IV/1997
tentang Pemasaran Pengganti ASI
5) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan
Iklan Pangan
6) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004
Tentang Pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi di Indonesia
e. Strategi
1) Melatih kemampuan untuk melakukan komunikasi kesehatan yang
efektif
2) Melatih kemampuan dan tatacara sosialisasi, advokasi, dan bekerja
sama dalam bidang kesehatan mengenai pentingnya ASI eksklusif
3) Menetapkan kebijakan peningkatan pemberian ASI yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas.
4) Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan
tersebut.
5) Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui
dan tatalaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir
sampai umur 2 tahun.
6) Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah
melahirkan diruang bersalin.
7) Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis.
8) Tidak memberikan makanan/minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir.
9) Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama
bayi 24 jam sehari.
10) Membantu ibu menyusui semua bayi semau ibu, tanpa pembatasan
terhadap lama dan frekuensi menyusui.
11) Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
12) Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI di
masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika
pulang dari rumah sakit/ rumah bersalin/ sarana pelayanan kesehatan
f. Kegiatan
1) Penyuluhan tentang ASI eksklusif
2) Program fasilitas laktasi di puskesmas
3) Penyuluhan tentang manajemen laktasi
Daftar Pustaka
- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Indonesian Pediatric Society. Nilai
Nutrisi Air Susu Ibu [internet]. c 2013 ; cited 2014 jan13] Avaliable from
http://idai.or.id
- WHO.Breastfeeding. c 2013;cited 2022 june 25. Avaliable from
http://www.unicef.org/nutrition/ index_24824.html
- World Health Organization, Longterm effects of Breastfeeding [internet].
A sistematic review. in Brazil, World Health Organization. c2013. Cited
2022 june 25
- Kepmenkes RI 450/Menkes/SK/IV. Tentang Pemberian ASI secara
Eksklusif. Departemen kesehatan; Jakarta 2004.
- Peraturan.Pemerintah.Republik.Indonesia nomor 33 tahun 2012.Tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Presiden Republik Indonesia.
Jakarta;Maret 2012