Anda di halaman 1dari 19

TUGAS EPIDEMIOLOGI

Kelompok 1:

Riri Juliantika 04084822124096

Novira Parawansa 04084822124071

Anggie Shafira 04084822124154

Ummul Azizah 04084822124137

Rahma adellia 04084822124026

Muhammad Zaki Luthfi 04084822124027

Pembimbing:

dr. Achmad Ridwan. MO, M.sc


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2022

BUAT PENGELOMPOKAN MASALAH


Pok Masalah Kesehatan
 Kematian neonatus, bayi dan balita termasuk 1000 Hari Pertama kelahiran dan
kelangsungan hidup anak
 Kematian ibu akibat kehamilan dan persalinan
 Tatalaksana Kehamilan termasuk Antenatal Care (ANC), persalinan, dan nifas untuk
mencegah risiko tinggi kehamilan (terlambat mengambil keputusan, terlambat
dirujuk, terlambat ditangani, terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak,
dan tidak terlaksananya audit maternal perinatal)
 Inisiasi Menyusui Dini, Pemberian ASI eksklusif dan lama menyusui maupun fasilitas
laktasi (termasuk lingkungan kerja yang tidak mendukung fasilitas laktasi)
 Pola asuh dan tumbuh kembang balita
 Beban Penyakit Double Burden akibat penyakit menular dan tidak menular beserta
manajemennya (misalnya TB di Indonesia termasuk active case finding, pencegahan
TB MDR, case holding)
 Gizi masyarakat terutama pada balita dan ibu hamil termasuk Kekurangan dan
Kelebihan gizi/gizi buruk (termasuk KEP, KEK, dan lain-lain)
 Kesehatan lansia
 Kejadian Luar Biasa dan Wabah (endemi, pandemi, epidemi) maupun bencana

Pok Masalah Perilaku


 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada seluruh tatanan masyarakat termasuk
anak usia sekolah, rumah tangga dan Institusi
 Perilaku berisiko remaja: perilaku seksual berisiko termasuk kehamilan pada remaja,
HIV/AIDS, dan Ketergantungan NAPZA
 Perilaku menyimpang (Deviant Behaviour)
 Perilaku pencarian pelayanan kesehatan terkait dengan akseptabilitas dan
aksestibilitas layanan sehingga berpengaruh terhadap cakupan pelayanan kesehatan
maupun Pencapaian Universal Health Coverage
 Kepercayaan dan tradisi yang berpengaruh terhadap kesehatan
 Kurangnya pengetahuan, pemahaman dan kesertaan keluarga dan masyarakat dalam
program kesehatan pemerintah (misalnya KIA, KB, kesehatan reproduksi, gizi
masyarakat, TB Paru, JKN dll.)
 Gaya hidup yang berisiko tinggi (rokok, narkoba, alkohol, sedentary life, pola makan,
seks bebas)
 Kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi
 Kejahatan social
 Penganiayaan/ perlukaan sosial

Pok Masalah lingkungan


 Kesehatan lingkungan (termasuk sanitasi makanan, air, rumah, polusi udara, air,
tanah, sosial, dan dampak pemanasan global)
 Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan manajemennya
 Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dan manajemen penanganan kesehatannya

Pok Masalah Kelayanan (Kes dan Kedokteran): SDM, Biaya, Sarana, Prosedur,
Teknologi, Manajemen (p1 p2 p3)
 Manajemen vaksin dan program imunisasi
 Kurangnya Akses fasilitas pelayanan kesehatan (misalnya masalah geografi, masalah
ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan) maupun pemerataan dan kualitas
pelayanan kesehatan
 Kesehatan pariwisata (travel medicine) termasuk informasi pre-travel, layanan
kesehatan primer di daerah pariwisata, imunisasi bagi traveler, asuransi kesehatan
bagi traveler
 Sistem rujukan vertikal dan horizontal
 Efektifitas dan efisiensi program kesehatan masyarakat
 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan di Individu, Keluarga, Komunitas maupun
Masyarakat termasuk Klinik, Puskesmas, dll
 Audit Medik
 Pembiayaan pelayanan kesehatan
 Sistem informasi, pencatatan dan pelaporan penyakit dan kejadian luar biasa di
masyarakat termasuk rekam medis
 Sistem asuransi pelayanan kesehatan termasuk Jaminan Kesehatan Nasional dan
sebagai contoh BPJS Kesehatan.
 Kurangnya kemampuan untuk melakukan komunikasi, sosialisasi, advokasi, dan
bekerja sama dengan masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan

Pok Masalah Biologi atau Genetik dan Kependudukan


 Kesiagaan dan ketahanan keluarga, masyarakat, populasi serta rehabilitasi medik dan
sosialnya
 Anak dengan difabilitas

AMBIL 1-2 MASALAH URAIKAN : 5W 1 H EPIDEMIOLOGI, PROGRAMNYA


ATAU SISTIMATIKA LAIN.

1. Kematian neonatus, bayi dan balita termasuk 1000 Hari Pertama kelahiran dan
kelangsungan hidup anak
a. 5W 1 H EPIDEMIOLOGI
• WHAT: Masalah kesehatan apa yang terjadi?
Kematian bayi di Sumatera Selatan masih tinggi, walaupun mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data laporan program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) jumlah kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan tahun
2018 sebanyak 51 kasus, jumlah ini lebih rendah dibandingkan target tahun
2018 sebanyak 100 orang.Berdasarkan data laporan program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) jumlah kematian Balita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018
sebanyak 29 orang, jumlah ini sudah lebih rendah dibandingkan target tahun
2018 sebanyak 44 orang. Dengan demikian indikator kinerja jumlah kematian
Balita pada tahun 2018 telah mencapai target akhir RPJMD tahun 2018 dengan
persentase capaiannya sebesar 134%.
• WHO: Siapa yang terkena masalah (Karakteristik)?
Neonatus, bayi, dan balita
• WHERE: Dimana masalah tersebut terjadi?
Provinsi Sumatera Selatan
Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten OKU sebanyak 16 orang,
kemudian diikuti oleh kabupaten Muara Enim 7 orang dan kabupaten Musi Rawas dan Kota
Palembang masing-masing sebanyak 6 orang. Jumlah kematian bayi terendah terjadi di
kabupaten Lahat, OKU Selatan, Empat Lawang, Kota Pagar Alam dan Lubuk masing-masing
sebanyak 1 orang, sedangkan untuk kabupaten OKI, Musi Banyuasin, OKU Timur, PALI dan
kota Prabumulih tidak ada laporan kematian Bayi.
Jumlah kematian Balita tahun 2018 tertinggi kabupaten OKU sebanyak 10 orang,
dikikuti kota Palembang dan kabupaten Musi Rawas masing-masing sebanyak 4 orang.
Jumlah kematian Balita terendah di kota Prabumulih, kota Pagar ALam dan kota Lubuk
Linggau masing-masing sebanyak 1 orang, sedangkan kabupaten OKI, Lahat, Musi
Banyuasin, OKU Selatan, OKU Timur dan PALI tidak ada laporan kematian Balita.
• WHEN: Kapan masalah tersebut terjadi, dan kapan lebih intens?
Dilihat dalam 5 tahun (2014 – 2018) jumlah kematian bayi mengalami fluktuatif
seperti terlihat pada tabel berikut:
 HOW: Apa masalah ada hubungan dengan kondisi tertentu?
Beberapa hambatan dalam menurunkan angka kematian neonatus, bayi, dan
balita yaitu akibat kurangnya sarana dan prasarana kegawatdaruratan di
Puskesmas, akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan dibeberapa daerah
masih sulit dijangkau.

 WHY (PENYEBAB): Penyebab utama kematian bayi di provinsi Sumatera


Selatan adalah pneumonia dan diare.

b. Tujuan
Beberapa strategi dilakukan dengan tujuan agar terjadi pencapaian target yaitu
untuk menurunkan angka kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan dengan
menyiapkan dan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk memaksimalkan
sumber daya yang ada, pemberdayaan masyarakat, peningkatan peran aktif
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di desa/kelurahan, pengembangan
kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan.

c. Kebijaksanaan
 Perencanaan percepatan dan meningkatkan pelaksanaan pemantauan PWS
KIA dan surveilans kematian bayi dan balita di tingkat kabupaten/kota.
 Berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor mulai dari tingkat
provinsi, kabupaten/kota sampai ke tingkat desa dan kelurahan untuk
menyusun strategi penurunan kasus kematian ibu dan bayi.
 Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat
desa dan kelurahan melalui penempatan bidan di setiap desa dan
pembangunan Poskesdes.

d. Strategi
Menurunkan angka kematian bayi ini karena kematian bayi telah menjadi
program prioritas nasional dan merupakan komitmen global yang dicantumkan
dalam SDG’s (Sustainable Development Goals). Peranan dan keterlibatan
sektor lain untuk ikut serta berperan dalam penurunan angka kematian bayi
juga terus ditingkatkan.
e. Kegiatan
 Meningkatkan kompetensi/kapasitas teknis tenaga kesehatan dalam hal
pelayanan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dan penanganan
bayi baru lahir melalui pelatihan dan pertemuan teknis program;
 Penerapan Program Desa Siaga juga diharapkan akan dapat menekan angka
kematian bayi;
 Integrasi BKB (Bina Keluarga Balita), Pendidikan Anak Usia Dina (PAUD)
dan Posyandu;
 Konsorsium kerja sama dengan perguruan tinggi dan swasta untuk
meningkatkan kualitas hidup anak dan penurunan kematian;

Beberapa program dan kegiatan yang masih menjadi prioritas untuk menurunkan angka
kematian Balita antara lain :
a. Pelaksanaan pemantauan PWS KIA dan surveilans kematian balita di tingkat
kabupaten/kota.
b. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan lintas program balita terintegrasi,
pelaksanaan supervisi dan bimbingan teknis untuk meningkatkan kemampuan tenaga
kesehatan di kabupaten/kota.
c. Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat desa dan
kelurahan melalui penempatan bidan di setiap desa dan pembangunan Poskesdes; d.
Penerapan Program Desa Siaga juga diharapkan akan dapat menekan angka kematian
bayi dan Balita.
d. Integrasi BKB (Bina Keluarga Balita), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
Posyandu.
e. Program Manajemen Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen Tumbuh kembang
Balita.
f. konsorsium kerja sama dengan perguruan tinggi dan swasta untuk meningkatkan
kualitas hidup anak dan penurunan kematian.

Daftar Pustaka
- Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan. 2019
2. Kematian ibu akibat kehamilan dan persalinan
a. 5W 1 H EPIDEMIOLOGI
• WHAT: Masalah kesehatan apa yang terjadi?
Kematian ibu akibat kehamilan dan persalinan. Hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2012 menunjukkan AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015
menunjukkan AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih
sangat tinggi jika dibandingkan dengan perkiraan Kementerian Kesehatan
bahwa pada tahun 2015 Indonesia baru akan mencapai angka 161 per 100.000
kelahiran hidup. Hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305
per 100.000 kelahiran hidup.

• WHO: Siapa yang terkena masalah (Karakteristik)?


Ibu hamil

• WHERE: Dimana masalah tersebut terjadi?


Di Indonesia. Berdasarkan hasil survei demografi, hingga tahun 2019 AKI di
Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup.

• WHEN: Kapan masalah tersebut terjadi, dan kapan lebih intens?


Selama kehamilan atau periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan.

• HOW: Apa masalah ada hubungan dengan kondisi tertentu?


Faktor yang mempengaruhi kematian ibu akibat kehamilan dan persalinan,
antara lain status kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil, pemeriksaan
antenatal (masa kehamilan), pertolongan persalinan dan perawatan segera
setelah persalinan, serta faktor sosial budaya. Terbatasnya akses ibu hamil
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama bagi ibu hamil
dengan status sosial ekonomi rendah di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan
dan kepulauan. Penyediaan fasilitas PONEK, PONED, posyandu, dan unit
transfusi darah belum merata dan belum seluruhnya terjangkau oleh seluruh
masyarakat.
• WHY (PENYEBAB): Kenapa masalah itu terjadi pada kelompok tertentu,
kenapa terjadi terus menerus?
Penyebab terbanyak kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 adalah
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan gangguan metabolik.
Sekitar 25-50% kematian ibu disebabkan masalah yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas. Berdasarkan survei penyebab kematian ibu
tahun 2010-2013, penyebab terbesar kematian ibu adalah perdarahan.
Sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian ibu terendah.
Sementara itu, penyebab lain-lain juga berperan cukup besar dalam
menyebabkan kematian ibu. Penyebab lain-lain yang dimaksud adalah penyebab
kematian ibu secara tidak langsung, seperti kondisi penyakit kanker, ginjal,
jantung, tuberculosis atau penyakit lain yang diderita ibu.

Gambar 1. Penyebab kematian ibu pada tahun 2010-2013

b. Tujuan
Tujuan Umum
- Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menurunkan angka
kematian ibu
- Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil
Tujuan Khusus
- Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals
(SDGs), target AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030
- Mendorong perbaikan sistem pelayanan kesehatan ibu di daerah-daerah serta
memperkuat kebijakan fiskal untuk program kesehatan ibu di level daerah
- Menyediakan pelayanan kesehatan ibu hamil di pusat-pusat pelayanan terutama
di desa-desa sesuai dengan standar pelayanan minimum

c. Kebijakan
- Penguatan Puskesmas dan jaringannya
- Penguatan manajemen program dan sistem rujukannya
- Penguatan basis pelayanan kesehatan ibu dalam skema Jaminan Kesehatan
Nasional
- Meningkatkan peran serta masyarakat, melakukan kerjasama dan kemitraan
- Pemerintah perlu meningkatkan anggaran program pembinaan pelayanan
kesehatan ibu
- Revitalisasi program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) di
Indonesia

d. Strategi
Angka kematian ibu merupakan indikator pembangunan kesehatan dan indikator
pemenuhan hak reproduksi serta kualitas dalam pemanfaatan kesehatan secara
umum. AKI menjadi indikator dalam program Sustainable Development Goals
(SDGs). SDGs merupakan program kegiatan yang meneruskan agenda Milenium
Development Goals (MDGs) untuk periode waktu tahun 2016-2030 sekaligus
menindaklanjuti program MDGs yang belum selesai. Untuk mencapainya
dilakukan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
Continuity of Care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.

e. Kegiatan
Beberapa program yang masih menjadi prioritas untuk masa yang akan datang
adalah :
 Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya
untuk ibu hamil terutama melalui pembangunan Pos Kesehatan Desa dan Pos
Kesehatan Kelurahan serta penempatan bidan yang tinggal di desa;
 Pelaksanaan program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan
Komplikasi);
 Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada trimester
pertama, guna mendorong peningkatan cakupan kunjungan antenatal empat
kali (K4);
 Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor risiko 4 terlalu
(terlalu muda, terlalu sering, terlalu rapat dan terlalu tua);
 Pelaksanaan Ante Natal Care (ANC) yang terintegrasi untuk ibu
hamil ,termasuk pemeriksaan HIV/AIDS, Malaria, Cacingan dan penyakit
infeksi menular lainnya secara terintegrasi dan pelaksanaan kelas ibu hamil
dengan melibatkan keluarga dan masyarakat;
 Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) di tingkat kabupaten/kota;
 Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi
responsive gender harus ditingkatkan untuk meningkatkan Health Care
Seeking Behaviour

Daftar Pustaka
- Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. (2019). Rencana Kerja Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan,
105. https://e-renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/2-119014-2tahunan-
330.pdf
- Kemenkes. (2019). Analisis RKP dan Pembicaraan Pendahuluan APBN. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 3(2), 1.
https://www.neliti.com/id/publications/218225/kemajuan-teknologi-informasi-dan-
komunikasi-dalam-industri-media-di-indonesia%0Ahttp://leip.or.id/wp-content/
uploads/2015/10/Della-Liza_Demokrasi-Deliberatif-dalam-Proses-Pembentukan-
Undang-Undang-di-Indonesia
- Susiana, S. (2019). Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya
Penanganannya.
3. Tatalaksana Kehamilan termasuk Antenatal Care (ANC), persalinan, dan nifas
untuk mencegah risiko tinggi kehamilan (terlambat mengambil keputusan,
terlambat dirujuk, terlambat ditangani, terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering,
terlalu banyak, dan tidak terlaksananya audit maternal perinatal)

a. 5W 1 H EPIDEMIOLOGI
• WHAT: Masalah kesehatan apa yang terjadi?
• WHO: Siapa yang terkena masalah (Karakteristik)?
Ibu hamil
• WHERE: Dimana masalah tersebut terjadi?
Puskesmas
• WHEN: Kapan masalah tersebut terjadi, dan kapan lebih intens?
Tidak memiliki waktu khusus, dapat terjadi sepanjang tahun
• HOW: Apa masalah ada hubungan dengan kondisi tertentu?
• WHY (PENYEBAB): Kenapa masalah itu terjadi pada kelompok tertentu,
kenapa terjadi terus menerus?

b. Latar Belakang
Besar Masalah Kematian ibu di Indonesia
Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 Angka
Kematian Ibu (AKI) 305/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan berdasarkan Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, Angka Kematian Bayi (AKB)
24/1000 KH, adapun target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun
2030 adalah AKI mencapai 70/100.000 KH, sedangkan AKB 12/1000 KH.

c. Tujuan
Upaya yang dilakukan dalam mengantisipasi masalah kematian ibu yang melalui
peningkatan peran kader posyandu agar proaktif mendampingi ibu-ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan (K1-K4) serta penyuluhan-penyuluhan sehingga
diharapkan ibu-ibu hamil sadar akan kondisi kesehatannya dan mengutamakan
pertolongan persalinan dari tenaga kesehatan yang berkompeten (Dokter dan
Bidan). Disamping itu, pemerintah juga telah meluncurkan program Jampersal
sejak tahun 2012, yang telah dilanjutkan di era JKN saat ini dengan tujuan utama
mendekatkan akses layanan untuk seluruh ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir ke fasilitas.

d. Kebijaksanaan
 Dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar, mengenai Pemeriksaan Kehamilan atau Antenatal Care
 Berkolaborasi dengan fasilitas kesehatan
 Berkerjasama dengan fasilitas laboratorium untuk mengecekan lab rutin pada
ibu hamil
 Memberikan tatalaksana dan obat maupun vitamin yang di perlukan oleh ibu
hamil

e. Strategi
Berfokus kepada ketersediaan sumber daya dan pelaksanaan Antenatal Care
(Dokter Kebidanan, dokter umum, bidan, dan sarana lainnya)

f. Kegiatan
 Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya melakukan suatu pemeriksaan
kehamilan (Antebatal Care) sesuai standar
 Pemeriksaan Antenatal Care sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 6
kali pemeriksaan selama kehamilan,dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter
pada trimester I
 Melakukan pemeriksaan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10T yaitu:
- Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
- Ukur tekanan darah
- Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas/LILA)
- Pemeriksaan puncak rahim ( tinggi fundus uteri )
- Tentukan presentasi janin dan denyut janin ( DJJ )
- Skrining status imunisasi tetanus dan beikan imunisasi tetanus toksoid (TT)
bila diperlukan.
- Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
- Tes laboratorium, tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya),
pemriksaan protein urin (bila ada indikasi) yang pemberian pelayanan
disesuaikn dengan trimester kehamilan.
- Tatalaksana/penanganan kasus sesuia kewenangan.
- Temu wicara (konseling)

Daftar Pustaka
- Asuhan Kebidanan Kehamilan, Kemenkes RI , 2016
4. Inisiasi Menyusui Dini, Pemberian ASI eksklusif dan lama menyusui maupun
fasilitas laktasi (termasuk lingkungan kerja yang tidak mendukung fasilitas
laktasi)
a. 5W 1 H EPIDEMIOLOGI
• WHAT: Masalah kesehatan apa yang terjadi?
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6
bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain
seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih dan tidak diberikan
makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, nasi tim dan
sebagainya. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi
sampai usia 6 bulan, tanpa makanan pendamping.

• WHO: Siapa yang terkena masalah (Karakteristik)?


Pelaksana pada program ASI eksklusif antara lain : dokter, bidan desa, dibantu
para kader. Sasaran pada program ini yaitu ibu yang menyusui yang memiliki
bayi usia 0 sampai 6 bulan.

• WHERE: Dimana masalah tersebut terjadi?


Posyandu

• WHEN: Kapan masalah tersebut terjadi, dan kapan lebih intens?


Kegiatan posyandu dilakukan rutin satu kali setiap bulan, tapi tidak ada jadwal
khusus untuk penyuluhan ASI eksklusif.

• HOW: Apa masalah ada hubungan dengan kondisi tertentu?


Pada program ini terdapat pelaksana kegiatan ASI eksklusif yaitu dokter, bidan,
tenaga Kesehatan masyarakat dan kader. Program ini membutuhkan dana dari
BOK dan dana dari sumber daya masyarakat. Metode yang digunakan dengan
pemberitahuan secara lisan oleh dokter atau bidan kepada ibu-ibu yang
memeriksakan kandungan, setelah melahirkan dan saat membawa anak-anak
mereka ke posyandu tentang ASI eksklusif. Sarana yang dibutuhkan adalah
posyandu. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan yaitu buku kohort bayi dan
poster tentang ASI eksklusif.

• WHY (PENYEBAB): Kenapa masalah itu terjadi pada kelompok tertentu,


kenapa terjadi terus menerus?
Tujuan dilakukan program ini adalah untuk mengetahui masalah apa saja yang
menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada anak mereka,
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan ASI eksklusif,
menganalisis masalah serta melakukan evaluasi pemecahan masalah penerapan
ASI eksklusif serta menentukan fasilitas laktasi untuk ibu menyusui.
Menganalisis penyebab masalah dimana berdasarkan data SPM bulan Januari
2019 – Desember 2019 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di kota
Palembang mencapai 78,3%. Selain itu, untuk mendapatkan alternatif
pemecahan masalah yang ada, menentukan pemecahan masalah terpilih, serta
mampu untuk menyusun plan of action pemecahan masalah.

b. Latar Belakang
Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan ibu dan keluarga untuk
menunjang keberhasilan menyusui. Pelaksanaannya dimulai pada masa
kehamilan, setelah melahirkan dan pada masa menyusui selanjutnya. 1 Laporan
World Health Organisation (WHO) dalam Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (2015) menyebutkan bahwa dari 18 negara anggota The Association of
Southeast Asian Nations dan Regional Comittee for South-East Asia bahwa
cakupan ASI Eksklusif di negara Sri Langka sebesar 76%, Kamboja sebesar 66%,
Korea Utara 65%, Nepal 32% dan Timor Leste 52%. 2,3 Sementara Indonesia
cakupan ASI Eksklusif hanya sebesar 42,70% (Kemenkes RI, 2015).
Data profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, di Indonesia cakupan pemberian
ASI eksklusif sebesar (55,7%) (Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2017, cakupan
pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan menjadi 54,0% (Kemenkes RI,
2017). Menurut Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2018 cakupan pemberian
ASI eksklusif bayi usia 0 – 5 bulan mencapai 37,3%. Berdasarkan data Kemenkes
RI (2015) didapatkan data pencapaian pemberian ASI eksklusif ditingkat Nasional
pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasional cakupan pemberian ASI
Eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target. Berdasarkan data SPM bulan
Januari 2019 – Desember 2019 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di kota
Palembang mencapai 78,3%.

c. Tujuan
 Untuk memberikan edukasi pentingnya ASI eksklusif dan manajemen laktasi
pada ibu saat masa kehamilan, saat bayi baru lahir hingga anak berusia 6
bulan.
 Mengedukasi manfaat ASI eksklusif pada bayi yaitu untuk meningkatkan daya
tahan tubuh bayi, sebagai nutrisi bagi selama 6 bulan, meningkatkan jalinan
kasih saying antara ibu dan bayi, memberikan pertumbuhan yang baik pada
anak sehingga mengurangi risiko stunting dan kemungkinan obesitas pada
anak. Manfaat ASI eksklusif bagi ibu adalah mengurangi kejadian kanker
payudara, mencegah perdarahan pasca persalinan, mempercepat pengecilan
kandungan, dapat digunakan sebagai metode KB sementara dan meningkatkan
imunitas ibu.
 Melatih petugas kesehatan di puskesmas dalam memberikan penyuluhan ASI
eksklusif serta penyediaan fasilitas ruang laktasi di puskesmas.

d. Kebijakan (Kebijaksanaan)
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
 Kepmenkes RI 450/Menkes/SK/IV. Tentang Pemberian ASI secara Eksklusif.
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 240/MENKES/PER/V/1985 tentang
pengganti ASI
 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 237/MENKES/SK/IV/1997 tentang
Pemasaran Pengganti ASI
 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan
 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 Tentang
Pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi di Indonesia

e. Strategi
 Melatih kemampuan untuk melakukan komunikasi kesehatan yang efektif
 Melatih kemampuan dan tatacara sosialisasi, advokasi, dan bekerja sama
dalam bidang kesehatan mengenai pentingnya ASI eksklusif
 Menetapkan kebijakan peningkatan pemberian ASI yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas.
 Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut.
 Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
tatalaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2
tahun.
 Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan
diruang bersalin.
 Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
 Tidak memberikan makanan/minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir.
 Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam
sehari.
 Membantu ibu menyusui semua bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap
lama dan frekuensi menyusui.
 Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
 Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI di masyarakat dan
merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/ rumah
bersalin/ sarana pelayanan kesehatan

f. Kegiatan
 Penyuluhan tentang ASI eksklusif
 Program fasilitas laktasi di puskesmas
 Penyuluhan tentang manajemen laktasi

Daftar Pustaka
- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Indonesian Pediatric Society. Nilai Nutrisi Air
Susu Ibu [internet]. c 2013 ; cited 2014 jan13] Avaliable from http://idai.or.id
- WHO.Breastfeeding. c 2013;cited 2022 june 25. Avaliable from
http://www.unicef.org/nutrition/ index_24824.html
- World Health Organization, Longterm effects of Breastfeeding [internet]. A
sistematic review. in Brazil, World Health Organization. c2013. Cited 2022 june 25
- Kepmenkes RI 450/Menkes/SK/IV. Tentang Pemberian ASI secara Eksklusif.
Departemen kesehatan; Jakarta 2004.
- Peraturan.Pemerintah.Republik.Indonesia nomor 33 tahun 2012.Tentang Pemberian
Air Susu Ibu Eksklusif. Presiden Republik Indonesia. Jakarta;Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai