Puji syukur selalu kami curahkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario B Blok
17 Tahun 2019” sebagai tugas kelompok.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada tutor yang telah membimbing kami selama
proses tutorial, semua teman kelompok dan semua pihak yang terkait dalam penyelaesaian
laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan, karena itu
kami mengharapkan agar kedepannya laporan tutorial ini dapat menjadi lebih baik lagi, baik
dari segi sistematika, penulisan, dan lain-lain.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan untuk membuka wawasan yang lebih luas
lagi. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Tim Penyusun
i
Data Tutorial
Tutor : dr. Safyudin, M.Biomed
Moderator : M. Fariz Al Hakim
Sekretaris 1 : Rizky Ishak P.
Sekretaris 2 : Bramantyo Dwi Handjono
Pelaksanaan : 1. Senin, 9 September 2019
Pukul 10.00-12.00 WIB
2. Rabu, 11 September 2019
Pukul 10.00-12.00 WIB
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................ i
Data Tutorial .......................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
Skenario ................................................................................................................................. 1
Klarifikasi Istilah ................................................................................................................... 2
Identifikasi Masalah .............................................................................................................. 3
Analisis Masalah ................................................................................................................... 4
Topik Pembelajaran dan Keterbatasan Ilmu Pengetahuan .................................................. 22
Sintesis ................................................................................................................................. 23
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pendengaran ............................................................. 23
B. Presbikusis ................................................................................................................ 37
C. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................................... 44
Kerangka Konsep ................................................................................................................ 52
Kesimpulan .......................................................................................................................... 53
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 54
iii
Skenario
1
Klarifikasi Istilah
No Istilah Pengertian
Tinnitus, suara bising di telinga seperti deringan, dengung,
1 Berdenging
raungan, atau bunyi klik. (Dorland)
Berkurangnya
2 Tidak memiiki kemampuan penuh dalam mendengar. (KBBI)
pendengaran
Ramai, seperti berdengung-dengung, berdesir-desir, berdesing-
3 Bising
desing hingga menyebabkan telinga seperti pekak. (KBBI)
Cairan dari
4 (Otorhea) sekresi dari telinga. (Dorland)
telinga
Alat untuk melakukan inspeksi atau auskultasi pada telinga.
5 Otoskopi
(Dorland)
Kanalis akustikus
6 Saluran menuju membrane timpani. (Dorland)
externus
Membrane Struktur tipis antara meatus akustikus externus dan telinga
7
timpani tengah. (Dorland)
Membrane
8 Membran timpani kurang terang, kurang kuat cahaya. (KBBI)
timpani suram
Pemeriksaan hidung dengan spekuum baik melalui nares
9 Rhinskopi
anterior atau nasofaring. (Dorland)
Dilakukan untuk melihat antara perbadingan hantran tulang
10 Tes Rinne (bone coducton) dengan hantaran udara (air conduction).
(Indonesian journal of occupational safety and health)
Tes yang mengidentifikasi lateralisasi getaran bunyi pada
11 Tes Weber kedua sisi telinga. (Indonesian journal of occupational safety
and health)
Tes yang membandingkan hantaran suara pada tulang pasien
12 Tes Schwabach dengan pemeriksa. (Indonesian journal of occupational safety
and health)
Pemeriksaan Pengukuran ketajaman pendengaran untuk berbagai macam
13
audiometri glombang frekuensi udara. (Dorland)
Ketulian akibat defek pada telinga dalam atau nervus akusitkus.
14 Tuli sensorineural
Dorland)
Pemeriksaan untuk mengetahui keadaan cavum timpani
misalnya ada cairan di telinga tengah, gangguan rangkaian
Pemeriksaan
15 tulang pendengaran, kekakuan membrane timpani, dan
timpanometri
membrane timpani yang sangat lentur. (Jurnal: Screening
gangguan pendengaran pada neonatus resiko tinggi)
2
Identifikasi Masalah
No Masalah Prioritas
Tn. R, berusia 65 tahun, pensiunan seorang guru, datang ke poliklinik
1 RS denga keluhan berkurangnya pendengaran pada kedua telinga
yang terjadi secara perlahan sejak 2 tahun yang lalu.
2 Keluhan kadang disertai bunyi berdenging.
Pasien dapat mendengar percakapan tapi sulilt memahami makna
3 percakapan tersebut, terutama jika diucapkan dengan cepat di tempat
yang bising. Pasien tidak batuk maupun pilek.
Tidak terdapat riwayat keluar cairan dari telinga maupun riwayat
4
penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu lama.
Pemeriksanan tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 37oC
Pemeriksaan status lokalis
Otoskopi telinga kanan dan kiri
Kanalis akustikus eksternus : dalam batas normal
Membran timpani : suram, mobilitas
5 berkurang
Rhinoskopi anterior hidung kanan dan kiri
Mukosa hidung : dalam batas normal
Konka inferior : eutrofi
Septum nasi : di tengah
Sekret : (-)
Orofaring
Tonsil : T1-T1 tenang
Dinding faring posterior : tenang
3
Analisis Masalah
1. Tn. R, berusia 65 tahun, pensiunan seorang guru, datang ke poliklinik RS denga keluhan
berkurangnya pendengaran pada kedua telinga yang terjadi secara perlahan sejak 2 tahun
yang lalu.
a. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan terhadap keluhan yang
diderita pada Tn. R?
Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60-65 tahun ke atas. Pengaruh usia
terhadap gangguan pendengaran berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki
lebih banyak mengalami penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi dan hanya
sedikit penurunan pada frekuensi rendah bila dibandingkan dengan perempuan.
Perbedaan jenis kelamin pada ambang dengar frekuensi tinggi ini disebabkan laki-laki
umumnya lebih sering terpapar bising di tempat kerja dibandingkan perempuan.
Perbedaan pengaruh jenis kelamin pada presbikusis tidak seluruhnya disebabkan
perubahan di koklea. Perempuan memiliki bentuk daun dan liang telinga yang lebih
kecil sehingga dapat menimbulkan efek masking noise pada frekuensi rendah.
Penelitian di Korea Selatan menyatakan terdapat penurunan pendengaran pada
perempuan sebesar 2 kHz lebih buruk dibandingkan lakilaki. Pearson menyatakan
sensitivitas pendengaran lebih baik pada perempuan daripada laki-laki.
4
akson saraf. Ada gangguan pada struktur telinga ini menyebakan fungsi nya tidak
optimal yakni organ corti sebagai resptor pendengaran dan nervus VIII penghantar
potensial listrik ke nukleus koklearis di korteks serebri. Gangguan ini mengakibatkan
berkurangnya pendengaran pada kedua telinga.
e. Mengapa berkurangya pendengaran pada Tn. R terjadi secara perlahan sejak 2 tahun
yang lalu?
Tuli sensorineural pada usia lanjut terjadi akibat degenerasi (penuaan) organ
pendengaran sehingga proses ini terjadi berangsur-angsur atau bersifat progresif
seiring dengan menurunnya fungsi organ audiotori. Tuli sensorineural adalah kelainan
pada koklea. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli, sedangkan dasar
skala media adalah membran basalin yang terdapat Organ Corti.
Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam yang berisi kira-kira 3000
sel dan tiga baris sel rambut luar yang berisi kira-kira 12.000 sel.
Pada kasus ini terjadi penurunan jumlah sel rambut dan sel penunjang yang
semakin lama akan semakin berkurang sehingga terjadi penurunan pendengaran secara
perlahan-lahan.
5
b. Apa yang menyebabkan bunyi berdenging pada Tn. R?
Penyebab berdenging adalah degenerasi hair cell.
3. Pasien dapat mendengar percakapan tapi sulilt memahami makna percakapan tersebut,
terutama jika diucapkan dengan cepat di tempat yang bising. Pasien tidak batuk maupun
pilek.
a. Apa penyebab Tn. R sulit memahami percakapan terutama jika diucapkan dengan
cepat di tempat yang bising?
Presbikusis biasanya mengalami gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi
sehingga akan mengalami kesulitan dalam memahami percakapan pada tempat yang
bising (frekuensi tinggi) karena huruf-huruf konsonan (t, s, ch) bersifat high-pitched
dan soft sehingga akan sulit didengar oleh penderita presbikusis (susah membedakan
antara huruf konsonan). Sedangkan percakapan pada frekuensi rendah dan sedang
membawa sebagian besar gelombang suara dan biasanya memiliki informasi huruf
vowel yang lebih mudah didengar. Akibat hilangnnya pendengaran pada frekuensi
tinggi, penderita akan mengaku bisa mendengar ketika seseorang berbicara tetapi tidak
dapat memahami apa yang dikatakan.
6
c. Bagaimana pengaruh bising terhadap pendengaran dan persepsi tn. R?
Keadaan bising (frekuensi tinggi) akan menyulitkan penderita presbikusis yang
mengalami gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi.
d. Apa makna dari pasien tidak batuk maupun pilek terhadap kasus ini?
Menandakan gangguan telinga yang diderita oleh pasien bukan merupakan
komplikasi dari penyakit infeksi yang mengakibatkan tersumbatnya saluran eustachius
sehingga mengakibatkan tekanan di telinga bagian tengah menjadi menurun
mengakibatkan membrana timpani tertarik kedalam sehingga membran timpani tidak
berfungsi dengan baik terhadap respon gelombang suara yang masuk kedalam telinga.
4. Tidak terdapat riwayat keluar cairan dari telinga maupun riwayat penggunaan obat-obatan
dalam jangka waktu lama.
a. Apa hubungan riwayat tidak keluarnya cairan dari telinga terhadap keluhan utama Tn.
R?
Tidak keluarnya cairan memdakan gangguan pendengaran yang terjadi bukan
disebabkan oleh infeksi dan trauma, karena umumnya kelurnya cairan dari telinga
disebabkan oleh perforasi membran timpani, paling sering karena infeksi telinga (otitis
media).selain itu cairan keluar bisa disebabkan oleh trauma pada telinga.
7
Streptomisin, neomisin, kanamisin,
Aminoglikosida
gentamisin, amikasin, tobramisin
Makrolide Eritromisin
Loop diuretic Ethacrynic acid, furosemide, bomuetanide
Anti inflamasi Aspirin
Anti malaria Kina, klorokuin
Sitostatika Cisplatin
Golongan aminoglikosida seperti
Ear drop
neomisin, polomiksin B
8
Asam asetilsalisilat, umumnya dikenal sebagai aspirin, digunakan secara luas untuk
sifat anti-inflamasi, antipiretik, dan analgesik. Asam salisilat dengan cepat memasuki
koklea, dan kadar perilimfe sejajar dengan kadar serum. Peningkatan kadar
menghasilkan tinitus dan, umumnya, gangguan pendengaran sensorineural datar
reversibel. Mekanisme ini multifaktorial tetapi tampaknya menyebabkan perubahan
metabolik daripada morfologis dalam koklea.
e. Apa saja diagnosis banding dari penyakit yang dialami oleh Tn. R berdasarkan
anamnesis?
1) Noise-induced hearing loss
2) Otosclerosis
3) Sudden hearing loss
4) Acute otitis media
5) Syndromic sensorineural hearing loss
6) Genetic sensorineural hearing loss
7) Ototoxicity
9
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik Tn. R?
10
b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik Tn. R?
Kerusakan mebran timpani kerusakan serabut sirkuler dan radial pada
membran timpani refleks cahaya membran timpani menurun membran timpani
suram
11
Kerusakan membran timpani penurunan elastisitas membran timpani
mobilitas membran timpani berkurang
Jenis
Interpretasi Mekanisme
Pemeriksaan
Pada tuli sensorineural AC>BC namun
Tes positif pada telinga
waktunya lebih memendek oleh karena itu
yang diperiksa
dibutuhkan garpu penala yang lebih besar pada
Rinne menunjukkan bahwa
tuli sensorineural. Tidak terdapat kerusakan
pasien bisa normal atau
pada telinga luar maupun dalam oleh karena itu
tuli sensorineural
tesnya positif
Tidak terdapat Tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana
Weber
lateralisasi bunyi terdengar lebih keras
Dilakukan tes scwabach yang dimana suara
dari garpu penala akan semakin mengecil
intensitasnya scwabach memendek di
telinga kiri karena mekanisme pendengaran
Schwabach Memendek/memendek
yang terjadi pada telinga dalam telah rusak
sehingga tidak dapat lagi menangkap
intensitas bunyi yang rendah scwabach
memendek
12
7. Hipotesis
Tn. R, 65 tahun mengalami presbikusis dengan tuli sensorineural sedang bilateral.
a. Bagaimana algoritma penegakan diagnosis pada kasus ini?
13
b. Apa diagnosis banding dari kasus ini?
14
f. Apa etiologi penyakit pada kasus ini?
Arterosklerosis
Pada keadaan arterosklerosis, dapat terjadi berkurangnya sampai hilangnya
perfusi serta oksigenasi ke koklea. Keadaan hipoperfusi ini menyebabkan
terbentuknya metabolit berupa reactive oxygen dan juga radikal bebas. Akibat dari
penumpukan oksidan ini, menyebabkan terjadinya kerusakan pada struktur telinga
dalam serta DNA mitokondria yang berada pada sel-sel di telinga dalam. Akibat dari
kerusakankerusakan inilah berkembang presbikusis (Roland, 2014).
15
telinga termasuk di dalamnya sel yang berasal dari spiral ligament, sel fibrosit tipe IV.
Dari penelitian sebelumnya didapati bahwa kerentanan terhadap kerusakan
Universitas Sumatera Utara fibrosit tipe IV dapat menyebabkan perubahan ambang
batas pendengaran yang bermakna. Gambaran histopatologi pada tikus yang terpapar
bising menunjukkan bahwa terjadi hilangnya sel-sel spiral ganglion, yang merupakan
badan sel dari saraf aferen di koklea, yang bersinaps dengan sel-sel rambut dalam
(inner hair cells). Intinya, paparan bising pada usia muda dapat meningkatkan risiko
terjadinya presbikusis seiring dengan bertambahnya usia seseorang (Kujawa dan
Liberman, 2006).
Genetic
Disebut-sebut bahwa genetik berperan penting dalam menentukan kerentanan
seseorang terhadap faktor-faktor lingkungan seperti bising, obat-obat ototoksik dan
bahan-bahan kimia, serta stress. Pada penelitian lain didapati bahwa terdapat beberapa
gen yang mengalami mutasi pada penderita presbikusis, yaitu gen GJB2 dan gen
SLC26A4. Selain itu, didapati bahwa orang-orang yang mengalami dua mild
mutations pada gen GJB2 akan terjadi peningkatan risiko berkembangnya presbikusis
dini (Roland, 2014 dan Rodriguez-Paris, dkk, 2008).
16
h. Bagaimana patofisiologi penyakit pada kasus ini?
17
2) Degenerasi sentral
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius
meningkatkan nilai ambang dengar atau compound action potensial (CAP). Fungsi
input-output dari CAP terefleksi juga pada fungsi input-output pada potensial saraf
pusat, memungkinkan terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus auditorius dan
penderita mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman bicara buruk.
3) Mekanisme molekuler
a) Faktor gen
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu C57BL/6J merupakan
protein pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23), yang mengkode
komponen ujung sel rambut koklea. Pada jalur intrinsik sel mitokondria
mengalami apoptosis pada strain C57BL/6J yang dapat mengakibatkan
penurunan pendengaran.
b) Stres oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stres oksidatif
bertambah dan menumpuk selama bertahun-tahun yang akhirnya menyebabkan
proses penuaan. Reactive oxygen species (ROS) menimbulkan kerusakan
mitokondria mtDNA dan kompleks protein jaringan koklea sehingga terjadi
disfungsi pendengaran.
18
i. Bagaimana klasifikasi penyakit pada kasus ini?
Schuknecht membagi klasifikasi presbiakusis menjadi 4 jenis: sensoris (sel
rambut luar), neural (sel ganglion), metabolik (atrofi stria vaskularis), dan konduksi
kohlear (kekakuan membrane basilaris).1 Tipe sensoris menunjukkan atrofi epitel
disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel penyokong organ korti. Ciri khas tipe
presbiakusis sensoris adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada
frekuensi tinggi (slooping). Gambaran khas konfigurasi jenis sensori adalah tipe noise-
induced hearing loss (NIHL), banyak pada laki-laki dengan riwayat bising. Tipe neural
memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di kohlea dan jalur saraf pusat. Pada audiometri
tampak penurunan pendengaran sedang yang hampir sama untuk seluruh frekuensi.
Tipe metabolik terjadi atrofi pada stria vaskularis di apeks kohlea. Pada audiometri
tampak penurunan pendengaran dengan gambaran flat pada seluruh frekuensi. Tipe
konduksi kohlear/mekanikal disebabkangangguan gerakan mekanis di membran
basalis.Gambaran khas audiogram yaitu menurun dan simetris (skiloop).
Pembagian derajat
Gangguan pendengaran menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung
dan Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) yaitu.
1) Normal : 0 – 25 dB
2) Gangguan dengar ringan : 26 – 40 dB
3) Gangguan dengar sedang : 41 – 60 dB
4) Gangguan dengar sedang berat : 61 – 90 dB
5) Gangguan dengar sangat berat : > 90 dB
19
k. Bagaimana tatalaksana penyakit pada kasus ini?
Pada kasus ini sebagai dokter umum memberikan surat rujukan kepada dokter
spesialis THT untuk dipasang hearing aid. Apabila terdapat gangguan bicara dapat
pula diberikan terapi wicara dan terapi dengar dengan ahli terapi wicara.
20
n. Bagaimana prognosis pasien pada kasus ini?
Prognosis untuk pasien presbikusis adalah perkembangan lebih lanjut dari
penurunan pendengaran. Tingkat penurunan pendengaran diperkirakan 0,7-1,2 dB per
tahun dan tidak bergantung pada usia dan frekuensi.
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
21
Topik Pembelajaran dan Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
22
Sintesis
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pendengaran
Telinga adalah organ sensorik yang bertanggung jawab untuk pendengaran dan
pemeliharaan keseimbangan, melalui deteksi posisi tubuh dan pergerakan kepala.
Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah atau cavitas tympani, dan telinga dalam
atau labyrinthus.
Gambar 4. Struktur Telinga. Telinga eksternal mengandung aurikel, saluran telinga, dan membran
timpani. Telinga tengah mengandung ossicles dan terhubung ke faring oleh tabung Eustachius.
Telinga bagian dalam berisi koklea dan ruang depan, yang masing-masing bertanggung jawab
untuk audisi dan keseimbangan.
23
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus.
Auricula mempunyai berfungsi mengumpulkan gerakan udara. Terdiri atas
lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi oleh kulit. Auricula memiliki otot
intrinsik dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh nervus facialis.
Meatus acusticus externus adalah saluran berkelok yang menghubungkan auricula
dengan membrana tympanica dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan
terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz. Meatus acusticus externus berfungsi
menghantarkan gelombang suara dari auricula ke membrana tympanica.
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua pertiga bagian
dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng tympani, meatus dilapisi kulit, dan
sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut, glandula sebacea, dan glandula
ceruminosa. Glandula ceruminosa merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
menghasilkan sekret lilin bewarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan
barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda asing.
Saraf sensorik yang menyarafi kulit yang melapisi meatus berasal dari nervus
auriculotemporalis dan ramus auricularis nervi vagi.
Aliran limfe menuju ke nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan cervicale
superficiales.
Telinga luar
24
Pembuluh Darah Pada Telinga
25
Aliran limfe telinga
26
4. Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan,
yaitu aditus ad antrum.
5. Dinding lateral, sebagian besar dibentuk oleh membran timpani.
6. Dinding medial, dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam.
Membrana Tympanica
Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang bewarna kelabu mutiara.
Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, lateral, dan pada cekungan
yan paling dalam terdapat lekukan kecil, umbo, yang dibentuk oleh ujung manubrium
mallei. ). Membran timpani dibagi menjadi 2 bagian: pars flaccida dan pars tensa. Area
membran timpani superior ke umbo disebut pars flaccida, sisa membran timpani adalah
pars tensa.
27
Jika membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan kerucut
cahaya, yang memancar ke anerior dan inferior dari umbo.
28
Elemen bertulang ini berfungsi untuk mentransmisikan dan memperkuat
gelombang suara dari udara ke perilymph dari telinga internal. Tiga ossicles adalah
malleus, incus, dan stapes, yang merupakan nama Latin yang secara kasar diterjemahkan
menjadi palu, landasan, dan sanggurdi. Malleus melekat pada membran timpani dan
berartikulasi dengan incus. Incus, pada gilirannya, berartikulasi dengan stapes. Stapes
kemudian dilekatkan ke telinga bagian dalam, di mana gelombang suara akan
ditransduksi menjadi sinyal saraf. Telinga tengah terhubung ke faring melalui tabung
Eustachius, yang membantu menyeimbangkan tekanan udara melintasi membran
timpani. Tabung biasanya tertutup tetapi akan terbuka ketika otot-otot faring berkontraksi
saat menelan atau menguap.
Otot-otot ossicula
Otot-otot ossicula adalah musculus tensor tympani dan musculus stapedius.
29
Suara ditransduksi menjadi sinyal saraf dalam wilayah koklea telinga bagian dalam,
yang berisi neuron sensorik dari ganglia spiral. Ganglia ini terletak di dalam koklea
berbentuk spiral di telinga bagian dalam. Koklea melekat pada stapes melalui jendela
oval.
Jendela oval terletak di awal tabung berisi cairan di dalam koklea yang disebut scala
vestibuli. Scala vestibuli memanjang dari jendela oval, berjalan di atas saluran koklea,
yang merupakan rongga sentral koklea yang berisi neuron transduksi suara. Di ujung
paling atas koklea, skala vestibuli melengkung di atas saluran koklea. Tabung berisi
cairan, sekarang disebut scala tympani, kembali ke pangkal koklea, kali ini berjalan di
bawah saluran koklea. Scala tympani berakhir di jendela bundar, yang ditutupi oleh
membran yang berisi cairan di dalam skala. Ketika getaran ossicles bergerak melalui
jendela oval, cairan dari scala vestibuli dan scala tympani bergerak dalam gerakan seperti
gelombang. Frekuensi gelombang fluida cocok dengan frekuensi gelombang suara
30
Transmisi Gelombang Suara ke Cochlea. Gelombang suara menyebabkan
membran timpani bergetar. Getaran ini diperkuat ketika bergerak melintasi maleus,
incus, dan stapes. Getaran diperkuat diambil oleh jendela oval yang menyebabkan
gelombang tekanan dalam cairan scala vestibuli dan scala tympani. Kompleksitas
gelombang tekanan ditentukan oleh perubahan amplitudo dan frekuensi gelombang
suara yang masuk ke telinga.
Pandangan penampang koklea menunjukkan bahwa scala vestibuli dan scala
tympani berjalan di sepanjang kedua sisi saluran koklea (Gambar 6). Saluran koklea
mengandung beberapa organ Corti, yang mengubah gerakan gelombang kedua skala
menjadi sinyal saraf. Organ-organ Corti terletak di atas membran basilar, yang
merupakan sisi dari saluran koklea yang terletak di antara organ-organ Corti dan scala
tympani. Ketika gelombang fluida bergerak melalui scala vestibuli dan scala tympani,
membran basilar bergerak pada titik tertentu, tergantung pada frekuensi gelombang.
Gelombang frekuensi tinggi memindahkan daerah membran basilar yang dekat dengan
pangkal koklea. Gelombang frekuensi yang lebih rendah memindahkan daerah
membran basilar yang berada di dekat ujung koklea
31
Cross Section dari Cochlea. Tiga ruang utama dalam koklea disorot. Scala tympani
dan scala vestibuli terletak di kedua sisi saluran koklea. Organ Corti, yang mengandung
sel-sel rambut mechanoreceptor, berbatasan dengan scala tympani, di mana ia duduk di
atas membran basilar.
Organ-organ Corti mengandung sel-sel rambut, yang dinamai stereocilia seperti
rambut yang membentang dari permukaan apikal sel (Gambar 7). Stereocilia adalah
susunan struktur mirip mikrovili yang tersusun dari tertinggi ke terpendek. Serat-serat
protein mengikat rambut-rambut yang berdekatan di dalam masing-masing susunan,
sehingga susunan tersebut akan menekuk sebagai respons terhadap pergerakan
membran basilar. Stereocilia memanjang dari sel-sel rambut ke membran tectorial
atasnya, yang melekat secara medial ke organ Corti.
Ketika gelombang tekanan dari skala memindahkan membran basilar, membran
tectorial meluncur melintasi stereocilia. Ini membengkokkan stereocilia ke arah atau
menjauh dari anggota tertinggi dari setiap array. Ketika stereocilia menekuk ke arah
anggota tertinggi dari array mereka, ketegangan dalam tether protein membuka saluran
ion di membran sel rambut. Ini akan mendepolarisasi membran sel rambut, memicu
impuls saraf yang merambat ke serabut saraf aferen yang melekat pada sel-sel rambut.
Ketika stereocilia menekuk ke arah anggota tersingkat dari array mereka, ketegangan
pada tether mengendur dan saluran ion menutup. Ketika tidak ada suara, dan stereocilia
berdiri tegak, sedikit ketegangan masih ada pada tether, menjaga potensi membran sel
rambut sedikit terdepolarisasi.
32
Gambar 7. Sel Rambut. Sel rambut adalah mechanoreceptor dengan berbagai stereocilia
yang muncul dari permukaan apikalnya. Stereocilia ditambatkan bersama oleh protein
yang membuka saluran ion ketika array ditekuk ke arah anggota tertinggi array mereka,
dan ditutup ketika array ditekuk ke arah anggota terpendek array mereka.
33
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan memperkuat getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale.
Energi getar yang teiah diperkuat ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
foramen ovale sehingga cairan perilimfe pada skala vestibuli bergerak.
34
Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran Reissner yang akan
mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut. Sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis.
Gelombang bunyi merupakan suatu gelombang getaran udara yang timbul akibat
getaran suatu obyek. Bunyi yang didengar oleh setiap orang muda antara 20 dan 20.000
siklus per detik. Akan tetapi, batasan bunyi sangat tergantung pada intensitas. Bila
intesitas kekerasan 60 desibel di bawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan bunyi, rentang bunyi
menjadi 500 sampai 5000 siklus per detik. Pada orang yang lebih tua rentang frekuensi
yang bisa didengarnya akan menurun dari pada saat seseorang berusia muda, frekuensi
pada orang yang lebih tua menjadi 50 sampai 8000 siklus perdetik atau kurang.
Kekerasan bunyi ditentukan oleh sistem pendengaran yang melalui tiga cara. Cara
yang pertama di mana ketika bunyi menjadi keras, amplitudo getaran membran basiler
dan sel-sel rambut menjadi meningkat sehingga akan mengeksitasi ujung saraf dengan
35
lebih cepat. Kedua, ketika amplitudo getaran meningkat akan menyebabkan sel-sel
rambut yang terletak di pinggir bagian membran basilar yang beresonansi menjadi
terangsang sehinga menyebabkan penjumlahan spasial implus menjadi transmisi yang
melalui banyak serabut saraf. Ketiga, sel-sel rambut luar tidak akan terangsang secara
bermakna sampai dengan getaran membran basiler mencapai intensitas yang tinggi dan
perangsangan sel-sel ini tampaknya yang menggambarkan pada sistem saraf bahwa
tersebut sangat keras.
Jaras persarafan pendengaran utama menunjukan bahwa serabut saraf dari ganglion
spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian
atas medulla. Serabut sinaps akan berjalan ke nukleus olivarius superior kemudian akan
berjalan ke atas melalui lemnikus lateralis. Dari lemnikus lateralis ada beberapa serabut
yang berakhir di lemnikus lateralis dan sebagian besar lagi berjalan ke kolikus inferior di
mana tempat semua atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Jaras berjalan dari
kolikus inferior ke nukleus genikulum medial, kemudian jaras berlanjut melalui radiasio
auditorius ke korteks auditorik yang terutama terletak pada girus superior lobus
temporalis.
36
B. Presbikusis
Diagnosis Banding
Definisi
Menurut katz, presbikusis adalah proses normal penuaan yang menimbulkan
gambaran gangguan pendengaran sensorineural. Dapat disebabkan oleh proses
degenerasi pada koklea yaitu di akson, sel ganglion, atau berkurangnya sel2 rambut.
Epidemiologi
Prevalensi presbiakusis meningkat seiring bertambahnya usia. Secara global
prevalensi presbikusis bervariasi. Presbiakusis dialami sekitar 30-35% pada populasi
berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki
sedikit lebih tinggi daripada wanita.Perbedaan prevalensi presbiakusis antar ras belum
diketahui secara pasti.
37
Etiologi
Arterosklerosis
Pada keadaan arterosklerosis, dapat terjadi berkurangnya sampai hilangnya perfusi serta
oksigenasi ke koklea. Keadaan hipoperfusi ini menyebabkan terbentuknya metabolit
berupa reactive oxygen dan juga radikal bebas. Akibat dari penumpukan oksidan ini,
menyebabkan terjadinya kerusakan pada struktur telinga dalam serta DNA mitokondria
yang berada pada sel-sel di telinga dalam. Akibat dari kerusakankerusakan inilah
berkembang presbikusis (Roland, 2014).
Diet dan metabolism
- Diabetes diketahui dapat mempercepat proses pembentukan aterosklerosis yang
selanjutnya akan menyebabkan gangguan perfusi serta oksigenasi dari koklea.
- Pada keadaan diabetes juga didapati proliferasi dan hipertropi dari tunika intima di
endotel yang juga nantinya akan menyebabkan gangguan perfusi ke koklea.
- Penelitian yang dilakukan oleh Le dan Keithley mendemonstrasikan bahwa diet tinggi
antioksidan seperti vitamin C dan E dapat mengurangi progresifitas presbikusis pada tikus
(Roland, 2014).
Paparan terhadap bising
Dari penelitian yang dilakukan menggunakan model dari tikus yang memiliki struktur
telinga menyerupai manusia, didapati bahwa paparan terhadap bising mampu
meningkatkan kejadian presbikusis. Paparan bising menyebabkan rusaknya sel-sel di
telinga termasuk di dalamnya sel yang berasal dari spiral ligament, sel fibrosit tipe IV.
Dari penelitian sebelumnya didapati bahwa kerentanan terhadap kerusakan Universitas
Sumatera Utara fibrosit tipe IV dapat menyebabkan perubahan ambang batas
pendengaran yang bermakna. Gambaran histopatologi pada tikus yang terpapar bising
menunjukkan bahwa terjadi hilangnya sel-sel spiral ganglion, yang merupakan badan sel
dari saraf aferen di koklea, yang bersinaps dengan sel-sel rambut dalam (inner hair cells).
Intinya, paparan bising pada usia muda dapat meningkatkan risiko terjadinya presbikusis
seiring dengan bertambahnya usia seseorang (Kujawa dan Liberman, 2006).
Genetic
Disebut-sebut bahwa genetik berperan penting dalam menentukan kerentanan seseorang
terhadap faktor-faktor lingkungan seperti bising, obat-obat ototoksik dan bahan-bahan
kimia, serta stress. Pada penelitian lain didapati bahwa terdapat beberapa gen yang
mengalami mutasi pada penderita presbikusis, yaitu gen GJB2 dan gen SLC26A4. Selain
itu, didapati bahwa orang-orang yang mengalami dua mild mutations pada gen GJB2 akan
38
terjadi peningkatan risiko berkembangnya presbikusis dini (Roland, 2014 dan Rodriguez-
Paris, dkk, 2008).
Faktor risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya presbikusis, yaitu :
usia, jenis kelamin laki-laki, diabetes melitus, serta gangguan pendengaran yang
diturunkan. Faktor risiko lain yang juga disebut-sebut dapat menyebabkan presbikusis
adalah penyakit-penyakit jantung, merokok, serta konsumsi alkohol (Sousa, dkk, 2009).
Patofisiologi
39
Ada beberapa pendapat mengenai kemungkinan patogenesis terjadinya presbikusis,
yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme molekuler, seperti
faktor gen, stres oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal.
1. Degenerasi koklea
Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang berefek pada nilai
potensial endolimfe yang menurun menjadi 20 mV atau lebih. Pada presbikusis terlihat
gambaran khas degenerasi stria yang mengalami penuaan, terdapat penurunan
pendengaran sebesar 40 – 50 dB dan potensial endolimfe 20 mV (normal 90 mV).
2. Degenerasi sentral
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius meningkatkan
nilai ambang dengar atau compound action potensial (CAP). Fungsi input-output dari
CAP terefleksi juga pada fungsi input-output pada potensial saraf pusat,
memungkinkan terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus auditorius dan penderita
mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman bicara buruk.
3. Mekanisme molekuler
a. Faktor gen
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu C57BL/6J merupakan
protein pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23), yang mengkode
komponen ujung sel rambut koklea. Pada jalur intrinsik sel mitokondria mengalami
apoptosis pada strain C57BL/6J yang dapat mengakibatkan penurunan
pendengaran.
b. Stres oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stres oksidatif
bertambah dan menumpuk selama bertahun-tahun yang akhirnya menyebabkan
proses penuaan. Reactive oxygen species (ROS) menimbulkan kerusakan
mitokondria mtDNA dan kompleks protein jaringan koklea sehingga terjadi
disfungsi pendengaran.
40
yang berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal. Terjadinya mutasi menimbulkan
defek dalam interaksi molekul ini dan menyebabkan gangguan pendengaran.
Klasifikasi
Berdasarkan perubahan patologi yang terjadi, Schuknecht menggolongkan
prebikusis menjadi 4 jenis, yaitu.
1. Sensorik Pada presbikusis jenis ini dapat dijumpai lesi yang terbatas pada koklea.
Dijumpai adanya atrofi pada organ corti, serta berkurangnya jumlah sel-sel rambut dan
sel-sel penunjang di koklea.
2. Neural Pada jenis neural, dijumpai berkurangnya sel-sel neuron pada koklea serta pada
jaras auditorik.
3. Metabolik (strial prebycusis) Presbikusis dengan jenis metabolik dapat terjadi sebagai
akibat terjadinya atrofi stria vaskularis yang akhirnya menyebabkan terganggunya
fungsi sel serta keseimbangan biokimia / bioelektrik pada koklea.
4. Mekanik (cochlear presbycusis) Presbikusis koklear terjadi akibat perubahan gerakan
mekanik pada duktus koklearis. Selain itu, dijumpai pula atrofi ligamen spiralis serta
kekakuan pada membran basalis.
5. Mixed Campuran
Merujuk kepada campuran dari keempat tipe presbikusis diatas. Memiliki ciri
penurunan pendengaran yang halus/tidak tajam sampai mendekati frekuensi tinggi,
dan meningkat taan pada frekuensi tingginya sendiri. Gangguan pendengaran nada
rendah berasal dari gangguan stria vascularis, dan gangguan nada tinggi dari hilangnya
rambut pendengaran luar.
Menurut penelitian, prevalensi presbikusis terbanyak adalah presbikusis dengan
jenis metabolik dengan persentase sebesar 34,6%. Berikutnya adalah jenis neural sebesar
30,7%, mekanik 22,8%, dan sensorik sebesar 11,9% (Suwento dan Hendarmin, 2007).
Manifestasi Klinis
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-
lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga.
Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui pasti. Keluhan lainnya adalah
telinga berdenging (tinitus nada tinggi).
41
Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya
terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar belakang yang bising
(cocktail party deafness).
Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan
oleh faktor kelelahan saraf (recruitment).
Penatalaksanaan
Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan
pemasangan alat bantu dengar (hearing aid).
Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan
membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (audiotory training): prosedur
pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist).
3) Diet
Diet antioksidan untuk menurunkan zat radikal bebas yang berdampak buruk bagi
telinga dalam dan memicu berkurangnya pendengaran.
4) Aktivitas
Tidak ada batasan aktivitas, sebaiknya menghindari tempat bising untuk mencegah
semakin memburuknya penurunan fungsi pendengaran.
42
Komplikasi Presbikusis
Tuli permanen, komplikasi akibat pemakaian alat bantu dengar (hearing aid),
gangguan kognitif dan gangguan psikososial.
Prognosis Presbikusis
Prognosis untuk pasien presbikusis adalah perkembangan lebih lanjut dari
penurunan pendengaran. Tingkat penurunan pendengaran diperkirakan 0,7-1,2 dB per
tahun dan tidak bergantung pada usia dan frekuensi.
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
43
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Garpu Tala
1. Tes Rinne
Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara (ac) dan hantaran
melalui tulang (bc) pada telinga yang diperiksa.
Indikasi: Evaluasi gangguan pendengaran di satu telinga.
Cara pemeriksaan:
a. Penala digetarkan
b. Dasar penala diletakan pada prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa
c. Jika pasien tidak mendengar bunyi lagi, penala di pindahkan ke depan liang telinga,
± 2,5 cm dari liang telinga.
Interpretasi :
a. Rinne positif : Hantaran udara (AC) lebih panjang dari hantaran tulang (BC), terjadi
pada telinga normal atau tuli sensorineural.
b. Rinne negatif : Hantaran tulang (BC) lebih panjang dari hantaran udara (AC),
terdapat pada tuli konduksi
2. Tes Weber
Dalam kasus gangguan pendengaran sensorineural, suara dirasakan oleh telinga
dengan pendengaran yang lebih baik
Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di
verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi
44
penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke
telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih
keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
Interpretasi :
a. Tak ada lateralisasi normal
b. Lateralisasi ke telinga yang sakit tuli konduktif
c. Lateralisasi ke telinga yang sehat tuli sensorineural
3. Tes Schwabach
Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang pada penderita dengan
hantaran tulang pemeriksa dengan catatan telinga pemeriksa harus norma.
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai
tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus
mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih
dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada
prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi
disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama
mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.
Interpretasi :
a. Schwabach memendek : hantaran tulang (BC) pasien lebih pendek dari hantaran
tulang (BC) pemeriksa SNHL.
b. Schwabach memanjang : Hantaran tulang (BC) pasien lebih panjang daripada
hantaran tulang (BC) pemeriksa tuli konduktif.
45
4. Kesimpulan Tes Penala
Bag.
NO Test pd Kasus Normal Interpretasi
Telinga
pasien dan
teilnga kiri Negative tuli sensori neural
pemeriksa sama
Audiometri
Ujian audiometri menguji kemampuan Anda untuk mendengar suara. Suara
bervariasi, berdasarkan pada kenyaringan (intensitas) dan kecepatan getaran gelombang
suara (nada). Pendengaran terjadi ketika gelombang suara merangsang saraf telinga
bagian dalam. Suara itu kemudian berjalan di sepanjang jalur saraf ke otak.
Gelombang suara dapat melakukan perjalanan ke telinga bagian dalam melalui
saluran telinga, gendang telinga, dan tulang-tulang telinga tengah (konduksi udara).
Mereka juga dapat melewati tulang di sekitar dan di belakang telinga (konduksi tulang).
INTENSITAS suara diukur dalam desibel (dB):
1. Bisikan sekitar 20 dB.
2. Musik yang keras (beberapa konser) sekitar 80 hingga 120 dB.
3. Mesin jet sekitar 140 hingga 180 dB.
46
4. Suara lebih besar dari 85 dB dapat menyebabkan gangguan pendengaran setelah
beberapa jam. Suara yang lebih keras dapat menyebabkan rasa sakit segera, dan
gangguan pendengaran dapat berkembang dalam waktu yang sangat singkat.
NADA suara diukur dalam siklus per detik (cps) atau Hertz:
1. Nada bass rendah berkisar antara 50 hingga 60 Hz.
2. Nada melengking dan nada tinggi berkisar sekitar 10.000 Hz atau lebih tinggi.
Hasil Abnormal:
Ada banyak jenis dan tingkat gangguan pendengaran. Dalam beberapa jenis, Anda
hanya kehilangan kemampuan untuk mendengar nada tinggi atau rendah, atau Anda
hanya kehilangan konduksi udara atau tulang. Ketidakmampuan untuk mendengar nada
murni di bawah 25 dB menunjukkan beberapa gangguan pendengaran.
47
Audiogram nada ini menunjukkan sebagian gangguan pendengaran tingkat pertama
di telinga kanan (lingkaran merah), terutama dalam rentang frekuensi tinggi. Hasil
konduksi tulang (kurung siku) ditumpangkan pada konduksi udara: Ini adalah gangguan
pendengaran sensorineural.
Penilaian Audiogram:
1. Pendengaran normal : AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB, tidak ada gap
2. Tuli sensorineural: AC dan BC lebih dari 25 dB, tidak ada gap
3. Tuli Konduktif : BC normal atau kurang dari 25 dB, AC lebih dari 25 dB, terdapat gap
4. Tuli campur: BC dan AC lebih dari 25 dB, AC lebih besar dari BC, terdapat gap
49
1. Pada 20 tahun (kurva hijau): audiogram normal, dengan kerugian yang tidak signifikan
dalam frekuensi tinggi (8kHz).
2. Pada 40 tahun (kuning), gangguan pendengaran frekuensi tinggi meningkat, tanpa
menjadi cacat yang berarti.
3. Pada 60 (oranye), gangguan pendengaran ini menjadi signifikan (> 40 dB HL) pada 4
kHz; penurunan nyata dalam pemahaman wicara dapat terjadi (terutama untuk kata-
kata yang mengandung saudara)
4. Pada 90 tahun (merah), gangguan pendengaran yang mencapai 40 dB HL mencapai
frekuensi menengah (2 kHz). Pemahaman bicara dipengaruhi secara negatif.
Derajat ketulian IS0
1. 0-25 dB : Normal
2. >25-40 dB : Tuli ringan
3. >40-55 dB : Tuli sedang
4. >55-70 dB : Tuli sedang berat
5. >70-90 dB : Tuli berat
6. >90 dB : Tuli sangat berat
Timpanometri
Timpanometri, yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani. Misalnya,
ada cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran (ossicullar chain), kekakuan
membran timpani dan membran timpani yang sangat lentur.
50
Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah:
1. tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah normal;
2. tipe B terdapat cairan di telinga tengah;
3. tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius;
4. tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran; dan
5. tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis).
51
Kerangka Konsep
52
Kesimpulan
53
Daftar Pustaka
Fatmawati, Rikha dan Yussy Afriani Dewi. 2016. Karakteristik Penderita Presbiakusis di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari
2012-Desember 2014. Jurnal Sistem Kesehatan Unpad: Bandung.
Gates GA. Mills JH. Presbycusis. Lancet 2005; 366: 1111 -20.
Hall, J. E. and Guyton, A. C. (2016) Guyton dan Hall: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th
edn. Edited by E. I. I. Ilyas. Elsevier.
Martini, Frederic H., et. al.. 2012. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Pearson
Education: U.S.
Muyassaroh. Faktor Resiko Presbikusis. J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4,
April 2012.
N, Bashiruddin J, Restuti RD, eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HIdung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai penerbit FKUI ;
2007. P.10-43
Paulsen, F. and Waschke, J. (2012) Sobotta Atlas of Human Anatomy. 23rd edn. Edited by
F. Paulsen and J. Waschke. Jakarta: EGC.
Rolland PS, Eaton D, Meyerhoff WL. Aging in the auditory vestibular system. In: Bailey
BJ, editor . Head & Neck Surgery -Otolaryngology. 3rd Ed. Philadelphia, USA:
Lippincott Williams and Wilkins; 2001.p.1941-2.
54
Snell, R. S. (2011) Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Edited by A. Suwahjo and Y. A.
Liestyawan. Jakarta: EGC.
Soetirto, I. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Tanto, Chris., dkk.. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Tim Penyusun. 2015. Buku Ajar Sistem Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Unimus Press:
Semarang.
Tim Penyusun. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher Edisi Keenam. FKUI: Jakarta.
Tim Penyusun. 2017. Buku Panduan Belaja Koas Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Udayana University Press: Denpasar.
55