LENS-INDUCED GLAUCOMA
Oleh:
Pembimbing:
Dr. Prima Maya Sari, SpM(K).
Telaah Ilmiah
Judul
Lens-Induced Glaucoma
Oleh:
04084822225002
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 2 Januari – 29 Januari 2023.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya referat yang berjudul “Lens-Induced Glaucoma” ini dapat
diselesaikan. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 2 Januari
- 29 Januari 2023.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Prima Maya Sari, Sp.M
(K), selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan referat ini. Tak lupa ucapan terima kasih kepada rekan- rekan dokter
muda dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
referat ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 2
2.1 Anatomi Bilik Mata Depan .................................................................................... 2
2.2 Fisiologi Humor Akuos.......................................................................................... 3
2.3 Anatomi Lensa Kristalin ........................................................................................ 5
2.4 Glaukoma ............................................................................................................... 8
2.4.1 Definisi ................................................................................................................... 8
2.4.2 Klasifikasi .............................................................................................................. 8
2.5 Lens Induced Glaucoma ...................................................................................... 10
2.5.1 Definisi ................................................................................................................. 10
2.5.2 Epidemiologi ........................................................................................................ 10
2.5.3 Klasifikasi ............................................................................................................ 11
2.5.4 Manifestasi Klinis ................................................................................................ 13
2.5.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding ....................................................................... 14
2.5.6 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................... 19
2.5.7 Penatalaksanaan ................................................................................................... 24
2.5.8 Komplikasi ........................................................................................................... 31
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 33
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari telaah ilmiah ini adalah untuk memahami serta menambah pengetahuan
tentang glaukoma diinduksi lensa.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Adanya garis Schwalbe yang merupakan batas akhir endotel dan membran
Descement komea.
2. Adanya anyaman trabekula yang terletak di atas kanal Schlemm. Pada potongan
melintang, anyaman ini tampak berbentuk segitiga dengan dasarnya yang mengarah ke
korpus siliaris. Anyaman trabekula sendiri tersusun atas jaringan kolagen dan elastik
sebagai lembaran-lembaran berlubang yang membentuk semacam saringan. Anyaman
yang menghadap ke bilik mata depan disebut anyaman uvea, sedangkan yang
menghadap ke korpus siliaris disebut anyaman komeoskleral.
3. Terdapat taji sklera (scleral spur) yang merupakan penonjolan sklera ke arah dalam
di antara korpus siliaris dan kanal Schlemm.
Selain ketiga struktur di atas, ada dua struktur lain yang juga membentuk bilik
mata depan yaitu iris dan korpus siliaris. Iris merupakan bagian uvea sebagai
perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak bersambungan denganpermukaan
anterior lensa dan memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang.
Fungsinya untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata
2
3
1. Prosesus siliaris terbentuk dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena vorteks.
Prosesus siliaris dan epitel yang melapisi berfungsi memproduksi humor akuos.
2. Epitel terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di sebelah dalam, tanpa
pigmen dan merupakan perluasan neuroretina ke anterior. Lapisan kedua terletak di
sebelah luar mempunyai pigmen dan merupakan perluasan lapisan epitel pigmen
retina.
3. Muskulus siliaris adalah otot polos yang tersusun dari gabungan serabut otot
longitudinal, sirkuler dan radier. Serabut longitudinal berfungsi untuk membuka dan
menutup trabekula sehingga mengatur aliran keluar humor akuos. Kontraksi otot ini
akan membuka anyaman trabekula dan mempercepat aliran humor akuos melalui sudut
bilik mata depan sedangkan serabut sirkuler dan radier berhubungan dengan fungsi
akomodasi karena kedua serabut ini melekat pada lensa kristalina.
akuos dan alirannya. Volume sekitar 250 pL dengan kecepatan pembentukan memiliki variasi
diurnal adalah 2 pL/menit-3 pL/menit. Tekanan osmotik lebih tinggi dibandingkan plasma.6
Mengetahui pergerakan aliran humor akuos merupakan hal penting dalam
mengevaluasi dan memberi tatalaksana pada penderita glaukoma karena tekanan intraokular
ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akuos dan tahanan terhadap aliran keluar dari
mata.7
Humor akuos diproduksi oleh badan siliar dan mengalir melewati pupil lalu sampai
ke bilik mata depan (lihat gambar 2.2). Humor akuos keluar dari mata dengan cara melewati
anyaman trabekular dan kanal Schlemm sebelum akhimya mengalir menuju sistem vena
melalui pleksus kanal saluran pengumpul.7 Tahanan utama aliran keluar humor akuos dari
bilik mata depan adalah jaringan jukstakanalikular yang berbatasan dengan lapisan endotel
kanal Schlemm. Namun, tekanan di jaringan vena episklera menentukan minimum tekanan
intraokular yang dapat dicapai oleh terapi medis.5
Humor akuos mengandung zat-zat gizi untuk komea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu
lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Jika humor akuos tidak dikeluarkan sama cepat dengan
pembentukan (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan
tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Kelebihan
humor akuos akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreus humor yang kemudian
terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan
retina dan saraf optikus sehingga menyebabkan kebutaan.6
5
• Kapsul
Kapsul lensa adalah membran dasar elastik dan transparan, tersusun atas kolagen tipe
4 yang didasari oleh sel epitel. Kapsul mengandung substansi lensa yang dapat berubah- ubah
bentuk saat akomodasi. Lapisan terluar, lamella zonular, juga berperan untuk
menghubungkan serat-serat zonular. Kapsul lensa paling tebal di bagian anterior dan
posterior preequator dan paling tipis di daerah sentral kutub posterior, sekitar 2-4 flm. Lensa
anterior kapsul jauh lebih tebal dari kapsul posterior saat lahir dan mengalamipeningkatan
ketebalan sepanjang hidup.
• Serat-Serat Zonular
Lensa didukung oleh serat zonular yang berasal dari lamina basal epitel tak berpigmen
pars plana dan pars plicata dari korpus siliaris. Serat zonuler ini menembus lensapada kapsul
lensa di zona equator, anterior 1,5 mm ke kapsul lensa anterior dan posterior 1,25 mm ke
posterior kapsul lensa. Seiring bertambahnya usia, equator serat-serat zonula mengalami
regresi, 5 terpisah dengan lapisan anterior dan posterior yang muncul dalam bentuk segitiga
pada penampang cincin zonuilar. Diameter serat ini adalah 5 - 30 flm diameter, mikroskop
cahaya memperlihatkan bahwa serat-serat ini memiliki struktur eosinofilik yang memiliki
reaksi periodic acid-Schiff (PAS) positif. Secara ultrastruktural,
7
serat-serat ini terdiri dari untai, atau fibril, dengan diameter 8-10 nm dan berkas 12 - 14 nm.
• Epitel Lensa
Terletak tepat di belakang kapsul anterior lensa. Struktur in melakukan metabolisme
aktif, termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lemak serta membentuk ATP sebagai
sumber energi lensa.
• Nukleus dan Korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan serat-
serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat paling tua yang terbentuk
merupakan lensa fetus yang diproduksi pada fase embrionik dan masih menetap hingga
sekarang. Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke benda dekat
disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh aksi badan silier terhadap
serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang terjadi di nukleus lensa secara
klinis mengurangi daya akomodasi. Saat otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi
mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung. Ketika otot silier berkontraksi,ketebalan axial
lensa meningkat, kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier
relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.8
8
2.4 Glaukoma
2.4.1 Definisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan neuropati optikus yang
berakibat pada gangguan penurunan visualisasi.7 Glaukoma adalah suatu keadaan
dimana tekanan mata seseorang demikian tinggi atau tidak normal sehingga
mengakibatan kerusakan saraf optik dan mengakibatkan gangguan pada sebagian atau
seluruh lapang pandang atau buta.2 Kelainan pada mata ini dapat disertai dengan
meningkatnya tekanan intraokular yang disertai pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapang pandang. Berdasarkan Perdami (2012) penyakit ini disebabkan :
2. Berkurang pengeluaran humor akuos (cairan mata) di daerah sudut bilik mata atau
di celah pupil.
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan atrofi saraf optik. Peningkatan tekanan
intraokular dapat mengakibatkan gangguan vaskularisasi papil sehingga terjadi
degenerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik. Selain itu, tekanan intraokular
yang tinggi akan menekan cekungan yang terdapat di bagian tengahdiskus optik yang
merupakan daerah terlemah bola mata. Adanya gangguan pada transportasi akson juga
memengaruhi.7
2.4.2 Klasifikasi
Klasifikasi dari glaukoma menurut Ilyas (2014) sebagai berikut :
a. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada mata
yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada
glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian
kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan
anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
9
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ), yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluranschleem,
dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada, kelainan diagnosa dengan peningkatan TIO dansudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
2) Glaukoma sudut tertutup / sudut semu (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlem. Pargerakan
iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan
yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur.
Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangani akan terjadi
kebutaan dan nyeri yang hebat.
b. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau
trauma di dalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan sudut/peningkatan volume
cairan dari dalam mata. Misalnya glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi/sub
laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.
c. Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi
sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05 %) manifestasi klinik biasanya
adanya pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi.
d. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/ terbuka) dimana sudah
terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
ekstravasasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit sering mata
dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan
penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekaliakibat
timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan
10
memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan
pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
2.5.2 Epidemiologi
Glaukoma merupakan penyakit mata yang dikenal sebagai penyebab kebutaan
permanen jika tidak terdeteksi dan diobati. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan
kedua paling banyak di negara sedang berkembang setelah diabetes. Pada tahun 2000
diperkirakan 8 kurang lebih 67 juta orang akan menderita glaukoma dan 10% diantaranya
(6,7 juta orang) akan mengalami kebutaan bilateral disebabkan oleh penyakit ini. Di
Amerika Utara, penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan dan memiliki insiden
1 per 100 orang penduduk di atas usia 40 tahun. Dari seluruh jumlahini hanya 50% yang
dapat terdeteksi, sedangkan setengah bagian lagi tidak dapat terdeteksi karena dalam
perjalanan penyakitnya kelainan ini tidak menampakkan gejala atau tanda penyakit.2
Bank data WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat kira-kira 2,7
juta orang menderita glaukoma sekunder. Lens induced glaucoma yang disebabkan oleh
katarak hipermatur merupakan penyebab utama glaukoma sekunder di negara sedang
berkembang. Dari penelitian yang dilakukan pada Rumah Sakit Mata Aravind di India
Selatan pada tahun 2000 didapatkan bahwa lens induced glaucoma merupakan penyebab
11
terbesar dari glaukoma sekunder dengan persentase 25% dari total kasus yang ada.2
2.5.3 Klasifikasi
Lens-induced glaucoma sudut terbuka dibagi atas 3 bagian:
• phacolytic glaucoma
• lens particle glaucoma
• phacoantigenic glaucoma
Lens-induced glaucoma sudut tertutup dibagi atas 2 bagian:
• Phacomorphic glaukoma
• Ectopia Lentis
1. Phacolytic glaucoma
Phacolytic glaucoma disebabkan oleh kebocoran protein lensa melalui kapsul
katarak matur atau hipermatur. Akibat penuaan, komposisi protein lensa berubah,
dimana terjadi peningkatan konsentrasi protein berat molekul tinggi. Pada katarak matur
atau hipermatur, protein ini lepas melalui lubang mikroskopik pada kapsul lensa.
Endapan protein ini mengakibatkan terjadinya glaukoma karena protein-protein lensa
difagosit oleh makrofag serta debris inflamasi lainnya akan menyumbat jaring
trabekula.9
Pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan intra okular, edema kornea
mikro sistik, reaksi sel dan flare yang mencolok. Tidak ditemukannya keratik presipitat
manjadi panduan membedakan phacolytic glaucoma dengan phacoantigenic glaucoma.
Debris selular mungkin dapat terlihat pada sudut kamera anterior, keberadaan
pseudohipopion mungkin terlihat. Partikel berwarna putih besar (gumpalan protein
lensa) mungkin terlihat di kamera anterior. Terdapat katarak matur dan hipermatur
dengan kapsul lensa anterior yang mengerut yang manandakan berkurangnya volume
dan lepasnya material-material lensa. Pada segmen posterior dapat ditemukan opasitas
vitreous dan prevaskulitis pada retina.6,9
status fungsional badan siliar yang sering menurun setelah trauma atau prosedur operasi.
Lens particle glaucoma biasanya terjadi beberapa minggu setelah terjadinya trauma,
namun juga mungkin terjadi beberapa bulan bahkan beberapa tahunkemudian.9
Pada studi histopatologi ditemukan material lensa yang menyumbat aliran aqueous
dan monosit tempat protein lensa menempel. Dari spesimen trabecular meshwork
ditemukan sel-sel phacolytic, sel debris, dan meteri lensa free floating.
Temuan klinis lens particle glaucoma adalah material kortikal bebas dalam kamera
anterior, peningkatan TIO, edema kornea mikro sistik, dan seiring berjalannya waktu
terbentuk sinekia posterior dan sinekia anterior perifer.9
3. Phacoantigenic glaucoma
Phacoantigenic glaucoma atau yang sebelumnya dikenal dengan phacoanaphylaxis
ini sangan jarang ditemukan, dimana pasien tersensitisasi terhadap protein lensa mereka
sendiri setelah trauma ataupun prosedur operasi sehingga terjadi inflamasi
granulomatous. Gambaran klinis untuk keadaan ini sangat bervariasi, namun
kebanyakan pasien menampilkan reaksi kamera anterior moderat dengan keratik
presipitat pada endotel kornea dan permukaan anterior lensa. Selain itu ditemukan 100-
grade viritis, sinekia, dan residu meterial permukaan lensa. Glaucomatous optic
neuropathy dapat ditemukan namun tidak umum ditemukan.9
4. Phacomorphic glaucoma
Phacomorphic glaucoma merupakan glaukoma sudut tertutup yang diakibatkan
oleh tekanan mekanik anterior lensa pada iris. Mata hiperopik dengan lensa yang relatif
besar terhadap sumbu axial mengakibatkan penyempitan kamera anterior dan
merupakan predisposisi untuk keadaan ini.
Pembesaran lensa lebih lanjut diakibatkan oleh beberapa faktor termasuk penuaan,
dimana lensa akan bertambah tebal dan membentuk lengkung anterior yang lebihbesar,
dan pada trauma lensa akan memicu pembengkakan lensa. Penyebab pembengkakan
lensa yang tidak umum termasuk pada diabetes dan efek sampingdiuretik tertentu. Pada
persistent hyperplastic primary vitreous (PHPV) ruptur kapsul posterior lensa akan
mengakibatkan terbentuknya katarak yang akan mengakibatkan kontraksi membran
fibrovaskular yang akan menekan diafragma lensa dan iris ke arah depan dan
mengakibatkan penyempitan kamera anterior. Retinopati prematur juga dapat
mengakibatkan penekanan ke arah depan diafragma lensa-iris. Penyebab lain
13
5. Ectopia Lentis
Sublukasasi lensa secara umum berasal dari longgarnya, gangguan, dan hancurnya
sebagian zonula. Walaupun lensa tidak lagi berada di tengah, lensa tetap berada di
belakang iris. Dengan adanya dislokasi seluruh zonula mengalami kerusakan, lensa
dapat tetap berada di belakang iris, jatuh ke dalam retina, atau pindah ke kamera anterior.
Abnormalitas pada zonula lensa mengakibatkan seluruh bentuk ektopia lensa.
Trauma merupakan penyebab utama kelainan zonula yang akan mengakibatkan ruptur
zonula dan spasme siliar. Hal ini akan memicu pergerakan lensa ke depan, penyempitan
sudut COA dan blok pupil. Pada kelainan kongenital seperti Marfan sindrom,
hemosisinuria, atau Ehlers-Danlos sindrom mengakibatkan berkurangnya penahan
lensa.
Apapun penyebabnya, glaukoma diakibatkan oleh blok pupil karena kelainan posisi
lensa atau obstruksi pupil oleh lensa dan vitreous atau oleh vitreous itu sendiri. Pada
beberapa kasus terjadi dislokasi komplit lensa ke kamera anterior dan secara langsung
menghambat aliran aqueous. Serangan berulang pada sudut tertutup padablok pupil
akan mengakibatkan sinekia anterior perifer, dan bersamaan dengan glaukoma sudut
terbuka kronik akan mengakibat rusaknya aliran trabekula.9
Gambar 2. 8 Glaukoma fakomorfik. Lensa intumesen menyebabkan blok pupil dan sudut tertutup
sekunder pada mata
Gambar 2. 9 Glaukoma fakomorfik, (A) COA biasanya dangkal di sentral dan perifer,
kemungkinan karena tekanan ke depan iris oleh lensa katarak yang membengkak (B) Spesimen
patologik, membandingkan diameter anteroposterior dari lensa intumesen dan lensa normal.
b. Diagnosis banding
• Glaukoma blok pupil: Nyeri akut, nausea, and penurunan visus, biasanya membaik
dengan laser peripheral iridotomy.
5) Ectopia Lentis
a. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari gejala dan tanda-tanda klinis. Gejala ektopia lentisantara
lain perubahan visus akibat induced myopia, astigmatisma (rotasi atau miringnya lensa),
refraksi yang bervariasi, dan diplopia monokuler. Tanda-tanda klinisnya antaralain
pemindahan lensa ringan sampai komplit, zonula abnormal, kelainan sudut bervariasi
tergantung posisi lensa dan prolaps vitreous. Sindroma marfan adalah sindrom yangpaling
sering berhubungan dengan ectopia lentis. Kelainan jaringan pengikat ini
19
Gambar 2. 10 Ektopia Lentis, dislokasi lensa ke COA melalui pupil yang berdilatasi
b. Diagnosis Banding
• Traumatic angle recession glaucoma: resesi sudut pada gonioscopy
• Glaukoma hemolitik traumatik: adanya darah, sudutnya terbuka
• Glaukoma uveitik traumatik: uveitis menonjol
• Glaukoma partikel lensa: uveitis dan adanya material lensa bebas
• Ghost cell glaucoma: khaki-colored cells
• Glaukoma pseudoeksfoliasi: Material Pseudoeksfoliasi pada kapsul anterior lensa,
meningkatnya pigmen di sudut COA.11
juga dapat menyebabkan penurunan produksi air mata, reaksi alergi dan
hipersensitivitas, pemendekan forniks konjungtiva dan sikatrik.
3) Kornea
Pembesaran kornea berkaitan dengan kerusakan membran Descemets,
biasanya ditemukan pada glaukoma didapat. Defek epitel punctata di bagian
inferonasal region interpalpebra sering berhubungan dengan toksisitas obat-
obatan. Edema mikrositik epitelial biasanya berhubungan dengan peningkatan
TIO, terutama jika peningkatan TIO-nya bersifat akut.
Kelainan di COA yang dapat dilihat antara lain Iris bombe, yakni iris yang
tengahnya dalam namun tepinya bengkak atau datar. Temuan lainnya seperti masa
iris, efusi koroid, atau trauma, dapat membentuk permukaan iris menjadi tidak
teratur dan tidak simetris pada dasar COA. Tanda lain dapat ditemukan sel-sel
inflamasi, sel darah merah, ghost cells, fibrin, vitreous, dan lain-lain. Derajat
inflamasi dapat ditentukan dari banyaknya flare dan cell.
5) Iris
Temuan klinis pada iris dapat berupa heterokromia, atropi iris, defek
transiluminasi, ectropion iveae, corectopia, nevi, nodul, dan material eksfoliatif.
6) Lensa
Temuan pada lensa antara lain material yang berhubungan dengan
pseudoeksfoliasi, fakodonesis, subluksasi dan dislokasi, beserta ukuran lensa,
bentuk dan kejernihannya. Benda asing intra okuler dengan siderosis dan
glaukoma mungkin memperlihatkan perubahan pada lensa. Selain itu
21
keberadaan, tipe dan posisi lensa intraokuler mesti dinilai, beserta kapsul
posteriornya.
7) Fundus
c. Gonioskopi
- Grade 4: sudut antara iris dan permukaan jaringan trabekula adalah 45o
- Grade 3: sudut antara iris dan permukaan jaringan trabekula lebih besar dari
20o tapi kecil dari 45o.
22
- Grade 2: sudut antara iris dan permukaan jaringan trabekula adalah 20o.
Sudut tertutup mungkin ada.
- Grade 1: sudut antara iris dan permukaan jaringan trabekula 10o. Sudut
tertutup mungkin ada.
- Slit: Sudut antara iris dan permukaan jaringan tabekula kecil dari 10o. Sudut
tertutup sangat mungkin.
7) Pupil dan lensa: sindrom eksfoliasi, sinekia posterior, posisi dan keteraturan,
ruptur sfingter, uvea ektropion
8) Serat zonula: pigmentasi, ruptur
Gambar 2. 12 Tampilan gonioskopik pada sudut COA normal. 2, iris perifer: a, insersi; b,
kurvatura; c,sudut iris. 3, ciliary body band. 4, scleral spur. 5, jaringan trabekula. 6, Garis
23
Schwalbe.
Gambar 2. 13 Asimetri dari cupping nervus optikus. Tandai pembesaran tampilan umum dari cup
di mata kanan (A) dibandingkan mata kiri (B)
24
Gambar 2. 14 Elongasi vertical dari cup yang disertai penipisan lokal bingkai neuretinal inferior
pada mata kanan pada pasien dengan glaukoma sedang
Gambar 2. 15 Splinter Hemoragik pada nervus optikus kanan pada arah jam 7 pada pasien
dengan glaukoma sudut terbuka awal
e. Optical coherence tomography (OCT)
2.5.7 Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa Glaukoma
dengan begitu akan mencegah atau menunda kerusakan saraf optik yang lebihlanjut.
TIO yang abnormal memainkan peran penting dalam terbentuknya neuropatioptik
glaukomatosa. Meskipun TIO yang tinggi bukan satu-satunya faktor yang
menyebabkan neuropati optik, namun ini adalah satu-satunya faktor yang dapat di
intervensi.12,13
a) Analog prostaglandin
atas. Kontraindikasi dari golongan obat ini adalah riwayat menderita uveitis,
operasi katarak dengan komplikasi, keratitis, dan herpes simpleks.12,13
c) Parasimpatomimetik (Miotik)
e) Agonis adrenergik
a) Glaukoma Phacolytic
d) Glaukoma Phakomorphic
e) Ectopia Lentis
2.5.8 Komplikasi
Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka peninggian TIO yang lama dapat
mengakibatkan komplikasi yaitu :
• Ulkus kornea : akibat udem yang lama, hingga dapat menyebabkan perforasi
• Atrofi bulbi : Akhirnya, terjadi degenerasi korpus siliaris, TIO jauh menurun, dan
bola mata menyusut pigmentasi pada episklera/sklera.
BAB III
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik yang ditandai oleh pencekungan
(cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan
tekanan intraokular.1 Glaukoma sekunder merupakan jenis glaukoma yang penyebabnya
sudah diketahui. Penyebab glaukoma sekunder salah satunya adalah glaukoma yang
disebabkan gangguan pada lensa, sehingga disebut dengan lens induced glaucoma.
Keadaan patologis pada lensa ini dapat menyebabkan glaukoma sudut terbuka maupun
tertutup, dan seringkali kombinasi keduanya. Glaukoma sudut terbuka pada umumnya
terjadi karena penyumbatan dari sistem drainase aquous humor dengan material lensa dan
debris inflamasi. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain: phacolytic glaucoma,
lens particle glaucoma, dan phacoanaphylactic glaucoma. Pada glaukoma sudut tertutup,
lensa secara langsung mengakibatkan penutupan sudut secara mekanik. Hal ini terjadi
pada intumescent lensa dalam phacomorphic glaucoma atau pada subluksasi atau
dislokasi lensa dalam ectopia lentis.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Riwa AJ, Rahmadi A, Utami AP, Putra SP. Lens Induced Glaucoma. Bagian Ilmu Kesehat
Mata RSUP Dr M Djamil Padang FK Unand [Internet]. 2013;1–40. Available from:
http://www.alcon.com/features/at-risk-for-glaucoma.aspx
2. Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan tanpa Mata Merah. Vol. 3, Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2007.
3. Rachmawati D. Karakteristik Pasien Glaukoma Sekunder Di Rumah Sakit Khusus Mata
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2012 dan 2013. Skripsi. 2014;
4. Rijal A, DB K. Visual Outcome and IOP Control After Cataract Surgery in Lens Induce
Glaucoma. Kathmandu Univ Med J. 2006;4(1).
5. Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC; 2010.
6. Lawrenson, G J. Glaucoma Identification and Co-Management. Elsevier. 2007;
7. Rich R. American Academy of Ophthalmology. Basic Clin Sci Course. 2012;
8. American Academy of Ophtalmology. Lens And Cataract. 2010;5–9.
9. American Academy of Opthalmology. Secondary Open-Angle Glaucoma. 2010;(11):108.
10. NJ F, PK K. The Massachusetts Eye and Ear Infirmary Illustrated Manual of
Ophtahalmology. Elsevier Inc. 2009;3:314–5.
11. JC M, IP P. Glaucoma. Sci Pract. 2003;261–71.
12. American Academy of Ophtalmology. Glaucoma. Basic Clin Sci Course Sect 10. :169–
217.
13. Crick, Khaw. A Textbook Of Clinical Ophthalmology. 3rd ed. Singapore: FuIsland Offset
Printing; 2003.