i
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji, Pembimbing,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II. LAPORAN KASUS.............................................................................. 3
2.1 Identitas penderita...................................................................................... 3
2.2 Data dasar.................................................................................................. 3
a. Anamnesis.......................................................................................... 3
b. Pemeriksaan fisik................................................................................ 5
2.3 Ringkasan..................................................................................................10
2.4 Diagnosis banding..................................................................................... 11
2.5 Diagnosis sementara.................................................................................. 11
2.6 Rencana pengelolaan................................................................................. 11
a. Pemeriksaan diagnostik...................................................................... 11
b. Terapi.................................................................................................. 11
c. Pemantauan......................................................................................... 12
d. Penyuluhan......................................................................................... 12
2.7 Prognosis................................................................................................... 12
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 13
3.1 Anatomi laring............................................................................................. 13
3.2 Fisiologi laring............................................................................................. 24
3.3 Disfonia........................................................................................................ 26
BAB IV. PEMBAHASAN.................................................................................. 33
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 35
5.1 Simpulan.................................................................................................... 35
5.2 Saran.......................................................................................................... 35
...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................36
iii
LAMPIRAN........................................................................................................37
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penatalaksanaan disfonia meliputi diagnosis etiologi, dan pemeriksaan
klinik serta penunjang untuk membantu diagnosis, juga terapi yang
sesuai dengan etiologi tersebut.1
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui cara
menegakkan diagnosis disfonia, diagnosis banding disfonia, tatalaksana pasien
disfonia dan prognosis pasien disfonia
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
Keluhan utama: Suara serak
Perjalanan penyakit sekarang :
± Sejak sepuluh bulan yang lalu pasien mengeluhkan suara mulai serak (skor
4). Suara serak dirasakan sepanjang hari dan memberat saat pagi hari saat bangun
tidur. Suara serak tersebut mengganggu kenyamanan pasien saat berbicara. Suara
serak tidak didahului dengan batuk pilek sebelumnya. Pasien sering merasa air ada
lendir kental yang mengganjal di tenggorokan yang sulit dikeluarkan (skor 4). Pasien
merasa ada riak yang mengganjal di tenggorokan (skor 3). Pasien sering berdeham
untuk membersihkan tenggorokan(skor 4). Keluhan batuk, pilek, kering di
tenggorokan dan batuk kering disangkal. Pasien sering mengaji di saat pagi dan
malam hari kurang lebih selama satu jam. Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman
saat terlalu banyak bicara. Pasien masih bisa makan dan minum dengan baik tanpa
ada keluhan sulit menelan, nyeri telan dan tersedak. Keluhan hidung tersumbat, dan
nyeri di wajah disangkal. Keluhan sesak nafas, nyeri dada disangkal. Keluhan
benjolan di leher disangkal. Keluhan rasa kering, nyeri tenggorokan yang menjalar ke
telinga disangkal. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan
dalam beberapa bulan ini. Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol.
Pasien sudah memeriksakan diri di puskesmas mendapatkan obat batuk dan
amoksisilin namun tidak ada perbaikan. Lalu pasien memeriksakan diri ke RSI
Demak, karena keterbatasan fasilitas peralatan lalu pasien dirujuk ke RSUP Kariadi.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat keluhan suara serak sebelumnya disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat operasi telinga, hidung, dan tenggorok sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit hipertensi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat TB paru disangkal
Riwayat penyakit keluarga:
4
Riwayat anggota keluarga dengan keluhan suara serak disangkal.
Riwayat anggota keluarga menderita alergi disangkal.
Riwayat anggota keluarga menderita TB paru disangkal.
5
1. Telinga
Dekstra Sinistra
CAE/MAE CAE/MAE
MT MT
Bagian
Telinga Kanan Telinga Kiri
Telinga
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Preaurikula Fistula (-) Fistula (-)
Abses (-) Abses (-)
Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-)
Normotia Normotia
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Aurikula
Edema (-) Edema (-)
Nyeri tarik (-) Nyeri tarik (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Retroaurikula Fistula (-) Fistula (-)
Abses (-) Abses (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Mastoid
Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-)
Fistel (-) Fistel (-)
CAE/MAE Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Discharge mukus (-) Discharge mukus (-)
6
Granula (-) Granula (-)
Furunkel (-) Furunkel (-)
Serumen (-) Serumen (-)
Bau (-) Bau (-)
Warna putih mengkilap Warna putih mengkilap
Membran Refleks cahaya (+) Refleks cahaya (+)
Timpani Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Serumen (-) Serumen (-)
2. Hidung
Pemeriksaan
Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung
Inspeksi :
Bentuk (N)
Simetris
Hidung Luar Deformitas (-)
Warna sama dengan kulit sekitar
Palpasi :
Os.nasal : krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-)
Sinus Nyeri tekan (-), nyeri ketok (-)
Rinoskopi
Hidung Kanan Hidung Kiri
Anterior
7
Discharge Tidak ada Tidak ada
Mukosa Hiperemis(-) Hiperemis(-)
Konka Edema(-) Hipertrofi (-) Edema(-) Hipertrofi (-)
Tumor Tidak ada Tidak ada
Septum Nasi Deviasi (-)
3. Tenggorok
Orofaring Keterangan
Hiperemis (-)
Massa (-)
Palatum
Fistula (-)
Bombans (-)
Arkus Simetris
Faring Uvula di tengah
Hiperemis (-)
Mukosa Granulasi (-)
Post nasal drip (-)
Ukuran T1 Ukuran T1
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Permukaan rata Permukaan rata
Tonsil
Kripte melebar (-) Kripte melebar (-)
Detritus (-) Detritus (-)
Membran (-) Membran (-)
Peritonsil Edema (-)
8
Abses (-)
Laringoskop indirek
Mukosa
Hiperemis(-) granulasi (+) mukus(+)
Laring
Epiglotis Hiperemis(-) massa(-)
Plika
Sulit dinilai
vokalis
9
sepuluh bulan yang lalu pasien mengeluhkan suara mulai serak (skor 4). Suara
serak dirasakan sepanjang hari dan memberat saat pagi hari saat bangun tidur.
Suara serak tersebut mengganggu kenyamanan pasien saat berbicara. Suara
serak tidak didahului dengan batuk pilek sebelumnya. Pasien sering merasa air
ada lendir kental yang mengganjal di tenggorokan yang sulit dikeluarkan (skor
4). Pasien merasa ada riak yang mengganjal di tenggorokan (skor 3). Pasien
sering berdeham untuk membersihkan tenggorokan(skor 4). Keluhan batuk,
pilek, kering di tenggorokan dan batuk kering disangkal. Pasien sering mengaji
di saat pagi dan malam hari kurang lebih selama satu jam. Pasien mengeluhkan
rasa tidak nyaman saat terlalu banyak bicara. Pasien masih bisa makan dan
minum dengan baik tanpa ada keluhan sulit menelan, nyeri telan dan tersedak.
Keluhan hidung tersumbat, dan nyeri di wajah disangkal. Keluhan sesak nafas,
nyeri dada disangkal. Keluhan benjolan di leher disangkal. Keluhan rasa kering,
nyeri tenggorokan yang menjalar ke telinga disangkal. Pasien tidak mengalami
penurunan berat badan yang signifikan dalam beberapa bulan ini. Pasien tidak
merokok, tidak minum alkohol.
Riwayat keluhan suara serak sebelumnya disangkal. Riwayat alergi
disangkal. Riwayat operasi telinga, hidung, dan tenggorok sebelumnya
disangkal. Riwayat penyakit hipertensi disangkal. Riwayat penyakit TB Paru
disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat anggota keluarga
dengan keluhan suara serak pada keluarga pasien disangkal. Riwayat anggota
keluarga menderita alergi disangkal. Riwayat keluarga menderita TB paru
disangkal.
Pada pemeriksaan fisik tenggorok terdapat jaringan granulasi dan
mukus. Plika vokalis sulit dinilai.
10
ec Laringitis kronik dd non spesifik
spesifik TB Paru
ec parese plika vokalis
b. Terapi
Modifikasi gaya hidup
Pola diet yang dianjurkan pada pasien seperti makan terakhir 2-4 jam sebelum
berbaring, pengurangan porsi makan, hindari makanan yang menurunkan
tonus otot sfingter esofagus seperti makanan berlemak, gorengan, kopi, soda,
alkohol, mint, coklat buahan dan jus yang asam, cuka, mustard dan tomat
menganjurkan pola diet bebas asam atau rendah asam
Medikamentosa
Omeprazole 20mg setiap 12jam selama 2 minggu
Non Medikamentosa
Voice Rest
c. Pemantauan
Keadaan umum
Tanda vital
Progresivitas penyakit
11
Kualitas serak, sesak nafas.
d. Penyuluhan
Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien mengenai penyebab suara
serak yang dialami pasien.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien mengenai pemeriksaan
lanjutan yang dilakukan.
Menjelaskan mengenai pemenuhan nutrisi melalui makanan yang
dikonsumsi pasien.
Menjelaskan hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan voice rest, tata
cara voice rest.
Menjelaskan untuk kontrol lagi pada 2 minggu kemudian untuk evaluasi
ulang obat
Menjelaskan apabila keluhan memberat seperti suara bertambah serak,
batuk yang progresif segera kontrol ke dokter.
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
3.1.1 Kavum Laring
aritenoid.
dan lateral.
14
6. Sinus Pyriformis (Hipofaring) Terletak antara plika
ariepiglotika dan permukaan dalam kartilago tiroid
15
belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago
aritenoidea dan disebut intercartilagenous portion.
16
mungkin memberikan kontribusi terhadap perkembangan nodul
pita suara dan polip ketika sejumlah cairan abnormal mengumpul
di wilayah ini. Penyalahgunaan vokal atau infeksi saluran
pernapasan atas sering menghasilkan edema pada wilayah ini dan
bermanifestasi klinis sebagai suara serak atau disfonia.
17
Gambar 3. Tulang pembentuk laring
i. Kartilago epiglotika
18
menyangga kartilago kornikulata, sedangkan pada bagian basis
nya bersendi dengan kartilago krikoid. Pada basisnya terdapat 2
tonjolan yaitu prosesus vocalis yang menonjol horizontal ke
depan merupakn perlekatan dari ligamen vocal, dan prosesus
muscularis yang menonjol ke lateral dan merupakan perlekatan
dari otot krikoaritenoid lateral dan posterior.
19
6. Otot Thyroarytenoidea
Adapun fungsinya :
20
constrictor pharyngeus medius, otot constrictor
pharyngeus inferior.
21
Gambar 4. Vaskularisasi laring
3.2 FISIOLOGI LARING
Laring memiliki 3 fungsi utama yaitu fonasi, respiratori, proteksi,
fungsi menelan dan fungsi sirkulasi.
1. Fungsi fonasi
Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan
dan adanya interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari
laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik
dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga
mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Fungsi
laring untuk fonasi dengan membuat suara serta menentukan
tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh
ketegangan plika vokalis, bila plika vokalis dalam keadaan aduksi,
maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah
dan ke depan menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang
bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik
kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan
efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m.krikoaritenoid
akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika
vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika
vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.
2. Fungsi respiratori
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk
memperbesar rongga dada dan otot krikoaritenoideus posterior
terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis
terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2
22
pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan
23
return. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari
laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di
aorta. Impuls dikirim melalui Nervus Laringeus Rekurens dan
Ramus Komunikans ervus. Laringeus Superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan
denyut jantung.
3.3 DISFONIA
3.3.4 Definisi
3.3.5 Etiologi
1. Kelainan kongenital
Dapat disebabkan karena laringomalasia, laryngeal web, cri du chat
24
syndariome dan Down sindrom dan paralisis pita suara
2. Infeksi
Infeksi dapat disebabkan karena virus, bakteri dan jamur. Infeksi
virus menjadi penyebab tersering pada proses peradangan akut.
Virus yang menjadi penyebab tersering adalah rinovirus (common
cold), adenovirus, influenza virus. Infeksi bakteri juga bisa terjadi
seperti epiglottitis bacterial oleh Haemophilus influenza type B
merupakan salah satu penyebab tersering. Penyebab lain
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus. Infeksi jamur
seperti candida pada mulut dan tenggorok, ini merupakan
komplikasi yang dapat terjadi pada anak atau orang dewasa dengan
imunosupresi (HIV, kemoterapi, dll).
3. Inflamasi
Berkembangnya nodul, polip atau granuloma pada pita suara dapat
diakibatkan oleh iritasi dan inflamasi yang kronis pada pita suara
yang sering terjadi pada perokok, terpapar racun dari lingkungan,
dan penyalahgunaan suara. Pada pasien LPR terjadi inflamasi
kronik di laring karena regurgitasi asam lambung. Nodul paling
sering didapatkan pada anak-anak dan wanita, ada hubungan
dengan penyalahgunaan suara. Nodul ini timbul bilateral, lembut,
lesinya bulat terletak pada sepertiga anterior dan dua pertiga
posterior dari pita suara
4. Neoplasma
Keganasan dapat menjadi etiologi terjadinya suara serak. Salah
satunya papilloma yang termasuk tumor jinak yang sering
didapatkan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh HPV.
Tumor ganas lainnya yang dapat ditemukan pada orang dengan
suara serak misalnya karsinoma laring
5. Trauma
25
Beberapa kondisi trauma yang dapat menyebabkan terjadinya suara
serak antara lain pemasangan intubasi endotracheal, fraktur pada
laring, benda asing di laring.
6. Sistemik
Kondisi penyakit sistemik dari berbagai sistem organ juga dapat
menyebabkan terjadinya suara serak. Seperti hipotiroidisme,
akromegali, rheumatoid arthritis yang berdampak pada kaitan antar
sendi pada laring, sarkoid.
26
apabila skornya lebih dari 13.
27
Dapat juga dilakukan pemeriksaan pH dengan pemeriksaan
ambulatory 24 hour double-probe (pharyngeal and esophageal) pH
monitoring yang merupakan gold standard untuk mendiagnosis LPR.
Tes PPI Terapi empirik dengan proton pump inhibitor(PPI) disarankan
sebagai tes yang ideal untuk penyakit refluks laringofaring dan
merupakan cara diagnostik yang tidak invasif, simpel dan juga dapat
memberikan efek terapi. Tes PPI dengan pemberian omeprazole 40 mg
perhari selama 14 hari mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang sama
dengan pemeriksaan pH metri 24 jam
28
saluran nafas bawah.
Gejala
Keluhan suara serak merupakan keluhan utama yaitu suara
serak, kadang bisa memberat pada malam hari menjadi afoni
karena pita suara yang lelah. Sering merasa kering dan gatal
pada tengorokan dan ada batuk kering. Ditanyakan riwayat
merokok, minum alkohol, riwayat pekerjaan (paparan debu atau
penggunaan suara yang berlebih seperti guru dsb)
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis,
membengkak, terutama diatas dan dibawah pita suara. Bisa juga
didapatkan adanya lendir kental di sekitar pita suara atau aritenoid
Didapatkan tanda infeksi di hidung, atau sinus paranasal,
tenggorok. Dapat juga disertai tanda deviasi septum yang berat,
polip hidung sesuai dengan penyebabnya. Pemeriksaan paru
dapat ditemukan tanda bronkitis.
29
minggu dan dapat berlanjut menjadi afoni, hemoptisis, nyeri
menelan yang sangat hebat, batuk kronis, berat badan menurun,
dan keringat pada malam hari.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik laringitis kronis yang penyebabnya
akibat TBC bisa terdapat ulkus yang terjadi karena tuberkel yang
pecah di mukosa laring, pita suara, regio aritenoid, regio
intraritenoid, pseudoedema pada epiglotis, mukosa sekitar
tampak pucat.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sputum BTA, X foto thorax.
Anamnesis:
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan suara serak yang dirasakan
terus menerus dan lebih dirasakan saat penggunaan suara yang
berlebihan. Keluhan kadang disertai rasa lelah bila berbicara.
Pada polip yang ukuran besar bisa menimbulkan batuk iritatif
dan bila sangat besar atau multipel dapat menimbulkan sumbatan
jalan nafas.
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan laring dengan kaca laring
atau laringoskop dengan atau tanpa stroboskopi. Polip pita suara
bisa tampak berwarna putih keabu-abuan, transparan, edematous
dan bisa juga berwarna kemerahan. Bisa berbentuk bulat,
panjang, irreguler atau polipoid.Predileksinya lebih dari 80%
unilateral dan 20% bilateral atau multipel. Lesi ini biasanya
terletak di sepertiga anterior atau sepertiga tengah.
30
e. Parese Plika Vokalis
Anamnesis
31
Etiologi Anamnesis dan Gejala Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan penunjang
LPR Dengan skor Reflex Granuloma dan Laringoskopi
Simptom Index (RSI) ulkus kontak flexibel untuk
diatas 13, antara lain: ditemukan di menilai Reflux
suara serak, mendeham, bagian posterior Finding Score:
lendir di tengorokan, dari laring Edema subglotik,
kesusahan menelan, obliterasi
batuk setelah makan atau ventrikular,
berbaring, kesukaran eritema, edema
bernafas, batuk yang plika vokalis,
mengganggu, rasa edema laring
mengganjal di difus, hipertrofi
tenggorokan dan rasa komisura
terbakar di dada atau posterior,
adanya gangguan di granuloma atau
pencernaan jaringan granulasi,
Lebih memberat di pagi dan mukus
hari endolaringeal
PPI Test
Laringitis kronik non Riwayat laringitis akut Infeksi kronik di Pemeriksaan untuk
spesifik sebelumnya sinusparanasal mencari infeksi di
Rasa gatal di Infeksi tonsil daerah hidung,
tenggorokan Laring hiperemis tonsil, saluran nafas
Rasa kering di Pita suara bawah
tenggorokan membengkak dan
Memberat di malam hari hiperemis
karena kelelahan pita
suara
Riwayat merokok dan
minum alkohol
Pekerjaan
Laringitis kronik Diawali dengan suara Plika vokalis Laringoskopi
spesifik (TBC) lemah diikuti suara serak hiperemis dan fleksibel
Nyeri tenggorokan yang adanya gangguan X Foto Thorax
menyebar ke telinga adduksi Pemeriksaan
Nyeri telan Ulserasi pita suara sputum
Disfagia dan aritenoid
Pseudoedema pada
epiglotis
Nodul plika vokalis Suara serak Adanya polip/nodul Laringoskopi
Suara tidak tahan lama terutama di fleksibel
Nyeri leher jika bicara sepertiga posterior
banyak plika vokalis
Stridor
Parese plika vokalis Suara serak/parau Menilai pembukaan
Stridor rima glotis
Sulit menelan, tersedak
Gejala neurologi lain
32
3.3.7 Terapi pada Disfonia
1. Voice rest
Pasien dengan gangguan suara yang disebabkan karena fungsi
berlebihan harus dinasehati mengenai metode-metode voice rest. Voice
rest memungkinkan perbaikan pembengkakan jaringan, namun
perbaikan suara bersifat sementara dan disfonia dapat kembali sampai
perilaku vokal lebih tepat dipelajari.
Voice rest adalah metode yang lebih praktis dan realistis mengurangi
penggunaan vokal, terutama pada pasien dengan penyalahgunaan vokal
perilaku. Mengurangi sumber yang jelas dari penyalahgunaan vokal
(misalnya, berteriak dan menjerit) hanya bagian dari program.
pembersihan tenggorokan berulang seperti berdeham adalah iritan plika
vokalis dan harus dihindari.
3. Intervensi Medis 6
33
jalur akhir dimana semua stimulator sekresi asam lambung bekerja.
Dosis pemberiannya dapat diberikan sebanyak 2x20mg selama dua
minggu. Setelah itu dapat dievaluasi untuk keberhasilan terapinya,
apabila terdapat efek yang diinginkan obat dapat dilanjutkan selama 2
bulan.
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Sejak sepuluh bulan yang lalu pasien mengeluhkan suara mulai serak (skor
4). Suara serak dirasakan sepanjang hari dan memberat saat pagi hari saat
bangun tidur. Suara serak tersebut mengganggu kenyamanan pasien saat
berbicara. Pasien sering merasa air ada lendir kental yang mengganjal di
tenggorokan yang sulit dikeluarkan (skor 4). Pasien sering berdeham untuk
membersihkan tenggorokan dari riak yang mengganjal di tenggorokan (skor 3).
Pasien sering berdeham untuk membersihkan tenggorokan(skor 4). Pasien
sering mengaji di saat pagi dan malam hari kurang lebih selama satu jam.
Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman saat terlalu banyak bicara. Pasien masih
bisa makan dan minum dengan baik tanpa ada keluhan sulit menelan. Keluhan
batuk dan pilek disangkal. Keluhan sesak nafas, nyeri dada disangkal. Keluhan
nyeri telan, tersedak dan benjolan di leher disangkal. Keluhan batuk dan pilek
sebelumnya disangkal. Keluhan hidung tersumbat, dan nyeri di wajah
disangkal. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan
dalam beberapa bulan ini.
Riwayat keluhan suara serak sebelumnya disangkal. Riwayat alergi
disangkal. Riwayat operasi telinga, hidung, dan tenggorok sebelumnya
disangkal. Riwayat penyakit hipertensi disangkal. Riwayat penyakit TB Paru
disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat anggota keluarga
dengan keluhan suara serak pada keluarga pasien disangkal. Riwayat anggota
keluarga menderita alergi disangkal. Riwayat keluarga menderita TB paru
disangkal. Pada pemeriksaan fisik tenggorok tidak didapatkan kelainan.
Diagnosis disfonia ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik. Pada
kasus ini gejala utama yang dikeluhkan oleh pasien adalah suara serak. Hal ini
35
dapat terjadi karena adanya gangguan di plika vokalis. Adanya keadaan yang
menimbulkan gangguan getaran, ketegangan dan pendekatan kedua pita
suara kiri dan kanan akan menimbulkan suara serak. Gangguan dalam
bersuara seperti suara serak, biasanya disebabkan berbagai macam faktor
yang prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Pada kasus ini
penyebabnya adalah karena proses inflamasi kronik akibat
Laringopharingeal Reflux (LPR). Hal tersebut dapat dinilai dari skoring RSI
dengan skor 15 (>13) yang menunjukkan kecurigaan penyebab LPR yang
menyebabkan adanya proses peradangan akibat refluks isi lambung ke
daerah laring. Pilihan terapi pada disfonia meliputi terapi medikamentosa dan
non medikamentosa. Terapi medikamentosa dapat diberikan omeprazole dan
terapi nonfarmakologi dapat diberikan voice rest serta modifikasi gaya hidup.
36
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Disfonia merupakan kelainan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Disfonia dapat disebabkan oleh etiologi infeksi maupun non-infeksi.
Pasien dengan disfonia sering mengeluh suara serak, atau suara yang hilang.
Terapi disfonia terdiri atas terapi medikamentosa dan non medikamentosa.
4.2. Saran
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada laporan
kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna penyusunan laporan kasus yang lebih baik di kemudian hari. Semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
1
DAFTAR PUSTAKA
2. Stachler RJ, Francis DO, Schwartz SR, Damask CC, Digoy GP, Krouse HJ, et
al. Clinical Practice Guideline: Hoarseness (Dysphonia) (Update). Vol. 158,
Otolaryngology - Head and Neck Surgery (United States). 2018. S1-S42 p.
5. Paulsen, Waschke. Atlas anatomi manusia sobotta. 23rd ed. Jakarta: EGC;
2010.
1
LAMPIRAN
1X