Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIV-AIDS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri
Dosen Pengampu: Ns. Indana Lazulfa, M.Kep

KELOMPOK 04
Anggota Kelompok
1. Doni Tri Wijayanto (2111020015)
2. Lutfiah Ayuningtyas W (2111020028)
3. Siska Rosida (2111020032)
4. Umu Zahrotul Janah (2111020036)
5. Ita Trisnawati (2111020044)
6. Aida Ziyannisa (2111020048)
7. Kartika Sari (2111020052)
8. Rintis Setiyo Wigati (2111020054)
9. Iis Herawati (2111020055)
10. Nita Putri Pratiwi (2111020056)
11. Septi Tri Rahayu (2111020057)
12. Nur Amelinda Polontalo (2319010003)
13. Ritna Mohamad (2319010005)
14. Anisa Setiawati (2319010094)
15. Avi Purnama Sari (2319010098)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ILMU KEPERAWATAN S1
2023
KASUS
....................
FORMAT PENGKAJIAN UNTUK PASIEN KELOLAAN
A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. S

Umur : 30 Tahun

Alamat : Sokaraja Kulon, Banyumas

Jumlah Anak :2

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pemandu Karaoke

RM No. : xxxxxx

Dx.Medis : HIV-AIDS

B. RIWAYAT KESEHATAN
 Keluhan Utama
Pasien mengeluh diare dengan frekuensi 5 kali sehari konsistensi cair, bewarna
kuning.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. S, usia 30 tahun masuk RS diantar oleh keluarga pukul 08.00 WIB dengan
keluhan diare dengan frekuensi 5 kali sehari konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien
juga mengatakan sering merasa haus, nafsu makan menurun, berat badan berkurang 7
kg. Pasien tampak murung dan lesu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital: TD=120/80 mmHg, N=120 x/menit, R=26 x/menit, S=36 0C, SPO2= 97%,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing +/-.
Hasil foto thorax ditemukan pleural efusi kanan. Diagnosa medis HIV positif.
Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum cairan
pembersih lantai di dalam kamar mandi. Suami klien mengatakan bahwa istrinya
mempunyai riwayat penyakit HIV/AIDS. Setelah klien tau bahwa dirinya mengidap
penyakit tersebut klien menjadi lebih pendiam, sering melamun, lebih sering
mengurung diri didalam kamar karna menganggap dirinya aib, tidak suka berbicara
dengan orang lain kecuali ditanya oleh keluarga. Klien merasa dirinya sudah tidak
berharga.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Biologis :
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. Klien tidak memiliki
riwayat kelainan/keterbatasan saat riwayat janin sampai prenatal. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami trauma ataupun kecelakaan yang berhubungan dengan masalah fisik.
Di keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Keluarga klien
mengatakan Ny. S mengalami gangguan makan dan minum setelah mengetahui bahwa
dirinya memiliki riwayat penyakit HIV selama 1 tahun. Keluarga klien mengatakan klien
tidak rutin mengonsumsi obat.
Psikologis :

Klien menunjukan perubahan sikap saat berkomunikasi yaitu 1 tahun setelah di diagnosa
HIV oleh dokter. Klien menjadi seorang lebih pendiam, sering melamun, sering
menangis. Keluarga klien mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat herbal. Setelah 6
bulan mengidap HIV, klien menjadi depresi karena penyakitnya tidak bisa disembuhkan.

Sosial Budaya :

Usia : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tingkat Pendidikan : SMP
Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari seperti biasanya.
Keluarga pasien mengatakan Ny. S sering mengurung diri di dalam kamar karena
menganggap dirinya aib, klien tidak suka berbicara dengan orang lain. Pandangan
lingkungan sekitar tentang klien dari tetangga tetap peduli akan kesehatan klien. Klien
tidak pernah dikucilkan di dalam masyarakat. Klien menganut agama islam. Klien tidak
pernah mengikuti kegiatan di desa, karena sibuk bekerja di pemandu karaoke.
Spiritual :
Ny. S mengatakan untuk kegiatan spiritualnya kadang dilakukan dengan melaksanakan
ibadah sholat

D. FAKTOR PRESIPITASI
Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum cairan
pembersih lantai di dalam kamar mandi. Suami klien mengatakan bahwa istrinya
mempunyai riwayat penyakit HIV/AIDS. Setelah klien tau bahwa dirinya mengidap
penyakit tersebut klien menjadi lebih pendiam, sering melamun, lebih sering mengurung
diri didalam kamar karna menganggap dirinya aib, tidak suka berbicara dengan orang lain
kecuali ditanya oleh keluarga itupun lebih sering hanya menjawab dengan anggukan atau
gelengan kepala, sering menangis, tidak terlalu memperhatikan penampilan karena merasa
hidupnya sudah tidak akan lama lagi dan merasa dirinya sudah tidak berharga. Saat
dilakukan pengkajian pasien lebih banyak diam dan hanya menjawab singkat pertanyaan
yang dilayangkan perawat.

E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Klien mampu mengenal orang dan lingkungan sekitar. Klien mampu
mengingat kejadian sakit yang di alami.
1. Pemeriksaan Vital sign :

TD : 120 / 80 mmHg

N : 120 x/menit
R : 26 x /menit
S : 36 oC
SPO2 : 97%
2. Pemeriksaan fisik (Fokus pada Diagnosa medis yang dialami)

Kepala : simetris, tidak terdapat lesi, rambut bersih

Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak terdapat ikterik, pupil isokor

Hidung : simetris, tidak terdapat polip, mampu mencium dengan normal

Telinga : tidak terdapat serumen, simetris, telinga berfungsi dengan baik

Mulut : mukosa bibir lembab, tidak terjadi sianosis, gigi tampak bersih

Leher : tidak ada lesi, tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid

Paru paru

Inpeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada jejas

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan


Perkusi : Sonor

Auskultasi : Terdapat suara tambahan ronkhi

Jantung
: ictus cordis tidak nampak
Inpeksi

Palpasi
: ictus cordis teraba di ics 5
Perkusi
: pekak

Auskultasi : irama regular, S1 & S2 terdengar murni tidak ada bunyi tambahan
Abdomen

Inpeksi : Tidak ada jejas

Auskultasi : Bising usus terdengar 16 x/menit

Perkusi : Di dapatkan bunyi timpani

Palpasi : Tidak teraba pembesaran hepar


Genetalia : Tidak terpasang DC
Ekstremitas :
- Kekuatan otot tangan kanan: 3
- Kekuatan otot tangan kiri: 3
- Kekuatan otot kaki kanan: 3
- Kekuatan otot kaki kanan: 3
F. GENOGRAM

Keterangan :
Pasien (Ny. S) =
Laki-laki hidup =
Perempuan hidup =
Laki-laki meninggal =
Perempuan meninggal =
Tinggal serumah =

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Laboratorium
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Imunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi HIV
a. Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining HIV dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnose
2) Tes Blot Western
Mengkonfirmasi diagnose HIV
3) Sel T Limfosit
Penurunan jumlah total
4) Sel T4 Helper indicator system imun jumlah 200
5) T8 (sel supresor sitopatik)
Rasio terbalik (2 : 1 ) atau lebih besar dari sel supresor pada sel helper (T8
ke T4) mengindikasikan supresi imun.
6) P24 (protein pembungkus HIV) selanjutnya peningkatan nilai kuantitatif
protein mengidentifikasi progresi infeksi.
7) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
8) Reaksi rantai polymerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
b. Neurologis
EEG, MRI, CT-Scan otak, EMG pemeriksaan saraf
c. Tes lainnya
1) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain
2) Tes fungsi pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
3) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
4) Biopsis
Diagnose lain dari sarcoma Kaposi
5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-
paru
2. Tes HIV
3. USG Abdomen
4. Rontgen Thorak

2. Pemeriksaan Diagnostik
1. ELISA (Enzim Linked Imunosobent Assay)
ELISA digunakan untuk antibody (Hanum,2009)
2. Western Blot
Western Blot ini biasanya digunakan untuk menentukan kadar relative dari suatu
protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau molekul lain.
(Hanum,2009)
3. PCR (Polimerase Chain Reaction)
Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibody maternal
masih ada pada bayi dan mengkambat pemeriksaan secara serologis maupun
status infeksi individu yang seronegative pada kelompok resiko tinggi dan sebagai
tes konfirmasi untuk HIV -2 sebab sensitivitas ELISA rendah untuk HIV -2
(Kresno,2001).
H. ASPEK MEDIS
Diagnose medis : HIV-AIDS
Terapi yang diberikan :
o Ranitidine 50 mg 2x1 IV
o Omeprazole 20 mg 2 ddi PO
o Ceftriaxone 2 ampul IV
o Ketorolac 50 mg
o Ambutol 1 tablet 3x1 PO
o Albumin 3 ddi IV
o Tablet tambah darah 1x1 PO

I. ANALISA DATA DAN PRIORITAS DIAGNOSA

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. Ds: Gangguan Resiko Bunuh Diri
Klien mengatakan pernah melakukan Perilaku (D.0135)
percobaan bunuh diri dengan meminum
cairan pembersih lantai.
Do:
Pasien tampak sedih
2. Ds: Gangguan Harga Diri Rendah
Keluarga klien mengatakan setelah tau Psikiatri Kronis (D.0086)
keadaan dirinya klien menjadi pendiam,
sering melamun , sering mengurung diri di
kamar, sering menangis dan merasa
hidupnya tidak lama lagi dan merara sudah
tidak berharga.
Do:
Pasien tampak murung dan sering
melamun.
3. Ds: Ancaman Ansietas (D.0080)
Klien mengatakan tidak mampu melakukan Terhadap
aktivitas sehari – hari seperti biasanya. Kematian
Do:
Pasien tampak cemas
J. INTERVENSI (RENCANA KEPERAWATAN)

No DX Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
(Sesuai
Prioritas)
1. Risiko Bunuh Kontrol Diri ( L.09076) Pencegahan Bunuh Diri
Diri B.d Setelah dilakukan tindakan (I.14538)
Gangguan keperawatan 1x24 jam Observasi :
Perilaku diharapkan kontrol diri  Identifikasi risiko gejala
(D.0135) meningkat. bunuh diri
 Identifikasi keinginan
Indikator A T dan pikiran rencana
Perilaku 5 1 bunuh diri
melukai diri  Monitor lingkungan
sendiri/orang bebas bahaya secara rutin
lain Terapiutik :
Perilaku 5 1  Libatkan keluarga dalam
merencanakan perencanaan perawatan
bunuh diri  Berikan lingkungan
dengan pengamanan
Ket : ketat dan mudah
1 : meningkat dipantau
2: cukup meningkat  Tingkatkan pengaawasan
3. sedang pada kondisi tertentu
4. cukup menurun Edukasi :
5. menurun  Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau
orang terdekat
 Latih pencegehan risiko
bunuh diri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
obat antiansietas atau
anti psikotik, sesuai
indikasi
 Kolaborasi tindakan
keselamatan kepada PPA
2. Harga Diri Harga diri (L.09069) Manajemen Perilaku (I.12463)
Rendah Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Kronis b.d keperawatan 1x24 jam Identifikasi harapan untuk
Gangguan diharapkan tingkat harga mengendalikan perilaku
Psikiatri diri meningkat
(D. 0086) Terapeutik :
Indikasi A T  Jadwalkan kegiatan
Penerimaan, 1 5 terstruktur
penilaian  Bicara dengan nada
positif rendah dan tenang
terhadap  Berikan penguatan
diri sendiri positif terhadap
Gairah 1 5 keberhasilan
aktivitas mengendalikan perilaku
Percaya diri 1 5  Hindari bersikap
berbicara menyudutkan dan
Ket : menghentikan
1. Menurun pembicaraan
2. Cukup menurun Edukasi :
3. Sedang Informasikan keluarga bahwa
4. Cukup meningkat keluarga sebagai dasar
5. Meningkat pembentukan kognitif

3. Ansietas B.d Tingkat Ansietas (L. Reduksi Ansietas (I.09314)


Ancaman 09093) Observasi:
terhadap Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi saat tingkat
kematian keperawatan 1x24 jam ansietas berubah
(D. 0080) diharapkan tingkat ansietas  Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
Indikasi A T  Monitor tanda-tanda
Verbalisasi 1 5 ansietas
khawatir Terapiutik:
akibat  Ciptakan suasana
kondisi terapiutik untuk
yang menumbuhkan
dihadapi kepercayaan
Perilaku 1 5  Temani pasien untuk
gelisah mengurangi kecemasan
Ket :  Gunakan pendekatan
1. Meningkat yang tenang dan
2. Cukup meningkat menyakinkan
3. Sedang  Motivasi
4. Cukup menurun mengidentifikasi situasi
5. Menurun yang memicu kecemasan
Edukasi:
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih teknik relaksaksi
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas

K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal/Jam Implementasi Respon Pasien
Dx
1 17/10/2023  Mengidentifikasi risiko gejala bunuh diri DS :
08.00 Pasien mengatakan sudah tidak
 Mengidentifikasi keinginan dan pikiran ingin melakukan percobaan bunuh
08.10 rencana bunuh diri diri, pasien merasa lebih tenang
karena selalu ditemani keluarga
08.15  Melibatkan keluarga dalam perencanaan dan dihibur
perawatan DO:
- Pasien sudah tidak tampak sedih
08.20  Memberikan lingkungan dengan -Pasien produktif melukis dan
pengamanan ketat dan mudah dipantau membuat karya tangan untuk
mengisi waktu luang
08.25  Meningkatkan pengawasan pada kondisi -Pasien selalu ditemani keluarga
tertentu dan perawat sesekali

08.30  Mejelaskan tindakan pencegahan bunuh


diri kepada keluarga atau orang terdekat

08.35
 Melatih pencegehan risiko bunuh diri

 Kolaborasi pemberian obat antiansietas


08.40
atau anti psikotik, sesuai indikasi
2. 17/10/2023  Mengidentifikasi harapan untuk DS:
09.00 mengendalikan perilaku Keluarga pasien mengatakan
09.10  Menjadwalkan kegiatan terstruktur pasien sudah tidak murung, dan
lebih interaktif. Ketika diajak
09.15  Bicara dengan nada rendah dan tenang berbicara, pasien juga sudah mulai
bisa tertawa dan terhibur jika
09.20  Memberikan penguatan positif terhadap melihat televisi, dan sudah jarang
keberhasilan mengendalikan perilaku menangis
09.25  Menghindari bersikap menyudutkan dan DO:
menghentikan pembicaraan -Pasien tampak lebih tenang dan
09.30  Menginformasikan keluarga bahwa kooperatif Ketika diajak berbicara
keluarga sebagai dasar pembentukan -Pasien sering jalan-jalan disekitar
kognitif taman dan berolahraga kecil-kecil
an
-Pasien sudah mulai beradaptasi
dan menerima keadaannya
3. 17/10/2023  Mengidentifikasi saat tingkat ansietas DS:
10.00 berubah Pasien mengatakan diri nya lebih
10.10  Mengidentifikasi kemampuan mengambil merasa tenang dan rileks
keputusan DO:
 Memonitor tanda-tanda ansietas - Pasien sudah tidak tampak
10.15 gelisah
 Menciptakan suasana terapiutik untuk - Raut Wajah lebih tenang dari
10.20 menumbuhkan kepercayaan sebelumnya
 Menemani pasien untuk mengurangi - Masih meremas tangan dan paha
10.25 kecemasan Ketika sendirian
 Menggunakan pendekatan yang tenang - Berkeringat dingin Ketika
10.30 dan menyakinkan bertemu banyak orang baru
 Memotivasi mengidentifikasi situasi yang
10.35 memicu kecemasan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
10.40
persepsi
 Melatih teknik relaksaksi
10.45

 Kolaborasi pemberian obat antiansietas


10.50
L. CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/Jam Dx Evaluasi / SOAP Paraf


17/10/23 Risiko Bunuh Diri S:
08.00 B.d Gangguan Klien mengatakan sudah tidak ingin melakukan
WIB Perilaku percobaan bunuh diri, pasien merasa lebih tenang
(D.0135) karena selalu ditemani keluarga dan dihibur

O : - Pasien sudah tidak tampak sedih


- Pasien produktif melukis dan membuat
karya tangan untuk mengisi waktu luang
- Pasien selalu ditemani keluarga dan
perawat sesekali

A : Masalah Teratasi
Indikator A T Akhir
Perilaku 5 1 1
melukai diri
sendiri/orang
lain
Perilaku 5 1 1
merencanakan
bunuh diri

P : Intervensi Dihentikan
17/10/23 Harga Diri Rendah S :
09.00 Kronis b.d Keluarga klien mengatakan pasien sudah tidak
WIB Gangguan murung, dan lebih interaktif Ketika diajak
Psikiatri berbicara, pasien juga sudah mulai bisa tertawa
(D. 0086) dan terhibur jika melihat televisi, dan sudah jarang
menangis

O: - Pasien tampak lebih tenang dan kooperatif


Ketika diajak berbicara
- Pasien sering jalan-jalan disekitar taman
dan berolahraga kecil-kecil an
- Pasien sudah mulai beradaptasi dan
menerima keadaannya

A: Masalah Teratasi
Indikasi A T Akhir
Penerimaan, 1 5 5
penilaian
positif
terhadap
diri sendiri
Gairah 1 5 5
aktivitas
Percaya diri 1 5 5
berbicara

P : Intervensi Dihentikan
17/10/23 Ansietas B.d S:
10.00 Ancaman terhadap Pasien mengatakan diri nya lebih merasa tenang
WIB kematian dan rileks dari sebelumnya, dan lebih semangat
(D. 0080) melakukan aktivitas produktif untuk mengisi
waktu luang

O: - Pasien sudah tidak tampak gelisah


- Raut Wajah lebih tenang dari sebelumnya
- Masih meremas tangan dan paha Ketika
sendirian
- Berkeringat dingin Ketika bertemu banyak
orang baru

A : Masalah Teratasi Sebagian


Indikasi A T Akhir
Verbalisasi 1 5 5
khawatir
akibat
kondisi
yang
dihadapi
Perilaku 1 5 3
gelisah

P : Lanjutkan Intervensi
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Melatih Teknik relaksasi Ketika cemas
kambuh
-

Anda mungkin juga menyukai