KELOMPOK 04
Anggota Kelompok
1. Doni Tri Wijayanto (2111020015)
2. Lutfiah Ayuningtyas W (2111020028)
3. Siska Rosida (2111020032)
4. Umu Zahrotul Janah (2111020036)
5. Ita Trisnawati (2111020044)
6. Aida Ziyannisa (2111020048)
7. Kartika Sari (2111020052)
8. Rintis Setiyo Wigati (2111020054)
9. Iis Herawati (2111020055)
10. Nita Putri Pratiwi (2111020056)
11. Septi Tri Rahayu (2111020057)
12. Nur Amelinda Polontalo (2319010003)
13. Ritna Mohamad (2319010005)
14. Anisa Setiawati (2319010094)
15. Avi Purnama Sari (2319010098)
Nama : Ny. S
Umur : 30 Tahun
Jumlah Anak :2
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
RM No. : xxxxxx
Dx.Medis : HIV-AIDS
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama
Pasien mengeluh diare dengan frekuensi 5 kali sehari konsistensi cair, bewarna
kuning.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. S, usia 30 tahun masuk RS diantar oleh keluarga pukul 08.00 WIB dengan
keluhan diare dengan frekuensi 5 kali sehari konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien
juga mengatakan sering merasa haus, nafsu makan menurun, berat badan berkurang 7
kg. Pasien tampak murung dan lesu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital: TD=120/80 mmHg, N=120 x/menit, R=26 x/menit, S=36 0C, SPO2= 97%,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing +/-.
Hasil foto thorax ditemukan pleural efusi kanan. Diagnosa medis HIV positif.
Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum cairan
pembersih lantai di dalam kamar mandi. Suami klien mengatakan bahwa istrinya
mempunyai riwayat penyakit HIV/AIDS. Setelah klien tau bahwa dirinya mengidap
penyakit tersebut klien menjadi lebih pendiam, sering melamun, lebih sering
mengurung diri didalam kamar karna menganggap dirinya aib, tidak suka berbicara
dengan orang lain kecuali ditanya oleh keluarga. Klien merasa dirinya sudah tidak
berharga.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Biologis :
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. Klien tidak memiliki
riwayat kelainan/keterbatasan saat riwayat janin sampai prenatal. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami trauma ataupun kecelakaan yang berhubungan dengan masalah fisik.
Di keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Keluarga klien
mengatakan Ny. S mengalami gangguan makan dan minum setelah mengetahui bahwa
dirinya memiliki riwayat penyakit HIV selama 1 tahun. Keluarga klien mengatakan klien
tidak rutin mengonsumsi obat.
Psikologis :
Klien menunjukan perubahan sikap saat berkomunikasi yaitu 1 tahun setelah di diagnosa
HIV oleh dokter. Klien menjadi seorang lebih pendiam, sering melamun, sering
menangis. Keluarga klien mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat herbal. Setelah 6
bulan mengidap HIV, klien menjadi depresi karena penyakitnya tidak bisa disembuhkan.
Sosial Budaya :
Usia : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tingkat Pendidikan : SMP
Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari seperti biasanya.
Keluarga pasien mengatakan Ny. S sering mengurung diri di dalam kamar karena
menganggap dirinya aib, klien tidak suka berbicara dengan orang lain. Pandangan
lingkungan sekitar tentang klien dari tetangga tetap peduli akan kesehatan klien. Klien
tidak pernah dikucilkan di dalam masyarakat. Klien menganut agama islam. Klien tidak
pernah mengikuti kegiatan di desa, karena sibuk bekerja di pemandu karaoke.
Spiritual :
Ny. S mengatakan untuk kegiatan spiritualnya kadang dilakukan dengan melaksanakan
ibadah sholat
D. FAKTOR PRESIPITASI
Klien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum cairan
pembersih lantai di dalam kamar mandi. Suami klien mengatakan bahwa istrinya
mempunyai riwayat penyakit HIV/AIDS. Setelah klien tau bahwa dirinya mengidap
penyakit tersebut klien menjadi lebih pendiam, sering melamun, lebih sering mengurung
diri didalam kamar karna menganggap dirinya aib, tidak suka berbicara dengan orang lain
kecuali ditanya oleh keluarga itupun lebih sering hanya menjawab dengan anggukan atau
gelengan kepala, sering menangis, tidak terlalu memperhatikan penampilan karena merasa
hidupnya sudah tidak akan lama lagi dan merasa dirinya sudah tidak berharga. Saat
dilakukan pengkajian pasien lebih banyak diam dan hanya menjawab singkat pertanyaan
yang dilayangkan perawat.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Klien mampu mengenal orang dan lingkungan sekitar. Klien mampu
mengingat kejadian sakit yang di alami.
1. Pemeriksaan Vital sign :
TD : 120 / 80 mmHg
N : 120 x/menit
R : 26 x /menit
S : 36 oC
SPO2 : 97%
2. Pemeriksaan fisik (Fokus pada Diagnosa medis yang dialami)
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak terjadi sianosis, gigi tampak bersih
Paru paru
Jantung
: ictus cordis tidak nampak
Inpeksi
Palpasi
: ictus cordis teraba di ics 5
Perkusi
: pekak
Auskultasi : irama regular, S1 & S2 terdengar murni tidak ada bunyi tambahan
Abdomen
Keterangan :
Pasien (Ny. S) =
Laki-laki hidup =
Perempuan hidup =
Laki-laki meninggal =
Perempuan meninggal =
Tinggal serumah =
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Laboratorium
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Imunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi HIV
a. Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining HIV dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnose
2) Tes Blot Western
Mengkonfirmasi diagnose HIV
3) Sel T Limfosit
Penurunan jumlah total
4) Sel T4 Helper indicator system imun jumlah 200
5) T8 (sel supresor sitopatik)
Rasio terbalik (2 : 1 ) atau lebih besar dari sel supresor pada sel helper (T8
ke T4) mengindikasikan supresi imun.
6) P24 (protein pembungkus HIV) selanjutnya peningkatan nilai kuantitatif
protein mengidentifikasi progresi infeksi.
7) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
8) Reaksi rantai polymerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
b. Neurologis
EEG, MRI, CT-Scan otak, EMG pemeriksaan saraf
c. Tes lainnya
1) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain
2) Tes fungsi pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
3) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
4) Biopsis
Diagnose lain dari sarcoma Kaposi
5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-
paru
2. Tes HIV
3. USG Abdomen
4. Rontgen Thorak
2. Pemeriksaan Diagnostik
1. ELISA (Enzim Linked Imunosobent Assay)
ELISA digunakan untuk antibody (Hanum,2009)
2. Western Blot
Western Blot ini biasanya digunakan untuk menentukan kadar relative dari suatu
protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau molekul lain.
(Hanum,2009)
3. PCR (Polimerase Chain Reaction)
Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibody maternal
masih ada pada bayi dan mengkambat pemeriksaan secara serologis maupun
status infeksi individu yang seronegative pada kelompok resiko tinggi dan sebagai
tes konfirmasi untuk HIV -2 sebab sensitivitas ELISA rendah untuk HIV -2
(Kresno,2001).
H. ASPEK MEDIS
Diagnose medis : HIV-AIDS
Terapi yang diberikan :
o Ranitidine 50 mg 2x1 IV
o Omeprazole 20 mg 2 ddi PO
o Ceftriaxone 2 ampul IV
o Ketorolac 50 mg
o Ambutol 1 tablet 3x1 PO
o Albumin 3 ddi IV
o Tablet tambah darah 1x1 PO
No DX Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
(Sesuai
Prioritas)
1. Risiko Bunuh Kontrol Diri ( L.09076) Pencegahan Bunuh Diri
Diri B.d Setelah dilakukan tindakan (I.14538)
Gangguan keperawatan 1x24 jam Observasi :
Perilaku diharapkan kontrol diri Identifikasi risiko gejala
(D.0135) meningkat. bunuh diri
Identifikasi keinginan
Indikator A T dan pikiran rencana
Perilaku 5 1 bunuh diri
melukai diri Monitor lingkungan
sendiri/orang bebas bahaya secara rutin
lain Terapiutik :
Perilaku 5 1 Libatkan keluarga dalam
merencanakan perencanaan perawatan
bunuh diri Berikan lingkungan
dengan pengamanan
Ket : ketat dan mudah
1 : meningkat dipantau
2: cukup meningkat Tingkatkan pengaawasan
3. sedang pada kondisi tertentu
4. cukup menurun Edukasi :
5. menurun Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau
orang terdekat
Latih pencegehan risiko
bunuh diri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
obat antiansietas atau
anti psikotik, sesuai
indikasi
Kolaborasi tindakan
keselamatan kepada PPA
2. Harga Diri Harga diri (L.09069) Manajemen Perilaku (I.12463)
Rendah Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Kronis b.d keperawatan 1x24 jam Identifikasi harapan untuk
Gangguan diharapkan tingkat harga mengendalikan perilaku
Psikiatri diri meningkat
(D. 0086) Terapeutik :
Indikasi A T Jadwalkan kegiatan
Penerimaan, 1 5 terstruktur
penilaian Bicara dengan nada
positif rendah dan tenang
terhadap Berikan penguatan
diri sendiri positif terhadap
Gairah 1 5 keberhasilan
aktivitas mengendalikan perilaku
Percaya diri 1 5 Hindari bersikap
berbicara menyudutkan dan
Ket : menghentikan
1. Menurun pembicaraan
2. Cukup menurun Edukasi :
3. Sedang Informasikan keluarga bahwa
4. Cukup meningkat keluarga sebagai dasar
5. Meningkat pembentukan kognitif
K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal/Jam Implementasi Respon Pasien
Dx
1 17/10/2023 Mengidentifikasi risiko gejala bunuh diri DS :
08.00 Pasien mengatakan sudah tidak
Mengidentifikasi keinginan dan pikiran ingin melakukan percobaan bunuh
08.10 rencana bunuh diri diri, pasien merasa lebih tenang
karena selalu ditemani keluarga
08.15 Melibatkan keluarga dalam perencanaan dan dihibur
perawatan DO:
- Pasien sudah tidak tampak sedih
08.20 Memberikan lingkungan dengan -Pasien produktif melukis dan
pengamanan ketat dan mudah dipantau membuat karya tangan untuk
mengisi waktu luang
08.25 Meningkatkan pengawasan pada kondisi -Pasien selalu ditemani keluarga
tertentu dan perawat sesekali
08.35
Melatih pencegehan risiko bunuh diri
A : Masalah Teratasi
Indikator A T Akhir
Perilaku 5 1 1
melukai diri
sendiri/orang
lain
Perilaku 5 1 1
merencanakan
bunuh diri
P : Intervensi Dihentikan
17/10/23 Harga Diri Rendah S :
09.00 Kronis b.d Keluarga klien mengatakan pasien sudah tidak
WIB Gangguan murung, dan lebih interaktif Ketika diajak
Psikiatri berbicara, pasien juga sudah mulai bisa tertawa
(D. 0086) dan terhibur jika melihat televisi, dan sudah jarang
menangis
A: Masalah Teratasi
Indikasi A T Akhir
Penerimaan, 1 5 5
penilaian
positif
terhadap
diri sendiri
Gairah 1 5 5
aktivitas
Percaya diri 1 5 5
berbicara
P : Intervensi Dihentikan
17/10/23 Ansietas B.d S:
10.00 Ancaman terhadap Pasien mengatakan diri nya lebih merasa tenang
WIB kematian dan rileks dari sebelumnya, dan lebih semangat
(D. 0080) melakukan aktivitas produktif untuk mengisi
waktu luang
P : Lanjutkan Intervensi
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Melatih Teknik relaksasi Ketika cemas
kambuh
-