Anda di halaman 1dari 33

DENTAL SIDE TEACHING

SCALING ROOT PLANING MANUAL

Oleh :

Muhammad Setyo Andrian


2041412007

Pembimbing :

drg. Gunawan, Sp. RKG

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

2022
BAB I

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Penyakit Periodontal

1.1.1 Pengertian Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan

kondisi inflamasi kronis gingiva, tulang alveolar, dan ligament periodontal yang

mendukung gigi. Penyakit periodontal diawali dengan peradangan gingiva (gingivitis)

yang terlokalisir. Periodontitis kronis terjadi ketika gingivitis tidak diobati sehingga

menyebabkan hilangnya perlekatan dari gingiva, ligamen periodontal, dan tulang

alveolar. Hilangnya perlekatan tersebut akan menimbulkan poket periodontal dan

berujung kepada kehilangan gigi.

Diagnosis penyakit periodontal dapat dilakukan dengan cara mengamati kondisi

gingiva yang secara sehat terlihat berwarna coral pink atau sedikit pigmentasi

tergantung dari jenis ras, stippled, melekat pada jaringan dibawahnya, dan tepi

berbentuk knife edge. Interdental papilla terlihat tinggi dan tidak membulat. Pada

pemeriksaan, gingiva yang sehat tidak ada perdarahan ketika dilakukan probing dan

kedalamannya 1-3 mm.


1.1.2 Klasifikasi Penyakit Periodontal

Klasifikasi penyakit periodontal yang paling banyak digunakan saat ini adalah

klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan American Academy of Periodontology

(AAP) dan the European Federation of Periodontology (EFP).

1.1.3 Etiologi Penyakit Periodontal

1. Plak Gigi

Plak gigi merupakan kumpulan mikroorganisme berada pada permukaan gigi dalam

bentuk biofilm yang dapat mempengaruhi sistem rongga mulut. Berdasarkan

tempatnya, dental plak diklasifikasikan menjadi plak supragingival dan subgingival


berdasarkan posisinya pada permukaan gigi terhadap margin gingiva. Plak

Supragingiva terdapat di diatas margin gingiva; plak Subgingiva terdapat dibawah

margin gingiva, diantara gigi dan poket epitelium gingiva. Plak tidak dapat dilihat

secara langsung sehingga dibutuhkan disclosing agents untuk membantuk melihat

posisi plak.

2. Kalkulus

Kalkulus adalah plak yang keras dan mengalami mineralisasi. Saliva mengandung

kalsium serta fosfat yang tinggi dan dapat menembus lapisan biofilm yang dalam

sehingga plak menjadi keras dan mengalami mineralisasi. Kalkulus dapat terjadi pada

bagian atas atau bawah dari margin gingiva. Karang gigi paling banyak ditemukan di

dekat duktus saliva mayor (permukaan lingual gigi insisivus rahang bawah dan

permukaan bukal gigi molar rahang atas).

1.1.4 Tahapan Gingivitis dan Periodontitis

1. Initial Lesion

Tahapan inisial berlangsung pada hari ke 2 hingga 4 pada tempat perlekatan plak.

Karakteristik gingiva pada tahap inisial yaitu terjadinya respon inflamasi ringan yang

disebabkan oleh biofilm pada subgingiva. Inflamasi ringan ini ditandai dengan sedikit

dilatasi pada kapiler dan meningkatnya aliran darah dan gingival crevicular fluid

(GCF) keluar dari sulkus gingiva.

2. Early Lesion

Early lesion berkembang setelah 1 minggu terjadinya perlekatan plak dan merupakan

respon terhadap gejala klinis gingivitis tahap awal. Pada early lesion terlihat gambaran

eritematus pada gingiva yang disebabkan karena meningkatnya vasodilatasi pembuluh


kapiler. Peningkatan vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan meningkatnya aliran

GCF.

3. Established Lesion

Pada tahap established lesion, terjadilah gingivitis kronis yang dapat disebabkan

beberapa faktor, yaitu: komposisi dan jumlah dari biofilm dan faktor risiko lokal

maupun sistemik. Gambaran klinis yang ditemukan pada tahap established lesion

adalah terbentuknya poket periodontal sehingga jaringan lunak di sekitar gigi tidak

melekat dengan baik. Selain itu, bleeding on probing juga ditemukan pada tahap ini.

4. Advanced Lesion

Advanced lesion merupakan tahap dimana gingivitis berubah menjadi periodontitis.

Pada tahap ini, matriks kolagen pada ligamen periodontal mengalami kerusakan yang

lebih parah lagi. Selain itu, resorpsi pada tulang alveolar dan poket yang bertambah

dalam juga terjadi pada tahap ini.

1.1.5 Indeks Pengukuran Status Periodontal

1. Oral hygiene Index (OHI)

OHI mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, yang

terdiri dari dua komponen: Indeks debris dan kalkulus. Gigi yang diukur bisa

semua gigi geligi atau hanya ke-enam gigi indeks saja. Bila yang diukur hanya

ke-enam gigi indeks, 16, 11, 26, 36, 31 dan 46 indeksnya dinamakan Indeks

Hiegene Oral Disederhanakan (Simplified Oral Hygiene Index).


Kiteria skor untuk indeks debris:

0 = tidak dijumpai debris atau stein

1 = ada debris lunak menutupi tidak lebih dari sepertiga permukaan

gigi atau pewarnaan ekstrinsik (Stein)

2 = adanya debris lunak menutupi lebih dari sepertiga tetapi belum

sampai duapertiga permukaan gigi

3 = adanya debris lunak menutupi lebih dari duapertiga permukaan gigi

Indeks debris = jumlah total nilai debris tiap gigi


Jumlah permukaan gigi yang diperiksa

Kriteria skor untuk Indeks Kalkulus

0 = tidak dijumpai kalkulus

1 = adanya kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari sepertiga

permukaan gigi

2 = adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari sepertiga tetapi

belum melebihi duapertiga permukaan gigi atau ada flek-flek

kalkulus subgingiva sekeliling serviks gigi atau kedua-duanya


3 = adanya kalkulus supragingiva menutupi menutupi lebih dari

duapertiga permukaan gigi atau kalkulus subgingiva mengelilingi

serviks gigi atau kedua-duanya

Indeks kalkulus = Jumlah total nilai kalkulus tiap gigi


Jumlah permukaan gigi yang diperiksa

Skor OHI = Indeks Debris + Indeks Kalkulus

Kriteria status kebersihan mulut :

Baik , bila nilai OHI = 0,0 – 2,4

Sedang, bila nilai OHI = 2,5 – 6,0

Buruk, bila nilai OHI = 6,1 – 12

2. Gingival Indeks (GI)

Indeks ini diperkenalkan oleh Loe dan Silness yang digunakan untuk menilai

derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada gingival di empat sisi gigi

geligi yang diperiksa yaitu papila distovestibular, tepi gingiva vestibular, papila

mesiovestibular dan tepi gingiva oral.

Kriteria penentuan skor gingiva adalah:

0 : gingival normal

1 : inflamasi ringan pada gingival yang ditandai dengan perubahan warna, sedikit

oedema; pada probing tidak terjadi pendarahan

2 : inflamasi gingival sedang, gingival berwarna merah, oedema, dan berkilat;


pada probing terjadi pendarahan

3 : inflamasi gingival parah, gingival berwarna merah menyolok, oedema,, terjadi

ulserasi; gingival cenderung berdarah spontan

Skor untuk setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor dari keempat sisi

yang diperiksa lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa pergigi).

Skor Indeks Gingiva (IG) untuk individu diperoleh dengan membagi

jumlah skor dari semua gigi yang diperiksa dengan jumlah gigi yang diperiksa.

Skor setiap gigi :


Skor untuk setiap gigi = jumlah skor dari keempat sisi yang diperiksa
4
Skor Indeks Gingiva (IG)

Indeks gingival individu = jumlah skor gigi yang diperiksa


Jumlah gigi yang diperiksa

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor

indeks gingival dengan kriteria sebagai berikut:

Skor indeks gingiva Kondisi gingival

0,1-1,0 Gingivitis ringan

1,1-2,0 Gingivitis sedang

2,1-3,0 Gingivitis parah


3. Rekam Kontrol Plak

Rekam Kontrol Plak (RKP) diciptakan oleh O’Leary dkk dan digunakan

untuk memantau pelaksanaan kontrol plak oleh pasien yang dirawat. Untuk

pengukurannya terlebih dahulu gigi-geligi diwarnai dengan bahan pewarna plak

(disclosing solution atau disclosing tablet).Yang dicatat adalah ada atau tidaknya

deposit yang terwarnai pada batas dentigingiva pada empat permukaan (mesial,

vestibular, distal dan oral). Rumus :

Jumlah permukaan gigi dengan plak


Skor RKP = - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- x 100%
Jumlah gigi yang diperiksa X 4
4. Bleeding on Probing

Pengamatan pendarahan gingival yang timbul setelah prob periodontal

diselipkan dengan lembut pada sulkus gingival. Dengan tetap mempertahankan

ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan

sepanjang permukaan vestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus.

Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya.

Kriteria pemberian skor adalah sebagai berikut:

0 = tidak terjadi pendarahan

1 = pendarahan berupa titik kecil

2 = pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis

3 = pendarahan menggenang di interdental


4 = Perdarahan spontan atau menyebar

Skor individu = jumlah skor semua gigi


Jumlah gigi yang diperiksa

5. Kedalaman Probing

Kedalaam probing merupakan hasil pengukuran jarak antara margin

gingiva sampai dasar sulkus atau junction epitel. Diukur menggunakan alat prob

Periodontal yang dimasukan kedalam sulkus gingiva atau poket dengan tekanan

ringan sampai ujung prob menyentuh junction epitel atau dasar poket..

Kedalaman probing dapat dijadikan tanda klinis terjadi penyalit periodontal baik

gingivitis maupun periodontitis.

6. Mobility gigi

Mobility gigi diperiksa dengan menggunakan tangkai dua instrumen atau dengan

satu tangkai instrument dan satu jari. Dengan salah satu tangkai instrument menekan

gigi yang diperiksa dari arah vestibular, sedangkan tangkai instrument yang satu lagi

atau jari menekan gigi dari arah oral, gigi didorong ke segala arah.
Mobility atau kegoyangan gigi dapat dikategorikan derajatnya berdasarkan criteria

tertentu. Salah satu criteria klinis yang dapat dipergunakan dalam menentukan derajat

mobility gigi adalah:

Derajat 0 : tidak ada mobility gigi

Derajat 1 : gigi telihat bergerak baik dalam arah vestibular maupun oral, tetapi belum

lebih dari 1 mm

Derajat 2 : gigi telihat bergerak baik dalam arah vestibular maupun oral, sampai lebih

dari 1 mm

Derajat 3 : gigi telihat bergerak baik dalam arah vestibular maupun oral, sampai lebih

dari 1 mm dan dalam arah vertical

1.2 Scaling dan Root Planing

1.2.1 Pengertian Scaling dan Root Planing

Scaling merupakan suatu proses menghilangkan biofilm dan kalkulus pada

permukaan supragingiva dan subgingiva gigi. Root planing merupakan proses

menghilangkan residu kalkulus pada akar agar permukaan akar menjadi halus dan

bersih. Tujuan utama dari scaling dan root planing adalah untuk menjaga kesehatan

gingiva dengan cara menghilangkan biofilm dan kalkulus yang akan menyebabkan

inflamasi pada gingiva.

1.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Scaling dan Root Planing

Indikasi:

• Kalkulus supragingiva dan subgingiva

• Adanya poket gingiva


Kontraindikasi:

• Adanya infeksi seperti abses

• Kalkulus yang meluas ke apikal

• Pasien hemophilia

• Pada Scaling elektrik, kontraindikasi: pasien dengan cardiac pacemaker,

pasien dengan penyakit menular aerosol, dan penyakit pernapasan kronis.

1.2.3 Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Efektifitas Perawatan Scaling dan

Root Planing

1. Aksesibilitas

Faktor ini menetukan efektifitas perawatan, yang berhubungan dengan posisi

operator terhadap pasien. Hal ini penting karena berkaitan pula dengan kenyamanan

dan ketahanan fisik operator selama perawatan. Scaling dan root planing merupakan

tindakan perawatan yang dilakukan pada seluruh gigi, sehingga membutuhkan waktu

dan energi yang cukup, oleh karena itu perlu dipertimbangkan faktor kenyamanan

posisi.

2. Visibilitas, iluminasi dan retraksi

Pandangan langsung dibantu dengan penerangan mutlak diperlukan. Jika

pandangan tidak bisa secara langsung tertuju pada area perawatan (misalnya distal gigi

molar), maka pandangan dapat dibantu dengan kaca mulut. Kaca mulut ini juga

berfungsi sebagai pemantul cahaya ke area perawatan. Kaca mulut dalam hal ini juga

berfungsi sebagai retraktor lidah sehingga operator dapat mencapai area perawatan

tanpa adanya halangan. Kondisi Alat sebelum digunakan, hendaknya alat dalam
keadaan baik, bersih dan steril. Bagian cutting edge seharusnya tajam agar

memudahkan pengambilan kalkulus. Alat yang tumpul cenderung tidak dapat

memberikan hasil yang baik, karena kalkulus tidak terambil secara menyeluruh serta

kepekaan operator terhadap adanya kalkulus dengan bantuan alat yang tumpul menjadi

tidak optimal. Alat yang tumpul juga cenderung merusak jaringan karena adanya

kekuatan yang berlebihan dan gerakan cenderung tidak terkontrol sebagai akibat

kompensasi alat yang tumpul.

3. Stabilisasi alat

Stabilitas alat diperlukan agar penggunaan alat dapat dikendalikan dengan baik

oleh operator, sehingga tergelincirnya alat (cutting edge) dari permukaan gigi dapat

dicegah. Selain itu juga mencegah injuri pada tangan operator. Stabilisasi alat terdiri

dari: instrument grasp dan finger rest. Instrument grasp Cara memegang alat

menentukan efektifitas perawatan karena berhubungan dengan ketepatan kontrol

pergerakan alat selama scaling dan root planing. Ada 3 cara instrument grasp, yaitu:

modified pen grasp, standard pen grasp dan palm and thumb grasp. Modified pen grasp

merupakan metode yang paling efektif dan stabil untuk scaling dan root planing. Cara

ini memungkinkan kepekaan untuk mendeteksi kondisi permukaan gigi terutama

subgingiva. Dengan modified pen grasp maupun standard pen grasp dapat mencegah
perputaran alat di luar kontrol ketika digunakan. Palm and thumb grasp umumnya

digunakan untuk membentuk gigi (gigi palsu) di luar rongga mulut.

4. Finger rest

Tumpuan digunakan untuk mencegah adanya pergerakan alat yang tidak terkontrol.

Tumpuan akan mencegah kerusakan jaringan dan injuri pada tangan operator.

Tumpuan umumnya dilakukan oleh jari manis. Tumpuan dengan jari tengah tidak

disarankan karena jari tengah kurang peka untuk mendeteksi adanya kalkulus pada

permukaan gigi. Selama berfungsi sebagai tumpuan, jari manis seharusnya secara
keseluruhan menempel pada jari tengah, karena jika tidak maka operator akan

kehilangan kekuatan selama scaling dan gerakan menjadi tidak terkontrol. Tumpuan

dapat diletakkan pada intra maupun ekstra oral (pada jaringan lunak). Tumpuan pada

gigi yang berdekatan dengan area perawatan, lebih stabil dibandingakn dengan

tumpuan pada ekstra oral. Intra oral finger rest terdiri dari 4 cara, yaitu: conventional

(tumpuan pada gigi dalam 1 rahang sisi yang sama), cross arch (tumpuan pada gigi

dalam 1 rahang sisi yang berlawanan), opposite arch (tumpuan pada gigi pada rahang

yang berlawanan), finger on finger (tumpuan pada jari telunjuk/ibu jari tangan yang

lain yang diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan area perawatan pada rahang

yang sama).

a. b.

c. d.

Tumpuan ekstra oral digunakan untuk scaling gigi posterior rahang atas. Caranya

dengan menempelkan jari tangan sisi telapak tangan maupun punggung tangan pada
pipi atau bibir. Metode yang paling sering digunakan adalah palm-up (dengan

meletakkan punggung jari tengah dan jari manis pada sisi lateral kanan mandibula,

digunakan untuk scaling regio posterior atas kanan) dan palm-down (dengan

meletakkan jari tengah dan jari manis sisi telapak pada lateral kiri mandibula,

digunakan untuk scaling regio posterior atas kiri).

a. b.

5. Aplikasi Alat

• Adaptasi alat pada permukaan gigi

Adaptasi alat pada permukaan gigi dimaksudkan sebagai tindakan peletakkan

blade pada permukaan gigi sesuai konturnya. Alat yang memiliki ujung tajam

(sickle) harus diaplikasikan secara berhati-hati untuk mencegah laserasi pada

jaringan lunak. Ketepatan adaptasi alat dapat dicapai dengan memutar alat

sedemikian rupa sehingga selalu menempel pada permukaan gigi mengikuti

konturnya. Jika hanya middle third yang menempel pada permukaan gigi,

sedangkan ujungnya tidak, hal ini akan menyebabkan trauma pada jaringan

lunak terutama pada scaling subgingiva.


• Angulasi

Angulasi merupakan sudut yang dibentuk antara alat dengan permukaan gigi

(tooth-blade relationship). Angulasi yang benar akan mempermudah dalam

pembersihan kalkulus pada permukaan gigi. Sudut yang disarankan adalah

sebesar 450 - 900. Pada scaling subgingiva, ketika blade dimasukkan ke dalam

sulkus, maka sudut angulasi seharusnya 00 agar tidak melukai gingiva.


• Tekanan arah lateral

Tekanan pada arah lateral merupakan kekuatan yang diaplikasikan pada

permukaan gigi selama tindakan scaling dan root planing. Besar kekuatan

bervariasi tergantung besar kecilnya kalkulus, serta tahapan scaling. Pada tahap

awal scaling dengan kalkulus yang besar, memerlukan kekuatan yang besar

pula, sedangkan jika sudah memasuki tahap root planing, maka yang diperlukan

adalah tekanan ringan dengan peningkatan kepekaan terhadap keberadaan sisa

kalkulus.

6. Gerakan Alat

• Exploratory stroke

Gerakan ini merupakan cara aplikasi alat pada daerah perawatan. Artinya

sebelum dilakukan scaling dan root planing, alat dimasukkan secara perlahan

dengan perabaan yang mengandalkan kepekaan tangan dan alat untuk

mendetekasi posisi kalkulus terutama tepi apikal.

• Scaling stroke

Gerakan ini merupakan gerakan yang dilakukan selama melakukan scaling.

Gerakan scaling tidak dibenarkan jika hanya dilakukan oleh jari-jari tangan.

Seharusnya pergerakan alat dikontrol oleh seluruh telapak tangan dengan peran

utama pada sendi pergelangan. Tipe gerakan selama scaling adalah vertikal

(arah koronal), oblique dan horisontal. Pada gigi yang goyang jika dilakukan
scaling disarankan memegang gigi tersebut untuk menghindari semakin

parahnya kegoyangan.

• Root planing stroke

Root planing ditujukan untuk menghaluskan permukaan akar. Gerakan ini

memerlukan kekuatan ringan sampai sedang. Tidak disarankan dengan

kekuatan besar karena pada dasarnya kalkulus sudah tidak lagi sebanyak pada

tahap scaling. Jika tetap digunakan kekuatan yang besar akan membuat goresan

yang tidak diinginkan pada permukaan gigi sehingga dapat merupakan tempat

retensi plak dan kalkulus yang sulit dibersihkan.

1.2.4 Alat Scaling dan Root Planing Manual

1. Kuret

Kuret dapat membersihkan kalkulus subgingiva, root planing, dan

membersihkan jaringan nekrotik pada poket periodontal. Kuret memiliki bentuk


yang lebih tipis daripada sickle dan tidak memiliki sisi ujung atau sudut yang tajam

kecuali pada bagian blade, oleh karena itu sickle bisa digunakan untuk membuang

kalkulus dibagian subginginva tanpa melukai gingiva.

2. Sickle Scaller

Sickle scaller memiliki bentuk yang datar dan memiliki 2 bagian pemotong

yang menyatu menjadi ujung yang tajam seperti bulan sabit. Scaller ini sering

digunakan untuk membersihkan kalkulus supragingiva.

3. Files

Files berfungsi untuk membersihkan kalkulus yang tebal dan melekat kuat

pada permukaan gigi. pemakaian files yang tidak hati-hati bisa membuat akar

menjadi terkikis.

4. Chisel Scaller

Chisel digunakan untuk membersihkan kalkulus pada bagian proksimal gigi

anterior, scaller ini berbentuk seperti pahat. Blade pada chisel sedikit melengkung,

hal ini memungkinkan scaller dapat lebih stabil saat membuang kalkulus pada

pagian proksimal gigi anterior tanpa membuat guratan pada gigi.

5. Hoe scaller

Hoe scaller berbentuk seperti cangkul yang digunakan untuk membersihkan

kalkulus subgingiva pada bagian interdental. Ujung hoe scaller terdapat bevel

sebesar 45 derjat. bagian blade hoe scaller sedikit bengkok agar dapat

mempertahankan kontak pada dua titik di permukaan cembung.


1.2.5 Teknik Scaling dan Root Planing

1. Teknik scaling kalkulus supragingiva

Kalkulus supragingiva tidak sekeras kalkulus subgingiva. Keuntungan lain adalah

pada kalkulus supragingiva tidak dibatasi oleh jaringan yang mengelilinginya. Hal ini

merupakan kemudahan dalam aplikasi dan penggunaan alat. Sickle lebih umum

digunakan untuk scaling supragingiva, sedangkan hoe dan chisel lebih jarang

digunakan. Tata cara scaling supragingiva diawali dengan penempatan alat pada apikal

dari kalkulus supragingiva, membentuk sudut 45 0 - 900 terhadap area permukaan gigi

yang akan dibersihkan. Gerakan secara kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal

(koronal), horisontal maupun oblique mendorong maupun mengungkit kalkulus

sampai terlepas dari gigi. Scaling dilakukan sampai permukaan gigi terbebas dari

kalkulus baik secara visual maupun perabaan. Scaling dikatakan bersih jika tidak ada

kalkulus pada permukaan gigi dan permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat dengan

ujung yang tajam (sickle) hendaknya digunakan secara hati-hati karena mudah melukai

jaringan lunak di bawahnya.

2. Teknik scaling dan root planing kalkulus subgingiva

Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling

supragingiva. Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras daripada supragingiva, selain

itu kalkulus subgingiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit dijangkau.

Jaringan lunak yang membatasi kalkulus subgingiva juga merupakan masalah, karena

pandangan operator menjadi terhalang, terutama jika saat tindakan scaling, darah yang

keluar cukup banyak maka pandangan menjadi semakin tidak jelas. Oleh karena itu
operator dituntut menggunakan kepekaan perasaan dengan bantuan scaler untuk

mengetahui keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva. Tata cara scaling kalkulus

subgingiva mirip dengan scaling kalkulus supragingiva, hanya ada batasan-batasan

jaringan lunak di sekitar gigi. Scaling subgingiva diawali dengan penempatan scaler

sedapat mungkin pada apikal dari kalkulus subgingiva, membentuk sudut 45 0 - 900

terhadap area permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan

dalam jarak pendek arah vertikal (koronal), maupun oblique mengungkit dan menarik

kalkulus terlepas dari gigi.

3. Pemolesan

Agar permukaan gigi menjadi halus licin dan mengkilat, maka tindakan akhir yang

merupakan rangkaian scaling dan root planing adalah pemolesan. Pada tahap awal

pemolesan disarankan untuk memoles gigi dengan bantuan brush yang dijalankan

dengan diberi pasta gigi untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan nekrotik. Selanjutnya

dapat digunakan rubber yang juga dijalankan agar gigi menjadi licin dan mengkilap.

Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari mudahnya perlekatan kembali plak dan

kalkulus dalam waktu yang singkat jika permukaan gigi kasar.


1.2.6 Scaling Ultrasonik

Scaler ultrasonik digunakan untuk menghilangkan plak, stain, root planning, dan

kuretase. Scaler ultrasonic terdiri dari 2 tipe, yaitu magnetostrictive dan piezoelektrik.

Scaler ultrasonic bekerja menggunakan getaran ultrasonic pada tip 18.000-50.000 Hz.

Pada scaler magnetostrictive, pola getaran yang dihasilkan adalah elips, sedangkan

pada scaler piezoelektrik getaran yang dihasilkan adalah linear atau maju mundur.

Scaling dengan alat ultrasonic scaler lebih mudah untuk menghilangkan kalkulus

pada permukaan gigi dibanding scaling dengan alat manual. Alat ini mempunyai ujung

(tip) yang dapat bergetar sehingga dapat melepaskan kalkulus dari permukaan gigi.

Alat ini dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan menjadi lebih bersih karena

permukaan gigi langsung dibilas dengan air yang keluar dari alat ini.

Gerakan alat sama dengan gerakan dengan scaler manual tetapi tidak boleh ada

gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya digunakkan untuk memecah kalkulus yang

besar dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan ringan

sampai kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan permukaan gigi dari sisa

kalkulus, maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan pada permukaan gigi kemudian

digerakkan dalam arah lateral (vertikal, horisontal dan oblique) ke seluruh permukaan

sampai diperkirakan halus. Kepekaan alat ini untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak

sebagus manual scaler, sehingga umumnya setelah dilakukan scaling dengan

ultrasonic, maka tetap disarankan scaling dan root planing dengan manual scaler. Perlu

ketrampilan khusus dalam penggunaanya, karena alat ini dijalankan dengan mesin yang

kadang sulit kita kontrol gerakannya.


BAB II

TELAAH KASUS

2.1 Skenario Kasus Scaling and Root Planning

Pasien laki-laki usia 23 tahun datang ke RSGM FKG Unand dengan keluhan
gigi depan bawah terasa kasar dan ingin membersihkan giginya. Pasien merasakan
keluhan tersebut sejak ±6 bulan yang lalu. Pasien terakhir kali datang ke dokter gigi ±3
tahun yang lalu untuk menambal giginya yang berlubang. Pasien menyikat gigi 2 kali
sehari pada saat mandi, tidak menyikat lidah, tidak menggunakan obat kumur serta
dental floss. Pasien memiliki kebiasaan buruk mengunyah pada satu sisi yaitu sebelah
kanan karena dahulu gigi belakang bawah sebelah kiri pasien berlubang tetapi sudah
dilakukan restorasi. Pasien dan keluarga pasien tidak dicurigai menderita penyakit
sistemik serta tidak memiliki alergi obat dan makanan. Pasien merupakan seorang
mahasiswa dengan waktu istirahat cukup selama ±7-8 jam sehari, konsumsi air yang
cukup, namun jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Ayah dan Ibu atau keluarga
sedarah pasien tidak dicutigai memiliki riwayat penyakit sistemik.
Pada pemeriksaan ekstraoral diketahui wajah pasien oval dan simetris dengan
profil wajah cembung. Pupil dan tragus pasien sama tinggi. Leher pasien tidak ada
kelainan. Rima oris normal. Bibir atas dan bibir bawah normal dan simetris. Sendi
rahang kanan dan kiri tidak bunyi dan tidak nyeri.
Pada pemeriksaan intraoral terlihat interdental papilla bagian mesial dan distal
gigi 32, 31, 41, dan 42 mengalami sedikit oedem dan berwarna kemerahan. Perlekatan
frenulum sedang. Gigi 12 dan 22 berjejal. Terdapat kalkulus supragingiva pada
permukaan lingual gigi 32, 31, 41, 42, 25, 26, 27, 35, 36, 37 dan pada permukaan labial
gigi 32, 31, 41, dan 42. Oral Hygiene pasien sedang, skor 5,05.
2.2 Data Pasien

Nama Pasien : MSA

Tempat/tgl lahir : Padang/ 12 Februari 1999

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jati

Golongan darah : B

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Mahasiswa

2.3 Pemeriksaan Subjektif

Chief Complain

Pasien datang ke RSGM FKG Unand dengan keluhan gigi depan bawah terasa

kasar dan ingin membersihkan giginya.

Present Ilness

Pasien merasa tidak nyaman dengan rasa kasar pada gigi depan bawah sejak ±6

bulan yang lalu.

Past Dental History

Pasien terakhir kali datang ke dokter gigi ±3 tahun yang lalu untuk menambal

giginya yang berlubang. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari pada saat mandi, tidak

menyikat lidah, tidak menggunakan obat kumur serta dental floss. Pasien

memiliki kebiasaan buruk mengunyah pada satu sisi yaitu sebelah kanan karena
dahulu gigi belakang bawah sebelah kiri pasien berlubang tetapi sudah dilakukan

restorasi.

Past Medical History

Pasien dan keluarga pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik serta

tidak memiliki alergi obat dan makanan.

Social History

Pasien merupakan seorang mahasiswa dengan waktu istirahat cukup selama ±7-

8 jam sehari, konsumsi air yang cukup, namun jarang mengkonsumsi sayur dan

buah.

Family History

Ayah dan Ibu atau keluarga sedarah pasien tidak dicutigai memiliki riwayat

penyakit sistemik.

2.4 Pemeriksaan Objektif

2.4.1 Pemeriksaan Ekstraoral

a. Mata : Pupil isokhor, conjungtiva non-anemis,

sklera non-ikterik

b. Leher : TAK (tidak teraba, tidak sakit)

c. Bibir : TAK (simetris, tidak pucat, tidak ada lesi)

d. TMJ : TAK

2.4.2 Pemeriksaan Intraoral

a) Mukosa : TAK

b) Gingiva
- Bentuk : TAK

- Warna : Kemerahan pada lingual gigi 32, 31, 41, dan 42.

- Konsistensi : Kenyal dan melekat erat pada struktur di bawahnya.

- Pitting test : (+)

- Stippling : (+)

- Permukaan : Licin pada permukaan lingual gigi 32, 31, 41, dan

42.

- Resesi : (-)

- Interdental papil : Membulat pada permukaan lingual gigi 32, 31, 41,

dan 42.

- Stillman’s cleft :-

- MC.Call’s festoon : -

- Frenulum : Sedang

- Perkusi :-

- Mobility :-

c) Oklusi

- Kontak prematur : -

- Permukaan gigi

o Atrisi :-

o Abrasi :-

o Erosi :-

- Gigi geligi tidak beraturan : 12 dan 22 berjejal


d) Evaluasi oral hygiene

- Nilai plak : Sedang

- Kalkulus : Kalkulus supragingiva pada permukaan lingual gigi

32, 31, 41, 42, 25, 26, 27, 35, 36, 37 dan pada

permukaan labial gigi 32, 31, 41, dan 42

e) Evaluasi pra perawatan

- Diagnosis : Gingivitis Marginalis Kronis Lokalisata

- Etiologi : Dental plak dan Kalkulus

- Sikap pasien : Kooperatif

- Prognosa : Baik

f) Tahapan perawatan gigi

1) Fase initial : Scaling dan Root Planing + DHE

Evaluasi fase initial : Kontrol 1 minggu pasca scaling

Kontrol 1 bulan pasca scaling

2) Fase bedah :-

3) Fase restoratif :-

4) Fase pemeliharaan : Kontol periodik 6 bulan sekali

g) Catatan Keadaan Intraoral

a. Nilai Plak

Kunjungan pertama : 42%

b. Probbing depth

c. Gingival Index : 0.1


BAB III

TAHAP PENGERJAAN

3.1 Alat

- Diagnostic set

- Tray Stainless

- Probe UNC 15

- Sickle scaler

- Low speed handpiece

- Brush

3.2 Bahan

- Masker

- Handscoon

- Dental bib

- Gelas kumur

- Suction

- Cotton roll

- Cotton pellet

- Kassa

- Alkohol

- Povidone iodine 3%

- Disclosing solution

- Pasta poles
3.3 Tahap Pekerjaan

1. Lakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada pasien

2. Lakukan Rekam Kontrol Plak (RKP) menggunakan disclosing solution dan

hitung skor RKP.

3. Ukur kedalaman poket dengan menggunakan probe UNC 15

4. Lakukan scaling dan root planing menggunakan Sickle Scaler. Lakukan

asepsis pada seluruh permukaan gigi atau bisa juga dengan berkumur

selama 1 menit menggunakan 0,12 persen clorhexidine untuk mengurangi

kontaminasi aerosol. Desinfeksi scaler manual dengan alcohol.

5. Operator harus menggunakan protective eyewear atau face shield dan

masker.

6. Pegang alat degan pen grasp atau modified pen grasp dengan finger rest

atau ekstroral fulcrum. Extraoral hand rest harus digunakan pada gigi

maksila dan pada mandibula bias digunakan intraoral ataupun ekstraoral

fulcrum. Scaler manual harus berkontak dengan permukaan kalkulus agar

kalkulus bisa terlepas dari permukaan gigi, Scaler manual juga harus

berkontak dengan semua permukaan gigi yang terdapat deposit yang

terwarnai oleh disclosing solution setelah di RKP untuk menghilangkan

lapisan plak biofilm. Instrumentasi dilakukan dengan tekanan ringan sampai

sedang. Scaler manual digerakkan secara konstan dan sejajar dengan


permukaan gigi. Selama instrumentasi permukaan gigi diperiksa dengan

sonde untuk mengevaluasi hasil debridement.

7. Selingi dengan pemeriksaan menggunakan eksplorer pada saat melakukan

perawatan.

8. Jika seluruh seluruh permukaan gigi telah halus dan bersih dari kalkulus,

bersihkan permukaan gigi menggunakan brush yang diolesi pasta poles

9. Instruksikan pasien untuk berkumur dengan air yang telah ditetesi povidon

iodin.

10. Berikan instruksi kepada pasien :

• Jangan menghisap daerah daerah yang telah dirawat

• Jangan sering meludah terlalu keras

• Jangan memakan makanan yang keras, kasar dan pedas

• Jangan menyentuh daerah yang telah dirawat dengan lidah

• Jangan minum minuman yang panas

• Dianjurkan untuk minum minuman dingin

• Instrusksikan pasien untuk tidak terlalu keras saat menyikat gigi dan

gunakan bulu sikat yang halus

• Beritahukan kepada pasien jika ada keluhan pasca perawatan segera

hubungi dokter yang telah merawat

• Kontrol kembali setalah 1 minggu perawatan

11. Berikan DHE kepada pasien :

• Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2× sehari pagi setelah

sarapan dan malam sebelum tidur


• Pasien diinstruksikan untuk menerapkan teknik menyikat gigi yang

benar seperti yang telah diajarkan oleh operator

• Pasien diinstruksikan untuk mengurangi makanan yang manis dan

lengket

• Pasien diinstruksikan untuk berukumur setelah makan

• Pasien dianjurkan untuk makan buah dan sayur secara teratur serta

minum air putih yang cukup


DAFTAR PUSTAKA

Hasan, A. & Palmer, R. M., 2016. A clinical guide to periodontology: Pathology of


Priodontal Disease. British Dental Journal, 216(8), pp. 457-461.

Highfield, J., 2009. Diagnosis and classification of periodontal disease. Australian


Dental Journal, 54(1), pp. S11-S26.

Kasuma, N., 2016. Plak Gigi. Padang: Andalas University Press.

Kinane, D. F., Stathopoulou, P. G. & Papapanou, P. N., 2017. Periodontal Disease.


Nature Reviews Disiase Primer, 3(1), pp. 1-14.

Krismariono, A., 2009. Prinsip-prinsip dasar scaling dan root planing dalam perawatan
periodontal. Periodontic Journal, 1(1), pp. 1-5.

Mueller, H. P., 2016. Periodontology The Essentials. 2nd ed. Stuttgart: Thieme.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R. & Carranza, F. A., 2019. Newman
and Carranza's Clinical Periodontology. 13th ed. Philadelphia: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai