Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

TUTORIAL 1 MODUL 1
GUSI BERDARAH

Nama : ASTRID DWI SATTI


NIM : J011171032
Kelompok :2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
A. Kata Kunci
1. Laki-laki 45 Tahun
2. Gusi berdarah saat gosok gigi
3. 5 bulan terakhir
4. Mulut berbau
5. OHI-S : 3,2
6. BOP : 2

B. Pertenyataan Penting
1. Bagaimana tanda dan gejala awal keluhan sesuai skenario?
2. Apa yang menyebabkan gusi kadang berdarah saat menyikat gigi?
3. Apa penyebab munculnya bau mulut?
4. Bagaimana hubungan gusi kadang berdarah dan bau mulut?
5. Bagaimana hubungan nilai OHI-S dan BOP dalam menegakkan diagnosis?
6. Bagaimana pengaruh waktu (5 bulan) terhadap keluhan pasien?
7. Bagaimana pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap keluhan yang dialami
pasien?
8. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan
tentukan diagnosisnya!
9. Bagaimana perawatan yang diberikan?
10. Bagaimana pemeliharaan selanjutnya setelah dilakukan perawatan?
11. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan sesuai skenario?
12. Bagaimana prognosis keluhan setelah dilakukan perawatan?

C. Jawaban
1. Tanda dan Gejala
Pada scenario, pasien memiliki nilai OHI-S 3,2 dan BOP 2 yang menunjukan
adanya pendarahan saat probing berupa garis dan debris serta kalkulus yang tinggi.
Selain daripada itu, scenario tidak menyebutkan secara gamlang tanda maupun
gejala yang dirasakan pasien. Namun penulis mencurigai pasien mengalami
gingivitis dari anamnesis pasien yang gusinya kadang berdarah saat sikat gigi.
Untuk itu, penulis akan menjelaskan tanda dan gejala Gingivitis secara umum
Pada umumnya gambaran klinis gingivitis ditandai dengan gingiva yang
berwarna kemerahan, , lama kelamaan menjadi merah kebiruan, pembengkakan
dengan konsistensi lunak, kecenderungan berdarah bila disentuh, kehilangan
interdental groove dan free marginal gingiva, serta terdapat plak dan
kalkulus.1,2
Gejala gingivitis yang biasa muncul yakni adanya Rasa nyeri dan sakit. Rasa
nyeri biasanya timbul pada saat menyikat gigi.meskipun dalam scenario, pasien
tidak mengeluhkan adanya rasa sakit. Pasien mengeluhkan adanya bau mulut yang
tidak enak, hal ini dapat diperkirakan sebagai akibat dari Gingivitis dengan kondisi
yang sudah parah yang berasal dari darah dan akumulasi pada gingival yang
meradang. 3

1) Zubardiah L, Dewi NM, Auerkari EI. Penyembuhan Gingivitis dengan Ekstrak


Daun Lawsonia inermis L. (Inai/Henna) sebagai Obat Kumur Herbal.
2) Rosmalia D, Minarni. Gambaran status kebersihan gigi dan mulut dan kondisi
gingiva siswa mtsn tiku selatan kecamatan tanjung mutiara kabupaten agam.
Menara Ilmu. 2017;11(75). P 199.
3) 2. Adnyani NP, Artawa IM. Pengaruh penyakit gigi dan mulut terhadap halitosis.
Jurnal Kesehatan Gigi. 2016; 4(1). P 26.

2. Penyebab gusi kadang berdarah saat menyikat gigi


Gusi kadang berdarah saat menyikat gigi kemungkinan besar karena telah terjadi
gingivitis. Penyebab gingivitis dibagi menjadi dua, yaitu penyebab utama dan penyebab
predisposisi. Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan mikroorganisme yang
membentuk suatu koloni kemudian membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingiva.
Penyebab sekunder gingivitis berupa faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi
karies, restorasi yang gagal, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang tidak sesuai,
pemakaian alat orthodonsi dan susunan gigi geligi yang tidak teratur, sedangkan faktor
sistemik meliputi faktor nutrisional, faktor hormonal, hematologi, gangguan psikologi dan
obatobatan.1
Penyebab utama terjadinya inflamasi gingiva adalah adanya akumulasi bakteri plak
yang bersifat patogen. Plak merupakan lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri,
produk metabolisme bakteri, dan sisa makanan. Akumulasi plak ini akan merangsang
respon inflamasi pada gingiva yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada daerah
akumulasi sejumlah organisme patogen (Newman dkk., 2012). Proses infeksi ini dimulai
dari adanya invasi oral patogen yang berkolonisasi pada biofilm plak gigi. Bakteri yang
menginvasi didominasi oleh spesies bakteri obligat anaerob gram negatif seperti
Porphyromonas gingivalis . Bakteri ini mengekspresikan berbagai faktor virulensi antara
lain fimbriae, lectin-like adhesin, kapsul polisakarida, lipopolisakarida, hemaglutinin,
membran vesikel dan berbagai enzim proteolitik yang menyebabkan peradangan kronis
pada gingiva serta kerusakan jaringan. Porphyromonas gingivalis juga dapat
memetabolisme asam amino dan menghasilkan sejumlah metabolit yang bersifat racun
(toksik) terhadap jaringan gingiva pada manusia 2

1) Diah, Widodorini T, Nugraheni NE. Perbedaan angka kejadian gingivitis antara


usia pra-pubertas dan pubertas di kota malang. E-prodenta journal of dentistry.
2018. 2(1): 108-115
2) LamontRJ, Burne RA, Lantz MS, Leblanc DJ.Oral Microbiology and
Immmunology.ASM Press.2006
3. Penyebab Munculnya Bau Mulut (Halotosis)
Penyebab halitosis biasanya karena kebersihan mulut yang buruk, karies yang
dalam, penyakit periodontal, infeksi rongga mulut, mulut kering, mengonsumsi
rokok, ulserasi mukosa, perikoronitis, sisa makanan dalam mulut serta tongue
coating1
Volatile sulfur compound sebagai substansi utama yang berpengaruh terhadap
bau mulut merupakan senyawa sulfur yang mudah menguap serta berbau tidak
sedap. Zat ini mengandung hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan (CH3SH) dan
dimetil sulfida ((CH3)2S) yang merupakan produk bakteri atau flora normal rongga
mulut. Zat-zat tersebut selalu dihasilkan dalam proses metabolisme dari bakteri atau
flora normal rongga mulut. Jadi volatile sulfur compound dalam keadaan normal
pasti ada pada rongga mulut semua orang. Bau mulut akan menjadi masalah ketika
terjadi peningkatan kadar volatile sulfur compound di dalam mulut, yakni ketika
ada peningkatan aktivitas bakteri anaerob di dalam mulut yang menyebabkan bau
dari volatile sulfur compound ini akan tercium oleh indera penciuman. Peningkatan
aktivitas itu bisa karena rendahnya kadar oksigen di dalam rongga mulut yaitu saat
produksi saliva atau air liur menurun, selain itu dapat karena adanya karang gigi
atau karies. Volatile sulfur compound merupakan hasil produksi bakteri anaerob
yang bereaksi dengan protein-protein yang ada, protein di dalam mulut dapat
diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein, sel-sel darah yang telah
mati, bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut.
Selain itu di dalam saliva sendiri terdapat substrat yang mengandung protein. 2
1) Alwinda P.Y, Bintang G.P.B.B, Jolinda C.D, Radinal S.H, Indi M, Minnati
M, et al. Pengetahuan penanganan halitosis dalam masalah kesehatan mulut.
Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 3, No. 2, (2016) 28-32
2) Wijayanti Y.R. Metode mengatasi bau mulut. Cakradonya dent j 2014;
6(1):619-677.
4. Hubungan Gusi kadang berdarah dengan bau mulut.
Gusi pasien dicurigai mengalami gingivitis. Gingivitis dapat menyebabkan
terjadinya halitosis. Gingivitis yang tidak ditangani dapat bertambah parah menjadi
periodontitis.Infeksi bakteri terdapat pada jaringan sekitar gigi dapat
mengakibatkan destruksi tulang sekitarnya menyebabkan pembentukan periodontal
pokket yang sulit dibersihkan sehingga merupakan tempat ideal untuk bakteri.
Seperti yang diketahui bahwa halitosis berasal dari Volatile sulfur compound yang
menguap ke udara. Volatile sulfur compound berasal dari reaksi antara bakteri
anaerob mulut dengan protein yang ada didalam mulut seperti protein dari makanan,
darah, sel epitek mukosa yang terkelupas, atau dari bakteri yang telah mati.
Halitosis juga dapat menjadi indiaksi adanya transisi dari sehat menjadi gingivitis
dan kemudian menjadi periodontitis.1,2
1) Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi. 2007;1(4)
2) Wijayanti Y.R. Metode mengatasi bau mulut. Cakradonya dent j 2014;
6(1):619-677.

5. Hubungan nilai OHI-S dan BOP dalam menegakkan diagnosis


Nilai dari OHI-s dan BOP membantu operator untuk mengetahui sejauh mana
kondisi kesehatan periodontal pasien. Dengan mengetahui OHI-snya kita bisa
mengetahui jumlah banyaknya kalkulus dan debris yang menunjukan derajat
kebersihan mulut pasien. Sedangkan BOP dapat membatu melihat keberadaan
maupu keparahan inflamasi gingiva dan poket periodontal dari pasien.

Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) merupakan suatu indeks untuk


mengukur kebersihan gigi dan mulut. Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai yang
diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks (DI-S) dan kalkulus indeks
(CI-S)1

a. Untuk rahang atas gigi yang diperiksa adalah:


1) Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal.
2) Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial.
3) Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal.
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
1) Gigi M1 kiri bawah permukaan lingual.
2) Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial.
3) Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual.

Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka
penilaian dilakukan sebagai berikut :

1) Bila M1 atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada M2 atas atau
bawah.
2) Bila M1 dan M2 atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada M3
atas atau bawah.
3) Bila M1, M2, dan M3 atas atau bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
4) Bila I1 kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada I1 kiri atas.
5) Bila I1 kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
6) Bila I1 kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada I1 kanan bawah.
7) Bila I1 kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.

Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak
ada, maka penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung
apabila ada dua gigi indeks yang dapat dinilai (Nio, 1990).

b. Kriteria penilaian Debris Indeks (DI-S)


1) Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau pewarnaan
ekstrinsik, diberi nilai 0.
2) Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan atau
tidak ada debris lunak tapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi
permukaan gigi sebagian atau seluruhnya, diberi nilai 1.
3) Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang menutupi
permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang dari
2/3 permukaan gigi, diberi nilai 2.
4) Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan
tersebut seluas lebih 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi, diberi
nilai 3.
Jumlah penilaian debris
Debris Indeks = jumlah gigi yang diperiksa

c. Kriteria penilaian Calculus Indeks (CI-S)


1) Tidak ada karang gigi, diberi nilai 0.
2) Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival menutupi
permukaan gigi kurang dari 1/3 permukaan gigi, diberi nilai 1.
3) Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival menutupi
permukaan gigi lebih dari 1/3 permukaan gigi atau sekitar bagian cervikal
gigi terdapat sedikit subgingival, diberi nilai 2.
4) Pada permukaan gigi yang terlihat adanya karang gigi supragingival
menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3 nya atau seluruh permukaan gigi
atau ada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi dan
melingkari seluruh cervikal (Continous Band of Subgingival Calculus),
diberi nilai 3.

Jumlah penilaian calculus


Calculus Indeks = jumlah gigi yang diperiksa

Penilaian Debris Indeks dan Calculus Indeks adalah sebagai berikut :

 Baik (good), apabila nilai berada diantara 0 - 0,6.


 Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 0,7 - 1,8.
 Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 1,9 - 3,0.

Penilaian OHI-S adalah sebagai berikut :

 Baik (good), apabila nilai berada diantara 0 - 1,2.


 Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3 - 3,0.
 Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1 - 6,0.

Sedangkan nilai BOP merupakan Bleeding on probing. Tujuan dari indeks ini
adalah untuk menemukan daerah-daerah dari sulkus gingiva yang berdarah pada
pemeriksaan lembut dan dengan mengenali dan mencatat adanya penyakit inflamasi
gingiva dini. Empat unit gingiva dinilai secara sistemik untuk setiap gigi: gingiva
marginal labial dan lingual gingiva marginal (unit M) dan mesial dan distal papiler
gingiva (unit P). Probe ini dipasangkan sejajar dengan sumbu gigi yang panjang
selama 30 detik.2

a. Grade 1 (titik) 20-30 detik setelah memeriksa sulkus mesial dan distal dengan
probe dental, perdarahan berupa titik
b. Grade 2 (garis/ titik) berupa garis darah atau beberapa titik darah menjadi
terlihat pada margin gingiva
c. Grade 3(triangular) segitiga pada interdental atau kurang penuh dengan darah
d. Grade 4 (mengenang) perdarahan segera setelah probing, aliran darah ke daerah
interdental untuk menutupi bagian gigi atau gingiva

1) Wei Stephen HY dan Lang Niklaus P. Periodontal epidemiological indices for


children and adolescents: II. evaluation of oral hygiene; III. clinical applications.
The American Academy of Pedodontics. 1982; 4(1): 64, 65, 67.
2) Shantipriya Reddy.Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics.ed 3th.
New Delhi; Jaypee Brothers Medical Publishers:2011

6. Pengaruh waktu (5 bulan) terhadap keluhan pasien


Gingivitis dapat menjadi lebih merah seiring berjalannya waktu, apalai jika
dalam perkembangan bankteri tersebut, tidak dilakukan perawatan untuk
menghilangkan faktor penyebabnya. Pasien mengaku telah mengalami gusi
berdarah sejak 5 bulan terakhir, hal ini menunjukan bahwa gingivitis telah
berlangsung lama hingga kronis.
Adapun tahapan terjaidnya gingivitis terbagi atas 3 yakni :

Newman, Takei, Klokkevold, Carranza. Caranzza’s clinical periodontology. 11th ed.


2012. P. 72
7. Pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap keluhan yang dialami pasien
Prevalensi dan tingkat keparahan penyakit periodontal meningkat pada
kelompok usia yang lebih tua. Karena attachment loss bertambah seiring
bertambahnya usia, intuisi bahwa semakin tua seseorang maka attachment loss
semakin besar. Beberapa penelitian telah menunjukkan biofilm plak bakteri yang
lebih besar dan gingivitis yang lebih parah pada populasi lansia dan menyarankan
ini sebagai efek yang berkaitan dengan usia. Pasien lansia juga menunjukkan
meningkatnya insidensi infeksi. Perubahan imun sebagian dapat menyebabkan
respons diferensial pasien lansia terhadap bakteri biofilm. Penurunan usia terkait
imunitas yang dimediasi sel telah diidentifikasi melalui penurunan respon terhadap
antigen asing. Selain itu, pasien yang lebih tua mungkin sudah lebih lama terpapar
terapi antibiotik. Terapi antibiotik telah terbukti mengurangi aktivitas
myeloperxidase, yang penting, bagi fungsi bakteriosidal PMN. Selain itu, faktor
resiko seperti stress, merokok, dan penyakit yang timbul lebih meningkat pada
seseorang yang hidup lebih lama1,2
Laki-laki cenderung memiliki lebih banyak plak dan gingivitis daripada wanita.
Selain itu, attachment loss dan destructive periodontitis ecara konsisten lebih
banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Karena sifat mutifaktorial
penyakit periodontal, satu faktor seperti seks sulit dihubungkan dengan akibat
penyakit. Hal ini terutama terjadi ketika X-linked serta pewarisan autosomal
dilibatkan. Namun, karena fluktuasi hormonal selama seumur hidup wanita, resiko
dapat bervariasi pada waktu yang berbeda. Selain itu, wanita cenderung lebih peduli
terhadap kebersihan dan kesehatan diri1,2
1) Yamamoto Sho L., editor. Periodontal disease, symptoms, treatment and prevention.
New York: Nova Science Publisher, Inc: 2011. H. 180-2.
2) Nield-Gehrig JS dan Willmann DE. Foundations of periodontics for the dental
hygienist. Ed. 3. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. H. 83-4.
8. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan diagnosisnya
a. Pemeriksaan Kesehatan1
1) Riwayat Medis
Riwayat medis sebaikanya di dapat pertama kali melalui kuisioner tertulis.
Setelah kuisioner ini dilengkapi, apa yang tertulis sebaiknya dibahas kembali
dengan pasien, sehingga dapat diberikan penjelasan yang menyeluruh untuk
bidang-bidang penting. Alasan pentingnya riwayat medis adalah :
a) Untuk menemukan manifestasi oral dari kondisi sistemik tertentu seperrti
leukimia, diabetes militus gangguan hormonal dan lain lain.
b) Untuk memastikan adanya kondisi sistemik seperti kehamilan, diabetes
militus, kelainan darah, defisiensi nutrisi, dan penyakit kardiovaskular-
hipertensi yang dapat mengubah respon hospes terhadap bakteri.
c) Untuk menentukan ada atau tidaknya kondisi sistemik tertentu yang
membutuhkan modifikasi, baik pada terapi periodontal, primer maupun
suportif. Aspek ini meliputi kondisi alergi, sindrom demam-rematik,
diabetes militus, gangguan endokrin, penyakit kardiovaskular dan katup
jantung buatan, terapi obat (endokrin, kortikosteroid, antu koagulan),
masalah psikologis dan pemakaian produk tembakau.
2) Riwayat Kesehatan Gigi1
Sebelum pemeriksaan intraoral dilakukan ada baiknya praktisi mencari riwayat
kesehatan gigi secara lengkap, karena dengan melakukannya praktisi
mendapatkan kesempatan untuk menilai prilaku pasien, membangun hubungan
dan mempelajari penyakit gigi yang telah lalu serta responnya terhadap
perawatan. Juga penting untuk mengetahui cara pemeliharaan kebersihan
mulut yang selama ini dilakukan oleh pasien dirumah yang mencerminkan
pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi.
b. Pemeriksaan Gigi Menyeluruh1
1) Pemeriksaan jaringan lunak
Pemeriksaan ini adalah penelusuran adanya kanker rongga mulut. Lesi-lesi lain
juga harus diperhatikan. Tetapi hanya sedikit yang berlanjut menjadi parah,
terutama apabila tidak terdeteksi pada tahap awal atau terabaikan.
2) Posisi gigi
Meliputi kesesuaian lengkung rahang, maloklusi morfologi, dan migrasi gigi-
gigi.
3) Perawatan restoratif
Sebaiknya diperiksa apakah protesa yang restorasi yang telah dibuat cukup
baik atau tidak, kemudian keadaan ini dihubungkan dengan retensi plak,
kesulitan membersihkan plak, oklusi traumatik.
4) Kebiasaan
Kebiasaan merokok, bruxism, clenching.
5) Kondisi pulpa gigi
Khususnya yang mengalami kehilangan tulang yang hebat (terutama gigi yang
memiliki restorasi dalam/kerusakan furkasi. Hubungan antara kondisi pulpa
dan penyakit periodontal telah semakin penting dan dapat mengubah rencana
perawatan.
6) Kegoyangan gigi
a) Inflamasi ginggiva, dan jaringan periodontal
b) Kebiasaan parafungsi oklusal
c) Oklusi prematur
d) Kehilangan tulang pendukung
e) Terapi periodontal, terapi endodontik, dan trauma dapat menyebabkan
goyangan gigi sementara. Pergerakan gigi diukur dengan menekan gigi
ke arah bukolingual menggunakan 2 pegangan instrumen gigi.
c. Pemeriksaan Jaringan Periodontal1
Probe periodontal berkalibrasi, eksplorer furkasi, kaca mulut, pencahayaan
yang baik, palpasi dan semprotan udara, semua ini harus digunakan dengan optimal
untuk memperjelas pemeriksaan visual dari jaringan periodontal. Aspek yang harus
diamati adalah:
1) Warna, bentuk dan konsistensi gingiva
Perubahan pada warna menunjukan adanya penyakitpeirodontal, tetapi tidak
dapat menentukan tingkat keparahan periodontal.
2) Perdarahan dan eksudasi purulent
eksudasi dapat terjadi spontan atau hanya pada saat dilakukan probing atau
palpasi. Perdarahan eksudat bukanlah indicator keparahan penyakit, tetapi
dapat berarti adanya ulserasi dinding epitel poket.
3) Kedalaman poket (kedalaman probing)
4) Jarak antara tepi gingiva ke CEJ (resesi)
5) Hubungan antara CEJ dan dasar poket (tingkat perlekatan)
6) Lebar keseluruhan gingiva berkeratin, hubungan antara kedalaman probing
dan pertemuan muko-gingiva, dan pengaruh letak frenulum serta perlekatan
otot terhadap tepi gingiva
7) Perluasan patologis dari daerah furkasi
d. Pemeriksaan Penunjang (Radiografi)1
Radiografi tidak dapat menunjukan aktivitas penyakit, namun dapat menunjukan efek
penyakit. Hal-hal ini yang tidak dapat ditemukan pada foto rontgen
1) Ada atau tidak adanya poket
2) Morfologi kelainan bentuk tulang yang pasti, khususnya cacat yang berliku-liku,
dehisensi, dan fenestrasi
3) Kegoyangan gigi
4) Posisi dan kondisi proseus alveolar di permukaan fasial dan lingual
5) Keterlibatan furkasi tahap awal
6) Tingkat perlekatan jaringan ikat dan epitel fungsional

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, penulis mencurigai pasien mengalam gingivitis kronis.
Gingivitis kronis, sesuai namanya adalah peradangan pada jaringan gingiva. Tidak
terkait dengan tulang alveolar ataupun migrasi epitel junctional ke arah apikal. Poket
lebih dalam dari 2 mm dapat terjadi pada gingivitis kronis disebabkan oleh pembesaran
gingiva karena udema atau hiperplasi (false pocket). Terdapat beberapa jenis gingivitis,
yang paling umum adalah tipe yang diinduksi oleh plak. Gambaran klasiknya adalah
adanya kemerahan, pembengkakan, dan bleeding on probing secara perlahan, bersifat
diagnostik dan umumnya dihubungkan dengan keluhan pasien bahwa “gusinya
berdarah saat menyikat gigi2

1) Fali P, Vernino A, Gray J. Silabus periodonti. Jakarta: EGC; 2015. Hh 49-60.


2) Mitchell L, Mitchell DA, McCaul L. Kedokteran gigi klinik: semua bidang
kedokteran gigi. Ed. 5. Jakarta: EGC; 2014. H. 197.
9. Bagaimana perawatan yang diberikan kepada pasien?
Gingivitis adalah penyakit reversibel. Terapi ditujukan terutama untuk
mengurangi faktor etiologi untuk mengurangi atau menghilangkan inflamasi,
sehingga memungkinkan jaringan gingiva sembuh. Perawatan pendukung
periodontal yang tepat yang mencakup perawatan pribadi dan profesional penting
untuk mencegah inisiasi peradangan. Jika penyakit periodontal didiagnosis pada
early lesion gingivitis, dapat dirawat dengan pembersihan profesional menyeluruh
(total care). Jika penyakitnya telah berkembang dari gingivitis menjadi
periodontitis, perawatannya melibatkan proses yang disebut "deep cleaning" atau
"root planing", yang mana melibatkan pembersihan dan penghalusan permukaan
akar gigi untuk membersihkan kalkulus dan deposit bakteri di bawah garis gingiva
sehingga bisa sembuh. Terdapat penemuan baru dalam pengobatan untuk penyakit
periodontal. Pemberian obat antimikroba atau antibiotik lokal, serta obat yang
mengendalikan respon tubuh terhadap penyakit dalam memproduksi bakteri, dapat
membantu memperlambat perkembangan penyakit.1,2
1) Treatment of plaque-induced gingivitis, chronic periodontitis, and other
clinical conditions. American Academy of Pediatric Dentistry. 2004; 39(6):
445-6.
2) Gum disease a guide to periodontal disease. California Dental Association.
10. Pemeliharaan setelah perawatan
Fase pemeliharaan ini berlanhsung seumur hidup pasien. Sebagian besar pasien
yang dirawat karena periodontitis tingkat sedang hingga lanjut membutuhkan
pemeliharaan paling sedikit setiap 3 bulan. Lamanya waktu antar kunjungan
ditentukan oleh tingkat pengendalian penyakit yang dilakukan oleh pasien selama
interval antar-kunjungan tersebut. Fase ini sering disepelekan, baik oleh pasien
maupun operator., padahal faktor inilah yang menentukan keberhasilan atau
kegagalan jangka panjang suatu perawatan. 1
a. Interval satu minggu
1) Segera setalah pembedahan dilakukan untuk memperkecil efek plak
terhadap penyembuhan luka
2) Terapi fase pengendalian infeksi untuk mengendalikan penyakit
periodontal
3) Kondisi akut paling cocok dengan interval ini
b. Interval dua minggu
1) Dilakukan untuk meminimalkan proses penyakit pada pasien dengan
hygiene mulut yang buruk
2) Sebaiknya tidak dilakukan untuk periode waktu yang panjang karena
melibatkan unsur waktu dan biaya
c. Interval tiga minggu
1) Recall paling umum dilakukan setelah terapi periodontal aktif
2) Bergantung pada tingkat hygiene mulut pasien dan aktifitas penyakit,
interval ini dapat dikurangi atau ditambah
Pencegahan penyakit periodontal maupun pemeliharaan jaringan
periodontal setelah perawatan awal bergantung pada kemampuan dan kemauan
pasien untuk melakukan dan mempertahankan penghapusan plak yang efektif.
Hal ini mungkin memerlukan perubahan dalam beberapa hal, yaitu:2
a. Dalam perilaku pasien dalam hal menyikat gigi, pembersihan interdental
dan teknik kebersihan mulut lainnya.
b. Serta perilaku gaya hidup lainnya seperti penggunaan tembakau dan diet.

Ada banyak penelitian tentang cara terbaik untuk menginduksi perubahan


perilaku pasien berkaitan dengan kebersihan mulut.2

a Saran yang bersifat individual, dengan konten yang disesuaikan untuk


setiap pasien, terbukti efektif dan penggunaan rencana tindakan dapat
dilakukan. juga membantu pasien mengubah perilaku kebersihan
mulutnya.
b Diskusi lebih lanjut mengenai bukti yang relevan dengan topik. Penting
untuk dipahami bahwa motivasi untuk mengubah perilaku harus berasal
dari pasien; Pasien harus ingin memperbaiki kebersihan mulut mereka dan
harus merasa memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan hal
ini. Ini adalah peran dokter gigi, ahli kebersihan gigi atau terapis gigi untuk
mendorong pasien untuk berubah dan mengajarkan keterampilan control
plak yang dibutuhkan.
Oral hygiene TIPPS:2
a. Talk: Bicarakan dengan pasien tentang penyebab penyakit periodontal dan
mengapa kebersihan mulut yang baik itu penting. Bicarakan dengan pasien
tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai penghapusan plak yang
baik.
1) Sikat secara teratur menggunakan teknik yang efektif
2) Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
3) Bersihkan daerah interdental sekali sehari.
b. Instruct: Ajarkan pasien dalam penggunaan alat kebersihan mulut.
c. Practise: feedback pasien terhadap tindakan penggunaan alat kebersihan
mulut.
d. Plan: Bantu pasien merencanakan bagaimana cara melakukan kontol plak
yang efektif sebagai kebiasaan.
e. Support: Dukung kebiasaan pasien dengan memberikan saran lanjutan.
1) Fali P, Vernino A, Gray J. Silabus periodonti. Jakarta: EGC; 2015. Hh 67, 216-217
2) Scottish dental. Prevention and treatmant of periodontal diseases in primary care.
Dental clinical guidance. 2014 juni. P. 23-7
11. Pencegahan yang dapat dilakukan
Cara terbaik untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan memelihara
oral hygiene dengan baik. Menyikat gigi dan melakukan flossing setiap hari, makan
makanan seimbang dan kontrol rutin ke dokter gigi. Dan dengan melakukannya,
akan bertambah kesempatan Anda untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut seumur
hidup

California Dental Association. Gum disease a guide to periodontal disease.

12. Prognosis Penyakit


Prognosis adalah prediksi kemungkinan perjalanan, durasi, dan hasil penyakit
berdasarkan pengetahuan umum tentang patogenesis penyakit dan adanya faktor
risiko penyakit. Derajatnya terdiri ddari:
a. Prognosis yang baik
Kontrol faktor etiologi dan dukungan periodontal yang memadai memastikan
gigi akan mudah dirawat oleh pasien dan dokter.
b. Prognosis yang adil
Sekitar 25% kehilangan perlekatan dan / atau keterlibatan furkasi Kelas I (lokasi
dan kedalaman memungkinkan perawatan yang tepat dengan kepatuhan pasien
yang baik).
c. Prognosis buruk
kehilangan perlekatan 50%, keterlibatan furkasi kelas II (lokasi dan kedalaman
membuat pemeliharaan mungkin tetapi sulit).
d. Prognosis yang dipertanyakan
Kehilangan perlekatan 50%, rasio mahkota dengan akar yang buruk, bentuk
akar yang buruk, furkasi Kelas II (lokasi dan kedalaman mempersulit akses)
atau keterlibatan furkasi Kelas III; > 2+ mobilitas; kedekatan akar.
e. Prognosis yang tidak ada harapan
Keterikatan yang tidak memadai untuk menjaga kesehatan, kenyamanan, dan
fungsi.
Pasien dalam scenario memiliki gingivitis yang dihubungkan dengan nilai
kalkulusnya yang tinggi, prognosis dari pasien baik tergantung pada kemampuan
pasien dan klinisi untuk menghilangkan faktor etiologi ini

Newman, Takei, Klokkevold, Carranza. Caranzza’s clinical periodontology. 11th


ed. 2012. P. 72

Anda mungkin juga menyukai