Anda di halaman 1dari 19

BLOK DENTAL REHABILITATIVE

LAPORAN INDIVIDU

CASE REPORT 2

KESALAHAN PEMAKAIAN GIGI TIRUAN LENGKAP

Tutor :

drg. Mahindra Awwaludin R., M. H

Disusun Oleh :

Faiza Wahyu Firdaus

G1B016041

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2020

0
Soal Skenario

Seorang wanita berusia 68 tahun datang ke Klinik Integrasi RSGM Unsoed


mengeluhkan gigi tiruannya tidak nyaman dan ingin diperbaiki. Pasien sudah
mengenakan gigi tiruan selama satu tahun. Menurut keterangan pasien semua gigi
geliginya terdahulu dicabut satu persatu karena berlubang dan tidak mampu
dipertahankan. Kondisi sistemik pasien baik, pasien rutin melakukan medical
checkup. Pemeriksaan ekstra oral pasien menunjukkan terdapat adanya fisur dan
ulcer pada sudut bibir, berwarna kemerahan, kadang disertai rasa terbakar, nyeri
dan rasa kering. Pemeriksaan intra oral menunjukkan terdapat area kemerahan
pada area palatum dan alveolar ridge rahang atas. Pada alveolar ridge rahang
bawah terdapat plak berwarna putih pada sepanjang alveolar ridge dapat diangkat
ketika diusap. Ditemukan keretakan pada gigi tiruan rahang atas dan terdapat
kalkulus pada fitting surface gigi tiruan rahang atas pasien.

Tambahan Soal

1. Kesalahan dalam pembuatan GTL sehingga menimbulkan permasalahan


dalam pemakaian GTL
2. Permasalahan klinis dalam pemakaian GTL dan bagaimana mengatasi
permasalahan tersebut (sertakan gambar kondisi tersebut) (minimal
analisis : kasus, etiologi, penanggulangan)

GTL : Gigi Tiruan Lengkap

1
Analisis Kasus Skenario

A. Pemeriksaan subjektif
1. Identitas pasies: Wanita, 68 tahun.
2. Chief complaint: gigi tiruan tidak nyaman dan ingin diperbaiki.
3. Present illness: pasien sudah mengenakan gigi tiruan selama satu
tahun.
4. Past medical history: kondisi sistemik pasien baik, pasien rutin
melakukan medical checkup.
5. Past dental history: Semua gigi geliginya terdahulu dicabut satu
persatu karena berlubang dan tidak mampu dipertahankan.
6. Family history: tidak ada keterangan.
7. Social history: tidak ada keterangan

B. Pemeriksaan Obyektif
1. Pemeriksaan Ekstraoral
Pasien menunjukkan terdapat adanya fisur dan ulcer pada sudut bibir,
berwarna kemerahan, kadang disertai rasa terbakar, nyeri, dan rasa
kering.
2. Pemeriksaan Intraoral
Pasien menunjukkan terdapat area kemerahan pada area palatum dan
alveolar ridge rahang atas. Pada alveolar ridge rahang bawah terdapat
plak berwarna putih pada sepanjang alveolar ridge dapat diangkat
ketika diusap. Ditemukan keretakan pada gigi tiruan rahang atas dan
terdapat kalkulus pada fitting surface gigi tiruan rahang atas pasien.

C. Diagnosis
1. Denture stomatitis
2. Angular cheilitis
3. Akut Pseudomembranosa Kandidiasis

2
D. Etiologi Penyakit
Dokter gigi tidak hanya menangani pasien dengan kasus
edentulous sampai dengan tahap pembuatan GTL saja, tapi juga
menangani beberapa kasus penyakit atau kondisi tertentu yang dialami
pasien selama pemakaian GTL. Setiawan (2013) berpendapat bahwa
pasien pada umumnya mengeluhkan gigi tiruan lepasannya setelah
pemakaian 3-6 bulan. Sesuai kasus, pasien sudah memakai gigi tiruan itu
selama kurang lebih 1 tahun. Dokter gigi melakukan beberapa
pemeriksaan seperti anamnesis, pemeriksaan subjektif dan objektif kepada
pasien. Secara keseluruhan, pasien mengalami Oral Kandidiasis. Hasil
pemeriksaan ekstra oral menunjukkan bahwa terdapat fisur dan ulcer pada
sudut bibir, berwarna kemerahan, kadang disertai rasa terbakar, nyeri dan
rasa kering yang menunjukkan adanya indikasi Angular Cheilitis.
Pemeriksaan Intra Oral terlihat area kemerahan yaitu pada area palatum
dan alveolar ridge bagian rahang atas, menunjukkan adanya indikasi
Denture stomatitis. Pada rahang bawah, terdapat plak berwarna putih pada
sepanjang alveolar ridge dapat diangkat ketika diusap, menunjukkan
adanya indikasi Akut Pseudomembranosa Kandidiasis. Keretakan pada
gigi tiruan rahang atas dan terdapat kalkulus pada fitting surface gigi
tiruan rahang atas pasien menandakan bahwa terdapat kesalahan pada GTL
sehingga prostesa tidak lagi retentif dan stabil.
Oral Kandidiasis menurut Mario, dkk (2013) adalah infeksi jamur
Kandida yang disebabkan oleh berbagai faktor baik lokal maupun
sistemik. Secara klinis terlihat lesi putih dan kemerahan karena
peradangan pada area mukosa pendukung gigi tiruan baik terlokalisir atau
menyeluruh. Adapun faktor predisposisi menurut Busciolano, dkk (2011)
dibagi menjadi dua, yaitu faktor local dan faktor sistemik. Penjelasannya
antara lain sebagai berikut.
Faktor lokal
 Trauma : Trauma menyebabkan terbentuknya lesi kemudian
menyebar pada mukosa. Hal ini menguntungkan bagi jamur untuk
melakukan adhesi dan penetrasi, sehingga meningkatkan

3
permeabilitas epitel terhadap racun dan bahan-bahan mudah larut
yang diproduksi jamur Kandida. Trauma gigi tiruan biasa
disebabkan oleh gigi tiruan yang tidak stabil.
 Saliva : penurunan aliran saliva seseorang menstimulasi
ketidakseimbangan flora normal, maka dapat mendukung
terjadinya proliferasi bakteri seperti Staphylococcus aureus dan
perlekatan Kandida pada bahan material gigi tiruan.
 Kondisi pH rongga mulut : level pH rendah yaitu menguntungkan
Kandida untuk melakukan adhesi dan proliferasi. Aktivitas Enzim
proteinase bersama dengan lipase merupakan faktor penting
penyebabk Kandida karena terdapat efek cytotoxic dan citolytic.
Selain itu karbohidrat yang tinggi di dalam saliva berperan sebagai
nutrisi untuk Kandidadengan metabolisme glukosa, kemudian
memproduksi asam metabolik dan berkontribusi untuk
mempertahankan pH dalam kondisi rendah.
 Permeabilitas resin akrilik : perlekatan Kandida pada permukaan
gigi tiruan terjadi apabila terdapat porositas
 Adhesi : Kemampuan Kandida untuk melekat pada permukaan
basis gigi tiruan yang terdapat porositas merupakan langkah awal
infeksi Kandida. Kemudian terbentuk hifa yang melekat dan
menyerang jaringan lebih cepat.
Faktor Sistemik
 Diabetes Melitus : Saliva penderita diabetes melitus mendukung
pertumbuhan in vitro Kandida dan telah menunjukan peningkatkan
jumlah koloni jamur pada basis gigi tiruan. Hal ini telah
dibandingkan pada pasien non DM.
 Defisiensi nutrisi
 Xerostomia : Kualitas dan kuantitas perubahan aliran saliva pada
pasien dewasa dimungkinkan karena obat-obatan, seperti
antihipertensi.
 Sistem imun : terjadi karena reaksi hipersensitivitas dengan bahan
material basis gigi tiruan.

4
Klasifikasi dari Oral Kandidiasis menurut Bhat dkk (2013) antara
lain yaitu Kandidiasis Pseudomembranosa (Oral Trush), Median
Rhomboid Glossitis, Angular Cheilitis, Kandidiasis Eritematosa,
Kandidiasis Hiperplastik Kronis, sesuai pada kasus diatas yaitu
menyebabkan angular cheilitis, denture stomatitis, dan Akut
Pseudomembran Kandidiasis.
1. Angular Cheilitis
Angular Cheilitis menurut Hari dan Anil (1989) merupakan
suatu infeksi yang terlihat pada satu atau kedua sisi sudut mulut.
Angular cheilitis berasal dari kata angular yang artinya sudut, dan
cheilitis yaitu inflamasi disertai dengan fisur pada kulit bibir dimulai di
perbatasan mukokutan dan meluas ke dalam kulit. Angular cheilitis
mempunyai nama lain seperti perleche, commissural cheilitis dan
angular stomatitis. Angular cheilitis dapat terjadi pada semua usia.
Secara klinis, Angular Cheilitis terlihat seperti retak,
mengelupas, atau ulcer yang terdapat di sudut mulut. Kadang terlihat
sebagai komplikasi Kandidiasis Eritematosa (Dangi, dkk, 2010). Lesi
Angular Cheilitis berbentuk atrofi, eritema, ulserasi, krusta dan
deskuamasi kulit (Cawson dan Odell, 2008).

Gambaran Klinis Angular Cheilitis (Stolman, 1976)


Angular cheilitis menurut McCullough dan Savage (2005)
disebabkan oleh organisme Staphylococcus dan streptococcu.
Kemudian area lembab disepanjang lipatan nasolabial. Pasien juga
memiliki kekurangan zat besi, anemia, dan kekurangan vitamin

5
B12. Faktor Predisposisi Angular Cheilitis adalah multifactorial,
penyebab lebih dari satu faktor ataupun kombinasi beberapa factor.
Pertama, agen infeksi menurut Stolman (1976) yaitu jumlah
kandida albikans yang melebihi jumlah sebagai flora normal dalam
rongga mulut. Kedua, faktor mekanis yaitu pemakaian gigi tiruan
yang tidak tepat akibat penurunan dimensi vertikal oklusi (terlalu
rendah). Penurunan dimensi vertikal oklusi pada gigi tiruan
menyebabkan tercipta lipatan-lipatan pada sudut mulut dan
penumpukan saliva, sehingga area menjadi lembab dan menjadi
tempat terbaik bagi candida albikans tumbuh (Park, dkk, 2014;
Cawson dan Odell, 2008; Stoopler, dkk, 2014). Selain itu, Angular
Cheilitis disebabka oleh faktor defisiensi nutrisi seperti
hipovitaminosis (terutama vitamin B), malabsorpsi dan kekurangan
zat besi, serta kelainan seperti perubahan anatomis bibir seperti,
Orofacial granulomatosis, Crohn’s disease dan Down Syndrome.

2. Akut Pseudomembranosa Kandidiasis


Akut Pseudomembran Kandidiasis sering disebut “Thrush”.
Pseudomembranosa Kandidiasis secara klinis terlihat bercak putih
multiple terdiri dari kumpulan hifa dan dapat dikerok. Mukosa yang
tertutupi basis gigi tiruan terlihat kemerahan (erythema), gejalanya
pasien merasa geli dan selera buruk (Dangi dkk, 2010).
Pseudomembranosa putih terdiri atas sel epitel desquamatif, fibrin, hifa
jamur. Bercak putih terlihat pada permukaan mukosa labial dan bukal,
palatal durum dan mole, jaringan periodontal dan orofaring
(McCullough dan Savage, 2005). Kandidiasis pada pasien
immunocompromised umumnya disebabkan oleh konsumsi obat-
obatan (corticosteroid), HIV, usia yang sangat tua, Diabetes melitus
tidak terkontrol, pasien dengan konsumsi obat antibiotik jangka
panjang dan obat psikotropika (Mc.Cullough dan Savage, 2005).

6
Gambaran Klinis Akut Pseudomembranosa Kandidiasis (McCullough
dan Savage, 2005)

3. Denture Stomatitis

Denture stomatitis adalah inflamasi kronik rongga mulut yang


disebabkan karena penetrasi jamur Kandida ke dalam basis gigi tiruan
yang terbuat dari resin akrilik, dan biasanya asimptomatik. Umumnya
disebabkan oleh trauma pemakaian gigi tiruan basis akrilik
(McCullough dan Savage, 2005). Secara klinis lesi terlihat kemerahan
atau eritematosa, terlokalisasi pada jaringan yang tertutupi gigi tiruan.
Denture stomatitis pada beberapa pasien yang mengeluhkan terdapat
rasa gatal, terbakar, tidak nyaman, dan perdarahan pada waktu tertentu.
Insidensi yang telah dilaporkan terjadi berkisar 65 %. Perawatan
dengan obat antifungal secara topikal selama 4 minggu, pembersihan
gigi tiruan secara teratur. Maka penderita dianjurkan untuk merendam
gigi tiruan ke dalam larutan hipoklorit semalaman (Magio dkk, 2013).

7
Gaib (2013), menjelaskan bahwa klasifikasi denture
stomatitis terbagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1) Tipe I dimana tahap inisial berupa petechiae / lesi
hiperemik pin-point (bintik merah) yang terlokalisir atau
tersebar pada mukosa palatum yang berkontak langsung
dengan gigi tiruan.

Gambaran klinis denture stomatitis tipe I


2) Tipe II dimana terjadi eritema difus dan edema terbatas
pada daerah mukosa palatum yang ditutupi gigi tiruan. Tipe
II Newton ini adalah tipe yang paling sering terjadi.

Gambaran klinis denture stomatitis tipe II


3) Tipe III dimana hiperplasia papila dengan eritema difus.
Tipe III Newton lima kali lipat lebih sering terjadi pada
gigi tiruan basis akrilik dari pada gigi tiruan kerangka
logam.

8
Gambaran klinis denture stomatitis tipe III
Denture stomatitis pada Skenario diatas dapat dikategorikan
sebagai denture stomatitis tipe II.

E. Penatalaksanaan Penyakit
Tindakan yang dilakukan dokter gigi kepada pasien dapat dibagi
menjadi dua, yaitu mengobati penyakit pada pasien dan memperbaiki
permasalahan pada GTL. Pasien dapat diberikan pembersihan rongga
mulut, dibersihkan hifanya, kemudian diberikan medikasi berupa berupa
analgesik, antifungi dan obat kumur untuk membantu pasien dalam
menjaga OHnya. Untuk GTL dapat dilakukan reparasi pada basis gigi
tiruan yang mengalami keretakan, jika tidak memungkinkan, maka pasien
dapat dibuatkan gigi tiruan yang baru agar dapat menyesuaikan rongga
mulut pasien mengingat pasien sudah 1 tahun lamanya tidak mengganti
gigi tiruannya. Edukasi terhadap pasien dalam melakukan pemasangan
gigi tiruan, pelepasan gigi tiruan, dan yang paling penting adalah dalam
memelihara kebersihan gigi tiruan itu sendiri. terkait dengan usia pasien
yang sudah lansia, secara otomatis imunitas pasien juga menurun. oleh
karena itu, dibutuhkan pula pemberian vitamin antara lain B12 dan asam
folat, kedua vitamin ini berfungsi pada sintesis DNA sehingga
mempercepat regenerasi epitel mukosa mulut. Instruksikan kepada pasien
agar gigi palsu digunakan sesedikit ataupun sesingkat mungkin, dan
menjaganya agar tetap kering atau direndam pada larutan disinfektan 0,2%
atau 2,0% Chlorhexidin di malam hari.
Penanganan pada penyakit spesifik yaitu Angular Cheilitis menurut
Campbell dan Parish (2013) yaitu dengan identifikasi dan mengoreksi
faktor etiologi antara lain memperbaiki gizi buruk, memperbaiki
kehilangan dimensi vertikal, mengoreksi gangguan sistemik seperti
diabetes dan anemia, serta menjaga kebersihan ronggga mulut yang
optimal. Jika Angular Cheilitis disebabkan oleh Kandida albikans, maka
diobati dengan antifungal topikal, dan antibacterial topical untuk
Stafilokokus aureus (Stoopler, 2014). Pemberian obat yang berfungsi

9
sebagai antifungal dalam sediaan topikal seperti nystatin 100.000 units/mL
yang diaplikasikan 2 kali sehari, Gentian violet solution 2 kali sehari,
Ketoconazole 2%, dan Clotrimazole 1% diberikan selama 2-3 minggu.
Obat antifungal dalam sediaan oral (sistemik) seperti suspense nystatin 5
mL dari 100.000 units/mL selama 7-14 hari untuk candidiasis oral dan
klotrimazole 1 troche dihisap 5 kali sehari selama 7-14 hari untuk
kandidiasis orofaring ringan yang refrakter terhadap nystatin. Angular
cheilitis yang disebabkan karena penurunan dimensi vertical atau trauma
dapat dilakukan perawatan dengan perbaikan gigi tiruan atau dibuatkan
gigi tiruan baru sesuai dengan kontur wajah pasien. Perawatan gigi tiruan
dengan antijamur dan sering dibersihkan agar mengurangi predisposisi
terkumpulnya jamur pada gigi tiruan.
Pada Penyakit Denture Stomatitis, sesuai kasus diatas,
penanggulangan untuk keretakan yang terjadi pada gigi tiruan lengkap
rahang atas pasien yaitu Rebasing. Rebasing adalah proses penggantian
seluruh basis gigi tiruan dengan basis gigi tiruan yang baru, dengan tetap
menggunakan anasir gigi tiruan yang lama dan tanpa merubah posisi gigi
serta oklusi gigi tiruan (Herawati, 2017). Sedangkan untuk rahang bawah,
penanggulangan untuk gigi tiruan lengkap yang tidak cekat yaitu Relining
indirect. Relining adalah proses mengkoreksi adaptasi permukaan cetakan
gigi tiruan (basis gigi tiruan) terhadap mukosa pendukungnya dengan cara
menambah resin akrilik baru pada permukaan tersebut tanpa mengubah
relasi oklusal gigi geliginya. Teknik ini banyak digunakan untuk penderita
lanjut usia serta pada penderita yang bersikap mental tidak stabil
(hysterical mind). Biasanya digunakan bahan heat curing acrylic resin
yang dilakukan diluar mulut penderita, yaitu secara proses laboratorium
(Falatehan, 2018). Menurut Damayanti (2009), penatalaksanaan penyakit
Denture Stomatitis pada pasien antara lain sebagai berikut.
 Pemeliharaan kebersihan mulut dan gigi tiruan yang baik diikuti
dengan mengistirahatkan jaringan, perbaikan oklusi, serta
perbaikan gigi tiruan.

10
 Terapi antijamur. Dilakukan setelah pemeriksaan apus jaringan
membuktikan adanya infeksi Candida. Pemberian tablet nistatin
cukup efektif untuk mengendalikan infeksi ini.
 Merendam gigi tiruan dalam larutan antijamur di malam hari.
Pasien sebaiknya tidak diberikan obat obatan imunosupressan
seperti obat obat kortikosteroid, karena hal ini dapat menyebabkan
imunitas pasien menurun, dan menyebabkan candida yang tadinya
merupakan flora normal menjadi patogen akibat pertumbuhannya yang
tidak terkontrol, sehingga, bukan malah menyembuhkan, tetapi akan
memperparah candidiasis yang diidap pasien.

F. Tambahan Soal
1. Kesalahan dalam pembuatan GTL sehingga menimbulkan
permasalahan dalam pemakaian GTL
Kesalahan dalam pembuatan GTL dapat berdampak
langsung dan tidak langsung. Dampak langsung itu merupakan
dampak yang langsung diterima oleh pasien (akut) akibat
penggunaan GTL yang kurang baik seperti mudah lepasnya gigi
tiruan, trauma oklusi, trauma mukosa dan terpengaruhnya pelafalan
huruf dalam aspek fonasi. Sedangkan dampak indirect yaitu
dampak yang seiring berjalannya waktu akan diterima oleh pasien
(kronis), seperti denture stomatitis, epulis fisuratum, xerostomia
dan burning mouth syndrome. Dampak secara langsung yang
paling mudah dapat ditemukan adalah adanya trauma, terlebih lagi
apabila penggunanya adalah lansia yang membutuhkan waktu
regenerasi epitel mukosa lebih lama apabila dibandingkan dengan
usia muda. tidak hanya trauma pada mukosa, apabila terjadi trauma
pada oklusi dan dibiarkan terus menerus akan menyebabkan
dampak yang tidak langsung pada TMJ pasien. pasien akan
merasakan clicking bahkan dapat mengalami TMD. Berkaitan
dengan estetik mungkin bisa juga akibat tinggi vertikal wajah yang
tidak sesuai, misalnya terlalu tinggi, sehingga pasien sulit untuk

11
mengatupkan bibirnya. kemudian dalam pemilihan bentuk anasir
yang tidak sesuai dengan kontur wajah pasien serta penyusunan
gigi geligi tiruan yang tidak tepat juga akan mempengaruhi
terhadap estetika pasien terlebih ketika pasien tersenyum.
Dampak tidak langsung dari kesalahan saat pembuatan
GTL pada pasien yaitu kekurangan gizi. ketika GTL menyebabkan
trauma, melukai mukosa pasien, atau bahkan menyebabkan TMD,
maka pasien akan cenderung melepaskan gigi tiruannya dan tidak
digunakan lagi. hal ini dapat menyulitkan pasien dalam
mengkonsumsi makanan, terlebih lagi pada pasien pasien lanjut
usia.ketika itu pula, tulang alveolar pasien akan mengalami
resorbsi dan menyebabkan tinggi vertikal wajah pasien makin
menurun, sehingga mempermudah terbentuknya koloni jamur pada
sudut bibir pasien dan mengakibatkan penyakit berupa angular
cheilitis. Selain TMD mungkin bisa Oral Squamous Cell
Carcinoma.. Jika lesi erimateousnya tidak segera ditangani dan
dibiarkan di bawah gigi tiruan dengan oral hygene yang tidak baik
maka akan timbul keganasan menjadi OSCC.
Pemakaian obat-obatan atau depresi dapat menyebabkan
Xerostomia. Xerostomia akan menimbulkan masalah dalam hal
retensi gigi tiruan, meningkatkan resiko karies gigi, dan infeksi,
serta menyebabkan kesulitan dalam pengunyahan dan penelanan.
Mukosa mulut penderita mulut kering biasanya halus dan lebih
peka terhadap stimulus kimia. Keringnya mukosa menjadikan
mukosa lebih peka terhadap iritasi gesekan dari gerakan gigi tiruan,
dan dapat mengganggu daya adptasi pasien dalam menggunakan
gigi tiruannya. Selain itu, penurunan volume saliva juga dapat
mengakibatkan perubahan pada mukosa mulut dan merupakan
predisposisi invasi jamur Kandida. Hipersaliva merupakan salah
satu faktor predisposisi angular cheilitis, selain itu protesa mudah
lepas. Hipersaliva juga mengganggu fonetik pasien karena jadi
sulit berbicara dan menganggu mastikasi dengan seringnya

12
menelan saliva. Secara psikologis ketika estetik atau bentuk gigi
tiruan baik maka sangat berpengaruh terhadap pasien dan membuat
pasien senang serta percaya diri. Jika protesa GTL itu tidak pas,
maka akan mempengaruhi psikologi pasien tersebut, seperti tidak
percaya diri (terlihat dengan jelas protesa oleh orang lain), malas
mengenakan protesanya, tidak selera makan, menjadi pendiam
karena malas berbicara.

2. Permasalahan klinis dalam pemakaian GTL dan bagaimana


mengatasi permasalahan tersebut (sertakan gambar kondisi
tersebut) (minimal analisis : kasus, etiologi, penanggulangan)
a. Epulis fissuratum
Epulis fissuratum dapat disebabkan oleh penggunaan gigi
tiruan lengkap yang longgar terhadap jaringan pendukungnya.
gambaran klinis dari epulis fissuratum ini terlihat seperti
lipatan jaringan mukosa dengan vaskularisasi yang berlebihan
disertai jaringan hiperplastik. proses terjadinya diawali dengan
resorpsi processus alveolaris, kemudian timbul ulkus karena
tekanan berlebih dari tepi sayap gigi tiruan. penatalaksanaan
pada epululis fissuratum yaitu dapat dilakukan pembuatan gigi
tiruan baru atau apabila pasien tersebut ingin tetap
menggunakan gigi tiruan dengan alasan kosmetik, maka dapat
dihilangkan faktor lokal yaitu dengan memendekkan sayap
yang menekan di daerah epulis dan dilakukan relining
sementara. kemudian dilakukan juga koreksi oklusi untuk
mengurangi tekanan kunyah. untuk menghilangkan epulis
dapat dilakukan dengan tindakan bedah dan setelah
penyembuhan dapat dibuatkan gigi tiruan baru.
b. Burning mouth syndrome

Burning Mouth Syndrom merupakan suatu kondisi yang


menyebabkan sensasi terbakar pada rongga mulut penderita,
seperti pada daerah bibir, gusi, lidah, tenggorokan, dan langit-

13
langit mulut. BMS beberapanya dapat disebabkan oleh alergi
pada bahan resin akrilik GTL, gigi tiruan yang kurang baik,
kurangnya stabilitas, dan rasa panas jaringan dibawah gigi
tiruan. Tatalaksana BMS ini yaitu dengan memperbaiki
kesalahan gigitiruan seperti stabilitas dan design yang kurang
baik, dan tambahan berupa multivitamin / nutrisi untuk pasien.
c. Kurangnya retensi dan stabilisasi akibat xerostomia
Pada pasien edentulus penderita xerostomia akan timbul
beberapa masalah dalam pemakaian gigi tiruan, seperti
kurangnya retensi yang mengakibatkan berkurangnya
stabilisasi, terjadinya iritasi pada mukosa rongga mulut serta
pasien sulit untuk berdaptasi dalam pemakaian gigitiruannya.
Perawatan xerostomia dapat dengan memberikan instruksi-
instruksi kepada pasien untuk mengurangi kekeringan
mulutnya. Penurunan frekuensi pengunyahan dapat
memperburuk keadaan, oleh sebab itu pasien harus melakukan
konsultasi nutrisi untuk membatasi efek yang merusak dari
modifikasi pola makan. Xerostomia yang di sebabkan oleh
pengaruh medikasi dianjurkan agar melakukan konsultasi
dengan dokter umum untuk penghentian atau penggantian obat-
obatan yang dikonsumsi pasien.
d. Nyeri
Rasa nyeri pada mukosa jaringan pendukung gigi tiruan
sering disertai dengan gejala berupa rasa gatal, pedih, panas
atau terbakar, dan mukosa jaringan pendukung sangat sensitif.
Rasa nyeri yang timbul pada pemakaian gigi tiruan disebabkan
oleh beberapa faktor atau multifaktor. Rasa nyeri dapat
disebabkan oleh emosi, fisik, gangguan metabolisme atau
hormonal, dan gangguan gizi. Kekurangan gizi dan metabolism
seperti defisiensi zat besi, kekurangan protein, dan penyerapan
usus yang kurang baik. Selain itu, tekanan di bawah gigi tiruan
dapat menjadi faktor penyebab terjadinya iritasi kemudian

14
menyebabkan rasa nyeri. Jaringan pendukung yang rusak
tersebut akan mengeluarkan substansi histamine dan
prostaglandin serta saraf terakhir mengeluarkan substansi P,
mendukung terjadinya inflamasi dan meningkatkan sensitivitas.
Tekanan yang diberikan secara kontinu dapat memicu
terjadinya resopsi tulang alveolar tidak merata.
Penanganan distribusi tekanan yang tidak merata
dilakukan dengan bedah pre-prostetik untuk membuang tulang
yang tajam, menggunakan suatu bahan cetak mukokompresif,
dengan kekentalan rendah, try in gigi tiruan sebelum proses
flasking permukaan yang disesuaikan dengan pasta indikator
tekanan, menggunakan wax pencatat oklusal pada tahap
penyelesaian, dan menggunakan pelapis basis gigi tiruan yang
lentur. Tekanan yang berlebihan dapat dikurangi dengan
menghilangan bad habit seperti clenching, melepas gigi tiruan
saat tidak makan, pembuatan gigi tiruan dengan mengurangi
dimensi vertical, dan penggunaan implan yang mendukung gigi
tiruan. Penanganan daya tahan mukosa yang buruk dapat
dilakukan dengan cara pemberian suplemen diet, melepas gigi
tiruan, dan rujuk untuk pemeriksaan medis.
e. Masalah Retensi dan Stabilisasi GTL
Menurut Sarandha (2007), Retensi yang kurang disebabkan
oleh pencetakan awal yang tidak tepat dan kegagalan dalam
mencetak daerah bantalan basis gigi tiruan dan struktur perifer
yang membatasi. Oleh karena itu tinggi flange yang kurang dan
adaptasi dasar gigi tiruan dapat dikoreksi dengan prosedur
relining. Selain itu stabilitas protesa yang tidak sesuai dapat
memperbaiki perbedaan oklusal dan jika penyebabnya adalah
adaptasi gigi tiruan, maka dapat dilakukan relining.
f. Traumatic Atropic Glossitis
Salah satu gangguan yang timbul akibat GTL yaitu
Traumatic Atropic Glossitis. Penyakit ini berupa eritema pada

15
lidah yang disebabkan oleh iritasi atau trauma fisik salah satu
penyebabnya berupa patahnya gigi tiruan atau gigi tiruan rusak.
Lokasi lesi pada ujung dan lateral lidah. Terjadi penipisan
papilla lidah dan vasodilatasi jaringan ikat dibawahnya. Cara
penanggulangannya dengan mengurangi faktor penyebab yaitu
memperbaiki gigi tiruan yang patah dengan proses rebasing.
Rebasing adalah penggantian seluruh basis gigi tiruan dengan
yang baru, dimana gigi tiruan yang lama tetap digunakan tanpa
merubah letak gigi dan relasi oklusi. Selain itu dapat juga
dengan meminimalisir pergerakan lidah.
g. Penyakit sistemik dan pengobatan yang mempengarugi GTL
Beberapa faktor predisposisi yang dapat memperparah
efek lesi atau penyakit yang disebabkan oleh GTL seperti
diabetes melitus, HIV, leukimia, pasien dengan terapi steroid,
antibiotik, psikotropika. penyakit sistemik diabetes dan cancer,
obat-obatan yang dikonsumsi pasien cenderung akan
menyebabkan xerostomia. khususnya pada pasien pasien
cancer yang melakukan pengobatan melalui kemoterapi dimana
efek samping dari kemoterapi ini adalah kerusakan pada
glandula salivarius baik minor maupun mayor, sehingga
produksi saliva pasien akan menurun. pasien dengan anemia
juga cenderung akan mengalami resorpsi tulang alveolar lebih
cepat. Defisiensi vitamin B atau zat besi serta pemasukan obat
sedatif, diuretik, atau antidepresif dapat mengurangi kecepatan
sekresi saliva sehingga dapat mempengaruhi pemakaian gigi
tiruan lengkap.

16
Daftar Pustaka

Bhat, V. Sharma, S.M. Shetty ,V. Shastry, C.S. Rao, V. Shenoy, S.M. et.
al. 2013. Prevalence of Kandida Associated Denture stomatitis
(CADS) and Speciation of Kandida Among Complete Denture
Wearers of South West Coastal Region of Karnataka. Nitte
University Journal of Health Science Vol. 3. September 2013.
Busciolano, M. Contaldo, M. Esposito, V. Milillo, L. Pascale, M. Salerno,
C. et. al. 2011. Kandida Associated Denture Stomatitis. Journal
section: Oral Medicine and Pathology. Mar 1;16 (2). Hal 139-143.
Campbell C, Parish LC. Angular cheilitis: a maligned condition. Skin Med
2013; 11(4): 198-200.
Cawson RA, Odell EW. Oral pathology and oral medicine. 8th ed.,
Philadelphia: Churchill Livigstone, 2008: 215
Dangi YS, Soni ML, Namdeo KP. Oral Candidiasis: A Review. [serial
online] 2010 [dikutip 2015 Sep 25]; 2(4): 36-41
Damayanti, L., 2009. Respon Jaringan Terhadap Gigi Tiruan Lengkap
pada Pasien Usia Lanjut.Tesis. Bandung: Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Padjadjaran.
Falatehan, Niko. 2018. Relining Gigi Tiruan Rahang Bawah Secara
Langsung dengan Pencetakan Mulut Tertutup. FKG Universitas
Trisakti. Jakarta: 32 halaman
Gaib, Z. 2013. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya
Kandidiasis Eritematosa Pada Penggung Gigi Tiruan Lengkap.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi.
Hari S, Anil S. Angular cheilitis: Review of etiology and clinical
management. K Dent J 1989; 13(2); 229-231.
Herawati E. Kandidiasis rongga mulut gambaran klinis dan terapinya.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/kandidiasis_
rongga_mulut.p df. (5 Oktober 2014).

17
Magio, B. Rogers, H.Wei, X-Q. Lewis, MAO. Patel, V.Rees, JS. et al.
2013. Immune Response and Kandidal Colonisation in Denture
Associated Stomatitis. J Clin Cell Immunol 4: 178.
McCullough, MJ. Savage, NW. 2005. Oral candidosis and The
Therapeutic Use of Antifungal Agents in Dentistry. Australian
Dental Journal Medications Supplement 2005;50:4
Park KK, Brodell RT, Helms SE. Angular cheilitis, part 1; local etiologies.
Philadelpia: Cutis, 2011; 87: 289-95.
Setiawan R.Penatalaksanaan relining pada gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSL). Jurnal Ilmiah WIDYA.Mei-Juni 2013; 1 (1) : 60-64
Stolman LP. Oral infections. Can Fam Physician 1976; 22: 70
Stoopler ET, Nadeau C, Sollecito TP. How do I manage a patient with
angular cheilitis. http://www.jcda.ca/article/d68. (23 Oktober
2014).

18

Anda mungkin juga menyukai