Anda di halaman 1dari 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 151

Artikel Penelitian

Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita di
Puskesmas Kota Padang Tahun 2018

Putri Nelly Syofiah1,Rizanda Machmud 2,Eny Yantri3

Abstrak
Program SDIDTK merupakan program pembinaaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada masa balita.
Program SDIDTK balita di Kota Padang masih dihadapkan pada pengelolaan yang kurang profesional diberbagai
tahapan. Tujuan: Menganalisis sistem pelaksanaan program SDIDTK balita di Puskesmas Kota Padang tahun 2018.
Metode: Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling.
Analisis data dilakukan secara triangulasi sumber dan teknik. Hasil: Pengolahan dan analisis data pada komponen
input kebijakan sudah ada. Standar Operasional Pelayanan dan Pedoman sudah ada, tetapi jumlahnya belum
mencukupi. Tenaga kesehatan masih belum memenuhi standar. Dana telah dianggarakan. Ketersediaaan sarana dan
prasarana belum cukup memadai. Komponen proces perencanaan dan pengorganisasian sudah ada. Lokakarya mini
sudah dilaksanakan secara berkala. Pelaksanaan pelayanan masih ada yang melaksanakan tidak sesuai dengan buku
pedoman yang ada. Supervisi dan evaluasi masih kurang maksimal. Pencatatan dan pelaporan belum berjalan
dengan baik. Simpulan: Kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) belum
dilaksanakan secara maksimal.
Kata kunci: program SDIDTK, puskesmas, bidan

Abstract
SDIDTK is a program for empowering the growth and development of children comprehensively and qualifiedly
by Stimulation Activities, Early Detection and Intervention of Childhood Growth (SDIDTK). The SDIDTK toddler
program in Padang City 2017 was 69,3% still faced with unprofessional management in various stages. Objectives:
To analyzed for Stimulation of Early Detection and Early Growth and Development (SDIDTK) program and coverage of
toddler’s in Padang City Public Health Center 2018. Methods: Implementation of the program viewed from the
component input, process and output. The method used is qualitative research. Research informants selection with
purposive sampling. Data analysis was performed triangulation of sources and techniques. Results: Component input
of the policy already exists. There was a standard operating procedures and guidelines, but it was insufficient. Health
workers still do not meet the standards. Funds had been canceled. The availability of facilities and infrastructure is not
sufficient enough. The planning and organizing process component already exists. Mini-workshop have been held
regularly. Supervision and evaluation were still not optimal. Recording and reporting were not going well. Conclusion:
SDIDTK have not been carried out optimally
Keywords: SDIDTK program, public health center, midwives

Affiliasi penulis: 1. STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2. Bagian Korespondensi: Rizanda Machmud,


Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Email: putrinelly@mercubaktijaya.ac.id, Hp : 081363026133
Padang (FK Unand), 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unand

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 152

PENDAHULUAN cakupan SDIDTK balita.3 Sesuai Keputusan Menteri


Periode penting dalam tumbuh kembang anak Kesehatan Nomor 28 tahun 2017 tentang registrasi
adalah pada usia dibawah lima tahun akan dan praktik bidan Pasal 20 salah satu wewenang
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak pelayanan kebidanan yang harus diberikan pada anak
selanjutnya.1,2 Stimulasi dini sendiri merupakan adalah pemantauan tumbuh kembang anak.13
rangsangan yang dilakukan sejak berada didalam Indikator keberhasilan program SDIDTK balita
kandungan dilakukan setiap hari, untuk merangsang yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI tahun
semua sistem indera dari pendengaran, penglihatan, 2017 adalah 90% dari total populasi, terjangkau oleh
perabaan, pembauan, pengecapan. 3,4 kegiatan SDIDTK balita. Program SDIDTK balita di
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, Propinsi Sumatra Barat tahun 2016 adalah 52,1% dan
bicara, pendengaran dan perabaan) yang datang dari tahun 2017 adalah 53.14%. Di Kota Padang tahun
lingkungan luar bayi. Stimulasi merupakan hal yang 2017 adalah 69,3%.15
penting dalam tumbuh kembang bayi.5,6 Bayi yang
mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan METODE
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan bayi Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.7,8 adalah penelitian kualitatif yaitu metode penelitian
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengklasifikasi
pendorong perkembangan bayi. Lingkungan yang dan menganalisis data serta informasi yang berkaitan
merangsang mendorong perkembangan fisik dan dengan tujuan penelitian.16 Penelitian kualitatif untuk
mental yang baik, sedangkan lingkungan yang tidak memperoleh informasi secara mendalam, FGD dan
merangsang menyebabkan perkembangan bayi di telaah dokumen menurut pendapat informan
bawah kemampuannya.9,10 Pemberian stimulasi pada mengenai Pelaksanaan Program SDIDTK Balita di
bayi akan lebih efektif apabila memperhatikan Puskesmas Kota Padang.17
kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan.11,12 Penelitian difokuskan pada 2 Puskesmas yaitu
Deteksi dini pertumbuhan sangat perlu Puskesmas Andalas dan Puskesmas Air Dingin
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normalitas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padang.
pertumbuhan dan mendeteksi penyimpangan Berdasarkan Laporan DKK Padang tahun 2018
pertumbuhan secara dini.13 Jaringan otak anak yang Capaian SDIDTK di Puskesmas Andalas adalah 23%
banyak mendapat stimulasi akan berkembang dan Puskesmas Air Dingin adalah 75%. Penelitian ini
mencapai 80% pada usia 3 tahun.8 Jika anak tidak dilakukan pada bulan Desember 2018 s.d Februari
pernah diberi stimulasi maka jaringan otak akan 2019.14
menurun.14 Hal ini dapat mengurangi kualitas sumber Pada penelitian ini dilakukan wawancara
daya manusia di masa yang akan datang.6 dengan orang yang dipandang tahu berhubungan
Kegiatan SDIDTK balita yang menyeluruh dan dengan tujuan penelitian, disebut sebagai informan
terkoordinasi akan meningkatkan kualitas tumbuh penelitian. Penentuan sumber data pada orang yang
kembang balita dan kesiapan memasuki jenjang diwawancarai / informan penelitian dilakukan secara
pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan
tumbuh kembang balita tidak hanya meningkatnya dan tujuan tertentu.16
status kesehatan dan gizi balita tetapi juga mental, Informan dalam penelitian ini terdiri dari: Kepala
emosional, sosial dan kemandirian balita berkembang Puskesmas, penanggung jawab pelaksana program
secara optimal.3 kesehatan di Puskesmas, bidan pelaksana, ibu-ibu
Pelaksanaan SDIDTK balita merupakan peran yang mempunyai balita di Puskesmas Andalas
tenaga kesehatan dalam hal ini bidan, bidan Padang dan Puskesmas Air Dingin Padang sebagai
bertanggung jawab dalam menentukan keberhasilan penerima kegiatan program SDIDTK di Puskesmas..

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 153

HASIL Pengorganisasian pada pelaksanaan program

Komponen Input SDIDTK balita di Puskesmas Kota Padang, berupa

Hasil wawancara mendalam, telaah dokumen pembagian tugas untuk program ibu, program anak,

dan observasi didapatkan bahwa kebijakan dalam bidan koordinator dan sudah memiliki SK dari

program pelaksanaan SDIDTK di Puskesmas Kota pimpinan. Telaah dokumen tidak ditemukan surat

Padang menjalankan berdasarkan Permenkes Nomor tugas untuk pemegang program SDIDTK dan uraian

43 tahun 2016,18 sedangkan Permenkes Nomor 66 tugas dari Kepala Puskesmas, adanya struktur

tahun 2014 tidak diketahui oleh pihak pelaksana, 19 organisasi yang dipanjang di ruang Kepala Tata

belum ada sosialisasi dari DKK Padang mengenai Usaha (TU) Puskesmas.

Permenkes tersebut kepada pihak pelaksana. Pelayanan kesehatan program SDIDTK balita

Hasil studi ini didapatkan Standar Operasional di Puskesmas Kota Padang masih belum sesuai

Pelayanan (SOP) dan pedoman teknis untuk program standar. Hal ini berkaitan dengan dengan

SDIDYK sudah tersedia di Puskesmas tapi belum pengetahuan, keterampilan petugas dan kedispilinan

dilaksanakan secara efektif, efisien karena masih petugas dalam memberikan pelayanan SDIDTK ini

sebagai syarat administrasi. kepada ibu-ibu yang mempunyai balita untuk

Sumber daya manusia untuk program SDIDTK, melaksanakan SDIDTK sesuai dengan usia balita

khususnya bidan sudah cukup. Di Puskesmas Andalas Supervisi dan evaluasi belum dilaksnakan

Padang sudah terdapat 18 orang bidan dengan dengan maksimal oleh pihak Puskesmas.

kualifikasi pendidikan D.III Kebidanan dan D.IV Berdasarkan hasil telaah dokumen, laporan SDIDTK

Kebidanan. Di Puskesmas Air Dingin Padang sudah yang ada di Puskesmas yang di rekap oleh pemegang

terdapat 16 orang bidan dengan kualifikasi pendidikan program SDIDTK dari laporan pelaksanaan kegiatan

D.III Kebidanan dan D.IV Kebidanan. program SDITK setiap bulannya.

Dana untuk program SDIDTK ini sudah di Pencatatan dan pelaporan ke Puskesmas

anggarkan dalam BOK (Bantuan Operasional belum secara maksimal dilakukan oleh semua petugas

Kesehatan) di setiap Puskesmas sudah mencukupi. yang ada dilapangan, harusnya setiap selesai

Sarana dan prasarana untuk program SDIDTK melakukan tindakan SDIDTK formulir SDIDTKnya

sudah cukup, tetapi pemanfaatan dan sudah harus terisi dengan lengkap.

pengoptimalisasikan dari sarana dan prasarana


Komponen Output
tersebut serta bagaimana kedislpinan petugas dalam
Capaian SDIDTK di Puskesmas Andalas dan
mempergunakan alat tersebut masih belum optimal.
Puskesmas Air Dingin masih belum mencapai target
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Komponen Proses
Perencanaan kegiatan untuk program SDIDTK, PEMBAHASAN
seperti jadwal pelaksanaan dan jadwal supervisi yang
Komponen Input
sudah dibuat oleh Puskesmas.Dari hasil observasi di
Kebijakan merupakan suatu perilaku dari
lapangan ditemukan bahwa tidak ada dokumen
sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instasi pemerintah)
perencanaan di Puskesmas, dikarenakan tidak adanya
atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan
pengawasan dari Kepala Puskesmas terhadap
tertentu, berkaitan dengan kepentingan antar
pelaksanaan program SDIDTK di Puskesmas.
kelompok, baik tingkat pemerintah maupun
Lokakarya mini pada pelaksanaan program
masyarakat secara umum.20
SDIDTK sudah ada dikerjakan oleh Puskesmas.
Kebijakan dalam pelaksanaan SDIDTK ini telah
Lokakarya mini dilaksanakan masih menggabungkan
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
untuk semua kegiatan tidak ada lokakarya mini khusus
Indonesia Nomor 43 tahun 2016 Tentang Standar
untuk program SDIDTK dan belum semua petugas ikut
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dimana
dalam kegiatan lokakarya mini.
menitikberatkan pada pelayanan kesehatan balita.18

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 154

Kebijakan juga di atur dalam Peraturan Menteri di Puskesmas agar mampu dan terlatih dalam
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 pelaksanaan program SDIDTK. Semua itu bisa
Tentang pemantauan pertumbuhan, perkembangan didapatkan dari pelatihan SDIDTK sehingga bisa
dan gangguan tumbuh kembang anak.19 mengetahui SOP dan pedoman yang harus dikerjakan
Menurut peneliti, kebijakan yang sudah dan kewajiban sebagai pemberi layanan kesehatan.
ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan menjadi dasar Kompetensi petugas dapat ditingkatkan melalui
pelaksanaan program SDIDTK oleh Dinas Kesehatan pelatihan SDIDTK yang meliputi tatalaksana SDIDTK,
dan Puskesmas. Di Puskesmas didapatkan hasil cara pengisian SDIDTK, mekanisme rujukan,
bahwa seluruh kebijakan belum dilaksanakan secara pencatatan dan pelaporan, kemitraan dan jejaring.
konsisten oleh para pelaksanan, sehingga proses Berdasarkan observasi di Puskesmas Andalas dan
pelaksanaan yang dilakukan para petugas pelaksana Puskesmas Air Dingin hanya bidan pemegang
di Puskesmas atau pelaksana kebijakan hanya program SDIDTK yang baru mendapatkan pelatihan
sebatas melakukan pelayanan kesehatan secara pasif dari DKK Padang.
kepada para balita. Semestinya kebijakan yang telah Penelitian yang dilakukan Khairunnisa
ditetapkan harus bisa mencapai hasil yang optimal. diperoleh data dari segi pelatihan SDIDTK
SOP dan pedoman memiliki pengaruh dalam menunjukkan bahwa sebagian besar bidan
ketepatan pelayanan SDIDTK. Dengan adanya SOP Puskesmas DTP Kota Bandung sebanyak 80% belum
dan pedoman yang jelas sehingga tenaga kesehatan pernah mengikuti pelatihan SDIDTK.23
dalam memberikan pelayanan akan terarah dengan Pembiayaan kesehatan merupakan tatanan
jelas dan berjalan efektif. Manfaat SOP dan pedoman yang menghimpun sebagai upaya penggalian,
SDIDTK bagi tenaga kesehatan ketika menerapkan pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya
SDIDTK lebih mudah dalam memberikan pelayanan keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna
SDIDTK dan jika terjadi kemungkinan terburuk maka menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
petugas dalam posisi yang kuat dimata hukum karena setinggi – tingginya.24
bekerja sesuai dengan SOP dan pedoman.21 Sumber dana untuk kegiatan SDIDTK,
Puskesmas sebagai organisasi pelaksana Puskesmas menggunakan dana bantuan operasional
SDIDTK harus memiliki SOP, pedoman dan alur kesehatan atau dana rutin untuk mencukupi
pelayanan SDIDTK yang jelas, dikarenakan dengan kebutuhan pengadaan alat seperti pengadaan formulir
adanya SOP, pedoman dan alur pelayanan SDIDTK. Pengadaan peralatan SDIDTK disediakan
membuktikan keseriusan Puskesmas dalam dari Bidang Sarana Prasarana DKK Padang.
melaksanakan kebijakan pelayanan tumbuh kembang Ketersediaan sarana dan prasarana untuk
balita melalui program SDIDTK. menunjang kegiatan SDIDTK di Puskesmas dan
Sumber daya manusia yang kurang mampu, Posyandu di Kota Padang belum lengkap, akan tetapi
kurang cakap dan tidak terampil, salah satunya sudah memiliki ruangan khusus dan peralatan untuk
mengakibatkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan memberikan pelayanan SDIDTK, namun masih ada
secara optimal dengan cepat dan tepat pada beberapa kendala seperti masih ditemukan nya
waktunya. Program SDIDTK tentunya akan dapat timbangan untuk bayi dan balita yang belum sesuai
berjalan dengan baik apabila mempunyai SDM dalam dengan standar yang telah ditetapkan.
hal ini petugas kesehatan yang kompeten. Pelatihan
dan pengembangan SDM adalah suatu siklus yang Komponen Proses
harus terjadi secara terus menerus untuk Perencanaan kegiatan yang akan dilakukan
mengantisipasi perubahan di luar organisasi untuk pelaksanaan SDIDTK balita dengan penyuluhan
tersebut.22 dan memberikan pengarahan kepada kelas ibu balita
Menurut peneliti, kompetensi petugas sangat secara perorangan dan penyuluhan kelompok.
diperlukan dalam penyelenggaraan program SDIDTK Penyuluhan dan konseling dilakukan pada ibu balita

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 155

yang datang berobat ke Puskesmas,serta penyuluhan mengenai program SDIDTK. Oleh karena itu perlu
kelompok dilakukan saat di Posyandu dan sekolah ditingkatkan lagi penyuluhan dan kinerja petugas
TK/PAUD. kesehatan yang ada di Puskesmas Andalas dan
Lokakarya mini terdiri dari lokakarya bulanan Puskesmas Air Dingin.
yang dihadiri oleh pimpinan, kepala tata usaha dan
lintas program dan lokakarya mini triwulan yang SIMPULAN
dilaksanakan sekali 3 bulan bersama lintas program Kebijakan, petunjuk teknis dan pedoman sudah
dan lintas sektor. ada, tetapi belum mencukupi. Sumber daya manusia
Pengorganisasian SDIDTK pada balita sebagai pelaksanaan masih belum memenuhi standar.
harusnya mempunyai uraian tugas untuk setiap Pembiayaan untuk pelaksanaan sudah ada dalam
petugas yang terlibat dalam program pelaksanaaan anggaran. Ketersediaaan sarana dan prasarana belum
SDIDTK balita yang di sampaikan oleh Kepala cukup memadai terutama timbangan untuk bayi.
Puskesmas melalui surat tugas beserta uruain Rencana kerja atau perencanaan sudah ada,
tugasnya. lokakarya mini sudah teratur dilaksanakan.
Pelayanan SDIDTK ini belum dapat dilakukan Pengorganisasian sudah ada, Pelaksanaan
sepenuhnya, mengingat belum adanya jadwal khusus pelayan masih ada yang melaksanakan tidak sesuai
yang ditetapkan di Puskesmas maupun posyandu, dengan buku pedoman yang ada. Pengawasan dan
kemudian tenaga yang terbatas, membutuhkan waktu pengendalian program SDIDTK melalui supervisi dan
yang lama, belum adanya koordinasi dengan pihak- evaluasi masih kurang maksimal. Pencatatan dan
pihak yang terkait. pelaporan belum berjalan dengan baik.
Pengawasan dari evaluasi program SDIDTK di
Puskesmas Kota Padang dievaluasi dan dibicarakan SARAN
pada waktu Lokakarya Mini (Lokmin) di Puskesmas,
Meningkatkan sosialisasi pelayanan SDIDTK
kemudian untuk evaluasi program SDIDTK balita
kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki
dicatat di dalam buku registrasi kohort menjelang akhir
balita dengan memberikan penyuluhan manfaat dari
tahun/tiap kali ada pemeriksaan. Pemegang program
SDIDTK.
juga melaporkan hasil evaluasi ke DKK Padang tiap
.
bulannya.
Pencatatan dan pelaporan terkait program
UCAPAN TERIMA KASIH
SDIDTK dilakukan rutin setiap akhir bulan secara
Terima kasih dan penghargaan peneliti
berjenjang yaitu dari bidan pelaksana ke pemegang
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
program ke Puskesmas, dan dari Puskesmas ke
dalam penyelesaian penelitian ini.
tingkat Dinas Kesehatan Kota Padang.

DAFTAR PUSTAKA
Komponen Output
1. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Denpasar :
Rendahnya pelaksnaan program SDIDTK di
EGC; 2013.hlm.80-2.
Puskesmas Andalas dan Puskesmas Air Dingin,
2. Sudjatmiko. Pentingnya Stimulasi dini untuk
dipengaruhi beberapa faktor antara lain, kurangnya
merangsang perkembangan bayi dan balita
peran orang tua yang memiliki balita untuk melakukan
terutama pada bayi beresiko tinggi. Sari Pediatri.
pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan
2006;8(3):164-73.
balitanya ke petugas kesehatan/pelayanan kesehatan,
3. Indiarti. A to Z the golden age. Yogyakarta: CV.
kerena masih rendahnya pemahaman orang tua
Andi; 2008.hlm.50-5.
mengenai program SDIDTK balita, wilayah kerja yang
4. Maryunani A. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Info
luas, inovasi petugas yang kurang, dan kurangnya
Media; 2015.hlm.12-4.
sosialisasi petugas kesehatan yang turun ke lapangan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(4)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 156

5. Hurlock EB. Psikologi perkembangan: suatu 14. Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang. Laporan
perkembangan sepanjang rentan kehidupan. Tahunan SDIDTK Kota Padang. Padang: DKK;
Jakarta: Erlangga; 2009.hlm.120-2. 2018.
6. Nursalam. Asuhan neonatus bayi dan balita untuk 15. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat.
perawat dan bidan. Jakarta: Salemba Medika: Laporan tahunan SDIDTK Sumatera Barat.
2005.hlm.75-80. Padang: Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
7. Salwanida F. Merencanakan Kecerdasan dan Barat; 2018.
karakter anak sejak dalam kandungan. Jogjakarta : 16. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif
Katahati; 2010.hlm.70-3. dan R & D. Bandung: Afabeta; 2016.hlm.120-5.
8. Hidayat N. Hubungan tingkat pemahaman 17. Moleong. Metodologi penelitian kualitatif. Edisi
pendidikan anak usia dini dengan tingkat Revisi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya;
kesesuaian penggunaan metode pendidikan anak 2012.hlm.80.
pada pendidik wanita di Bantul Yogyakarta. Jurnal 18. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Pusat Studi Wanita. 2009;XIII(2):53. Republik Indonesia nomor 43 tahun 2016. Jakarta:
9. Kemenkes RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, Kemenkes RI; 2016.
deteksi dan intervensi tumbuh kembang anak di 19. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Republik Indonesia nomor 66 tahun 2014 tentang
Kementerian Kesehatan RI; 2016. pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan
10. Santrock JW. Child development (terjemahan). gangguan tumbuh kembang anak. Jakarta:
Edisi ke-7. Jakarta: Airlangga; 2007.hlm.50-60. Kemenkes RI; 2014.
11. Kemenkes RI. Pedoman pelaksanaan stimulasi, 20. Indiahono. Kebijakan publik berbasis dynamic
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak policy analisys. Yogyakarta: Gava Media;
di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: 2009.hlm.50.
Kemenkes RI; 2014. 21. Bustami. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan &
12. Soedjatmiko. Peranan taman penitipan anak dalam akseptabilitas. Padang: Erlangga; 2011.hlm.45.
upaya pembinaan tumbuh kembang anak. Jakarta: 22. Notoatmodjo. Promosi kesehatan dan ilmu
Sagung Seto; 2008.hlm.80. perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.hlm.50.
13. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI 23. Khairunnnisa. Faktor predisposisi bidan dalam
nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan pelaksanaan program stimulasi deteksi dini dan
penyelenggaraan praktik bidan. Jakarta: intervensi tumbuh kembang (SDIDTK). JSK. 2018;
Kemenkes RI; 2017. 3(4):10.
24. Munijaya. Manajemen kesehatan, kedokteran.
Jakarta: EGC; 2013.hlm.25.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(4)

Anda mungkin juga menyukai