Anda di halaman 1dari 9

KONSEP ASKEP

1. Pengkajian

1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan

Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.

2. Pola nutrisi – Metabolik

Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani post
kolostomi, Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari
anestesi.

3. Pola Eliminasi

Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari
bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani
tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi
(Whaley & Wong,1996).

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.

5. Pola Persepsi Kognitif

Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan
ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

6. Pola Tidur dan Istirahat

Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.

7. Konsep Diri dan Persepsi Diri


Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Terjadi perilaku
distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi (Doenges,1993).

8. Peran dan Pola Hubungan

Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola
biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
(Doenges,1993).

9. Pola Reproduktif dan Sexual

Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi (Doenges,1993).

10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah (Doenges,1993).

11. Pola Keyakinan dan Nilai

Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan
konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi
dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).

2. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak merah, usus
melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus
tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam
setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996).

3. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah
3. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
perawatan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia

4. Intervensi
1. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.

Kriteria hasil:

1. Penurunan distensi abdomen.

2. Meningkatnya kenyamanan

Intervensi :

1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order

2.  Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam

3.  Ukur lingkar abdomen

4.   Berikan posisi yang nyaman pada pasien

Rasional :

1. Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.


2. Meyakinkan berfungsinya usus
3. Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi
4. Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa nyeri karna konstipasi.

2.Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah


Kriteria hasil :

1. Turgor kulit baik

2. Membrane mukosa lembab

Intervensi :

1.      Monitor intake – output cairan

2.      Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV


3.      Pantau TTV

4.      Ukur dan catat BB klien

5.      Berikan cairan sedikit tapi sering

6.      Berikan perawatan mulut dan bibir dengan sering

7.      Observasi membrane mukosa dan turgor kulit

8.      Jelaskan agar menghindar makanan yang berbau dan merangsang mual.

Rasional :

1.      Dapat mengidentifikasi status cairan klien


2.      Mencegah dehidrasi

3.      Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi


4.      Peningkatan BB indicator adanya kelebihan cairan dalam tubuh
5.      Untuk meminimalkan kehilangan cairan
6.      Meminimalkan terjadinya luka pada mukosa mulut da bibir
7.      Perubahan dari normal tanda tersebut indikasi tidak adekuatnya sirkulasi perifer dan
dehidrasi seluler
8.      Menghindari adanya pengeluaran cairan peroral atau muntah

3.Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
perawatan.

Kriteria hasil : Klien tidak lemas

Intervensi :

1.      Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi
saluran pencernaan normal.Gunakan alay, media dan gambar

2.      Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua

3.      Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi

4.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab
dengan jujur.
Rasional :

1. Agar orang tua mengerti kondisi klien

2. Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan

3. Membantu mengurangi kecemasan klien

4. Informasi akurat dapat menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan.

4.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi
Kriteria hasil :

1. Keadaan umum klien baik


2. Kulit kembali normal
Intervensi :

1.        Kaji kulit tiap hari, catat warna,turgor,sirkulasi dan sensasi.


2.        Pertahankan instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kulit da mengeringkan
nya dengan hati-hati.
3.        Dorong klien untuk ambulasi / turun dari tempat tidur jika memungkinkan.
4.        Ubah posisi secara teratur dang anti sprei sesuai kebutuhan.
5.        Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut steril.
6.        Berikan matras atau tempat tidur busa .

Rasional :

1.        Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan
melakukan intervensi.
2.        Mempertahankan kebersihan karena kulit yang rapuh dapat menjadi barier infeksi.
3.        Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat lama ditempat tidur.
4.        Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah kejaringan dan
meningkatkan proses penyembuhan.
5.        Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan.
6.        Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan dan lesi.
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia

Kriteria hasil :

1. Nafsu makan meningkat


2. Mual muntah (-)
3. Klien tidak lemah
Intervensi :

1. Kaji/catat pemasukan diet.


2  Berikan makanan sedikit tapi sering.
3. Timbang BB tiap hari bila memungkinkan.
Kolaborasi:
4.  Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, albumin, serum, transferin, natrium dan
kalium.
5.  Konsul dengan ahli gizi/tim pendukung nutrisi.
6.  Berikan kalori tinggi, diet rendah/sedang protein.

Rasional :

1.      Membantu dalam mengidentifikasi defisiensidari kebutuhan diet. Kondisi fisik umum,
gejala uremik (mual, anoreksia, gangguan rasa) dan pembatasan diet multipel mempengaruhi
pemasukan makanan.
2.      Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunkan
peristaltik.
3.      Pasien puasa/katabolik akan secara normal kehilangan 0,2-0,5 kg/hari. Perubahan
kelebihan 0,5 kg dapat menunjukan perpindahan keseimbangan cairan.
4.      Menurunkan distensi dan iritasi gaster
5.      Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan dan mengidentifikasi
rute paling efektif dan produknya, contoh tambahan oral, makanan selang, hiperalimentasi.
6.      Jumlah protein eksogen yang dibutuhkan kurang dari normal kecuali pada pasien dialisis.
Karbohidrat memnuhi kebutuhan energi dan memenuhi jaringan katabolisme, mencegah
pembentukan asam keton dari oksidasi protein dan lemak.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Importa anus (atresia ani)  adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus
(anus) atau tertutupnya anus secara abnormal (suriadi 2006).
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus,
rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
     Atresiaani Terdiri dari empat klasifikasi. Adapaun penatalaksanaan medik yang
dilaksanankan adalah dengan melakukan tindakan pembedahan dan pengobatan. Dengan
pemeriksaan penunjangPemeriksaan rectal digital dan visual  sinyal X lateral infeksi (teknik
wangensteen-rice) ,Pemeriksaan , Ultrasound dan Pemeriksaan radiologis.
3.2 Saran
Agar bisa melakukan asuhan keperawatan profesional pada kasus atresia ani. Sudah sepantasnya
rekan-rekan mahasiswa terlebih dahulu memahami pengertian, tanda dan gejala hingga
penatalaksanaan pada kasus atresia ani. Selain itu agar mampu memberikan aplikasi di pelayanan
keperawatan mahasiswa harus memahami penatalaksanaan dari masing-masing kasus stresia ani.
Pemahaman tentang sebuah kasus akan sangat membantu mahasiswa dalam pengembangan ilmu
keperawatan di masa yang akan datang 
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC.

Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ovedoff, David. 2009. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Binarupa Aksara.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai