Anda di halaman 1dari 24

ATRESIA ANI

Oleh : 1. Khoiriyah Dwi agustin


2. Yulia Puspitasari
TEORI
ATRESIA 01
ANI
ATRESIA ANI
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun
tidak berhubungan langsung dengan rektum. (Purwanto, 2001)
ETIOLOGOGI

01 02 03 04
Kelainan bawaan Berkaitan dengan
Putusnya saluran Gangguan organogenesis sindrom down
pencernaan di atas dalam kandungan.
dengan daerah dubur
KLASIFIKASI ATRESIA
ANI
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga
letak:

● Tinggi (supralevator) :rektum berakhir di atas M.


levator ani (M. puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu
rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator
biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran
genital.

● Intermediate :rektum terletak pada M. levator ani tetapi


tidak menembusnya.

● Rendah :rektum berakhir di bawah M. levator ani


sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional.
Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian
belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinaria dan struktur
anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi
atresia ani karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7
dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan
dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus
besar yang keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
intestinal mengalami obstruksi.
MANIFESTASI KLINIS
■ Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

■ Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

■ Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.

■ Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula).

■ Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

■ Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.

■ Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)


KOMPLIKASI
Menurut Betz dan Sowden (2009), komplikasi pada atresia ani antara lain:
1. Asidosis hiperkloremik
2. Infeksi saluran kemih yang terus-menerus
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
4. Komplikasi jangka panjang
a. Eversi mukosa anus
b. Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
c. Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
d. Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan toilet training
e. Inkontinensia (akibat stinosis anal atau inpaksi)
f. Prolaps mukosa anorektal (penyebab inkontinensia)
g. Fistula kambuhan
PENATALAKSANAAN
1. Preventif Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012),
Menurut Nurhayati (2009), bagi penyidap kelainan tipe I dengan stenosis
penatalaksanaan preventif yaitu: yang ringan dan tidak mengalami kesulitan
(a) diberikan nasihat pada ibu hamil bahwa mengeluarkan tinja tidak membutuhkan
selama hamil muda untuk berhati-hati atau penanganan apapun. Sementara pada
menghindari obat-obatan, makanan yang stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi
diawetkan dan alkohol karena dapat setiap hari dengan karakter uretra, dilatasi
menyebabkan atresia ani; Hegar, atau speculum hidung berukuran
(b) pemeriksaan kecil.
lubang dubur/anus bayi pada saat lahir
2. Pasca Bayi
sangat penting dilakukan sebagai diagnosis
awal adanya atresia ani. Lahir
ASUHAN
KEPERAWAT 02
AN
Pengkajian

1. Identitas Pasien

2. Riwayat Sakit

Terdahulu & Sekarang

3. Pola Fungsi Kesehatan

4. Pemeriksaan Fisik
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif

 Ibu klien mengatakan anaknya  Perut klien kembung


muntah-muntah pada umur 24-48  Tidak terdapat lubang anus/salah
jam kelahiran letak pada klien
 Ibu klien mengatakan anaknya tidak  Terdapat feses yang keluar bersama
mengeluarkan mekonium melalui urin
lubang anus
 
Analisis Data
Data Masalah Etiologi
DS: Ketidakseimbangan nutrisi Kegagalan intake makanan
Ibu klien mengatakan bahwa ananknya sering muntah kurang dari kebutuhan (ASI)
DO: tubuh
Anak menangis, mual, perut kembung, menolak pemberian ASI
DO : Gangguan eliminasi urine Feses masuk ke uretra
Feses keluar bersamaan dengan urine (dysuria)
DS : Cemas orang tua Kurangnya pengetahuan
Ibu klien mengatakan bahwa dirinya bingung melihat kondisi sang anak terkait penyakit anak
DO: Kerusakan Integritas Kulit Pemasangan Kolostomi
Terpasang kolostomi pada klien
DS: Nyeri akut Trauma jaringan
Ibu klien mengatakan bahwa anak menangis
DO:
Klien terlihat lemas dan tidak nyaman
DO: Inkontinensia defekasi Abnormalitas sfingter rektal
BAB klien tidak terkontrol sebagaimana normalnya
DS: Resiko Infeksi Trauma jaringan post operasi
Ibu klien mengatakan bahwa luka pada anaknya memerah dan seperti terjadi peradangan
DO:
Ada tanda-tanda radang pada daerah post operasi antara lain: rubor, dolor, calor, tumor
Pasien terlihat tidak nyaman
Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa pre operasi
○ Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
○ Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah.
○ Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.

2. Diagnosa Post Operasi


○ Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan.
○ Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
○ Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.
○ Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
Perencanaan
Diagnosa Pre Operasi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1.
Konstipasi b/d Setelah dilakukan 1. Lakukan enema atau 1. Evaluasi bowel
ganglion tindakan keperawatan irigasi rectal sesuai meningkatkan
selama 1x 24 jam Klien order kenyaman pada anak
mampu 2. Kaji bising usus dan 2. Meyakinkan
mempertahankan pola abdomen setiap 4 jam berfungsinya usus
eliminasi BAB dengan 3. Ukur lingkar  

teratur abdomen 3. Pengukuran lingkar

KH : Penurunan abdomen membantu

distensi abdomen, mndeteksi trjadinya

meningkatnya distensi
kenyamanan
2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake – output 1. Dapat mengidentifikasi
volume cairan b/d keperawatan selama 1x 24 cairan status cairan klien
menurunnya intake, jam Klien dapat   2. Mencegah dehidrasi
muntah mempertahankan 2. Lakukan pemasangan infus  
dan berikan cairan IV  
keseimbangan cairan
3. Observasi TTV
KH: Output urin 1-2 3. Mengetahui kehilangan
 
ml/kg/jam, capill ary refill 3-5   cairan melalui suhu tubuh
detik, trgor kulit baik,  
yang tinggi
membrane 4. Mengetahui tanda- tanda
mukosa lembab 4. Monitor status hidrasi
dehidrasi
(kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat,
      takanan darah ortostatik)  
3. Cemas orang tua b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan dg istilah yg 1. Agar orang tua mengerti
kurang pengetahuan keperawatan selama 1x 24 jam dimengerti tentang anatomi kondisi klien
tentang penyakit dan Kecemasan orang tua dapat dan fisiologi saluran
prosedur perawatan berkurang pencernaan normal.
KH: Klien tidak lemas 2. Gunakan alat, media dan 2. Pengetahuan tersebut
gambar Beri jadwal studi diharapkan dapat membantu
diagnosa pada orang tua menurunkan kecemasan
3. Beri informasi pada orang 3. Membantu mengurangi
tua tentang operasi kecemasan klien
kolostomi
Perencanaan
Diagnosa Post Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Hindari kerutan pada 1. Mencegah perlukaan
integritas kulit keperawatan selama 1 x 24 tempat tidur pada kulit
b/d kolostomi. jam diharapkan integritas kulit   2. Menjaga ketahanan
dapat dikontrol. 2. Jaga kebersihan kulit kulit
KH : - temperatur jaringan agar tetap bersih dan  

dalam batas normal, sensasi kering 3. Mengetahui adanya

dalam batas normal, 3. Monitor kulit akan adanya tanda kerusakan jaringan

elastisitas kemerahan kulit


dalam batas normal,   4. Menjaga

4. Oleskan kelembaban kulit

lotion/baby oil pada


daerah yang
2. Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. mengetahui tanda
prosedur keperawatan selama 1 x 24 jam infeksi sistemik dan lokal infeksi lebih dini
pembedaha n diharapkan klien bebas dari 2. Batasi pengunjung 2. menghindari kontaminasi
 
tanda- tanda infeksi   dari pengunjung
KH : bebas dari tanda dan   3. mencegah penyebab
gejala infeksi 3. Pertahankan teknik infeks
cairan asepsis pada klien yang
4. mengetahui kebersihan luka
beresiko
dan tanda infeksi
4. Inspeksi kondisi luka/insisi
5. Gejala infeksi dapat di
bedah
deteksi lebih dini
5. Ajarkan keluarga klien 6. Gejala infeksi dapat
tentang tanda dan gejala infeksi segera teratasi
6. Laporkan kecurigaan
infeksi
Implementasi
Diagnosa Pre Operasasi
Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD
    Konstipasi b/d 1. Enema atau irigasi rectal sesuai order  

ganglion 2. Mengauskultasi bising usus dan abdomen


3. Mengukur lingkar abdomen
    Resiko kekurangan 1. Memonitor intake – output cairan  

volume cairan b/d 2. Memasang infus


menurunnya 3. Mengobservasi TTV
intake, muntah
4. Memonitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi
adekuat, takanan darah ortostatik)
    Cemas orang tua b/d 1. Menjelaskan dengan istilah yg dimengerti  

kurang pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi saluran


tentang penyakit dan pencernaan normal.
prosedur perawatan 2. Menggunakan alat, media dan gambar
3. Memberi jadwal studi diagnosa pada orang tua
4. Memberi informasi pada orang
tua tentang operasi kolostomi
Implementasi
Diagnosa Post Operasi
Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD
    Gangguan integritas 1. Menghindarkan kerutan pada tempat tidur  

kulit b/d kolostomi. 2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih


dan kering
3. Memonitor kulit akan adanya kemerahan
4. Mengoleskan lotion/baby oil pada

daerah yang tertekan


      5. Memonitor status nutrisi klien  
    Resiko infeksi b/d 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi  

prosedur sistemik dan lokal


pembedahan 2. Membatasi pengunjung

3. Mempertahankan teknik cairan asepsis pada


klien yang beresiko
4. Menginspeksi kondisi luka/insisi bedah
5. Mengajarkan keluarga klien tentang tanda dan
gejala infeksi
6. Melaporkan kecurigaan infeksi
Evaluasi Keperawatan
1. Diagnosa Pre Operasi
Tanggal Jam Diagnosa Evaluasi TTD
    Konstipasi b/d S : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi  

ganglion BAB dengan teratur O : distensi abdomen


menurun
A : Diagnosa keperawatan konstipasi teratasi
P : Intervensi dihentikan
    Resiko kekurangan S : Klien dapat mempertahankan  

volume cairan b/d keseimbangan cairan


menurunnya intake, O : Output urin 1-2 ml/kg/jam, capillary refill
muntah 3-5
detik, turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab
A : Diagnosa keperawatan Resiko kekurangan
volume cairan teratasi
P : Intervensi dihentikan
    Cemas orang S : orang tua mengatakan sudah  
    tua b/d kurang tidak cemas  
pengetahuan O : klien tidak lemas
tentang penyakit dan A : Diagnosa Keperawatan Cemas orang tua
prosedur Teratasi
perawatan P : Intervensi dihentikan
Evaluasi
2. Diagnosa Post Operasi
Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD
    Gangguan S : integritas kulit klien dapat terkontrol  

integritas kulit b/d O : Temperatur jaringan dalam batas normal,


kolostomi. sensasi dalam batas normal, elastisitas dalam
batas normal, hidrasi dalam batas normal,
pigmentasi dalam batas normal, perfusi jaringan
baik.
A : Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit teratasi P :
Intervensi dihentikan

    Resiko infeksi b/d S : Klien sudah tidak mengalami infeksi  

prosedur O : tanda gejala infeksi tidak ada A : Diagnosa


pembedahan Keperawatan Resiko infeksi teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai