Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

ATRESIA ANI (ANUS IMPERFORATA)

OLEK KELOMPOK IV
Definisi

Atresia Ani berasal dari dari


bahasa Yunani, artinya tidak ada,
atresia artinya nutrisi atau makanan.
Dalam istilah kedokteran atresia itu
sendiri adalah keadaan tidak adanya
atau tertutupnya lubang badan
normal atau organ tubuler secara
kongenital disebut juga clausura.
Etiologi
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas
dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya
perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus
urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke
empat sampai keenam usia kehamilan.
Patofisiologi

• Kelainan ini terjadi karena kegagalan


pembentukan septum urorektal secara
komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi atau pembentukan
anus dari tonjolan embrionik
• Putusnya saluran pencernaan dari atas
dengan daerah dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
• Gangguan organogenesis dalam
kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan
saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu atau tiga bulan
• Berkaitan dengan sindrom down
• Atresia ani adalah suatu kelainan
bawaan
Tanda dan gejala

• Mekonium tidak keluar dalam waktu 24-48


jam setelah lahir
• Tinja keluar dari vagina atau uretra
• Perut menggembung
• Muntah
• Tidak bisa buang air besar
• Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya
fistula
• Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan
distensi perut, muntah, gangguan cairan
elektrolit dan asam basa.
Pemeriksaan
Diagnostik/Penunjang
– Pemriksaan fisual
– Pemerikasaan secara umum
– Pemeriksaan urin untuk mengetahui
mekonium
– Pemeriksaan RO / x- ray :
– Pemeriksaan fisik rectum,kepatenan
rectal,dan dapat dilakukan colok dubur
dengan menggunakn selang /jari
– Pemeriksaan ct scan untuk menentukan
lesi
– Sosnografi
Komplikasi

Dapat terjadi obstruksi saluran instestinal.


Penatalaksanaan dan Pengobatan

• Penanganan secara preventif antara lain:

– Kepada ibu hamil hingga kandungan


menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati
terhadap obat-obatan, makanan awetan dan
alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani.
– Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir
karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari
tidak diketahui mengidap atresia ani karena
hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan
tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
– Pengaturan diet yang baik dan pemberian
laktulosa untuk menghindari konstipasi
Lanjutan

Rehabilitasi dan Pengobatan :


• Melakukan pemeriksaan colok dubur
• Melakukan pemeriksaan radiologik
• Melakukan tindakan kolostomi neonatus
• Melakukan operasi anapelasti perineum
Asuhan Keperawatan

Pengkajian

• Lakukan pengajian fisik


• Kaji pemahaman anak tentang
rencana pengobatan dan apa yang
akan terjadi pada pasca operasi
• Kaji adanya bukti infeksi pada anak
• Tinjau ulang hasil tes lab untuk
temuan abnormal
Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan prosedur bedah ,
anestesi
Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan
insisi bedah
Diagnosa 3 : Resiko tinggi Cedera
berhubungan dengan ketidakmampuan
mengevakuasi rectum,pembedahan
Diagnosa 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan
Intervensi
Diagnosa 1 : Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan prosedur bedah , anestesi

• Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat dengan


kewaspadaan universal lain, terutama bila terdapat
drainase luka
• Lakukan perawatan luka dengan hati-hati untuk
meminimalkan resiko infeksi
• Jaga agar luka bersih dan balutan utuh
• Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban
penyembuhan luka (mis,balutan hidrokoloid)
• Ganti balutan bila diindikasikan, jika kotor, buang
balutan yang kotor dengan hati-hati
Lanjutan intervensi 1

• Lakukan perawatan luka khusus sesuai dengan


ketentuan
• Bersihkan dengan preparat yang ditentukan
• Berikan larutan antimicrobial dan/atau salep
sesuai instruksi untuk mencegah infeksi
• Laporkan adanya tampilan tak umum atau
drainase untuk deteksi dini adanya infeksi
• Ambulansi sesuai ketentuan untuk menurunkan
komplikasi yang berhubungan dengan imobilitas
Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan
insisi bedah
• Jangan menunggu sampai anak mengalami
nyeri hebat untuk intervensi untuk mencegah
terjadinya nyeri
• Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika
diperlukan
• Lakukan aktivitas dan prosedur keperawatan
(mis:mengganti balutan, napas dalam,
ambulansi) setelah analgesia
• Berikan analgesic sesuai ketentuan untuk
nyeri
Diagnosa 3 : Resiko tinggi Cedera berhubungan dengan
ketidakmampuan mengevakuasi rectum,pembedahan

No Intervesi Rasional
1 Hindari mengukur suhu rectal pada 1.Mencegah trauma
masa praoperasi dan pasca operasi rectal
Pertahankan penghisapan nasogatrik
2. bila diimplementasikan 2.untuk dekompresi
Observasi pola defekasi abdomen
3.
3.Mendeteksi pola
Beri posisi miring pada bayi dengan normal atau
4. panggul ditinggikan atau telentang abnormalitas
dengan kaki disokong pada sudut
900 4.Mencegah
tekanan pada
Diagnosa 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan

No Intevensi Rasional
1. Pantau cairan intravena sesuai 1.Mempertahankan
kebutuhan hidrasi pada saat
puasa

2. Beri formula atau diet sesuai 2. Memenuhi


program kebutuhan nutrisi
klien

3. Kolaborasi pemberian nutrisi 3.Mengistirahatkan


parenteral sesuai indikasi kerja
gastrointestinal dan
mengatasi/mencega
h kekurangan
nutrisi lebih lanjut
Thank for youer attention

Auf wiedersehn

Anda mungkin juga menyukai