Anda di halaman 1dari 7

http://khaidirmuhaj.

tk

ASKEP KANKER ESOFAGUS

A. KANKER ESOFAGUS
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan
makanan dari rongga mulut ke lambung.
Di amerika Serikat karsinoma esofagus terjadi dua kali lebih sering pada
pria dari pada wanita, lebih sering terjadi pada kulit hitam dari pada kulit putih,
biasanya terjadi pada usia lima puluhan dan mempunyai inssiden yang lebih tinggi di
bagian lain negara di dunia (Cina dan Iran utara).
Faktor-faktor risiko termasuk iritasi kronis, penggunaan alkohol dan
tembakau. Di bagian lain negara di dunia terdapat keterkaitan dengan penggunaan
pipa opium, makanan yang berasa pedas, dan defisiensi nutrisi, terutama kurang
buah-buahan dan sayuran.
 Manifestasi Klinis
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika
pasien mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai
dengan lesi ulsertiva esofagus tahap lanjut.
1. Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan.
2. Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.
3. Nyeri atau begah substernal; regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan
bau nafas dan akhirnya cegukan.
4. Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat badan dan kekuatan secara
progresif akibat kelaparan.
 Evaluasi Diagnostik
1. Diagnosa diperkuat pada 95% kasus dengan esofago gastro duodenoskopi
(EGD) dengan biopsi dan hapusan.
2. Pemerisaan lain: bronkoskopi, mediastinoskopi.
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada
sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena
dan untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat.

1
http://khaidirmuhaj.tk

Mediastinoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker telah


menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.
 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker esofagus mungkin diarahkan untuk
penyembuhan jika ditemukan pada tahap dini, kanker ini sering ditemukan pada
tahap lanjut, membuat paliasi tujuan dari terapi. Karena metode penobatan ideal
dari kanker esofagus belum lagi ditemukan, masing-masing pasien diobati dengan
cara yang terbaik untuk individu tersebut.
1. Pembedahan, radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari modalitas ini.
2. Pengobatan paliatif dilakukan untuk mempertahankan patensi esofagus;
dilatasi esofagus, terapi laser, radiasi, dan kemoterapi.
3. Esofagektomi merupakan penatalaksanaan pembedahan standar, membawa
angka kematian yang relatif tinggi akibat infeksi. Komplikasi paru, atau
kebocoran melalui anastomosis.
 Intervensi Keperawatan
1. Meningkatkan kondisi fisik dan nutrisi dalam persiapan pembedahan, terapi
radiasi, atau kemoterapi.
2. Program peningkatan berat badan berdasarkan pada diet tinggi kalori dan
tinggi protein dalam bentuk cair atau lunak.
3. Ajarkan tentang sifat dari peralatan pasca-operatif yang akan digunakan,
misal, drainase dadapenghisapan nasogastrik, terapi cairan parenteral, dan
intubasi lambung.
4. Baringkan pasien dalam posisi semi-fowler, dan kemudian posisi fowler
setelah standar dari anestesia untuk mencegah refluks sekresi lambung.
5. Amati dengan cermat terhadap regugitsi, dispnea, dan pneumonia aspirasi.
6. Amati terhadap aspirasi pasca-operatif; pantau suhu tubuh.
7. Jika dilakukan penanduran, periksa terhadap viabilitas tandur setiap jam
selama 12 jam pertama.
8. Kaji tandur terhadap warna dan adanya denyutan (dengan doppler).

2
http://khaidirmuhaj.tk

9. Jika dipasang endoprostesis atau dilakukan anastomosis, tandai selang


nasogastrik terhadap posisi segera setelah operasi dan beri tahu dokter jika
terjadi perubahan tempat.
10. Berikan sedikit hisapan air, kemudian berikan makanan sedikitbila pemberian
makanan sudah dimulai; libatkan keluarga.
11. Berikan antasida untuk distres lambung; suplemen pengganti cairan mungkin
lebih mudah ditoleransi.
12. Hentikan pemberian cairan parenteral jika masukan makanan telah
mencukupi.
13. Pertahankan posisi pasien tegak selama sedikitnya 2 jam setelah makan untuk
membantu gerakan makanan.
14. Jika pasien mengalirkan saliva, letakkan sehelai kasa wick-type di sudut mulut
untuk mengarahkan sekresi kebalutan atau basin emesis.
15. Kaji terhadap aspirasi saliva ke dalam cabang trakeobronkial (bahaya
pneumonia).
 Proses Keperawatan
Pengkajian
- Menanyakan tentang nafsu makan pasien.
- Apakah ada nyeri saat menelan.
- Apakah perubahan posisi mempengaruhi ketidaknyamanan.
- Adakah gejala lain yang terjadi secara reguler, seperti regurgitasi, regurgitasi
nokturnal, eruktasi (kembung), nyeri ulu hati, tekanan substernal.
- Adakah sensasi makanan menyangkut di tenggorok.
- Adakah perasaan penuh setelah makan makanan dalam jumlah sedikit.
- Adakah perasaan mual, muntah, atau penurunan berat badan.
- Apakah gejala menigkat berhubungan dengan psikis.
- Faktor penghilang atau pemberat; posisi, kembung, muntah dan lain-lain.
- Riwayat penyakit masa lalu atau sekarang; infeksi, iritan kimia, mekanik,
fisik, alkohol, tembakau, jumlah asupan makanan setiap hari.

3
http://khaidirmuhaj.tk

 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


1. Perubahan nutisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan.
Intervensi:
- Mendorong masukan nutrisi yang adekuat.
- Pasien dianjurkan untuk makan sedikit demi sedikit tapi sering (empat
sampai enam kali sehari).
- Timbang berat badan setiap hari.
- Berikan makanan kesukaan pasien .
- Menyiapkan makanan dengan cara khusus, misal: makanan blender, diet
lunak.
2. Nyeri berhubungan dengan kesulitan menelan, mencerna agen abrasif, tumor,
atau episode refluks lambung yang sering.
Intervensi:
- Hindari makanan dan minuman yang sangat panas dan dingin serta pedas
karena akan merangsang spasme esofagus dan meningkatkan sekresi asam
hidroklorida.
- Pasien dianjurkan untuk menghindari adanya aktifitas yang meregangkan
area torakal.
- Hindari makan sebelum waktu tidur.
- Antagonis histamin diberikan sesuai program untuk menurunkan iritasi
asam lambung.
3. Kurang pengetahuan tentang gangguan esofagus, studi diagnostik,
penatalaksanaan medis, intervensi bedah dan rehabilitasi.
Intervensi:
- Pasien disiapkan secara fisik dan psikologis untuk tes dignostik,
pengobatan, dan kemungkinan tindakan pembedahan.
- Kondisi esofagus kronis memerlukan pendekatan individual untuk
penatalaksanaan perawatan
- Jadwal obat-obatan disesuaikan dengan aktifitas harian pasien.

4
http://khaidirmuhaj.tk

Perawatan pascaoperasi
Perawatan kesehatan pascaoperasi dirumah berfokus pada dukungan
nutrisi, penatalaksanaan nyeri dan fungsi pernafasan. Beberapa pasien pulang dari
rumah sakit dengan pemberian makan dengan cara selang gastrostomi atau
jejunostomi, atau nutrisi parenteral total.
Pasien dan keluarga perlu instruksi khusus tentang penatalaksanaan
perawatan dan tindakan. Kunjungan perawatan di rumah oleh perawat mungkin
perlu untuk menjamin bahwa pasien makan dengan baik dan keluarga mampu
memberikan perawatan yang di perlukan.
Kondisi darurat esofagus (perforasi, luka bakar kimiawi) biasanya terjadi
di rumah atau jauh dari bantuan kesehatan dan memerlukan perawatan medikal
darurat. Pasien diobati untuk shock dan distress pernafasan dan dibawa secepat
mungkin ke fasilitas medis. Benda asing dalam esofagus tidak termasuk dalam
situasi yang mengancam hidup kecuali terjadi tekanan yang berlebihan pada
trakea, mengakibatkan dyspneu atau mempengaruhi pernafasan.
 Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1. Mencapai asupan nutrisi yang adekuat.
a. Makan sedikit dan sering.
b. Makan sedikit disertai dengan minum air.
c. Mempertahankan berat badan yang di inginkan.
2. Bebas dari nyeri atau mampu mengontrol nyeri dalam tingkat yang dapat
ditoleransi.
a. menghindari makan banyak dan makanan pengiritasi.
b. Menggunakan obat-obatan sesuai resep.
c. Mempertahankan posisi duduk tegak setelah makan selama 1 sampai 4
jam.
d. Menyatakan bahwa terdapat sedikit sendawa dan nyeri dada.
3. Meningkatkan tingkat pengetahuan tentang kondisi esofagus, pengobatan dan
prognosis.

5
http://khaidirmuhaj.tk

a. Menyebutkan penyebab kondisi.


b. Mendiskusikan rasional untuk penatalaksanaan bedah atau medikal dan
diet atau program obat-obatan.
c. Menjelaskan program pengobatan.
d. Mempraktikkan tindakan pencegahan sehingga cedera kecelakaan dapat
dihindari.

6
http://khaidirmuhaj.tk

DAFTAR PUSTAKA

Nettina M. Sandra, 2001, “Pedoman Praktik Keperawatan”. Jakarta.


Smeltzer and Brenda, 2002,”Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”. Penerbit Buku
Kedokteran:EGC.

Anda mungkin juga menyukai