Neni Kristiani
Noni Rahayu N
Rachma Tiara P
Ririn Novianti D
Tri yanti
Yogi Gustaman
Psik reg B
kelenjar timus adalah kelenjar kecil yang
terletak di dada bagian atas di bawah tulang
dada , merupakan bagian dari sistem kekebalan
tubuh .
Fungsi nya melindungi tubuh terhadap infeksi
Mencegah pertumbuhan sel sel kangker
• Terletak di sepanjang rongga trachea di rongga
dada bagian atas.
• Di dalam mediastinum di belakang os sternum, dan di
dalam torak kira-kira setinggi bifurkasi trakea.
Warnanya kemerah-merahan dan terdiri dari 2 lobus.
• Timus membesar sewaktu pubertas dan mengacil
setelah dewasa.
• Kelenjar timus hanya dijumpai pada anak dibawah
18 tahun.
• Kelenjar ini merupakan kelenjar penimbunan hormon
somatotrof atau hormon pertumbuhan dan setelah
dewasa tidak berfungsi lagi.
• Kelenjar timus berperan dalam sistem pertahanan
tubuh dengan menghasilkan hormone Thymosin, Thymic
humoral factor, Thymic factor dan Thymopoietin.
• Dalam timus tidak terdapat pembuluh aferen dan
sinus limfe. Pembuluh eferen terutama berjalan ke
jaringan ikat interlobular.
sistem sel yang revolusioner berasal dari kelenjar timus. Kelenjar
timus adalah organ imunitas yang sentral. Timus dikenal sebagai the best
approach dalam penyembuhan berbagai penyakit berbasis terapi sel
diantaranya penyakit immun, kanker . Perkembangan limposit T dari sel induk
yang ada disumsum tulang belakang juga melalui kelenjar timus sekitar 3%
prs-tymus ke limposit akan bermigrasi ketimus sebelum melanjutkan perjalanan
ke sirkulasi darah.
setelah sel pematangan selesai , sel-sel immun ditempatkan di sistem
limpatik (kelenjar betah bning, dinding usus, limpa dan sumsum tulang). Limposit
dilepaskan ke sirkulasi darah dan akan mengenali permukaan sel-sel seorang
sebagai milik mereka.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang
seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang
mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
Infeksi Hiv Retro Virus
Pengguna Obat Intravena yang menggunakan jarum suntik
bersamaan
Senggama tidak menggunakan alat kontrasepsi
Penularan lewat plasenta
Riwayat penyakit seksual
Gaya hidup homoseksual
Transfusi darah
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
1.Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
2.Melalui darah, yaitu:
a. Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
b. Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
c. Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
3.Transmisi dari ibu ke anak :
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan, risiko penularan 50%
c. Melalui air susu ibu(ASI)14%
Panas lebih dari 1 bulan,
Batuk-batuk,
Sariawan dan nyeri menelan,
Badan menjadi kurus sekali,
Diare ,
Sesak napas,
Pembesaran kelenjar getah bening,
Kesadaran menurun,
Penurunan ketajaman penglihatan,
Bercak ungu kehitaman di kulit.
1. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis
menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan,
mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit
atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan neorologi seperti meningitis asepik,
sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa
pengobatan.
2. Masa asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala,tetapi dapat terjadi
limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela
(window period).
3. Masa gejala dini
Pada masa ini juga CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah
akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster,
leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related
Complex(ARC)
4. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini
menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan
1.Pneumonia pneumocystis (PCP)
2.Tuberculosis (TBC)
3.Esofagitis
4.Diare
5.Kanker getah bening
6.Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang
terkait dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan
kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan
mulut, kulit, dan funduskopi.
4.Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total,
antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS
yang jumlah sel T4 nya <>3 .
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
- Didanosine
- Ribavirin
- Diedoxycyti
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan
takikardia, meringis.
narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang mengurangi demam. Obat yang dikontrol pasien
Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan Lesi mulut, tenggorok dan esophagus dapat
makan.
Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam rencana
memungkinkan sarankan makanan dari rumah. Sediakan memberi perasaan control lingkungan dan
makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi
nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan kebutuhan akan makanan nonistitusional
pilihan yang disukai pasien. Dorong konsumsi makanan mungkin juga akan meningkat
membrane mukosa.
oleh pasien dan yang menggantikan nyeri untuk dikomsumsi karena lesi pada
Gatorade.
Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan Indicator tidak langsung dari status