Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MELENA

DENGAN TINDAKAN GASTROSKOPI DAN BIOPSI


DI RUANG ENDOSKOPI

NS. HENNY MARYATI TAMBUN, S.KEP


HARYATI WULANYUNI, AMK
NS. YELVI DEDI GUSWITA, S.KEP
Latar Belakang
• Di Eropa dan Amerika dalam buku Current Diagnosis & Treatment in
Gastroenterology, sebagian besar penyebab perdarahan saluran cerna atas
dalah tukak peptik. Hal itu sesuai data penelitian CURE yaitu sekitar 55%
pasien perdarahan saluran cerna atas yang disebabkan oleh tukak peptik. Ari
F. Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM Jakarta menyebutkan gastritis
refluks menempati urutan tertinggi diantara gastritis lainnya (41,21%).
Jumlah tukak lambung dan tukak duodenum pada penelitian ini hampir
sebanding. Salah satu bentuk perdarahan saluran cerna bagian atas adalah
melena. Berdasarkan data dari RS PGI CIKINI pada ruang endoscopy kasus
melena dari bulan Juli-September 2016 ada 17 orang.
• untuk mengetahui penyebab dari melena itu sendiri dapat dilakukan dengan
cara tindakan Gastroscopy. Dimana tindakan gastroscopy adalah tindakan
pengamatan secara langsung pada saluran cerna bagian atas (mulai dari
esofagus, lambung dan duodenum ) dengan memasukkan alat
gastrointestinal untuk melihat kelainan dan penyakit. Berdasarkan data dari
RS PGI Cikini unit Endoscopy pada bulan Juli hingga September 2016 telah
dilakukan tindakan Gastroscopy sebanyak 82 tindakan dengan berbagai
macam diagnosa
Melena adalah keluarnya
tinja yang lengket dan hitam
seperti aspal perdarahan
saluran pencernaan bagian
Definisi atas.
Warna merah gelap atau
hitam berasal dari konfersi
HB menjadi hematin oleh
bakteri setelah 14 jam.
(Sylvia, A Price. 2005.
Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Keperawatan.
Edisi 6. Jakarta : EGC).
Anatomi Saluran Pencernaan
PATOFISIOLOGI
• Obat- obatan (aspirin, OAINS), stres,
kortikosteroid, rokok, asam lambung, infeksi
H.Pylori erosi pada mukosa lambung
kerusakan kemampuan mukosa untuk
mensekresi mukus sebagai pelindung
peradangan pada sel ulkus hemoragi
gastrointestinal melena.
• Melena terjadi apabila darah terakumulasi dalam
lambung dan akhirnya memasuki traktus
intestinal. Feses akan seperti ter atau aspal. Feses
terdapat dikeluarkan bila sedikitnya 60 ml darah
telah memasuki traktus intestinal.
• Gelisah Pemeriksaan Diagnostik
• Suhu badan ↑ • Laboratorium (pemeriksaan
• Nafsu makan ↓ darah)
• Hitung darah lengkap: Hb,Ht ↓
• BAB yang bercampur darah, leukosit ↑
lendir.
• Elektrolit : kalium serum ↓
• Rasa sakit di perut natrium, glukosa serum, laktat
• Rasa kembung ↑
• Tonus dan turgor kulit • Radiologi, CT Scan abdomen,
berkurang Barrium Foloow through,
Barrium enema.
• Selaput lendir dan bibir kering • Gastroscopy : Pemeriksaan ini
dianjurkan pada pasien yang
menderita melena
• Pengaturan diet : Bila terjadi
konstipasi berikan makan
dengan makanan tinggi
serat. Dianjurkan untuk
menghindari susu
• Pengaturan obat-obatan

• Encelofati
• Asites
• Sirosis Hepatis
Gastroskopi
DEFINISI TUJUAN
Tindakan pengamatan  Untuk Diagnostik : Untuk
secara langsung pada melihat atau mengetahui
saluran cerna bagian atas adanya kelainan saluran cerna
(mulai dari esofagus, bagian atas, dengan melihat
lambung dan duodenum ) saluran mukosa dan lumen
apakah ada lesi-lesi erosi /
dengan memasukkan alat
perdarahan, polip dan tumor.
gastrointestinal untuk
melihat kelainan dan  Untuk Terapeutik : Skleroterapi
esofagus, pengambilan benda
penyakit.
asing,dan polipektomi.
Indikasi
• Menegakkan diagnosa pada
pemeriksaan radiologi
• Dispepsia/disfagia (susah
menelan)
• Pengambilan bahan
pemeriksaan (biopsi)
• Memantau terjadinya
residiv (untuk pengulangan Kontra Indikasi
pemeriksaan) • Pasien menolak
• Alergi premedikasi
• Respiratori distress
• Perdarahan masif
• Psikopat.
Persiapan Pasien
Persiapan
Mental/Psikologis Persiapan Fisik
makan 6-8 jam sebelum
pemeriksaan
Boleh minum air putih
Apabila di duga adanya obstruksi
Persiapan Administrasi
saluran cerna bagian atas di anjurkan
Pasien / keluarga harus
diet cair/minum susu rasa vanila
menandatangani surat
selama 2 hari dan puasa 10 – 12 jam
persetujuan tindakan (informed
sebelum pemeriksaan
consent)
Pasien usia > 40 tahun periksa EKG
Surat konsul dari dokter pribadi
Foto CT SCAN/OMD kalau ada
yang merawat pasien tersebut
kepada dokter konsulen
endoskopi
Menjelaskan perihal
administrasi.
Persiapan Alat

• Evis Exera gastrointestinal vidioskop• Mitela


• Evis exera vidio sistem center • Waslap
• Evis exera xenon light source • Kom 2 buah : berisi larutan
• Monitor caviside/aniosyme yang sudah di
• Vidio printer encerkan dengan air (dengan
perbandingan 5cc dalam 1 liter air)
• Keyboard, mediview dan berisi air matang
• Water container • Oksigen dan selang oksigen
• Suction pump • Formulir informed consent, laporan
• Biopsi forceps tindakan dan pereriksaan patologi
• Brushing • Bengkok dan tissue
• Mouthpiece • Resusitasi kit
• Tensimeter dan stetoskop • Oksimeter
• Sarung tangan • Pot obat berisi formalin 10%
• Masker
• Alkohol swabs
Persiapan Obat
• Midazolam/miloz/sedacum/safol
• Sulfa atropin
• Buscopan ampul
• Obat-obat emergency : adrenalin, kalmethason
dan antihistamin
• Xylocain jelly 2 %
• Xylocain spray 10 %
• Spuit 3cc, 5cc dan 50 cc
• Wing needle
Tinjauan Kasus
Identitas Pasien Keluhan Utama : Klien mengatakan
• Nama : Ny. M Bab kehitaman, mual (+),
• Umur : 74 Tahun 3 bulan Muntah(-), tidak nafsu makan dan
nyeri pada ulu hati.
• Jenis Kelamin: Perempuan
• Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Riwayat Kesehatan :
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga • Riwayat kesehatan sekarang :
• Pendidikan : SLTP Klien mengatakan mual (+) dan
• Alamat : Jl. Kawi-kawi atas nyeri ulu hati.
RT 018 RW 008 Johar Baru, • Riwayat kesehatan dahulu : Klien
Jakarta Pusat. mengatakan pernah dirawat
dengan maag.
• Riwayat kesehatan keluarga :
Klien mengatakan tidak ada
keluarganya yang menderita
penyakit yang sama dengannya.
Pengkajian Fisik
• Keadaan Umum : klien • Leher : tidak tampak
tampak sakit sedang, pembesaran vena jugularis.
Kesadaran : ComposMentis, • Thorak, Jantung : dalam
• TTV : TD 150/90 mmHg, N : batas normal, Paru: suara
71 x/menit, RR 20 x/menit, nafas vesikuler, wheezing (-
S : 36,5oC ), ronchi (-)
• Kepala : Mata: isokor, • Abdomen : BU (+), Nyeri
konjungtiva anemis (+), tekan di ulu hati Vas 4-5,
sklera ikhterik (-), Hidung : kembung (+)
simetris kiri dan kanan, • Ekstermitas : akral teraba
Mulut : gigi palsu (-), hangat, 5555 5555
ompong (+), Telinga : 5555 5555
membran timpani (+),
serumen (+)
• Pola Makan dan Minum : Klien mengatakan kurang nafsu makan, makan
½ porsi habis, klien suka makanan pedas, dan suka ngemil. Saat di rawat di
RS klien mendapat diit lambung III, Klien minum ± 2 liter/hari.

• Pola eliminasi : Klien mengatakan saat masuk RS BAB kehitaman, tetapi


saat pengkajian sebelum tindakan gastroskopi BAB dengan konsistensi
lembek, warna kuning, dan frekuensi 1x sehari, Frekuensi BAK 4-5 x sehari.

• Pola aktifitas dan latihan : Klien mengatakan masih mampu beraktifitas


seperti biasanya.

• Pola istirahat dan tidur : Klien mengatakan biasanya tidur 5 s/d 8 jam
sehari.

• Mekanisme toleransi terhadap stres


Klien mengatakan takut dan cemas untuk dilakukan tindakan gastroskopi.
Klien mengatakan belum pernah dilakukan tindakan gastroskopi.
Klien mengatakan belum menegrti tentang tindakan gastroskopi.
Pemeriksaan penunjang
Tanggal 26/09/2016 Tanggal 27/09/2016 Tanggal 28/09/2016

Hematologi Hematologi Hematologi


HB : 4,1 g/dl HB : 6,0 g/dl HB : 8,3 g/dl
Leukosit :6000 mg/ul Leukosit :4600 mg/ul Leukosit :5200 mg/ul
Ht : 15 % Ht : 21 % Ht : 27 %
Tr : 332.000 mg/ul Tr : 347.000 mg/ul Tr : 345.000 mg/ul
Gol darah : B+
Kimia Klinik
Cr : 1,1 mg/dl
Egfr : 49,579 ml/i/l
Protein total : 6,3 g/dl
Albumin : 3,3 g/dl
Globulin : 3,0 g/dl
SGOT : 20 U/L
SGPT : 16 U/L
Ureum : 38 mg/dl
GDS : 147 mg/dl
Penatalaksanaan
Tanggal 26/09/2016 Tanggal 27/09/2016 Tanggal 28/09/2016

Prosogan 2x1 flacon Prosogan 2x1 flacon Prosogan 2x1 flacon


Vitamin K 2x1 ampul Vitamin K 2x1 ampul Vitamin K 2x1 ampul
Ulsidex 3x1 tablet Ulsidex 3x1 tablet Ulsidex 3x1 tablet
Ranitidine 1 ampul exstra
Transamin 1 ampul exstra
PCT 1 tablet exstra
PRC 400cc
RL : D5 = 1:1
Pengkajian
Intra Post
DS : - DS :
DO : • Klien mengatakan didaerah mulut dan
• Klien diberi sedasi pada bagian mulut tenggorokan terasa baal
(penyemprotan xylocain sprey 10 % • Klien mengatakan kepala masih terasa
didaerah orofaring) dan terpasang pusing dan lemas
mouth piece. • Klien mengatakan apakah sudah
• Posisi klien miring ke kiri dilakukan tindakan
• Klien terpasang O2 binasal 4-5 lpm DO :
• Klien diberikan sedasi melalui intravena • KU : tampak sakit sedang, kesadaran
(Miloz 2,5 mg) compos mentis
• Klien terpasang oxymetri untuk • TTV : TD 140/90 mmHg, HR : 82
pemantauan Sat O2 dan HR selama x/menit, RR : 20 x/menit, Sat O2 : 99%
tindakan, Saturasi O2 : 99-100%, HR : 89 • Klien terpasang O2 binasal 3 lpm
x/menit • Disorientasi tidak ada
• Klien tampak ingin muntah saat scope
masuk ke mulut
No Data
Analisa Data Etiologi Masalah
1. Pre Gastroskopi Kurangnya Cemas
Do: pengetahuan
 Klien tampak cemas, dan ekspresi wajah tegang, akral dingin tentang prosedur
 TD : 150/90 mmHg EGD
HR : 71 x/menit
Ds :
 Klien mengatakan takut dan cemas untuk dilakukan tindakan
gastroskopi.
 Klien mengatakan belum pernah dilakukan tindakan gastroskopi.

2. Intra Gastroskopi Menurunnya Resiko


Do: tingkat kesadaran Aspirasi
 Klien diberi sedasi pada bagian mulut (penyemprotan xylocain sekunder akibat
sprey 10 % didaerah orofaring) dan terpasang mouth piece. sedasi
 Posisi klien miring ke kiri
 Klien terpasang O2 binasal 4-5 lpm
 Klien diberikan sedasi melalui intravena (Miloz 2,5 mg)
 Klien terpasang oxymetri untuk pemantauan Sat O2 dan HR
selama tindakan, Saturasi O2 : 99-100%, HR : 89 x/menit
 Klien tampak ingin muntah saat scope masuk ke mulut
 Reflex batuk tidak ada
Ds : -
No Data Etiologi Masalah
3. Post Gastroskopi Dampak sekunder Resiko Cedera
Do: pemberian sedasi
 KU : tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis
 TTV : TD 140/90 mmHg, HR : 82 x/menit, RR :
20 x/menit, Sat O2 : 99%
 Klien terpasang O2 binasal 3 lpm
 Disorientasi tidak ada
Ds :
 Klien mengatakan kepala masih terasa pusing
dan lemas
Cemas berhubungan dengan Kurangnya
pengetahuan tentang prosedur EGD.

Resiko Aspirasi berhubungan dengan menurunnya


tingkat kesadaran sekunder akibat sedasi.

Resiko Cedera berhubungan dengan dampak


sekunder pemberian sedasi.
Intervensi
No Diagnos Tujuan dan Intervensi
e kriteria hasil
1. Cemas Setelah dilakukan  Kaji tingkat cemas pasien.
berhubungan tindakan  Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang gastroskopi
dengan keperawatan  Jelaskan prosedur atau efek samping tindakan
Kurangnya cemas teratasi gastroskopi, tujuan dan manfaat gastroskopi
pengetahuan dengan kriteria  Observasi tanda-tanda vital
tentang hasil :  Libatkan keluarga
prosedur EGD.  Ekspresi wajah  Fasilitasi kebutuhan pasien
tenang dan relaks  Monitor perubahan kecemasan pasien selama tindakan
 Tanda-tanda vital
dalam batas
normal.

2. Resiko Aspirasi Setelah dilakukan  Observasi keadaan umum pasien


berhubungan tindakan  Observasi tanda-tanda vital
dengan keperawatan  Beri pengganjal (mouth piece) menghindar lidah tergigit
menurunnya aspirasi tidak dan alat gastroskopi tidak tergigit oleh pasien.
tingkat terjadi dengan  Pastikan lidah tidak jatuh kebelakang atau menyumbat
kesadaran kriteria hasil : jalan nafas.
sekunder  Batuk-batuk tidak  Jaga bagian kepala tempat tidur agar tetap tinggi dan
akibat sedasi. ada posisi kepala miring
 Saturasi oksigen  Beri oksigen
dalam batas  Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan
normal pengisapan atau suction kateter
 Tanda-tanda vital
dalam batas
normal.
Intervensi
No Diagnose Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil
3. Resiko Cedera Setelah dilakukan  Observasi keadaan umum pasien
berhubungan tindakan  Observasi tanda-tanda vital dan tingkat
dengan dampak keperawatan kesadaran pasien.
sekunder cedera tidak  Kaji adanya pusing dan disorientasi
pemberian terjadi dengan  Memastikan pasien sudah tidak lemas
sedasi. kriteria hasil :  Edukasi keluarga untuk tidak
 Pasien dalam meninggalkan pasien.
keadaan sadar  Pasang pengaman di tempat tidur
 Pusing (-) pasien.
 Orientasi penuh
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnos Implementasi Evaluasi
a
1. Cemas  Mengkaji tingkat cemas S : -
berhubungan pasien.  Klien mengatakan cemas sudah berkurang
dengan  Mengkaji tingkat  Klien mengatakan sudah mengerti tentang
Kurangnya pengetahuan pasien tujuan, manfaat dan prosedur tindakan.
pengetahuan tentang gastroskopi O:
tentang  Menjelaskan prosedur atau  Ekpresi wajah tampak tenang dan rileks.
prosedur EGD. efek samping tindakan  Klien tampak siap menjalani tindakan
gastroskopi, tujuan dan gastroskopi.
manfaat gastroskopi  Akral teraba hangat,
 Mengobservasi tanda- TD : 150/90 mmHg
tanda vital HR : 71 x/menit
 Melibatkan keluarga RR : 20 x/menit
 Memfasilitasi kebutuhan S : 36,5OC
pasien A : Cemas berkurang
 Memonitor perubahan P : Intervensi Stop
kecemasan pasien selama
tindakan
No Diagnos Implementasi Evaluasi
a
2. Resiko Aspirasi  Mengobservasi keadaan umum pasien S:-
berhubungan  Mengobservasi tanda-tanda vital O:
dengan  Memberi pengganjal (mouth piece) menghindar  TD : 140/90 mmHg
menurunnya lidah tergigit dan alat gastroskopi tidak tergigit HR : 82 x/menit
tingkat oleh pasien. RR : 20 x/menit
kesadaran  Memastikan lidah tidak jatuh kebelakang atau SatO2 : 99-100%
sekunder menyumbat jalan nafas.  Batuk (-)
akibat sedasi.  Menjaga bagian kepala tempat tidur agar tetap  Reflek menelan (+)
tinggi dan posisi kepala miring A : Resiko aspirasi tidak terjadi
 Memberikan oksigen P : Intervensi Stop
 Membersihkan sekresi dari mulut dan
tenggorokan dengan pengisapan atau suction
kateter
No Diagnosa Implementasi Evaluasi

3. Resiko Cedera  Mengobservasi keadaan S :


berhubungan umum pasien  Klien mengatakan kepala tidak
dengan dampak  Mengobservasi tanda-tanda pusing lagi.
sekunder vital dan tingkat kesadaran  Klien mengatakan lupa dengan
pemberian sedasi. pasien. kejadian selama tindakan
 Mengkaji adanya pusing dan  Klien mengatakan badan sudah
disorientasi terasa lebih kuat.
 Memastikan pasien sudah O :
tidak lemas  Keadaan umum baik, kesadaran
 Meedukasi keluarga untuk compos mentis
tidak meninggalkan pasien.  TD : 140/90 mmHg, HR : 82 x/menit,
 Memasang pengaman di RR : 20 x/menit, SatO2 : 99-100%
tempat tidur pasien.  Disorietasi (-)
 Pusing (-)
A : Resiko cedera tidak terjadi
P : Intervensi Stop
Kesimpulan
• Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam
seperti aspal.
• Untuk mengetahui penyebab dari melena itu sendiri dapat
dilakukan dengan cara tindakan Gastroscopy. Dimana
tindakan gastroscopy adalah tindakan pengamatan secara
langsung pada saluran cerna bagian atas (mulai dari
esofagus, lambung dan duodenum) dengan memasukkan
alat gastrointestinal untuk melihat kelainan dan penyakit.
• Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian awal sebelum tindakan dilakukan,
melakukan analisa data masalah keperawatan yang muncul
dari setiap keluhan pasien, menegakkan diagnosa
keperawatan mulai dari diagnosa pre gastroscopy , intra
gastroscopy dan post gastroscopy.

Anda mungkin juga menyukai