Kelompok 1
Definisi:
Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak
terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian endoterm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk
anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rektum (Purwanto, 2010).
Etiologi:
Secara pasti belum diketahui
Merupakan anomali gastrointestinal dan genitourynari
Namun ada sumber yang mengatakan kelainan anus bawaan
disebabkan oleh:
Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara
komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan
anus dari tonjolan embrionik.
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga
bayi lahir tanpa lubang anus.
Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia
ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
Kelainan bawaan , dimana sfingter internal mungkin tidak
memadai. (Betz. Ed 7. 2012)
Patofisiologi:
Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat
proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan
anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang
berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan
struktur anoretal.
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan
perkembangan kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin.
Kegagalan tersebut terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan vagina,
atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi karena tidak
adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses
tidak dapat dikeluarkan.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula.
Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum,
maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya
feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang.
Manifestasi klinis:
Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :
Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran.
Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang
salah letaknya
Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus
(bila tidak ada fistula).
Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran
anal.
Perut kembung. ( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015 )
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan Medis
Therapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai
dengan keparahan defek. Untuk anomaly tinggi dilakukan
colostomi beberapa hari setelah lahir, bedah definitifnya yaitu
anoplasti perineal ( prosedur penarikan perineum abdominal ).
Untuk lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal
melalui sfingter sampai lubang pada kulit anal, fistula bila ada
harus ditutup. Defek membranosa memerlukan tindakan
pembedahan yang minimal yaitu membran tersebut dilubangi
dengan hemostat atau scalpel.
Pemberian cairan parenteral seperti KAEN 3B
Pemberian antibiotic seperti cefotaxim dan garamicin untuk
mencegah infeksi pada pasca operasi.
Pemberian vitamin C untuk daya tahan tubuh.
Penatalaksanaan Keperawatan:
Pre operasi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual,
muntah, anoreksia
Kekurangan volume cairan
Post operasi
Gangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal, Dysuria
Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi,
pengeluaran tidak terkontrol.
Gangguan rasa nyaman b.d insisi pembedahan.
Resiko infeksi b.d trauma jaringan, perawatan tidak adekuat
Ketidakseimbangan NOC : Status Nutrisi NIC : Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan Kaji KU pasien
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Timbang berat badan
selama 2 x 24 jam pasien
kebutuhan diharapkan klien Tidak Catat frekuensi mual,
terjadi kekurangan muntah pasien
b.d mual, muntah, nutrisi dengan Kriteria Catat masukan nutrisi
Hasil : pasien
anoreksia Pasien tidak Beri motivasi pasien
mengalami untuk meningkatkan
penurunan berat asupan nutrisi
badan Kolaborasi dengan ahli
Turgor pasien baik gizi dalam pengaturan
Pasien tidak mual, menu
muntah
Nafsu makan
bertambah
Resiko Kekurangan NOC : NIC : Fluid
- Fluid Balance Management
volume cairan
- Hydration Awasi masukan dan
b.d muntah
Setelah dilakukan keluaran cairan.
tindakan keperawatan Kaji tanda-tanda vital
selama 2 x 24 jam seperti TD, frekuensi
diharapkan kekurangan jantung, dan nadi.
Volume cairan Klien Kolaborasi dalam
terpenuhi dengan pemberian cairan
Kriteria Hasil: elektrolit sesuai
Turgor kulit baik dan indikasi.
bibir tidak kering
TTV dalam batas
normal
Gangguan eliminasi BAK b.d NOC : NIC :
vistel rektovaginal, Dysuria - Urinary elimination Urinary Retention Care
- Urinary continuence Kaji pola eliminasi BAK pasien
Awasi pemasukan dan
Setelah dilakukan tindakan pengeluaran serta
keperawatan selama 2x24 karakteristik urine
jam diharapkan klien tidak Selidiki keluhan kandung
terjadi perubahan pola kemih penuh
eliminasi BAK dengan Awasi/observasi hasil laborat
Kriteria Hasil : Kolaborasi pemberian obat
Pasien dapat BAK sesuai indikasi
dengan normal
Tidak ada perubahan
pada jumlah urine
Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :
b.d perubahan pola Tissue integrity Pressure management
defekasi, pengeluaran tidak
terkontrol. Setelah dilakukan tindakan Lihat stoma/area kulit
keperawatan selama 24 jam peristomal pada setiap
pertama diharapkan klien penggantian kantong
tidak terjadi kerusakan Ukur stoma secara periodik
integritas kulit dengan misalnya tia perubahan
Kriteria Hasil : kantong
Mempertahankan Berikan perlindungan kulit
integritas kulit yang efektif
Tidak terdapat tanda- Kosongkan irigasi dan
tanda kerusakan kebersihan dengan rutin
integritas kulit Awasi adanya rasa gatal
Mengindentifisikasi disekitar stoma
faktor resiko individu Kolaborasi dengan ahli
terapi.