Anda di halaman 1dari 16

ALERGI MAKANAN

Kelompok 11
▪ Kamlia Ramadhani
(R011191061)
• Sulfitra Subekti Muslimin
(R011191063)
PENGERTIAN
▪ Alergi makanan merupakan gejala yang mengenai banyak
organ atau sistem organ dikarenakan hipersensitivitas
terhadap makanan tertentu yang sebagian besar
diperantarai reaksi hipersensitivitas tipe I.
▪ Alergi makanan adalah respons abnormal terhadap
makanan yang diperantarai oleh reaksi alergi imunologis.
ETIOLOGI
Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
keliru menganggap protein di dalam makanan tertentu sebagai
ancaman bagi tubuh. Guna meresponnya, tubuh melepaskan
antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE), guna menetralisir
pemicu alergi (alergen) di dalam makanan tersebut.
Ketika seseorang kembali mengonsumsi makanan tersebut
meski hanya sedikit, IgE akan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan senyawa kimia yang disebut histamin ke aliran
darah. Histamin inilah yang menyebabkan timbulnya gejala alergi.
Lanjutan…

Alergi makanan biasanya berlangsung sejak masa kanak-kanak, tetapi


kadang juga baru muncul ketika seseorang sudah dewasa. Makanan
yang menyebabkan alergi cenderung berbeda pada orang dewasa dan
anak-anak.

• Pada orang dewasa, reaksi alergi bisa muncul setelah mengonsumsi


makanan seperti: ikan, kerang, udang, kepiting, kacang-kacangan.
• Pada anak-anak, makanan yang umum menyebabkan alergi antara
lain: kacang, gandum, kedelai, telur, dan susu sapi.
Faktor Risiko Alergi Makanan

Faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang alergi


makanan adalah:
❑ Alergi makanan lebih berisiko dialami oleh orang yang
menderita alergi lain, seperti rinitis alergi atau asma.
❑ Orang yang sudah terkena alergi pada satu jenis makanan juga
lebih rentan menderita alergi pada jenis makanan lain.
❑ Berusia di bawah lima tahun.
❑ Memiliki keluarga yang menderita riwayat alergi,
seperti biduran atau asma.
Manifestasi Klinis
• Pada saluran cerna bisa menimbulkan gejala kram
perut, mual, muntah atau diare.

• Gejala pada saluran nafas adalah munculnya asma.

• Pada kulit menimbulkan gejala urtikaria,


Angioedema, dermatitis, pruritus, demam dan gatal.

• Pada mulut muncul rasa gatal dan pembengkakan


bibir.
Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN ALERGI MAKANAN
Pengkajian

Data Subjektif Data Objektif

Kaji identitas pasien Kaji status neurology, perubahan


kesadaran, meningkatnya fatique,
Kaji keluhan utama pasien
dan perubahan tingkah laku
Riwayat Psikososial Kaji kulit kemerahan

Kaji riwayat kesehatan masa lalu Kaji adanya bentol-bentol

Kaji riwayat alergi keluarga Pasien muntah-muntah, terlihat susah


bernafas dan pucat
Pemeriksaan Fisik Dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik :
a) Keadaan Umum
b) Tanda-tanda vital
c) Keadaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang :
d) Lakukan Primary survey (ABCDE)
a) Catatan harian makanan
b) Eliminasi diet
c) Food challenge
d) Pemeriksaan jumlah eosinofil dan basophil
e) Skin prick test
f) Pemeriksaan antibodi IgE spesifik
ANALISA DATA

Data Subjektif : Data Objektif:


✓ Sesak nafas ✓ Penggunaan O2

✓ Mual muntah, diare ✓ Adanya kemerahan pada kulit


✓ Terlihat pucat
✓ Meringis
✓ Pembengkakan pada bibir
✓ Gelisah
✓ Demam (suhu tubuh diatas 37,5◦ C)
✓ Nyeri pada bagian perut
✓ Gatal-gatal
✓ Batuk
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kerusakan integritas kulit berhubungan


Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan inflamasi dermal, intradermal
dengan terpajan allergen
sekunder

Kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan berlebihan
Asuhan Keperawatan
Diagnosis Outcomes Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Pola nafas tidak efektif Tujuan : Observasi:
berhubungan dengan Pasien diharapkan menunjukkan • Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan
terpajan allergen pola nafas efektif dengan frekuensi ekspansi paru. Catat upaya pernapasan,
dan kedalaman rentang normal. termasuk penggunaan otot bantu
• Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
Kriteria Hasil : bunyi napas seperti krekels, mengi, gesekan
• Frekuensi pernapasan pasien pleura
normal (16-20 kali per menit) • Observasi pola batuk dan karakter secret
• Pasien tidak merasa sesak lagi
• Pasien tidak tampak memakai Terapeutik:
alat bantu pernapasan • Tinggikan kepala dan bantu mengubah
• Tidak terdapat tanda-tanda posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat
sianosis tidur dan ambulansi sesegera mungkin
• Berikan oksigen tambahan
• Berikan humidifikasi tambahan, misalnya
nebulizer ultrasonic

Edukasi:
• Ajarkan Teknik batuk efektif
Asuhan Keperawatan
Diagnosis Outcomes Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Kerusakan integritas Tujuan : Observasi:
kulit berhubungan Setelah diberikan asuhan • Monitoring kulit akan adanya kemerahan
dengan inflamasi keperawatan, maka pasien • Monitoring status nutrisi pasien
dermal, intradermal diharapkan tidak akan
sekunder mengalami kerusakan integritas Terapeutik:
kulit lebih parah • Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah
yang tertekan
Kriteria Hasil :
• Tidak terdapat kemerahan, Edukasi:
dan bentol-bentol • Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
• Tidak terdapat tanda-tanda yang longgar
urtikaria, pruritus, dan • Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
angioedema secukupnya
• Kerusakan integritas kulit • Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
berkurang perawatan luka
Asuhan Keperawatan
Diagnosis Outcomes Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Kekurangan volume Tujuan : Observasi:
cairan berhubungan Setelah dilakukan asuhan • Monitoring status hidrasi (kelembaban, membran
dengan kehilangan keperawatan, maka diharapkan mukosa, nadi adekuat, takanan darah ortostatik)
cairan berlebihan kekurangan volume cairan jika diperlukan
pada pasien dapat teratasi • Monitoring vital sign
• Monitoring masukan makanan/ cairan dan hitung
Kriteria Hasil : intake kalori harian
• Pasien tidak mengalami
diare lagi Terapeutik:
• Pasien tidak mengalami • Catat intake-output dan hitung keseimbangan
mual muntah cairan 24 jam
• Tidak terdapat tanda-tanda • Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
dehidrasi • Berikan cairan IV
• Turgor kulit Kembali normal
Kolaborasi:
• Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Herdeman, T., & Kamitsuru, S. (2019). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta : EGC.

Moorhead, S., Swanson, E., Johnson, M., & Maas, M. (2018). Nursing Outcomes Classification
(NOC). Yogyakarta : Mocomedia.

Butcher, H., Dochterman, J., Buluchek, G., & Wagner, C. (2018). Nursing Intervention Classification.
Yogyakarta : Mocomedia.
http://45.112.126.114/lib/union/index.php?p=show_detail&inXML=true&id=11832
Siregar, S. P. (2016). Alergi Makanan Pada Bayi dan Anak. Sari Pediatri, 3(3), 168.
doi:10.14238/sp3.3.2001.168-74
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai