URTIKARIA
Disusun Oleh :
Dwi Puspa Nazer Savitri (1161050109)
Pembimbing
Dr. Stanley Setiawan, Sp.KK
Distribusi : Universal
Regio :
Cervical,Thoraka
l anterior et
posterior, femur
et cruris,
ekstremitas
superior et
Lesi : Terdapat Urtika
inferior
eritema ukuran
numular hingga
plakat berbatas
tegas tersebar
Regio Thorakal Regio Thorakal diskret, pada
Lateral Dextra Posterior permukaan tampak
erosi dan pada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Provokasi :
- Tes Eliminasi
Makanan
- Tes Kulit :
- a. Uji Gores (scratch
test)
- b. Uji Tusuk (prick
test)
- c. Tes dengan es (ice
cube test)
DIAGNOSA KERJA
Urtikaria
Kronik
DIAGNOSA BANDING
Sengatan Serangga Multipel
Angiodema Herediter
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Mengedukasi pasien untuk tidak menggaruk bila gatal timbul di
area yang gatal untuk mencegah terjadinya iritasi yang semakin
luas.
Mengedukasi pasien untuk melakukan pengobatan secara
teratur dan dilakukan sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Mengedukasi pasien untuk tidak mengkonsumsi jamu gendong.
Mengedukasi pasien untuk tetap menjaga kebersihan diri dan
lingkungan sekitar.
Medikamentosa :
Sistemik : Histerin 1x1 No.X (po)
Ctm 1x1 No.XX (po)
Combantrin 2x1 No.IV (po)
PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI ETIOLOGI
Tes Alergi :
- Tes Kulit Invivo (skin
prick test)
- Pemeriksaan IgE spesifik
(radio-allergosorent
test-RASTs)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Provokasi :
- Tes Eliminasi
Makanan
- Tes Kulit :
- a. Uji Gores (scratch
test)
- b. Uji Tusuk (prick
test)
- c. Tes Intradermal Tes Intradermal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
D. Tes dengan es (ice cube
test)
MEDIKAMENTOSA
Penanganan Umum
1. Eliminasi/Penghindaran faktor penyebab
2. Antihistamin
Antihistamin H1 generasi I (sedatif), misal Chlorfeniramin
Maleat (CTM) dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis, atau
antihistamin H1 generasi II (nonsedatif), contoh setirizin
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/kali (usia < 2 tahun: 2
kali/hari; usia > 2 tahun: 1 kali/hari). Pada urtikaria akut
lokalisata cukup diberikan antihistamin H1.
Penambahan antihistamin H2, misal simetidin 5
mg/kgBB/kali, 3 kali/hari dapat membantu efektifitas
antihistamin H1
3. Adrenergik
Pada urtikaria akut generalisata dan disertai gejala
distress pernapasan, asma atau edema laring,
mula-mula diberi adrenalin (1:1000) dengan dosis
0,01 ml/kgBB/kali subkutan (makasimal 0,3 ml)
dilanjutkan dengan pemberian antihistamin.
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan bila tidak memberi respon
yang baik dengan obat lain dengan mewaspadai
efek samping yang dapat terjadi. Obat yang
digunakan adalah prednison dengan dosis 1
mg/kgBB/hari selama 5 hari, tapering of biasanya
tidak dibutuhkan pada urtikaria akut.
5. Antileukotrien (Leukotriene pathway modifiers)
Antileukotrien dapat digunakan bersamaan dengan
antihistamin H1 untuk menangani urtikaria yang
tidak terkontrol, tetapi penggunaannya sebagai
terapi tunggal masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Salah satu antileukotrien yang sering dipakai adalah
montelukast dengan dosis yang dianjurkan untuk
anak-anak adalah 4-5 mg/hari.
Tablet 4 mg digunakan pada anak 2-6 tahun dan 5
mg digunakan pada anak 6-15 tahun
Preparat antileukotrien yang telah beredar di
Indonesia adalah zafirlukast, sedangkan
montelukast belum tersedia. Zafirlukast dapat
digunakan untuk mengobati asma akibat alergi.